Monday, August 19, 2019

JUSTRU AL-KITAB MEREKA SENDIRI YANG BICARA

JUSTRU AL-KITAB MEREKA SENDIRI YANG BICARA
______
Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani

Ustadz Abdul Shomad sedang menjalani proses dakwah yang berbadai. Sejatinya, memang seperti itulah dakwah. Menyampaikan Islam bukan semata untuk mendapat simpati manusia, tetapi untuk menyampaikan Pesan Allah Yang Maha Kuasa dan Rasul-Nya, bukan menyampaikan apa yang diinginkan manusia.

Tentu itu merupakan hal yang sangat beresiko, karena tidak semua orang mau menerimanya. Sebagaimana Para Nabi dahulu pun mereka mendapat banyak penentangan yang sangat dahsyat dari manusia, dari mulai caci maki, intimidasi bahkan hingga dipateni.

Tentu saja itu bukanlah tanda dari kegagalan dakwah mereka. Sebab, ketika dakwah menuai kriminalisasi itu berarti dakwah telah berjalan sabagaimana mestinya. Ibarat obat, pasti akan ada efek samping yang dirasakan. Itu adalah detoksifikasi. Ketika dakwah kita berhenti karena mendapat tekanan, maka berarti dakwah kita gagal. Ketika berobat kita berhenti karena adanya efek samping, maka berarti berobat kita gagal.

Tidak semua orang yang sakit mau menjalani pengobatan, ada di antara mereka yang menolak meminum obat, dirawat di rumah sakit, apalagi harus dioperasi, karena bagi mereka obat itu pahit, dirawat itu menjenuhkan, dan dioperasi itu mengerikan.
Di kalangan tertentu, ada orang yang sedang dalam keadaan tersesat tetapi ia tidak mau untuk diluruskan, tidak mau mendengarkan nasehat, menentang keberadaan dakwah. Jangankan dengan bahasa nasehat yang vulgar, dengan bahasa nasehat yang santun sekalipun masih ada saja orang yang menentangnya.

Ustadz Shomad sedang merasakan efek samping dari dakwah itu, yakni kriminalisasi dari orang-orang yang membencinya. Ia dilaporkan oleh beberapa komunitas Katholik dan Kristen Protestan yang merasa dihina simbol ajaran agamanya. Mereka tidak terima simbol salibnya dianggap menjadi tempat bersemayamnya bangsa setan di sana.

Padahal, jika kita cermati dari konten ceramah beliau, sesungguhnya yang dimaksud Ustadz Shomad bahwa di salib ada setannya adalah karena di salib itu ada patungnya. Jadi yang menjadi titik tekannya adalah patungnya, bukan semata salibnya. Dan yang mempermasalahkan patung ternyata bukan hanya Islam, tetapi ajaran Kristen sendiri juga melarang patung, bahkan menyuruh para pengikut Al-Masih untuk menghancurkannya.

”Jagalah dirimu terhadap berhala-berhala
," (1Yohanes 5:21).
”Tidak sepatutnya kita menyangka bahwa Wujud Ilahi itu seperti emas atau perak atau batu, seperti sesuatu yang dipahat dengan seni dan rancangan manusia,” (Kisah Para Rasul 17:29).

”Jangan membuat patung pahatan atau suatu bentuk yang mirip apa pun yang ada di langit di atas atau yang ada di bumi di bawah atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan membungkuk kepadanya,” (Keluaran 20:4-5).
"Semua orang yang beribadah kepada patung akan mendapat malu," (Mazmur 97: 7).
"Terkutuklah orang yang membuat patung pahatan atau patung tuangan," (Ulangan 27: 15).
"Haruslah engkau memusnahkan sama sekali patung-patung berhala buatan mereka, dan tugu-tugu berhala mereka haruslah kau remukkan," (Keluaran 23: 24).
Jelas sekali di sana, bahwa patung adalah simbol keburukan. Ia menjadi berhala yang sepatutnya dihancurkan. Bukan justru dipajang di dalam tempat peribadatan, disandarkan kepada salib, sebagaimana yang sering ada di gereja-gereja kaum Kristiani, dalam rupa Yesus dan Bunda Maria.

Jadi, memperkarakan Ustadz Abdul Shomad karena celaan terhadap salib-salib yang berpatung sebenarnya sama saja dengan memperkarakan ayat-ayat yang ada di dalam Al-Kitab mereka sendiri, yang bukan sekedar mencelanya, tetapi juga memerintahkan untuk menghancurkannya. Ini lebih keras lagi.

# Alumni212
# ReturnTheKhilafah
Cirebon, 19 Agustus 2019

No comments: