Saturday, May 14, 2011

Teror Amerika: Teror Hakiki Dan Ancaman Terbesar Dunia

Teror Amerika: Teror Hakiki Dan Ancaman Terbesar Dunia

[Al Islam 556] Para pemimpin Barat mungkin bisa bernafas lebih lega. Osama bin Laden dinyatakan tewas dalam sebuah operasi yang dilakukan pasukan Navy Seal Amerika Serikat di pinggiran kota Abbottabad, barat laut ibu kota Pakistan, Islamabad, Senin tengah malam (2/5/2011).

Meski sebagian pihak meragukan kematian Osama dalam operasi itu. Karena AS kerap berdusta kepada publik dunia atas keberhasilannya mengeksekusi Osama. Seperti pengakuan Paul Craig Roberts, mantan deputi menteri keuangan AS dalam wawancaranya dengan Press TV, berdasarkan laporan Dinas Intelijen AS, Osama Bin Ladin telah tewas pada 2001 lalu dan ini adalah kedua kalinya militer Amerika membunuh Osama (lihat, Republika.co.id, 10/5).

Beberapa jam setelah keberhasilan operasi tersebut, Presiden Obama berpidato mengumumkan kematian Osama. Obama menyatakan bahwa operasi penyerbuan itu dalam rangka “melindungi bangsa kita dan untuk membawa pihak-pihak yang bertanggungjawab atas serangan biadab ini pada sebuah keadilan.” Obama juga menyatakan, “Malam ini, kita dapat berkata kepada keluarga-keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai karena teror al Qaeda: Keadilan telah ditegakkan.”

AS memperlakukan jasad Osama dengan keji dan tidak sesuai syariat Islam. Jenazah Osama dijatuhkan ke laut Arab dari dek sebuah kapal induk Amerika Serikat.

Perlakuan yang bertentangan dengan syariat Islam dan nilai-nilai kemanusiaan itu jelas menyulut protes. Dr Ahmaed El-Tayeb, Sheikh Al Azhar Mesir, mengecam pelemparan jenazah Osama bin Laden ke laut itu. Seorang pengacara muslim terkenal di Mesir, Montasser al-Zayat, juga mengecamnya seraya bertanya, “Tidakkah cukup bahwa mereka telah membunuhnya dan memamerkan kegembiraan mereka kepada dunia?” (lihat, Kompas, 3/5).

Teror Amerika: Teror Hakiki dan Ancaman Terbesar Dunia

Banyak masyarakat dunia dipaksa untuk percaya bahwa Osama bin Laden dan jaringan al-Qaedanya bertanggung jawab atas tewasnya 3000 orang di gedung WTC -Meski hingga kini kebenarannya masih diragukan banyak pihak, karena sejumlah kejanggalan yang ada-. Tidak cukup di situ, Obama dalam pidatonya tanggal 3 Mei lalu juga menyatakan bahwa jaringan al-Qaeda pimpinan Osama juga telah membunuhi muslim secara massal.

Dunia, termasuk kaum muslimin, terus diberondong dengan kampanye kebohongan yang semestinya membuat muak siapa saja yang mengetahui kebenaran. Ketika di awal jabatannya Obama menyatakan akan bersahabat dengan dunia Islam, ia justru mengirimkan 17.000 dari rencana 21.000 pasukan tambahan ke Afghanistan pada tahun 2009.

Pasukan AS dan sekutunya bertindak seolah di wilayah mereka sendiri, membunuhi warga sipil dan muslim yang tak berdaya, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua di negeri muslim. Pada bulan Mei 2009 misalnya, dengan dingin pasukan NATO membunuh seorang bocah perempuan berusia 12 tahun, melukai seorang wanita dan seorang pria yang tengah berangkat menuju pesta pernikahan di Afghanistan Barat (Republika, 5/5/2009).

Di tahun 2008 saja sebanyak 2.100 orang rakyat sipil telah jadi korban. Di tahun 2009 jumlah korban perang Afghanistan meningkat hingga 40 persen. Dalam sebuah serangan pasukan NATO misalnya, tidak kurang 100 warga sipil menjadi korban (eramuslim, 6/5/2009). Menurut hitungan AFP berdasar hitungan resmi dan sebuah laman Internet independen, lebih dari 10.000 orang, sekitar seperlimanya warga sipil, telah tewas akibat kekerasan di Afghanistan tahun 2010 (investor.co.id, 3/1/2011).

Sementara di Irak, kantor berita Al Jazeera, mencatat sekitar 680 warga sipil di Irak, termasuk perempuan hamil dan penderita gangguan mental, tewas terbunuh hanya karena melintas terlalu dekat dengan pos-pos pemeriksaan militer di jalanan yang dijaga pasukan AS dan sekutunya (Kompas, 25/10/2010).

Lembaga independen Iraq Body Count (IBC) yang bermarkas di Inggris mencatat jumlah korban sipil akibat kekerasan di Irak mencapai 100.709 - 110.006 orang. Analisis penuh atas data wikileaks masih bisa menambah angka 15.000 lagi (www.iraqbodycount.org, diakses pada 10/5).

Kalau Osama ‘patut’ dihabisi karena bertanggung jawab atas kematian 3000 orang di AS, yang sampai saat ini pun belum bisa dibuktikan kebenarannya, lalu bagaimana dengan pemerintah AS dan sekutunya yang telah membunuhi puluhan ribuan orang tak berdosa di Irak, Afghanistan dan Pakistan?

Disamping itu, kekejaman pasukan AS dan sekutunya di Irak seharusnya membuat Obama malu mengucapkan kata ‘keadilan’. Sungguh Obama tidak memiliki kredibilitas untuk berbicara tentang keadilan. Pertanyaan yang seharusnya terlontar adalah: kapan kepada keluarga puluhan ribu korban invasi AS dan sekutunya bisa dikatakan “hari ini keadilan telah ditegakkan“?

Kata ‘keadilan’ yang dilontarkan Obama pun di mata para pakar hukum internasional juga dianggap retorika kosong. Bila memang Osama bersalah bukankah seharusnya ada pengadilan yang membuktikannya?

Mantan Kanselir Jerman Helmut Schmidt menyatakan bahwa tindakan AS sudah merupakan kriminalitas tingkat internasional dan pelanggaran hukum internasional. Hal senada dilontarkan Ehrhart Koerting, Menteri Dalam Negeri di Berlin.

Menurut pakar hukum internasional Gert-Jan Knoops yang tinggal di Belanda, Osama seharusnya ditangkap dan diekstradisi ke Amerika. Sementara menurut Reed Brody, penasihat di Human Rights Watch, AS tak berhak melanggar protokol HAM atau hukum internasional meski dengan tujuan untuk membuat dunia lebih aman. (lihat, detiknews.com, 4/5/2011)

Tapi Amerika Serikat tidak akan pernah mempedulikan kecaman atas tindakan brutal mereka. Karena mereka sudah menjadikan diri mereka sendiri sebagai hukum, hakim sekaligus eksekutornya. AS yang menentukan siapa teroris dan bagaimana cara menghukumnya. Bukan pengadilan internasional apalagi suara dunia Islam.

AS telah menghabiskan dana US $ 1.3 triliun, menangkap dan menyiksa ratusan orang tanpa pengadilan, dan membunuhi ribuan warga sipil, membuat ketidakstabilan di berbagai wilayah di dunia, dan mendorong sektarianisme yang semuanya dilakukan dengan alasan untuk memberangus al Qaeda dan Osama. Mereka juga tidak takut untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi dan membunuh lebih banyak lagi untuk menunjukkan kepongahan mereka. Pasca kematian Osama, AS akan terus melanjutkan operasi militer brutal degan dalih war on terror. Maka AS sendirilah yang sebenarnya melakukan aksi teror dengan mengatasnamakan demokrasi dan perang melawan terorisme. Amerika The Real Terroris!

Amerika Serikat Musuh dan Ancaman Sejati Dunia, Lawan!

Kaum muslimin tidak boleh tertipu oleh omong kosong perang melawan terorisme dan penegakkan keadilan yang dilontarkan AS dan pemimpinnya Barack ‘pembual’ Obama. Baginya, sebenarnya yang paling penting bukanlah keadilan bagi rakyat AS apalagi kedamaian dunia. Obama hanya mementingkan popularitasnya yang terus merosot karena ketidakbecusannya mengurus negerinya. Terbukti dukungan terhadapnya naik menjadi 53 persen setelah berita kematian Osama. Ia berkepentingan agar kembali bisa terpilih menjadi presiden di periode berikutnya. Maka ia tak peduli berapapun biaya yang dikeluarkan dan berapa ribu muslim yang akan terbunuh.

Penjajahan dan kezaliman AS dan sekutunya itu harus dienyahkan, baik Osama ada ataupun tidak. Untuk itu kaum muslim tidak bisa mengandalkan dan berharap pada pemimpin mereka saat ini. Sebab sebagian pemimpin mereka justru berkolusi dengan musuh dan berkhianat dengan membuka jalan bagi kaum kuffar untuk membunuh kaum muslim rakyat mereka sendiri. Bagaimana bisa mereka mengaku mengurusi umat sementara mereka sendiri bersekutu dengan para penjajah? Sementara pemimpin yang lainnya lebih memilih menyanjung para penjajah dan bersembunyi di balik ketiaknya. Mereka lupa, suatu hari mereka pasti akan menyesalinya dan ingin melarikan diri dari persekongkolan itu sejauh-jauhnya. Diakhirat mereka akan tertimpa azab yang pedih.

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ ﴿١٦٥﴾ إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. al-Baqarah: 165-167)

Wahai kaum muslimin!

Semua itu menunjukkan bahwa umat membutuhkan pemimpin dan sistem yang bisa mengenyahkan penjajahan dan kezaliman AS (Barat) dan melindungi setiap tetes darah umat ini. Yaitu tidak ada yang lain kecuali Khalifah dan sistem Khilafah yang menerapkan syariah islam dan menegakkan kedaulatan syariah. Hanya dengan khilafah kehormatan dan darah umat akan terjaga. Maka wakai kaum muslim! bersegeralah memperjuangkan penerapan syariat dan tegaknya khilafah yang dijanjikan Allah untuk mendapatkan keridhaanNya dan perlindungan dari musuh-musuh Anda. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [ ]

Komentar al-Islam:

Seluruh partai politik besar yang berideologi nasionalis kini memiliki organisasi sayap yang bersifat keagamaan. Selain efektif untuk meningkatkan suara, kebaradaan sayap itu untuk meningkatkan soliditas dan citra partai (Kompas, 10/5)
1. Itulah politisasi agama, memperalat agama untuk kepentingan politik. Hal itu justru akan memperburuk citra Islam dan menjauhkan umat dari agamanya.
2. Umat harus hati-hati jangan sampai terpedaya dengan politisasi agama itu.
3. Memperjuangkan agama yang sesungguhnya adalah melalui perjuangan politik memperjuangkan penerapan syariah secara formal dalam bingkai negara.

UU Intelijen berpotensi memberi kekuasaan tak terbatas bagi intelijen untuk bertindak. Lewat UU ini aparat keamanan diduga ingin kembali mengatur segi-segi kehidupan masyarakat, persis seperti zaman orde baru dulu. “Ini seolah-olah intelijen sapu jagat. Mulai dari menginteli, menyadap hingga menangkap”, ujar pengamat intelijen Mufti Makarim (lihat, detiknews.com, 10/5).
1. Umat islam perlu waspada lahirnya rezim negara intel.
2. Waspadai kriminalisasi islam idelogi dengan visi islam politik dan para pengusungnya, dijstifikasi sebagai ancaman dan musuh dengan UU represif.

No comments: