Monday, September 2, 2019

Anekdot: Salah Kedaden, Disekolahkan agar Tahu Islam tapi Malah Merusak Islam

Seorang tokoh masyarakat Muslim di suatu desa bersusah payah menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi Islam di kota. Harapannya, nanti paling kurang akan berhasil dengan ilmu Islamnya untuk menggantikan sang orangtua untuk memimpin masyarakat Muslim di desanya.
Harapan itu sangat menderu dalam dada orang tua. Sehingga walau anaknya jarang pulang ke desa, karena memang di kota yang jauh jaraknya, orangtua tetap setia menunggu hasil keilmuan agama anaknya itu. Sangat berharap, bila kapan-kapan anaknya pulang, maka agar menggantikan sang bapak untuk mengimami di mushollanya.
.
Betapa girangnya orang tua di desa ini ketika anaknya pulang dari belajar Islam di perguruan tinggi Islam di kota. Sang bapak berharap, anaknya untuk mengimami di musholla dengan suara merdu lagi fasih membaca al-fatihah dan surat-surat. Namun apa hendak di kata. Ketika menjelang waktu subuh, si anak dibangunkan, dipanggil-panggil, diketuk-ketuk pintu kamarnya, tidak menyahut. Akhirnya sang bapak ngeloyor ke musholla dengan gundahnya…
Siangnya, si anak muda ini mencium tangan bapaknya, minta maaf, telat subuhan. Karena tadi malam terlalu larut malam membaca, belajar.
.
Legalah hati orangtua ini. Maka dipersilakan, nanti ba’da maghrib si anak untuk mengisi pengajian. Benar. Pengajian pun berlangsung di mushalla depan rumah.
Betapa kagetnya masyarakat desa itu. Diajari bahwa nikah beda agama itu tidak apa2. Semuanya nanti juga akan masuk surga, bla… bla… bla…
Ketika ada yang tanya, langsung anak muda ini mendalili dengan surat Al-Baqarah ayat 62. Sehingga orang2 desa itu tidak mampu membantahnya, namun tetap mengganjal di hati mereka. Karena
sejatinya, siapapun yang bukan Islam itu tidak akan masuk surga. Dalilnya:
{ ﻭَﻣَﻦْ ﻳَﺒْﺘَﻎِ ﻏَﻴْﺮَ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﺩِﻳﻨًﺎ ﻓَﻠَﻦْ ﻳُﻘْﺒَﻞَ ﻣِﻨْﻪُ ﻭَﻫُﻮَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﺨَﺎﺳِﺮِﻳﻦَ { ‏[ ﺁﻝ ﻋﻤﺮﺍﻥ : 85 ]
85. Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)
daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi. [Al ‘Imran:85]
ﺇِﻥَّ ﭐﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻛَﻔَﺮُﻭﺍْ ﻣِﻦۡ ﺃَﻫۡﻞِ ﭐﻟۡﻜِﺘَٰﺐِ ﻭَﭐﻟۡﻤُﺸۡﺮِﻛِﻴﻦَ ﻓِﻲ ﻧَﺎﺭِ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﺧَٰﻠِﺪِﻳﻦَ ﻓِﻴﻬَﺎٓۚ ﺃُﻭْﻟَٰٓﺌِﻚَ ﻫُﻢۡ ﺷَﺮُّ ﭐﻟۡﺒَﺮِﻳَّﺔِ ‏[ ﺍﻟـﺒﻴﻨﺔ 6: ]
6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. [Al Bayyinah:6]
.
Nabi shallallahualaihiwasallam bersabda,
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻱْ ﻧَﻔْﺲُ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺑِﻴَﺪِﻩِ ﻻَ ﻳِﺴْﻤَﻊُ ﺑِﻲْ ﺃَﺣَﺪٌ ﻣِﻦْ ﻫَﺬِﻩِ ﺍﻷُﻣَّﺔِ ﻳَﻬُﻮْﺩِﻱٌّ ﻭَﻻَ ﻧَﺼْﺮَﺍﻧِﻲٌّ ﺛُﻢَّ َﻳﻤُﻮْﺕُ ﻭَﻟَﻢْ ﻳُﺆْﻣِﻦْ ﺑِﺎﻟَّﺬِﻱْ ﺃُﺭْﺳِﻠْﺖُ ﺑِﻪِ ﺇِﻻَّ ﻛَﺎﻥَ ﻣِﻦْ ﺃَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﻨَّﺎﺭِ
“Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya, tidak seorangpun dari umat ini yang mendengarku; Yahudi maupun Nasrani, kemudian mati dan tidak beriman dengan (Islam) yang aku diutus dengannya melainkan dia termasuk penghuni neraka.” (HR Muslim)
.
Berarti pemuda yang kuliah di kota itu telah menjerumuskan, bahkan memurtadkan umat Islam, hasil didikan dari perguruan tinggi tempat dia belajar, yang arah pendidikannya sekulerisme, pluralisme agama, dan liberalisme agama (sering disingkat orang dengan ‘sepilis’) yang telah difatwakan haram oleh MUI tahun 2005. Pendidikan pemurtadan itu telah disoroti tajam dengan terbitnya buku Hartono Ahmad Jaiz berjudul ‘Ada Pemurtadan di IAIN’
tahun 2005.
(lihat ini: https://www.nahimunkar.org/masalah-ada-pemurtadan-di-iain-dan-karakteristik-para-tokohnya/? ).
.
Dalam perkembangannya, masyarakat desa jadi terbelah. Sebagian mengikuti anak muda itu, sebagian ragu2, dan sebagian lagi menolak tapi tidak berani bersuara. Sedang orang tuanya manggut2 bangga, karena anaknya sudah mampu berdalil (padahal dalilnya itu untuk menjerumuskan, karena tidak dikaji dengan sebenarnya berkaitan dengan ayat-ayat lainnya) dan mengisi pengajian di musholla.
.
Waktu selanjutnya, masyarakat desa itu tiba2 jadi tercengang, orang tua anak muda ini mengundang mereka untuk syukuran. Ketika mereka hadir, ternyata anak muda itu berpamitan untuk belajar agama Islam ke Londo (Belanda), maksudnya ke negeri Barat, tidak disebutkan, karena orang desa tidak tahu negeri mana, tahunya hanya Londo (Belanda).
.
Ada yang bisik2 kepada temannya, bukankah Belanda itu negeri kafir yang telah menjajah kita berabad-abad? Kenapa belajar Islam ke Belanda yang kafir? Kenapa beli emas ke warung trasi atau warung ikan asin? Apakah cukup dengan nama ikan emas berarti beli emas?
.
Setelah beberapa tahun, pemuda itupun pulang, lalu jadi menantu seorang punggawa desa. Selanjutnya didirikan bangunan2 sekolahan di sekitar mushalla atas biaya sang punggawa desa. Banyak yang sekolah ke desa itu. Anehnya, musholla itu tetap sepi. Bahkan sekolahan itu seakan membawa virus ‘pacaran’. Juga menyebarkan virus nikah beda agama. Bahkan menyebarkan ketidak percayaan kepada taqdir. Bahkan menyebarkan, nikah sesama jenis boleh. Bahkan menyebarkan karya ilmiyah hasil murid sekolah ini, hubungan seks di luar nikah itu tidak melanggar agama. (lihat ini:
https://www.nahimunkar.org/sultan-brunei-tetapkan-eksekusi-mati-kepada-pelaku-lgbt-dan-zina-kini-ada-disertasi-di-uin-jogja-seks-di-luar-nikah-tak-melanggar-syariat-islam/?fbclid ).
.
Bahkan ada karya tulis yang dibukukan dengan judul menggugat kemurnian wahyu Tuhan (maksudnya menggugat kemurnian Al-Qur’an). (Lihat di link ini:
https://www.nahimunkar.org/awas-ada-gerakan-mengacak-acak-al-quran-2/ ).
.
Ketika sebagian tokoh Islam di desa itu mengemukakan keresahan atas perusakan Islam lewat sekolah yang dipimpin pemuda didikan kafir Barat itu, sebagian pendukung sekolah itu dari kalangan munafiqin lebih galakan untuk memojokkan tokoh yang mengkritisi sekolahan aneh dan merusak Islam itu.
.
Desa itu dengan didukung punggawa desa, sebagian tokoh-tokoh munafiqin, dan manusia didikan kafir Barat telah ‘berhasil’ memurtadkan banyak orang, tidak meyakini lagi Al-Qur’an sebagai kitab suci firman Allah Ta’ala yang murni, tidak lagi percaya taqdir, tidak lagi percaya hukum2 Islam tentang larangan nikah dengan orang musyrik, dan tidak percaya Islam secara lantang, sambil menuduh penduduk desa yang masih istiqomah memegangi Islam sebagai orang-orang intoleran, pemilik kapling surga, dan aneka tuduhan yang menyakitkan.
Umat Islam yang teguh memegangi Islam hanya mampu mengurut dada, prihatin sekali.
.
Punggawa desa dan istrinya yang mendukung pemuda aktivis pemurtadan itu belakangan tidak tampak di masyarakat. Kabarnya kena stroke, tidak mampu menggerakkan apa2. Bahkan menyeka ilernya pun tak mampu. Suami istri berjajar di amben (dipan) sama2 ngeteh-eteh (tergeletak) tidak mampu bergerak. Berlama-lama. Anak-anaknya hanya menyewa orang untuk mengelap ilernya, menceboki dan sebagainya. Mengerikan.
Semntara itu pemuda yang aktiv menyebarkan pemurtadan itu kena sakit pula, hatinya membusuk, harus dicangkok ke luar negeri ke negeri kafir komunis. Ternyata tidak cocok, sakit berbulan-bulan, dan akhirnya meninggal dalam keadaan mukanya tidak boleh dilihat oleh siapapun. Entah seperti apa.
.
Walaupun punggawa dan pemuda aktivis pemurtadan itu sudah sirna, namun kader2nya sudah banyak. Bahkan pentolan-pentolannya pun berpengaruh di mana-mana. (coba simak ini: https://www.nahimunkar.org/32-tokoh-nyeleneh-di-uin-iain-dan-lainnya-19/ ).
.
Sehingga tetap meresahkan masyarakat, karena sekolahannya memang masih didukung oleh para punggawa lainnya yang masih hidup guna melangsungkan pemurtadan, di antaranya dengan menyebarkan salam oplosan (salam Islam dicampur dengan salam-salam kemusyrikan, yang itu isinya sama dengan mengecam Allah Ta’ala, karena tuhan kemusyrikan itu mengecam Tuhan Yang Maha Esa, Allah Ta’ala) dalam pidato2 mereka

