Musa VS Firaun
Dinul Islam merupakan nikmat Allah yang tertinggi nilainya dan terpenting fungsinya untuk menata kehidupan di dunia ini. Nilai syari'at Islam ini merupakan kebenaran mutlak yang tidak tercampuri kebatilan sedikit pun. "Sesungguhnya, orang-orang yang mengingkari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu datang kepada mereka maka mereka itu pasti akan celaka dan sesungguhnya, Al-Qur'an itu adalah kitab yang mulia, yang tidak datang kepadanya (Al-Qur'an) kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya; yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji." (QS. Fushshilat: 41-42)
Peran syari'at Islam sebagai tatanan hidup--yang mampu menata kehidupan setiap bangsa di setiap zaman—tidak memerlukan perubahan karena adanya perubahan zaman dan ilmu pengetahuan. Ajaran ini merupakan satu-satunya konsep yang menjamin—dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala—terwujudnya ketentraman, kemakmuran, kebahagian, dan keselamatan, baik di dunia maupun di akhirat. Maka, sudah menjadi kewajiban bagi setiap Muslim untuk menegakkan dien ini. "Maka, berpegang teguhlah kamu pada dien (aturan hidup / undang-undang) yang telah diwahyukan kepadamu. Sesungguhnya, kamu berada di atas jalan yang lurus; dan sesungguhnya, Al-Qur'an itu benar-benar adalah suatu kemuliaan besar bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban." (QS. Az-Zukhruf: 43-44)
Namun, meski nilai dan fungsi ajaran ini begitu menakjubkan, Allah subhanahu wa ta’ala menetapkan bahwa dalam perjalanan untuk menegakkannya sangat penuh tantangan. Sehingga, amat sedikit dari mereka yang mensyukuri nikmat yang mulia ini. Tetapi, betapapun hebat dan kerasnya tantangan yang dihadapi oleh dienul Islam ini, Allah telah menetapkan bahwa dien ini akan menjadi pemenang pada putaran terakhir dan semua penentangnya pasti akan hancur. "Allah telah menetapkan, 'Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang.' Sesungguhnya, Allah Mahakuat lagi Mahaperkasa." (QS. Al-Mujadilah: 21)
Yang demikian dikarenakan Islam merupakan wujud Al-Haq dan semua penentangnya adalah wujud kebatilan. Kebenaran pasti menang dan kebatilan pasti kalah. "...dan katakanlah, 'Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap'. Sesungguhnya, yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap." (QS. Al-Isra': 81)
Pada umumnya, tantangan dahsyat yang dihadapi oleh agama ini datang dari para penguasa yang dzalim dan kafir, sejak Islam mulai didakwahkan hingga akhir zaman kelak. Penguasa raksasa yang menentang Islam itu memiliki sarana lengkap, baik teknologi, harta, militer, dan ahli-ahli strategi untuk menipu manusia agar mudah dikuasai. Di dalam Al-Qur'an, Allah menyebut para penentang yang sombong itu dengan sebutan Fir'aun (untuk di Mesir).
Buku yang saat ini berada di tangan pembaca merupakan sebuah kajian yang sangat menakjubkan. Secara gamblang, tulisan ini menjelaskan bagaimana pergulatan para Fir'aun yang menentang kebenaran yang dibawa oleh Musa dan Harun . Fir'aun Ramses II—penguasa yang gila akan kekuasaan dan kedudukan itu—berusaha memerangi apa yang dibawa oleh Musa dan pengikutnya. Dengan segenap kekuatan yang dimilikinya, Fir'aun berupaya agar Musa dan kelompoknya bisa dilenyapkan dari muka bumi.
Yang patut mendapat perhatian di sini yaitu bahwa pertarungan antara Fir'aun dan nabi Musa tidak akan berakhir dengan kematian keduanya. Sejarah akan terus berulang. Para Fir'aun baru akan muncul di sepanjang zaman ketika ada sekelompok umat yang mencoba untuk menegakkan kebenaran. Bukan hanya sebatas simbol, bahkan gaya dan langkah-langkahnya, strategi dan taktiknya, kekuatan dan kemiliterannya pun hampir serupa. Umat Islam yang masuk dalam barisan mujahidin untuk membela agamanya juga tidak akan putus setelah wafatnya Musa Selalu saja muncul di tengah umat ini, sekelompok manusia yang tampil sebagai Thaifah Manshurah. Dia akan terus berhadapan dengan para Fir'aun itu hingga akhir zaman.
Buku ini—dengan dalil nash dan bukti sejarah yang valid—hendak memberikan sebuah pelajaran berharga, yaitu bahwa sejarah Fir'aun Mesir akan terulang untuk yang kedua kalinya. Realita ini nampaknya tidak dipahami oleh kebanyakan umat Islam sehingga banyak dari mereka yang tertipu oleh sihir Gedung Putih. Banyak di antara umat Islam—mulai dari ulama, cendekiawan, maupun rakyat awam—yang berpihak pada Fir'aun Gedung Putih. Pada saat yang sama, mereka memusuhi Usamah bin Laden dan kelompoknya. Sehingga, tanpa sadar, mereka banyak yang terjebak pada permainan Gedung Putih (istana negara) yang penuh tipu daya.
Secara umum, buku ini sangat membantu untuk meluruskan kesalahpahaman yang sangat berbahaya ini. Buku ini menjelaskan tentang kepada siapa seharusnya kita berpihak: apakah kepada kelompok setan atau kepada golongan Allah; kepada para teroris sejati atau kepada para mujahidin yang ikhlas. Maka, untuk meluruskan kebengkokan yang amat berbahaya ini, saya menganjurkan agar buku ini dibaca dan dipahami oleh kaum Muslimin, baik para mubaligh, cendekiawan, pelajar, maupun orang awamnya. Bahkan, tidak berlebihan jika saya katakan bahwa buku ini cukup baik jika dikaji pada majlis-majlis ta'lim dan forum lainnya.
Semoga Allah melimpahkan karunia-Nya kepada penulis, penerjemah, penerbit, dan pembacanya, dan semoga Allah mengampuni kesalahan dan kekeliruan yang mungkin terselip di dalam buku ini. Amiiin.
Umat-umat Terdahulu Telah Tiada Maka Perumpamaan Itu Hanyalah Untuk Kita dan Setelah Kita
Al-Qur'an baru akan menjadi petunjuk, tuntunan, dan pedoman bagi setiap muslim manakala dia meyakini bahwa kisah dan perumpamaan yang Allah berikan ditujukan untuk dirinya, bukan hanya untuk kaum yang hidup pada masa lalu. Sebab, mereka semua telah tiada maka tiada guna lagi memberi pelajaran dan peringatan kepada orang-orang yang telah tiada. Inilah yang dipahami oleh Umar r.a. . Beliau pernah berkhutbah di hadapan para sahabat, "Kaum-kaum itu telah berlalu dan tidak ada lagi yang dimaksudkan oleh Kitabullah itu selain diri kalian."
Sahabat Umar merasa bahwa khitab-khitab yang ada di dalam Al-Qur'an bukan hanya ditujukan kepada kaum sebelumnya, namun juga berlaku kepada dirinya dan para sahabat Rasul lainnya. Dengan demikian, khitab, cerita, dan perumpamaan yang Allah berikan dalam Kitab-Nya juga ditujukan kepada setiap muslim yang membacanya. Bisa juga bermakna bahwa peristiwa yang diberitakan Al-Qur'an akan terulang kembali, musibah yang menimpa kaum sebelumnya juga akan terjadi untuk kedua kalinya. Wallahu a'lam bish-shawab.
Sesungguhnya, merupakan Sunnatullah bahwa apa yang menimpa dan terjadi pada masa lalu juga akan terjadi pada masa yang akan datang, yang terjadi pada masa lalu akan terulang kembali pada waktu lain. Inilah hukum alam, Sunnatullah yang tidak akan berubah dan tidak bergeser. Peristiwa yang lampau bisa hadir kembali dengan nama tempat, tokoh, waktu, dan karakter yang berbeda, namun memiliki esensi dan susbstansi yang sama. Tak jarang satu sama lainnya memberikan makna yang saling mendukung, mengukuhkan, dan menguatkan. Hanya orang-orang yang selalu men-tadabburi-nya saja yang bisa mengambil pelajaran.
Adapun orang-orang yang telah dikunci mati hatinya, baik oleh penyakit syubhat maupun syahwat maka substansi dan esensi kisahkisah maupun perumpamaan yang dibuat di dalam Al-Qur'an tidak mampu menggerakkan hatinya, apalagi memahaminya. Jika demikian maka mereka akan kesulitan dan tidak mampu mengambil sikap pada saat semua permisalan dan kisah-kisah di dalam Al-Qur'an hadir dan muncul pada zamannya.
Al-Qur'an sendiri, sebagaimana yang diriwayatkan oleh para salaf,
di dalamnya ada khabar (kisah) orang-orang sebelum kalian, hukum bagi kalian dan berita tentang orang-orang setelah kalian."
Al-Qur'an, yang di dalamnya memuat berita tentang generasi setelah sahabat, bisa bermakna bahwa yang diceritakan adalah beberapa peristiwa akhir zaman. Di mana setiap kisahnya juga dijelaskan dalam Sunnah Nabi Namun, berita tentang orang-orang setelah para sahabat, bisa juga merupakan pengulangan peristiwa masa lalu; perbuatannya dan akibat yang akan dipikulnya.
Dengan demikian, sebagian orang yang diberi petunjuk dan ilmu dalam men-tadabburi ayat-ayat Al-Qur'an, mereka mampu mengungkap sebuah hakikat yang tidak mampu diungkap oleh orang lain.
Imam Asy Syaukani berkata : “Akan ada kisah ajaib yang terjadi persis sebagaimana kisah (Fir’aun yang ditenggelamkan) (Fathul Qadir IV/699)
Fir’aun bukanlah nama orang. Ia sebuah gelar yang dimiliki oleh seorang penguasa mesir. Fir’aun memiliki arti : al-baitul kabir mabni’un minal hajar al-abyadh. Rumah besar yang terbuat dari batu putih. Sebuah kalimat yang lebih mudah diingat dengan kata “Gedung Putih†(istana negara).
Di bawah ini adalah ikhtisar yang kami kumpulkan dari ayat-ayat Al-Qur'an yang mengisahkan tentang perseteruan Fir'aun-Musa. Strategi yang digunakan oleh Fir'aun pada masa lalu yang sebagian besar telah digunakan Amerika dalam memburu Usamah (dan Abu Bakar Basyir dll) dan kelompoknya. Silakan bagi para pembaca untuk merenungi ayat-ayat yang berbicara tentang kejahatan dan cara licik Fir'aun ini kemudian mengorelasikannya dengan strategi Amerika dalam menghancurkan umat Islam hari ini.
Inilah beberapa ikhtishar yang dapat kami simpulkan dalam beberapa ayat yang membicarakan tentang Fir'aun dan mentadabburi dengan kondisi saat ini:
Ingat..
Umar r.a. . Beliau pernah berkhutbah di hadapan para sahabat, "Kaum-kaum itu telah berlalu dan tidak ada lagi yang dimaksudkan oleh Kitabullah itu selain diri kalian."
Juga…
Imam Asy Syaukani berkata : “Akan ada kisah ajaib yang terjadi persis sebagaimana kisah (Fir’aun yang ditenggelamkan) (Fathul Qadir IV/699)
Menuduh & Memfitnah Musa orang gila
Menuduh & Memfitnah ustadz, da’i, atau mujahidin yang lurus sebagai orang perlu diwaspadai
Fir`aun berkata, "Sesungguhnya, Rasulmu yang diutus kepada kamu sekalian benar-benar orang gila." (QS. Asy-Syu'ara: 27)
Akan memenjarakan Musa
Akan memenjarakan ustadz, da’i atau mujahidin yang ingin menegakkan syariat Islam, daulah & khilafah
Fir`aun berkata, "Sungguh, jika kamu menyembah ilah selain aku. benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan." (QS. Asy-Syu'ara: 29)
Menuduh Musa akan mengusir Fir'aun dengan Sihirnya
Menuduh ustadz, da’i yang lurus akan mengusir penguasa & elit politik dengan dakwahnya / syiar Islamnya
(Fir'aun berkata) dia hendak mengusir kamu dari negerimu sendiri dengan sihirnya; maka karena itu apakah yang kamu anjurkan? (QS. Asy-Syu'ara: 35)
Menyiksa orang yang beriman kepada Musa
Menyiksa orang yang mendukung ustadz, da’i yang lurus
Fir`aun berkata, 'Apakah kamu sekalian beriman kepada Musa sebelum aku memberi izin kepadamu? Sesungguhnya, dia benar-benar pemimpinmu yang mengajarkan sihir kepadamu maka kamu nanti pasti benar-benar akan mengetahui (akibat perbuatanmu); sesungguhnya, aku akan memotong tanganmu dan kakimu dengan bersilangan dan aku akan menyalibmu semuanya." (QS. Asy-Syu'ara: 49)
Mengumpulkan seluruh tentara di seluruh penjuru negeri (mada'in)
Membentuk Detasemen Salep Koreng 88, Badan Nasional Pencegah Syariat.
Kemudian, Fir`aun mengirimkan orang yang mengumpulkan (tentaranya) ke kota-kota. (QS. Asy-Syu'ara: 53)
Menuduh Musa sebagai pembuat onar dan kerusakan dan hendak mengganti dien (undang-undang) yang sudah berlaku
Menuduh ustadz, da’i yang lurus sebagai teroris dan hendak mengganti dien (undang-undang) yang sudah berlaku
Dan berkata Fir`aun (kepada pembesar-pembesarnya), "Biarkanlah aku membunuh Musa dan hendaklah dia memohon kepada Tuhannya karena sesungguhnya aku khawatir dia akan menukar dienmu atau menimbulkan kerusakan di muka bumi." (QS. Al Mu’min: 26)
Menuduh Musa sebagai kelompok Syirzimah Qalilun (Teroris dan Minoritas)
Menuduh ustadz, da’i yang lurus sebagai kelompok Syirzimah Qalilun (Teroris dan Minoritas)
(Fir`aun berkata), "Sesungguhnya, mereka (Bani Israel) benar-benar golongan kecil." (QS. Asy-Syu'ara : 54)
Menyatakan bahwa pendapatnya adalah yang terbaik dan menyatakan bahwa langkah yang ditempuhnya untuk memerangi Musa adalah pilihan yang benar
Fir'aun berkata, 'Aku tidak mengemukakan kepadamu, melainkan apa yang aku pandang baik; dan aku tiada menunjukkan kepadamu, selain jalan yang benar." (QS. Al Mu’min: 29)
Menuduh Musa banyak berdusta
(yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta. Demikianlah, dijadikan Fir`aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Firaun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (QS. Al Mu’min: 37)
Menganggap Musa terkena sihir
Dan sesungguhnya, Kami telah memberikan kepada Musa sembilan buah mukjizat yang nyata maka tanyakanlah kepada Bani Israel, tatkala Musa datang kepada mereka lalu Fir`aun berkata kepadanya, "Sesungguhnya, aku sangka kamu, hai Musa, seorang yang terkena sihir." (QS. Al-Isra': 101)
Memfitnah Dan Menuduh Musa orang gila
Memfitnah Dan Menuduh ustadz, da’i yang lurus orang gila
Maka, dia (Fir`aun) berpaling (dari iman) bersama tentaranya dan berkata, "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila. " (QS. AdzDzariat: 39)
Fir'aun berjanji akan membalas Musa dengan Sihirnya
Fir'aun berjanji akan membalas ustadz, da’i yang lurus dengan Sihir media massanya
Berkata Fir`aun, 'Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa? Dan kami pun pasti akan mendatangkan (pula) kepadamu sihir semacam itu maka buatlah suatu waktu untuk pertemuan antara kami dan kamu, yang kami tidak akan menyalahinya dan tidak (pula) kamu di suatu tempat yang pertengahan (letaknya)." (QS. Thaaha: 57-58)
Menuduh Musa akan memalingkan keyakinan Fir'an dan menuduh Musa hendak mencari kekuasaan
Mereka berkata, Apakah kamu datang kepada kami untuk memalingkan kami dari apa yang kami dapati nenek moyang kami mengerjakannya dan supaya kamu berdua mempunyai kekuasaan di muka bumi? Kami tidak akan mempercayai kamu berdua." (QS. Yunus: 78)
Mengumpulkan semua bentuk tipudaya tukang sihir
Mengumpulkan semua bentuk tipudaya media massa (tukang sihir)
Maka, Fir`aun meninggalkan (tempat itu) lalu mengatur tipu dayanya, kemudian dia datang. (QS. Thaaha: 60)
Menuduh Musa akan mengusir Fir'aun
Menuduh ustadz, da’i yang lurus akan mengkudeta penguasa
Berkata Fir`aun, 'Adakah kamu datang kepada kami untuk mengusir kami dari negeri kami (ini) dengan sihirmu, hai Musa? (QS. Thaaha: 57)
Fir'aun suka menertawakan dan mengejek Musa
Dan sesungguhnya, Kami telah mengutus Musa dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami kepada Fir`aun dan pemuka-pemuka kaumnya. Maka, Musa berkata, "Sesungguhnya, aku adalah utusan dari Tuhan seru sekalian alam." Maka, tatkala dia datang kepada mereka dengan membawa mukjizat-mukjizat Kami dengan serta merta mereka mentertawakannya. (Az- Zukhruf: 47)
Menuduh Musa akan melenyapkan kekuasaan dan kedudukan Fir'aun dan kaumnya Fir'aun suka mengambinghitamkan Musa jika terkena bencana
Menuduh ustadz, da’i yang lurus akan melenyapkan kekuasaan dan kedudukan Fir'aun (makar) dan kaumnya Fir'aun suka mengambinghitamkan Musa jika terkena bencana
Kemudian, apabila datang kepada mereka kemakmuran, mereka berkata, "Ini adalah karena (usaha) kami". Dan jika mereka ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang besertanya. Ketahuilah, sesungguhnya kesialan mereka itu adalah ketetapan dari Allah, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. (QS. Al-A’raf.- 131)
Menghina Musa dan Harun, "Bukankah keduanya adalah Bani Israel tunduk kepada kita?"
Dan mereka berkata, 'Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israel) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" Maka, (tetaplah) mereka mendustakan keduanya, sebab itu mereka adalah termasuk orang-orang yang dibinasakan. (QS. Al-Mukminun: 47)
Fir'aun membuat polling, siapa yang lebih baik antara dirinya dan Musa
Bukankah aku lebih baik dari orang yang hina ini dan yang hampir tidak dapat menjelaskan (perkataannya)? (QS. Az-Zukhruf 52)
Sifat Fir'aun:
Berbuat sewenang-wenang.
Memecah-belah rakyatnya.
Menindas sebagian dan membiarkan sebagian lainnya.
Berbuat kerusakan;
Sesungguhnya, Fir`aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, … (QS. Al-Qashash:
Mengaku sebagai Tuhan (Ilah) pembuat hukum dan undang-undang;
Dan berkata Fir`aun, "Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. Maka, bakarlah hai Haman untukku tanah liat, kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa, dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta." (QS. Al-Qashash: 38)
Bersikap sombong;
Dan berlaku angkuhlah Fir`aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir: tanpa alasan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami. (QS. Al-Qashash: 39)
Dan (juga) Qarun, Fir`aun, dan Haman. Dan sesungguhnya, telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan - keterangan yang nyata. Akan tetapi, mereka berlaku sombong di (mukc bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancura-- itu). (QS. Al-Ankabut: 39)
Melampaui batas;
Sesungguhnya, Fir`aun itu berbuat sewenang-wenang di muka bumi. Dan sesungguhnya, dia termasuk orang-orang yang melampaui batas. (QS. Yunus: 83)
Pergilah kepada Fir`aun; sesungguhnya, dia telah melampaui batas. (QS. Thaaha: 24)
Suka meneror dan mendoktrin kaumnya dengan sejuta kebohongan hingga kaumnya tunduk mutlak kepada semua perintahnya dan Allah memberikan cap "kaum yang fasiq" kepada para pengikut Fir'aun;
Maka, Fir`aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu) lalu mereka patuh kepadanya. Karena, sesungguhnya mereka adalah kaum yang fasik. (QS. Az-Zukhruf: 54)
Sombong dan Takabur;
kepada Fir`aun dan pembesar-pembesar kaumnya, maka mereka ini takabur dan mereka adalah orang-orang yang sombong. Dan mereka berkata: 'Apakah (patut) kita percaya kepada dua orang manusia seperti kita (juga), padahal kaum mereka (Bani Israel) adalah orang-orang yang menghambakan diri kepada kita?" (QS. Al-Mukminun: 46-47)
Fasiq;
Dan masukkanlah tanganmu ke leher bajumu, niscaya ia akan ke luar putih (bersinar) bukan karena penyakit. (Kedua mukjizat ini) termasuk sembilan buah mukjizat (yang akan dikemukakan) kepada Fir`aun dan kaumnya. Sesungguhnya, mereka adalah kaum yang fasik". (QS. AnNaml: 12)
Fir'aun memiliki pasukan yang sangat banyak (Dzul Autad);
Fir`aun yang mempunyai tentara yang banyak. (QS. Shad: 12; Al-Fajr: 10)
Menuduh Musa sebagai tukang sihir
Fir`aun berkata kepada pembesar-pembesar yang berada di sekelilingnya, "Sesungguhnya, Musa ini benar-benar seorang ahli sihir yang pandai." (QS. Asy-Syu'ara: 34)
Maka, tatkala Musa datang kepada mereka dengan (membawa) mukjizat-mukjizat Kami yang nyata, mereka berkata, "Ini tidak lain hanyalah sihir yang dibuat-buat dan kami belum pernah mendengar (seruan yang seperti) ini pada nenek moyang kami dahulu." (QS. AI-Qashash: 36)
Dan tatkala telah datang kepada mereka kebenaran dari sisi Kami, mereka berkata, "Sesungguhnya, ini adalah sihir yang nyata." (QS. Yunus: 76)
Wallahu a’lam
Referensi :
Abu Arafah, Asy-Syaikh Shalahuddin. Musa VS Fir’aun, Solo : Granada Mediatama, 2008
No comments:
Post a Comment