Saturday, July 20, 2019

# TENTANG_POLITIK_ISLAM # TENTANG_KHILAFAH


# TENTANG_POLITIK_ISLAM
# TENTANG_KHILAFAH

Di beberapa forum, kadang saya melihat jika bahas masalah politik, kepemimpinan dan pemerintahan, aroma diskusi menjadi agak sedikit tegang. Bahkan dalam sebuah pengajian, ketika membaca hadits-hadits terkait imarah dan imamah, panitia berbisik, “jangan terlalu bahas politik,!Padahal sedang ngaji Kitabul Imarah dalam Shahih Muslim.


Alhamdulillah, sekarang membahas politik islam tidak rancu lagi,di beberapa forum, dengan para ulama, kyai, ajengan, dll. mereka membuka kitab dan membahasnya dengan kepala dingin bersama Apapun hasil kajiannya itu adalah amanah ilmu.
Ajaran Islam itu mencakup semua hal,
ﻭَﻧَﺰَّﻟْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏَ ﺗِﺒْﻴَﺎﻧًﺎ ﻟِﻜُﻞِّ ﺷَﻲْﺀٍ ﻭَﻫُﺪًﻯ ﻭَﺭَﺣْﻤَﺔً ﻭَﺑُﺸْﺮَﻯ ﻟِﻠْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴﻦَ
Sayyidina Abdullah Ibn Mas'ud radhiyallahu ‘anhu menjelaskan, sebagaimana dikutip oleh Al-Hafizh Ibn Katsir dalam tafsirnya, "Sungguh Dia (Allah) telah menjelaskan untuk kita semua ilmu dan semua hal". (Imam Al-Hafizh Abul Fida' Ismail Ibn Katsir, Tafsirul Qur'anil Adzim, juz IV hlm. 594).


Ayat ini menegaskan bahwa Allah melalui al-Qur'an telah menjelaskan semua hal, tentu termasuk hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan bernegara dan bermasyarakat.
Saudaraku, kita juga makin paham mengapa tema terkait pemerintahan ini sangat asing di telinga umat, karena itu adalah simpul yang pertama kali lepas,
ﻟﺘُﻨْﻘَﻀَﻦَّ ﻋُﺮَﻯ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ، ﻋُﺮْﻭَﺓً ﻋُﺮْﻭَﺓً، ﻓَﻜُﻠَّﻤَﺎ ﺍﻧْﺘَﻘَﻀَﺖْ ﻋُﺮْﻭَﺓٌ، ﺗَﺸَﺒَّﺚَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲ ﺗَﻠِﻴﻬَﺎ، ﻭَﺃَﻭَّﻟُﻬُﻦّ ﻧَﻘْﻀًﺎ ﺍﻟْﺤُﻜْﻢُ، ﻭَﺁﺧِﺮُﻫُﻦَّ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ

"Sungguh simpul-simpul Islam akan terurai satu persatu, setiap kali satu simpul terlepas manusia akan bergantungan pada simpul berikutnya, dan simpul yang pertama lepas adalah al-hukm (pemerintahan) dan yang terakhir adalah shalat" (HR. Ahmad)


Membahas ini memang harus hati-hati, jangan sampai tergelincir. Imam al-Haramain al-Juwaini al-Syafi’i mengingatkan kita semua dalam kitab al-Irsyad,
ﺍَﻟْﻜَﻠَﺎﻡُ ﻓِﻰ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻣَﺔِ ﻟَﻴْﺲَ ﻣِﻦْ ﺃُﺻُﻮْﻝِ ﺍﻟْﺎِﻋْﺘِﻘَﺎﺩِ، ﻭَﺍﻟْﺨَﻄْﺮُ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻳَﺰِﻝُ ﻓِﻴْﻪِ ﻳُﺮَﺑِّﻰ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﺨَﻄْﺮِ ﻋَﻠَﻰ ﻣَﻦْ ﻳَﺠْﻬَﻞُ ﺃَﺻْﻼ ﻣﻦ ﺃﺻﻮﻝِ ﺍﻟِّﺪﻳْﻦِ
“....Pembicaraan tentang imamah tidak termasuk pokok-pokok akidah (keyakinan), namun bahayanya bagi orang yang tergelincir di dalamnya melebihi bahayanya bagi orang yang tidak mengerti pokok-pokok agama.”


Kata kuncinya bagi kita sebenarnya hanya dua: ilmu dan dakwah. Jadi ketika kita belajar dan menyampaikan kembali kepada umat adalah karena amanah ilmu dan dakwah. Tidak perlu takut celaan orang-orang yang suka mencela. Meski eksesnya kadang tidak sederhana. Mengapa? Karena ini terkait kepentingan kekuasaan dan kekuatan. Makanya, umat sudah lama jauh (dijauhkan) dari politik.


Padahal politik adalah bagian dari ajaran Islam. Pengertian politik di dalam Islam didiskripsikan di dalam Mu'jamu Lughatil Fuqaha' dengan,
ﺭﻋﺎﻳﺔ ﺷﺌﻮﻥ ﺍﻻﻣﺔ ﺑﺎﻟﺪﺍﺧﻞ ﻭﺍﻟﺨﺎﺭﺝ ﻭﻓﻖ ﺍﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﺍﻻﺳﻼﻣﻴﺔ .
"Pemeliharaan terhadap urusan umat baik di dalam negeri maupun di luar negeri sesuai dengan syariah Islam". (Muhammad Qal'aji, Mu'jamu Lughatil Fuqaha', juz I hlm. 253).
Makna seperti inilah yang terdapat dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,
ﻛَﺎﻧَﺖْ ﺑَﻨُﻮ ﺇِﺳْﺮَﺍﺋِﻴﻞَ ﺗَﺴُﻮﺳُﻬُﻢْ ﺍﻟْﺄَﻧْﺒِﻴَﺎﺀُ ﻛُﻠَّﻤَﺎ ﻫَﻠَﻚَ ﻧَﺒِﻲٌّ ﺧَﻠَﻔَﻪُ ﻧَﺒِﻲٌّ ﻭَﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻧَﺒِﻲَّ ﺑَﻌْﺪِﻱ ﻭَﺳَﺘَﻜُﻮﻥُ ﺧُﻠَﻔَﺎﺀُ ﺗَﻜْﺜُﺮُ ﺗَﺄْﻣُﺮُﻧَﺎ ﻗَﺎﻝَ ﻓُﻮﺍ ﺑِﺒَﻴْﻌَﺔِ ﺍﻟْﺄَﻭَّﻝِ ﻓَﺎﻟْﺄَﻭَّﻝِ ﻭَﺃَﻋْﻄُﻮﻫُﻢْ ﺣَﻘَّﻬُﻢْ ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟﻠَّﻪَ ﺳَﺎﺋِﻠُﻬُﻢْ ﻋَﻤَّﺎ ﺍﺳْﺘَﺮْﻋَﺎﻫُﻢْ
Imam an-Nawawi dalam shahih Muslim bisyarhin Nawawi menjelaskan pengertian "tasusuhum al-anbiyaa'" dengan: Mengatur urusan mereka sebagaimana yang dilakukan oleh para pemimpin dan wali terhadap rakyat (nya). (Imam Al-Hafizh Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Marwa An-Nawawi, Syarah An-Nanawi 'ala Shahihil Muslim, juz VI hlm. 316, syarah hadits nomor 3420).


Dalam hadits diatas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, bahwa yang mengatur atau yang memelihara urusan Bani Israil adalah para nabi, sedangkan untuk umat beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah para khulafa', dan jumlahnya banyak.


Saudaraku, jadi karena amanah ilmu dan dakwahlah kita belajar fiqih thaharah, shalat, puasa, zakat, dan haji. Karena amanah ilmu dan dakwah pula kita belajar fiqih keluarga, jual beli, ijarah (sewa), dan pergaulan. Karena amanah ilmu dan dakwah juga kita belajar syariat jihad, hudud dan jinayat (pidana), qadha (peradilan), kepemimpinan, dan pemerintahan (khilafah). Sekali lagi, kita belajar dan menyampaikannya karena amanah ilmu dan dakwah. Bukan yang lain.
Saudaraku, tiap pekan saya ngisi kajian Ghayah wa al-Taqrib (Matan Abi Syuja) di salah satu majelis. Apakah isinya hanya thaharah dan shalat? Tidak. Padahal itu kitab paling ringkas dalam Madzhab Syafi’i. Isinya mulai bab thaharah, shalat, hingga membahas bab jihad, ghanimah, jizyah, dan qadha (peradilan). Buku Fikih Islam karya KH. Sulaiman Rasyid saja membahas mulai dari thaharah hingga pemerintahan. Sekarang kita jujur pada diri sendiri, apakah kita sudah khatam belajar fiqih dari thaharah hingga masalah perdagangan, jinayah, peradilan dan pemerintahan?


Demikian juga ketika mengkaji hadits, apakah kita sudah mengkaji sampai selesai? Tahukah kita bahwa dalam Shahih Bukhari ada Kitabul Ahkam dan dalam Shahih Muslim ada Kitabul Imarah? Tahukah kita dalam Sunan Abi Dawud ada Kitabul Aqdhiyyah, dalam Sunan Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah ada Kitabul Ahkam, serta dalam Sunan Nasa’i ada kitabul Bai’ah? Jangan-jangan kita sebagai thullab, belajarnya tidak pernah tuntas.


Saudaraku, amanah ini ada di pundak kita. Amanah untuk mempelajari Islam secara baik, dan amanah untuk menyampaikannya kembali ke masyarakat. Seperti yang digambarkan oleh Syeikh Ali Bin Haj, ada dua hal penting amanah bagi ahli ilmu: pertama, ulama' yang memadukan ilmu dan amal; kedua, selalu membela dan memperjuangkan hak-hak umat. (Abu Abdul Fatah Ali bin Haj, Fashlul Kalam fii Muwajahati Zhulmil Hukkam, hlm. 255-258).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan, sanksi yang akan diberikan di hari kiamat kelak bagi yang mereka yang kitman terhadap Ilmu dengan sabda beliau,
ﻣَﺎ ﻣِﻦْ ﺭَﺟُﻞٍ ﻳَﺤْﻔَﻆُ ﻋِﻠْﻤًﺎ ﻓَﻴَﻜْﺘُﻤُﻪُ ﺇِﻟَّﺎ ﺃُﺗِﻲَ ﺑِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻣَﺔِ ﻣُﻠْﺠَﻤًﺎ ﺑِﻠِﺠَﺎﻡٍ ﻣِﻦْ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
"Tidaklah seorang laki-laki yang menghafal satu ilmu lalu dia menyembunyikannya kecuali dia akan didatangkan pada hari kiamat dalam keadaan (diberi) kekang dengan (kekang) dari api neraka". (HR. Ibnu Majah).


Semoga nasihat ini menguatkan kita semua untuk terus belajar secara mendalam, mempercantik adab, dan meneguhkan dalam dakwah....


# Menyambut_Tegaknya_Khilafah
# Copas_Dari
# Cahaya_Peradaban_Muslim

No comments: