Saturday, July 27, 2019

Konsep khilafah Hizbut Tahrir lebih kaku dari konsep Aswaja?


Konsep khilafah Hizbut Tahrir lebih kaku dari konsep Aswaja?

Terakhir A.Biyadi pada majalah Ijtihad PP Sidogiri Pasuruan Jatim, edisi 31 pada hal 11 mengatakan ;
Walhasil, konsep khilafah Hizbut Tahrir memang lebih kaku dari konsep Ahlussunah. Ahlussunah memiliki konsep ideal tapi juga bisa menjadi lebih longgar. Dengan khilafiyah furu'iyah yang beragam dapat menjadi solusi jika memang realita yang ada tidak memungkinkan.
Terlepas dari itu semua, coba anda bayangkan jika konsep khilafah ditegakkan namun dengan akidah mereka. Maka bisa jadi setelah khilafah tegak, mereka akan menekan umat yang tidak sepaham dengan mereka. Ingat! Taqiyuddin an-Nabhani dengan tegas menyatakan bahwa Ahlussunah hakekatnya adalah jabariyah [asy-Syakhshiyah al-Islamiyah, juz 1, 53-54]. Hal itu bukan berarti kita tidak berusaha untuk merealisasikan ajaran Islam secara sempurna. Namun yang jelas kita berusaha untuk syariat Islam ala Ahlussunah. Dengan akidah Ahlussunah dan tentu saja dengan cara yang sesuai dengan Ahlussunah. Wallahu A'lam". A.Biyadi

MEMBONGKAR PAT :

Konsep khilafah Hizbut Tahrir lebih kaku dari konsep Aswaja?

Dari gaya kesimpulannya yang provokatif seperti itu, saya bisa mengasumsikan bahwa A.Biyadi telah terkontaminasi oleh virus liberal dari seniornya, yaitu M Idrus Ramli atau dari seseorang yang namanya saya rahasiakan, karena ia lebih memilih beraksi di balik layar. Atau seperti sebelumnya, yaitu bahwa penulis sebenarnya adalah M Idrus Ramli.

Terkait konsep khilafah Hizbut Tahrir yang katanya kaku, dan konsep Ahlussunah yang katanya longgar. Ini adalah dikotomi yang menyesatkan. Karena konsep khilafah Hizbut Tahrir adalah konsep yang lurus sesuai doanya yang terus menerus dipanjatkan kepada-Nya, yaitu;

اهدنا الصراط المستقيم، صراط الذين أنعمت عليهم، غير المغضوب عليهم ولا الضالين.
"Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat".

Dalam at-Tafsir al-Munir karya Syaikh Nawawi Banten, jalan yang lurus adalah agama Islam, sedang orang-orang yang diberi nikmat adalah nabiyun [para nabi], shidiqun [orang-orang yang jujur dalam keimanannya], syuhada [orang-orang yang mati syahid] dan shalihun [orang-orang saleh].

Dan dalam Tafsir Jalalain, mereka yang dimurkai adalah orang Yahudi, dan mereka yang sesat adalah orang Nasrani. Dan dalam at-Tafsir al-Munir karya Syaikh Nawawi Banten, mereka yang dimurkai adalah orang-orang Yahudi atau orang-orang kafir, sedang mereka yang sesat adalah orang-orang Nasrani atau orang-orang munafik.

Dan sesuai firman-Nya;
إن الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزل عليهم الملائكة ألا تخافوا ولا تحزنوا وأبشروا بالجنة التي كنتم توعدون. {فصلت: 30}.
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka lurus, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu". TQS Fushilat ayat 30.

Dan sesuai perintah Rasul-Nya;
قل آمنت بالله ثم استقم. رواه مسلم عن أبي عمرو وقيل أبي عمرة سفيان بن عبد الله.
"Berkatalah; "Aku beriman kepada Allah", kemudian luruslah".

Jadi konsep khilafah Hizbut Tahrir adalah konsep [Islam] yang lurus, yang diambil dari konsep Nabi SAW dan para sahabatnya, karena shidiqun, syuhada dan shalihun, semuanya itu ada pada shahabat. Bukan konsep yang bengkong dan berbelok-belok atau berliku-liku. Karena konsep yang bengkong dan berbelok-belok atau berliku-liku itu diambil dari kaum Yahudi dan Nasrani atau dari kaum kuffar dan munafiqun.

Paktanya juga demikian, kelompok yang diklaim oleh A.Biyadi sebagai Aswaja, mereka mengambil konsep demokrasi, HAM dan seterusnya dari peradaban Barat yang nota bene adalah kaum Yahudi dan Nasrani, juga mengambilnya dari kaum nasionalis sekular yang munafik.

A.Biyadi belum menyadari, atau pura-pura bodoh, atau sengaja merekayasa, berbohong, memitnah dan memprovokasi, bahwa akidah Hizbut Tahrir adalah Akidah Islam, yaitu Rukun Iman yang enam, bukan lima. Bukan akidah Muktazilah seperti tertulis di tengah-tengah tulisannya (pada majalah Ijtihad). Hukum menolak dan mengingkari akidah Hizbut Tahrir itu sama dengan menolak dan mengingkari Akidah Islam, yaitu murtad atau kafir. Maka hendaknya orang seperti A.Biyadi jangan mau dijerumuskan oleh orang seperti M Idrus Ramli.

Sedangkan terkait kritik Syaikh Taqiyyuddin terhadap Ahlussunah, seperti telah saya kemukakan di atas, adalah kritik terhadap Ahlussunah Mutakallimin, bukan Ahlussunah secara keseluruhan atau Ahlussunnah ala Rasulullah saw. Dan kritik tersebut hanya menyangkut masalah yang sangat sepele yang tidak layak disebut sebagai akidah, karena tidak memiliki dalil yang qath'iy, yaitu kritik terkait teori kasbu sebagai solusi mutakallimin terkait masalah qadha dan qadar yang datang dari peradaban Yunani, maka saya katakan tidak layak menjadi akidah. Bukan masalah qadha atau qadar yang tersebut dalam hadis Jibril atau yang datang dari Islam.

A.Biyadi juga belum menyadari bahwa kita kaum muslim di seluruh negeri-negeri Islam, termasuk yang mengklaim atau diklaim sebagai Aswaja, sedang dipaksa untuk meyakini akidah sekularisme dan mempraktekkan syariat yang memancar dari ideologi kapitalisme, yaitu syariat demokrasi dan HAM, bukan syariat Aswaja yang katanya longgar.

Terakhir, A.Biyadi juga belum menyadari bahwa usaha merealisasikan ajaran Islam secara sempurna itu mustahil bisa terwujud tanpa lebih dahulu menegakkan Daulah Khilafah Ala Minhajin Nubuwah atau Daulah Khilafah Rasyidah Mahdiyyah.
(Abulwafa Romli)

No comments: