Friday, June 17, 2011

Siapakah Musuh Kita?

Siapakah Musuh Kita?


Minggu, 22 Mei 2011 02:04 administrator
Email Cetak PDF

Pada kesempatan yang penuh barakah ini, kami wasiatkan kepada diri kami sendiri juga kepada segenap jama’ah kaum muslimin, agar senantiasa bertaqwa kepada Alloh Ta’ala. Marilah kita mengindahkan perintah Alloh Ta’ala dan Rasul-Nya dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauh dari segala larangan-Nya, karena semua itu merupakan urgensi dari ketaqwaan. Dengan ketaqwaan, Alloh akan memberikan keselamatan di dunia dan di akhirat; di dunia memperoleh kebahagiaan walaupun hidup sederhana, di akhirat memperoleh warisan surga.

Kita memahami, fitrah manusia itu dapat mengetahui dan mengenal kebenaran, serta menjauhi dan menghindari kebathilan. Namun bukan berarti bahwa mengamalkan al haq atau menghindari kebathilan adalah sesuatu yang mudah.

Ada beberapa rintangan dan hambatan yang menjadi ujian. Ada musuh yang selalu menghalangi dari jalan al haq. Dan sebaliknya ada musuh yang selalu berusaha membimbing ke arah yang bathil.

Musuh-musuh ini memberikan gambaran tentang kebenaran dengan gambaran yang tidak menyenangkan dan menjijikkan. Sebaliknya memoles perbuatan dosa dengan sesuatu yang menyenangkan, membahagiakan dan penuh dengan kenikmatan. Akhirnya banyak orang yang terpedaya, meninggalkan jalan yang benar dan mengikuti jalan yang bathil, na’udzubillahi mindzalik.

Karenanya, wahai saudara-saudaraku, kita perlu mengetahui musuh-musuh kita, agar dapat bersikap. Musuh tetaplah musuh, yang harus kita musuhi dan kita perangi. Bukan malah menjadikan mereka sebagai teman, apalagi sebagai pembimbing. Siapakah musuh-musuh yang selalu berusaha mengajak manusia kepada perbuatan batil dan keliru?

Jama’ah jum’ah yang dirahmati Allah Ta’ala

Musuh yang pertama adalah setan. Tidaklah ada tujuan setan kecuali menyesatkan manusia dari jalan kebenaran. Ialah yang telah mengeluarkan Adam alaihissalam dari jannah. Dan ia bersumpah akan menyesatkan manusia dari kebenaran, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ (16) ثُمَّ لَآتِيَنَّهُمْ مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَائِلِهِمْ وَلَا تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab: "Karena Engkau Telah menghukum saya tersesat, saya benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat). [ Al A’rof : 16 – 17 ].

Sumpah ini tidak main-main. Betapa banyak manusia yang menjadi pengikut setan dan menjadi wali-walinya di bumi. Mereka membuat kerusakan di bumi dengan berbagai perbuatan syirik dan kemaksiatan. Mereka selalu mengajak manusia untuk memenuhi jalan-jalan menuju neraka. Sebaliknya, mereka menghalang-halangi manusia dari jalan kebenaran dan jalan menuju jannah-Nya. Allah Ta’ala juga sudah memperingatkan kita tentang syaitan dalam ayat-Nya :

إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوّاً إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ [فاطر : 6]

Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuh(mu), Karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu Hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala

Setan ada dua jenis. Setan yang berbentuk jin dan setan yang berbentuk manusia. Jika setan yang berbentuk jin mempengaruhi manusia lewat jalan darah, maka setan berbentuk manusia lebih berbahaya dengan mempengaruhi manusia lewat hal-hal yang nyata sehingga sedikit dari manusia yang selamat darinya.

Ada cara yang diajarkan oleh islam dalam melawan syetan. Diantaranya adalah dengan tawakkal, meninggalkan maksiat, serta senantiasa dzikrullah dengan qiroatul qur’an dan do’a-doa harian. Sedangkan setan yang berbentuk mansia, kita harus jauhi majlis-majlis mereka, nahyu munkar terhadap mereka dan bahkan menggunakan kekuatan jika diperlukan untuk menghentakan berbagai kemaksiatan dan kesyirikan yang mereka lakukan.

Jama’ah jum’ah yang rahmati Allah Ta’ala

Musuh manusia yang kedua, adalah nafsu yang senantiasa mengajak kepada keburukan. Hawa nafsu ini cenderung kepada kebathilan, menghalangi manusia agar tidak menerima kebenaran dan tidak mengamalkannya. Jika jiwa ini muthmainnah (tenang dalam kebenaran), lebih mengutamakan yang hak, maka dia akan membimbing manusia ke arah yang benar dan berjalan di atas jalan keselamatan.

Rasulullah sallallahu alaihi wasallam memberikan sebuah standart keimanan yang lurus hingga dapat menundukkan hawa nafsunya. Beliau bersabda :

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعاً لِمَا جِئْتُ بِهِ

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu sehingga hawa nafsunya tunduk kepada apa yang telah aku sampaikan”. [ Arba’in an nawawiyah hadist yang ke 41 ].

Yang lebih parah lagi adalah menjadikan hawa nafsu ini sebagai ilah, yaitu menjadikan hawa nafsu sebagai sesembahan selain Allah. Disebutkan dalam firman Allah:

أَفَرَأَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ إِلَهَهُ هَوَاهُ وَأَضَلَّهُ اللَّهُ عَلَى عِلْمٍ وَخَتَمَ عَلَى سَمْعِهِ وَقَلْبِهِ وَجَعَلَ عَلَى بَصَرِهِ غِشَاوَةً فَمَنْ يَهْدِيهِ مِنْ بَعْدِ اللَّهِ أَفَلا تَذَكَّرُونَ

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah Telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? [ Al Jatsiyah : 23 ]

Ibnu Katsir menjelaskan : Yang memerintahkan ia hanyalah hawa nafsunya. Sesuatu itu dianggap baik jika hawa nafsunya menganggap baik sehingga ia kerjakan. Sebaliknya, sesuatu dianggap jelek jika hawa nafsunya menganggap jelek sehingga ia tinggalkan. [ tafsir Ibnu Katsir pada ayat tersebut ].

Seseorang yang selalu memperturutkan segala keinginannya, ia tidak akan peduli dengan akibat buruknya. Dalam sebuah atsar diriwayatkan, di bawah kolong langit ini, tidak ada yang lebih jelek dibandingkan hawa nafsu yang diperturutkan.

Adapun musuh manusia yang ketiga adalah gemerlap dunia, kenikmatan dan hiasannya. Keindahan dunia dan berbagai kenikmatan semunya, telah menipu banyak orang, membuat manusia lupa kepada tujuan hidupnya yang hakiki. Padahal kehidupan akhirat dan segala isinya jauh lebih baik dibandingkan dengan kehidupan dunia yang fana.

Bahkan Rasulullah sallallahu alaihiwasallam lebih takut jika ummatnya nanti dibukakan berbagai pintu-pintu dunia dibandingkan jika ummat beliau ditimpa kemiskinan. Beliau bersabda :

مَا الْفَقْرَ أَخْشَى عَلَيْكُمْ وَلَكِنِّي أَخْشَى أَنْ تُبْسَطَ عَلَيْكُمْ الدُّنْيَا كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا وَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أَهْلَكَتْهُمْ

Tidaklah kefakiran aku takutkan atas kalian. Akan tetapi yang aku takutkan jika dibukakan atas kalian dunia sebagaimana telah dibukakan terhadap orang-orang sebelum kalian, kemudian kalian berlomba-lomba terhadapnya sebagaimana mereka berlomba-lomba terhadapnya, dan kalian celaka sebagaimana mereka telah celaka. [ HR. Bukhori Muslim ].

Betapa banyak orang yang tertipu terhadap dunia. Mereka menjadi hamba dunia sehingga lalai terhadap kewajiban-kewajiban yang telah Allah Ta’ala perintahkan pada kepadanya. Tidaklah ia berbuat kecuali hanya karena dunia. Sungguh ini adalah kecelakaan yang besar.

Jama’ah jum’ah yang rahmati Allah Ta’ala

Demikian beberapa musuh yang sering menghalangi manusia untuk melaksanakan kataatan. Semoga Allah melindungi kita semua dari semua makar dan tipu daya yang menyesatkan.

أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا أَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

KHUTBAH KEDUA

إِنّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَسَلّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

Jika musuh-musuh bisa menguasai diri seorang manusia, maka dampak yang terlihat adalah tidak semangat dalam melakukan ketaatan. Dan sebaliknya, ia justru semangat dan tidak takut melakukan perbuatan maksiat. Lebih parah lagi jika bangga menjadi ahli maksiat.

Meski begitu, Allah subhanahu wa ta’ala tidak membiarkan para hamba-Nya untuk menghadapi musuhnya seorang diri. Allah subhanahu wa ta’ala berjanji akan menolong manusia dalam menghadapi musuh-musuhnya. Allah memerintahkan kepada kita agar memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk, serta memerintahkan manusia agar memohon pertolongan kepada Allah subhanahu wa ta’ala dalam melakukan amalan yang susah atau berat baginya.

Semoga Allah senantiasa menolong kita dalam menghadapi godaan musuh-musuh, yang senantiasa menghalangi manusia dari jalan ketaatan. Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk hamba-hambaNya yang ikhlas, dalam menegakkan kebenaran ini, dan senantiasa mengikuti petunjuk Rasulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam. [ Amru ]

http://www.an-najah.net/index.php?option=com_content&view=article&id=191:siapakah-musuh-kita&catid=60:masud&Itemid=106

No comments: