Saturday, July 27, 2019

Hizbut Tahrir Hanya Prihatin Terhadap Hilangnya Khilafah?

Hizbut Tahrir Hanya Prihatin Terhadap Hilangnya Khilafah?

Kemudian imajinasi Idrus Ramli berikutnya tertuang dalam topik yang berjudul ‘Keprihatinan Setiap Muslim’. Idrus Ramli berkata:
“Beberapa aliran revivalisme dalam Islam juga mengekspresikan keprihatinan yang mendalam melihat kondisi umat Islam dewasa ini menghadapi aneka problem yang tidak berkesudahan. Namun sayang sekali keprihatinan mereka terkadang tidak sesuai dengan tuntunan agama. Kelompok Hizbut Tahrir merasa prihatin dan meratapi hilangnya khilafah dari genggaman kaum muslimin, sistem yang menjadi simbol persatuan dan kejayaan umat pada masa-masa silam, sejak Mushthafa Kamal Attaturk menghapus sistem khilafah di Negara Turki dan kemudian menyulap Turki menjadi Negara sekular pertama dalam dunia Islam.

Abdul Qadim Zallum, pemimpin Hizbut Tahrir dan pengganti Taqiyyuddin al-Nabhani, telah menulis buku berjudul Hakadza Hudimat al-Khilafah (Demikianlah Khilafah Telah Dirobohkan). Dalam buku ini, Zallum sangat bagus dalam memaparkan sejarah dan kronologi runtuhnya khilafah dalam Islam dengan cermat, teliti dan mendetil. Namun sayang, Zallum tidak melakukan kajian dan analisa yang jitu mengenai sebab-sebab hilangnya khilafah dari genggaman kaum muslimin dalam perspektif agama. Hasilnya, Zallum mampu membangkitkan emosi kaum muslimin dalam meratapi hilangnya khilafah, namun tidak mampu memberikan solusi yang tepat agar kaum muslimin keluar dari problem yang sebenarnya dihadapi oleh mereka…..

Tentu saja keprihatinan dan ratapan kelompok-kelompok seperti Hizbut Tahrir tersebut, salah alamat dan bagaikan berperang tanpa menghadapi musuh. Bukannya musuh yang didapat, namun justru mereka telah berperang dengan perasaannya sendiri. Dalam sekian banyak hadis yang ada, belum pernah didapati bahwa Nabi SAW memprihatinkan umatnya akan kehilangan khilafah. Hadis-hadis yang ada hanya menjelaskan bahwa Nabi SAW menghawatirkan umatnya akan tergoda dunia, mengikuti hawa nafsu, terjerumus dalam syirik kecil, dirusak oleh orang munafik yang pandai bicara dan para pemimpin yang menyesatkan.”
Lalu Idrus Ramli mendatangkan sejumlah hadis yang di antaranya:

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أخوف ما أخاف على أمتي كل منافق عليم اللسان. رواه أحمد
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan pada umatku adalah setiap orang munafiq yang pandai bicara”.

عن طلحة بن مصرف رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أخوف ما أتخوفه على أمتي آخر الزمان ثلاثا: إيمانا بالنجوم وتكذيبا بالقدر وحيف السلطان. رواه أبو عمرو الدوي
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan pada umatku pada akhir zaman adalah tiga perkara: Percaya kepada bintang, mendustakan qadar Allah dan penyelewengan seorang pemimpin.”

عن ثوبان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنما أخاف على أمتي الأئمة المضلين. رواه أحمد
“Sesungguhnya aku hanya mengkhawatirkan pada umatku akan dirusak oleh para pemimpin yang menyesatkan.”

Lalu Idrus Ramli berkata:
“Rasulullah SAW tidak pernah menghawatirkan, umatnya akan kehilangan khilafah sebagaimana dalam ratapan Hizbut Tahrir.
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa keprihatinan Hizbut Tahrir tidak sesuai dengan apa yang menjadi keprihatinan Rasulullah SAW. Justru keprihatinan Hizbut Tahrir tersebut menjadi problem di kalangan umat Islam yang sangat memprihatinkan, dengan banyaknya perpecahan dan penyesatan terhadap ajaran-ajaran agama yang ditimbulkannya.”(Lihat; M Idrus Ramli, Hizbut Tahrir dalam Sorotan, hal. 44-52.).

MEMBONGKAR PAT:

Sesungguhnya imajinasi Idrus Ramli di atas dengan sendirinya telah menunjukkan kekacauan pemikiran dan keterbatasan ilmiahnya. Sedangkan teks (manthuq) dan konteks (mafhum) hadis-hadis yang disampaikannya telah mencukupi sebagai bantahannya. Jadi ketika Idrus Ramli menggunakan hadis-hadis tersebut untuk menghantam Hizbut Tahrir, maka hadis-hadis itu justru berbalik menghantam Idrus Ramli sendiri. Inilah yang disebut senjata makan tuan. Dan untuk lebih jelasnya pembongkaran ini terbagi menjadi dua bagian:

Pertama:
Terkait Hizbut Tahrir yang merasa prihatin terhadap hilangnya khilafah dari genggaman kaum muslim. Di mana kata Idrus Ramli kondisi ini tidak sesuai dengan tuntunan agama. Padahal keprihatinan Hizbut Tahrir terhadap hilangnya khilafah adalah majaz, karena yang dimaksud itu bukan khilafahnya, tetapi substansi dari keberadaan khilafahnya, yaitu penerapan hukum-hukum Islam secara sempurna dalam kehidupan, masyarakat dan Negara. Karena hukum-hukum Islam itu tidak akan dapat diterapkan secara sempurna, kecuali oleh khilafah. Memang ada sebagian pihak yang menganggap bahwa kerajaan Arab Saudi itu bisa menerapkan hukum-hukum Islam secara sempurna meskipun bukan khilafah. Anggapan ini sangat keliru, karena kerajaan Arab Saudi itu tidak bisa melindungi kaum muslim yang terzalimi seperti di Palestina padahal dekat, tidak bisa mengomando kaum muslim untuk berjihad. Padahal keduanya adalah hukum syara’ yang harus diterapkan oleh kepala Negara yang bernama Imam atau Khalifah. Dalam hal ini Rasulullah SAW bersabda:

إنما الإمام جنة يقاتل من ورائه ويتقى به. متفق عليه
“Sesungguhnya Imam (khalifah) adalah perisai yang dibuat berperang dari belakangnya dan dibuat perlindungan”. HR Bukhari dan Muslim.

Dan risalah Islam juga tidak dapat diemban keseluruh dunia kecuali dengan dakwah dan jihad. Jihad tetap berlaku sampai hari kiamat. Dan hadis tentang jihad itu telah mencapai derajat mutawatir. Kerena dakwah dan jihad adalah metode (thariqah) untuk menyampaikan risalah Islam keseluruh peloksok dunia, agar kerahmatan Islam benar-benar menjadi kenyataan.

Keprihatinan Hizbut Tahrir terhadap hilangnya khilafah itu seperti keprihatinan jamaah haji terhadap hilangnya pesawat. Padahal yang dimaksud bukan pesawatnya, tetapi substansi dari keberadaan pesawatnya, yaitu bisa menunaikan ibadah haji dengan sempurna. Seperti keprihatinan seseorang terhadap hilangnya sejumlah uang. Padahal yang dimaksud bukan uangnya, tetapi substansi dari keberadaan uangnya, yaitu dapat membeli ini dan itu. Dan seperti keprihatinan masyarakat dengan robohnya bangunan masjid. Padahal yang dimaksud bukan masjidnya, tetapi bisa shalat di masjidnya. Apakah keprihatinan seperti itu melanggar tuntunan agama? Apakah keprihatinan seperti itu dilarang oleh Nabi SAW? Hanya orang dungu yang berkata; Ya!

Apalagi keprihatinan dan kegembiraan itu termasuk indikasi dari adanya cinta dan benci terhadap segala sesuatu dan amal perbuatan. Keprihatinan Hizbut Tahrir dengan hilangnya khilafah adalah indikasi bahwa Hizbut Tahrir cinta dengan wujudnya khilafah. Sedangkan nama (ismun) dan substansi (musamma) khilafah itu telah diakui keberadaannya oleh Nabi SAW dan menjadi ijmak sahabatnya. Berarti khilafah adalah kebaikan, dan para khalifah serta orang-orang yang terkait dengan khilafah adalah orang-orang baik. Sedangkan mencintai kebaikan dan orang-orang baik adalah kebaikan. Dalam hal ini Nabi SAW bersabda:

المرء مع من أحب. رواه أحمد والبخاري ومسلم وأبو داود والترميذي والنسائي عن أنس وابن مسعود رضي الله عنهما.
“Seseorang itu bersama orang yang dicintainya.”
Dan dalam riwayat lain:

المرء مع من أحب وله ما اكتسب. رواه الترميذي عن أنس رضي الله عنه.
“Seseorang itu bersama orang yang dicintainya dan baginya apa yang telah diusahakannya.”

Berbeda dengan orang yang cinta terhadap hilangnya khilafah. Ini mengindikasikan bahwa dia benci terhadap wujudnya khilafah, baik nama maupun substansinya, dan benci terhadap para khalifah dan orang-orang yang terkait dengan khilafah, padahal semuanya adalah kebaikan dan orang-orang yang baik. Berarti dia cinta kepada keburukan dan orang-orang yang buruk. Berarti dia adalah orang yang buruk, maka dia bersama orang-orang yang buruk. Ingat, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya orang-orang yang baik (berbakti) benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang buruk (durhaka) benar-benar berada dalam neraka”. QS al-Infithar [82]: 13-14.

Lebih-lebih kitab Hakadza Hudimat al-Khilafah (Demikianlah Khilafah Telah Dirobohkan) yang diklaim oleh Idrus Ramli sebagai karya Abdul Qadim Zallum yang tidak melakukan kajian dan analisa yang jitu mengenai sebab-sebab hilangnya khilafah dari genggaman kaum muslimin dalam perspektif agama, dan tidak mampu memberikan solusi yang tepat agar kaum muslimin keluar dari problem yang sebenarnya dihadapi oleh mereka, kitab itu tidak dimiliki oleh Hizbut Tahrir, dan tidak pula oleh Zallum. Sedangkan kitab yang dimiliki oleh Hizbut Tahrir dan hasil karya Zallum (sebenarnya kitab ini karya Syaikh Taqiyyuddin dengan mengatas namakan Abdul Qadim Zallum) adalah kitab Kaifa Hudlimat al-Khilafah (bagaimana khilafah dirobohkan). Kitab ini penuh dengan kajian dan analisa yang jitu mengenai sebab-sebab hilangnya khilafah dari genggaman kaum muslim dalam perspektif agama, dan mampu memberikan solusi yang tepat agar kaum muslim keluar dari problem yang sebenarnya dihadapi oleh mereka. Karena kitab ini diakhiri dengan pembahasan qadliyyah mashiriyyah (problem utama) yang sangat luas dan mendetil.

Jadi bagaimana Idrus Ramli menyalahkan Hizbut Tahrir dan Zallum wong kitabnya saja keliru. Jangan-jangan yang dibacanya itu adalah kitab yang lain.

Kedua:
Terkait hadis-hadis yang disampaikan oleh Idrus Ramli untuk menghantam Hizbut Tahrir. Sesungguhnya hadis-hadis tersebut justru menghantam Idrus Ramli sendiri. Di antaranya adalah:

عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أخوف ما أخاف على أمتي كل منافق عليم اللسان. رواه أحمد
“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan pada umatku adalah setiap orang munafiq yang pandai bicara”.

Pada hadis ini Nabi SAW menghawatirkan umatnya dirusak oleh setiap orang munafik yang pandai berbicara, bukan oleh orang munafik yang tidak pandai berbicara. Jadi yang dikhawatirkan merusak umat Islam adalah perkataan yang mengandung unsur nifak (hipokrit), atau terdapat indikasi nifak pada perkataan itu. Sebab kalau orang munafik yang tidak pandai berbicara itu bahayanya hanya terhadap dirinya sendiri. Berbeda dengan orang munafik yang pandai bicara, maka bahayanya juga terhadap orang lain, karena ia termasuk orang yang sesat dan menyesatkan (dlaallun-mudlillun).

Sedangkan cirri-ciri (indikasi) orang munafik dalam al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 8-16 adalah:

1. Lahirnya mengaku beriman padahal batinnya kafir.
2. Menipu Alloh dan orang-orang beriman.
3. Pada hatinya ada penyakit (seperti riya, dendam, dengki, sombong, ujub dll).
4. Berbuat kerusakan padahal ia mengaku berbuat baik.
5. Menganggap orang beriman dan beramal saleh sebagai orang bodoh.
6. Berteman dengan orang kafir sebagaimana berteman dengan orang mukmin.
7. Mengolok-olok orang yang beriman dan beramal saleh.
8. Membeli kesesatan dengan petunjuk.

Sedangkan cirri-ciri orang munafik miturut hadis adalah:

1. Kalau berkata berbohong.
2. Kalau berjanji menyalahi.
3. Kalau dipercaya berkhianat.

Rasulullah SAW mengkhawatirkan umatnya dirusak oleh setiap orang munafik yang pandai berkata itu karena tidak adanya sangsi hukuman yang pasti yang harus dijatuhkan kepadanya, karena lahirnya menampakkan keimanan, bahkan kebaikan. Lalu kalaupun ia berbuat buruk dan keburukannya terbongkar, maka bisa saja ia mengeluarkan seribu alasannya. Berbeda dengan orang kafir, musyrik (yang keduanya berkhianat atau memerangi Islam dan kaum muslim), menghina Rasulullah SAW, menolak pengangkatan khalifah, menolak mengerjakan shalat dan membayar zakat, berzina, mencuri, dll., karena sangsi hukuman terhadap semuanya sudah ditetapkan oleh Islam dan sudah sangat jelas, maka Nabi SAW tidak menghawatirkannya.

Sikap Rasulullah SAW terhadap orang munafik di antaranya terekam dalam kitab Nurul Yaqin:

“Ketika Rasulullah SAW membagi harta rampasan perang di mana orang yang berjalan kaki mendapat empat unta dan empat puluh kambing, dan orang yang naik kuda mendapat tiga kali lipatnya (dua belas unta dan seratus dua puluh kambing). Maka laki-laki munafik berkata: “Pembagian ini tidak karena Allah!” Maka Nabi SAW marah sampai mukanya memerah dan barsabda: “Cilaka kamu. Siapa yang bisa adil kalau aku tidak adil?!” Kemarahan Nabi tidak sampai menjatuhkan sangsi karena dirinya. Maha suci beliau dari hal itu. Akan tetapi tidak lebih dari menasihati dan memperingati. Umar dan Khalid bin Walid berkata kepada Nabi: “Wahai Rasulullah, biarkan kami memenggal lehernya!” Lalu Nabi bersabda: “Jangan, barangkali ia mengerjakan shalat.” Lalu Khalid berkata: “Banyak orang yang shalat berkata dengan lisannya terhadap sesuatu yang tidak ada pada hatinya!” Lalu Nabi SAW bersabda: “Sesungguhnya aku tidak diperintah untuk melubangi hati manusia dan tidak pula untuk membelah perut mereka.”( Muhammad Hadlari Bika, Nurul Yaqin fi Siroti Sayyidil Mursalin, hal. 236-237, Maktabah Daru Ihyail Kutubil Arobiyyah, Indonesia).

وعن عبد الله بن عتبة بن مسعود قال: سمعت عمر بن الخطاب رضي الله عنه يقول: إن ناسا كانوا يؤخذون بالوحي فى عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم وإن الوحي قد انقطع، وإنما نأخذكم الآن بما ظهر لنا من أعمالكم، فمن أظهر لنا خيرا أمناه وقربناه، وليس لنا من سريرته شيئ، الله يحاسبه فى سريرته، ومن أظهر لنا سوءاً لم نأمنه ولم نصدّقه وإن قال أن سريرته حسنة. رواه البخاري.

“Dari Abdullah bin ‘Utbah bin Mas’ud berkata: “Aku pernah mendengar ‘Uman Ibn al-Khaththab RA berkata: “Sesungguhnya orang-orang pada periode Rasulullah SAW telah diambil tindakan melalui wahyu, dan benar-benar telah terputus. Sekarang kami hanya bisa mengambil tindakan terhadap kalian melalui amal perbuatan kalian yang nampak kepada kami. Maka siapa saja yang menampakkan kebaikan kepada kami, maka kami mempercayainya dan mendekatkannya, dan tidak ada urusan bagi kami terkait isi hatinya, Allah yang akan menghisab isi hatinya. Dan siapa saja yang menampakkan keburukan kepada kami, maka kami tidak mempercayainya dan tidak membenarkannya, meskipun ia mengatakan bahwa isi hatinya baik.” HR Bukhari ( Lihat Riyadlush Shalihin, bab Ijrou Ahkamin Nasi ‘ala al-Zhahiri, hal. 89-91,Daarul Fikri, Berut).

Dari pemaparan di atas dapat difahami bahwa inti dari sikap nifak (hipokrit) adalah penggembosan, penolakan, atau pengingkaran terhadap diterapkannya syariat Islam secara sempurna, baik secara langsung maupun dengan memakai dalil-dalil syara’ yang diselewengkan dari makna dan tujuannya. Dengan bahasa kasarnya, menggunakan dalil-dalil halalnya kambing untuk menghalalkan babi, atau menggunakan dalil-dalil haramnya babi untuk mengharamkan kambing. Dan indikasi sikap nifak juga dapat terdeteksi dari kecerdikan dalam merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi yang selama ini diperankan oleh Idrus Ramli CS. Sebagai bukti kongkritnya adalah tulisannya dalam majalah Ijtihad Sidogiri dan dalam buku Hizbut Tahrir dalam Sorotan, di mana semuanya telah dan sedang saya bongkar. Jadi bukan hanya Rsulullah SAW, Hizbut Tahrir juga mengkhawatirkan dakwahnya digembosi oleh setiap orang munafik yang pandai berkata, baik secara langsung maupun melalui tulisan.

Dan hadis yang disampaikan Idrus Ramli berikutnya:

عن طلحة بن مصرف، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إن أخوف ما أتخوفه على أمتي آخر الزمان ثلاثا: إيمانا بالنجوم وتكذيبا بالقدر وحيف السلطان. رواه أبو عمرو الدوي

“Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan pada umatku pada akhir zaman adalah tiga perkara: Percaya kepada bintang, mendustakan qadar Allah dan penyelewengan seorang pemimpin.”

Pada hadis ini Nabi SAW mengkhawatirkan umatnya dirusak oleh pemimpin yang menyeleweng, yaitu pemimpin suatu Negara (sultan) yang menyelewengkan sistem Islam dalam pemerintahannya, baik dengan menyelewengkan makna dan tujuannya atau dengan membuangnya dan menggantikannya dengan sistem dari luar Islam. Ini juga bukan hanya Nabi SAW yang menghawatirkannya, tetapi juga Hizbut Tahrir. Oleh karena itu, Hizbut Tahrir berjuang untuk menegakkan khalifah yang tidak menyelewengkan atau membuang sistem Islam. Justru yang nyeleneh adalah Idrus Ramli CS yang menggunakan hadis itu untuk menolak penegakkan khalifah, tapi justru menganggap presiden yang menyeleweng sebagai ulil amri yang sah dan wajib ditaati. Seharusnya menggunakan hadis itu untuk menolak presiden dan untuk mendukung khalifah.

Dan hadis yang disampaikan Idrus Ramli berikutnya:
عن ثوبان رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنما أخاف على أمتي الأئمة المضلين. رواه أحمد
“Sesungguhnya aku hanya mengkhawatirkan pada umatku akan dirusak oleh para pemimpin yang menyesatkan.”