(lihat ini: https://www.nahimunkar.org/merusak-aqidah-pidato-dengan-salam-islam-assalamualaikum-warahmatullahi-wabarakatuh-disertai-salam-agama-lain/
), dan pelancaran tuduhan intoleran dan semacamnya kepada Umat Islam yang istiqomah. Entah azab apa yang mereka tunggu…
.
Punggawa yang kena azab sakit dan aktivis pemurtadan yang sakit parah itupun belum tentu jadi pelajaran bagi mereka, kecuali yang Allah berikan hidayah ke hati mereka.
Itulah yang Namanya salah kedaden. Diharapkan belajar agama itu untuk menjadi orang taqwa, tapi malah belajarnya ke orang kafir lalu diterapkan misi kekafirannya, maka justru sebaliknya, merusak aqidah Umat Islam. Dan itu pakai biaya dari Umat Islam pula. Betapa durjananya. Kriminal bin Kriminal, namun kadang dianggap sebagai orang berharga dan bermartabat di dunia
kemunafikan. Na’udzubillahi min dzalik!

https://www.nahimunkar.org/anekdot-salah-kedaden-disekolahkan-agar-tahu-islam-tapi-malah-merusak-islam/?fbclid=IwAR0iRCT3sAwOHeuUKKGX1l6oAUeATuCl7B2uZI0aiePxwxrp4dx6Y1Qt6Mo

No comments: