Perubahan Membutuhkan Opini Publik!
Tuesday, 27 December 2011 16:51
Muhammad Saleem,
Aktifis Hizbut Tahrir Inggris
Konferensi Rajab 1432 H yang secara maraton dilakukan di 29 kota besar Indonesia mengundang perhatian banyak pihak. Bukan hanya dari dalam negeri tapi juga luar negeri. Dari Jepang, hadir Prof Hasan Ko Nakata, sementara dari Inggris hadir Dr Muhammad Saleem. Aktifis Muslim Inggris ini hadir langsung di dua kota besar: Surabaya dan Jakarta. Di mana letak penting konferensi Rajab yang dilakukan di Indonesia bagi perjuangan syariah dan Khilafah di dunia dan sejauh mana peran konferensi ini dalam perubahan masyarakat? Media Ummat melakukan wawancara khusus dengan Dr Muhammad Saleem. Berikut petikannya.
Setelah anda menyaksikan secara langsung acara-acara Konferensi Rajab di Surabaya dan di Jakarta ini, apa kesan Anda?
Alhamdulillah. Saya melihat di Surabaya ada sekitar 30.000 peserta dan hari ini di Jakarta ada sekitar 25.000 peserta . Masya Allah, banyak kemajuan, ide khilafah telah merasuk ke dalam masyarakat dengan cukup baik. Saya melihat masyarakat dari berbagai lapisan hadir dalam acara ini, dari mulai ulama, mahasiswa, kaum muda, dan kaum wanita ikut serta dalam perjuangan ini. Saya mengucapkan selamat kepada HTI karena mampu menyelenggarakan demikian banyak konferensi. Saya kira acara-acara yang diadakan ini nyaris sempurna. Alhamdulillah.
Bagaimana tentang acara-acara yang diselenggarakan oleh HT di berbagai tempat di dunia?
Dalam bulan Rajab itu kita melihat banyak acara konferensi yang sejenis diselenggarakan. Mulai dari Australia, Belanda, juga di Inggris. Berbeda dengan Indonesia, isu yang berkembang di sini (negara-negara Barat, red) adalah mengenai pelarangan HT. Hal ini sanggat menggelikan. Bagaimana Anda bisa melarang pemikiran? Anda hanya bisa melarang aktivitas sekelompok orang yang memang ilegal, tapi HT adalah partai politik yang dikenal non-kekerasan. Hal ini menunjukkan sikap keras sistem kapitalisme yang secara moral sudah rusak dalam hal bahwa mereka mengakui adanya kebebasan berbicara.
Lantas apa sebenarnya yang melatarbelakangi upaya pelarangan ini?
Sebenarnya, persoalannya bukan kebebasan berbicara. Mereka melarang orang-orang yang berbicara dan mengungkapkan politik luar negeri Barat yang buruk. Inilah sebenarnya yang melatar belakangi ide pelarangan HT. Hal ini memang sesuai dengan apa yang mereka inginkan. Lembaga kajian mereka mengatakan mereka sebenarnya ingin membuat sesak nafas kelompok-kelompok semacam HT. Dan kebalikannya memberikan ruang bagi kelompok-kelompok liberal dari kaum Muslimin. Namun walaupun mereka melakukan semua hal ini, kami tetap melakukan aktivitas. Dalam hal ini terlihat jelas bahwa kapitalisme telah kehilangan kemampuan untuk melawan ide dengan ide, tapi melakukan taktik-taktik seperti menekan, berusaha melarang.
Bagaimana dengan Konferensi Rajab di Eropa ?
Setahu saya, saat saya kembali nanti akan ada konferensi di London. Kita seharusnya melakukan konferensi di Birmingham namun dibatalkan karena beberapa alasan. Syabab Belanda juga akan mengadakan konferensi Insya Allah. Sejauh ini tidak ada tanda-tanda pelarangan dan sepertinya akan berjalan. Para syabab di sana adalah orang-orang yang kuat. Mereka ada di negara di mana mereka mendapat tekanan seperti dari orang-orang yang membuat film yang menjelek-jelekkan Nabi Muhammad SAW, negara penuh kebencian terhadap Islam. Walaupun para musuh Islam adalah para politisi tapi mereka bermoral rendah, dan kami tetap bangga. Insya Allah para syabab di sana bisa melalui segala rintangan itu. Insya Allah akan diadakan juga di Denmark, Kanada, Amerika dan Australia, bahkan di Mauritus juga diadakan konferensi khilafah. Ada banyak wilayah di mana para syabab ingin mengadakan konferensi semacam ini karena mereka hidup di bawah tekanan pemerintah zalim maka mereka tidak bisa mengadakan konferensi semacam ini.
Bagaimana pendapat Anda terhadap orang-orang yang mengatakan bahwa khilafah tidak bisa tegak melalui konferensi-konferensi semacam ini maupun aktivitas demonstrasi di jalan?
Tidak semua orang adalah politisi. Kami mengikuti metode Rasulullah dan kami yakin bahwa metode itu benar. Kita tahu bahwa untuk bisa terjadinya perubahan harus dibentuk opini publik. Tidak ada perubahan tanpa adanya perubahan opini publik. Maka apa yang dilakukan oleh HT adalah mengubah opini publik itu. Kalau kita lihat laporan RAND Corporation dan lembaga-lembaga riset serupa ditemukan 75 persen kaum Muslimin menginginkan syariah. Hal ini menunjukkan argumen yang mengatakan bahwa khilafah tidak mungkin lemah. Tanpa dakwah tidak akan ada perubahan pergantian rezim seperti di Mesir. Kita saksikan bahwa cuma butuh waktu sedikit saja bagi rezim-rezim itu untuk bertumbangan satu persatu. Fakta berbicara sendiri. Mengenai ke mana arah perubahan di Timut Tengah itu soal lain. Tapi tudingan hal ini tidak mungkin terjadi, fakta di lapangan telah berbicara sendiri. Mereka bisa melihat sendiri hal itu.
Mengenai terjadinya revolusi di dunia Arab, menurut Anda apakah ini hanya merupakan reaksi ketidakpuasan masyarakat atas pemerintahnya yang opresif atau apakah ini menuju berdirinya khilafah?
Kita berdoa bahwa hal ini akan menuju terbentuknya khilafah. Tapi yang saya ingin katakan adalah bahwa masyarakat di sana dan di dunia Islam tahu apa yang mereka tidak inginkan. Sangat jelas bahwa mereka tidak ingin Ben Ali, tidak ingin Mubarak, tidak ingin Assad, tidak ingin Abdullah. Tapi umat masih belum jelas apa yang memang mereka inginkan. Tapi kita lihat bahwa Barat berusaha mengaburkan apa yang masyarakat inginkan atau yang tidak inginkan. Karena itu kita lihat terjadinya vakum pemerintahan di beberapa negera, tapi yang jelas mereka berusaha memastikan bahwa militer tetap berpihak pada Barat.
Ada yang mengatakan ‘revolusi’ di Timur Tengah tidak ada hubungannya dengan agama?
Memang, ada sebagian orang yang mengatakan bahwa revolusi di Tunisia, tidak ada hubungannya dengan Islam. Namun jika kita melihat apa yang terjadi di lapangan, kita saksikan seperti di Tahrir Square dari khutbah Jumat para imam yang menyerukan khilafah, mereka menginginkan syariah diterapkan. Yang terjadi adalah bahwa masyarakat telah begitu lama ditindas dan merupakan sifat alamiah manusia bahwa lama kelamaan kesabaran mereka akan habis. Maka ada khutbah yang disiarkan di televisi selama satu jam yang berbicara mengenai khilafah. Ada ulama di Yaman yang berbicara mengenai khilafah, dan di masjid-masjid Tunisia setiap malam membicarakan khilafah.
Ada contoh lain?
Contoh lain seperti yang terjadi di Afrika Selatan. Orang-orang Afrika pribumi telah lama ditindas dan kemudian opini publik terbentuk dan menguat hingga suatu saat mereka tidak dapat lagi menahan perubahan itu sehingga akhirnya pemerintah Afsel mengikuti kemauan rakyatnya dan penduduk Afsel kemudian terbebaskan dari Apartheid. Sama halnya yang terjadi di dunia Muslim, perubahan ini seperti bola salju dan semakin membesar. Dan masalahnya cuma waktu.[]
sumber : http://mediaumat.com/mancanegara/3395-62-perubahan-membutuhkan-opini-publik.html
No comments:
Post a Comment