Pada hadis ini Nabi SAW mengkhawatirkan umatnya dirusak oleh para imam yang menyesatkan. Yang dimaksud dengan para imam pada hadis ini adalah para kepala pemerintahan (umara), bukan imam madzhab atau organisasi, sebagaimana sabda Nabi SAW:

خيار أئمتكم الذين تحبونهم ويحبونكم وتصلون عليهم ويصلون عليكم وشرار أئمتكم الذين تبغضونهم ويبغضونكم وتلعنونهم ويلعنونكم. رواه مسلم عن عوف بن مالك.

“Sebaik-baik para imam kalian adalah mereka yang kalian menyintainya dan mereka menyintai kalian dan kalian mendoakannya dan mereka mendoakan kalian. Dan seburuk-buruk para imam kalian adalah mereka yang kalian membencinya dan mereka membenci kalian dan kalian melaknatnya dan mereka melaknat kalian”. HR Muslim dari ‘Auf bin Malik. (As-Suyuthi, al-Jami’ al-Shaghir, juz 2, hal. 8, Maktabah Daaru Ihyail Kutubil ‘Arabiyyah, Indonesia).

Dan beliau bersabda:

الأئمة من قريش. أخرجه البيهقي عن علي رضي الله عنه
“Para imam itu dari suku Quraisy.” HR Baihaqi dari Ali RA.

عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: الأمراء من قريش، الأمراء من قريش، الأمراء من قريش، ولي عليهم حق، ولكم عليهم حق، ما عملوا فيكم بثلاث: ما إذا استرْحِموا رَحِمُوْا، وقسطوا إذا قسموا، وعدلوا إذا حكموا. أخرجه البيهقي واللفظ له والحاكم وقال: صحيح على شرط الشيخين ووافقه الذهبي.

“Dan dari Anas bin Malik RA berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Para amir itu dari suku Quraisy, Para amir itu dari suku Quraisy, Para amir itu dari suku Quraisy. Dan aku memiliki hak atas mereka, dan kalian memiliki hak atas mereka, selama mereka melaksanakan tiga perkara pada kalian: Ketika diminta belas kasih, mereka belas kasih; ketika membagi, mereka adil; dan ketika memutuskan perkara, mereka adil.”

Faktanya, saat ini kaum muslim di seluruh dunia sedang dirusak dan disesatkan oleh para imam berupa para kepala negara nasional yang menerapkan ideologi kufur. Jadi justru karena kekhawatiran terhadap umat Islam dirusak oleh para imam yang menyesatkan, Hizbut Tahrir terus berjuang untuk mengangkat imam yang saleh dan adil terhadap seluruh kaum muslim di seluruh dunia. Perjuangan Hizbut Tahrir ini adalah indikasi bahwa Hizbut Tahrir benar-benar khawatir dan prihatian terhadap umat Islam. Sebagaimana orang tua khawatir terhadap anaknya dirusak oleh temannya yang buruk, maka orang tua itu berjuang untuk menggantikan teman baik bagi anaknya. Tidak seperti Idrus Ramli yang keblinger yang khawatir terhadap umat Islam dirusak dan disesatkan oleh para imam yang menyesatkan, tetapi justru membiarkan para imam itu dan menghalangi Hizbut Tahrir untuk mengangkat para imam yang saleh dan adil, yaitu khalifah. Sebab tidak ada keadilan kecuali pada sistem Islam, dan tidak ada yang bisa menerapkan sistem Islam kecuali khilafah, di mana khalifah adalah kepala negaranya. Idrus Ramli laksana orang tua yang buruk, yang mengkhawatirkan anaknya dirusak oleh temannya yang buruk, tetapi membiarkannya dan tidak berusaha menggantikannya dengan teman yang baik. Ini adalah dusta yang nyata. Atau klaim kosong tanpa fakta. Bahkan termasuk orang tua yang dungu, yang menganggap baik teman buruk anaknya, dan menganggap buruk teman baik anaknya.

(Abulwafa Romli).

No comments: