Sunday, October 31, 2021

"HUBBUL WATHON MINAL IMAN” HADITS PALSU

 "HUBBUL WATHON MINAL IMAN” HADITS PALSU


Oleh : Muhammad Shiddiq al-Jawi


Ungkapan “hubbul wathon minal iman” memang sering dianggap hadits Nabi SAW oleh para tokoh [nasionalis], mubaligh, dan juga da`i yang kurang mendalami hadits dan ilmu hadits. Tujuannya adalah untuk menancapkan paham nasionalisme dan patriotisme dengan dalil-dalil agama agar lebih mantap diyakini umat Islam.


Namun sayang, sebenarnya ungkapan “hubbul wathon minal iman” adalah hadits palsu (maudhu’). Dengan kata lain, ia bukanlah hadits. Demikianlah menurut para ulama ahli hadits yang terpercaya, sebagaimana akan diterangkan kemudian.


Mereka yang mendalami hadits, walaupun belum terlalu mendalam dan luas, akan dengan mudah mengetahui kepalsuan hadits tersebut. Lebih-lebih setelah banyaknya kitab-kitab yang secara khusus menjelaskan hadits-hadits dhaif dan palsu, misalnya :


1. Kitab Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid al-Mursalin karya Syaikh Muhammad bin al-Basyir bin Zhafir al-Azhari asy-Syafi’i (w. 1328 H) (Beirut : Darul Kutub al-Ilmiyah, 1999), hal. 109; dan


2.. Kitab Bukan Sabda Nabi! (Laysa min Qaul an-nabiy SAW) karya Muhammad Fuad Syakir, diterjemahkan oleh Ahmad Sunarto, (Semarang : Pustaka Zaman, 2005), hal. 226.


Kitab-kitab itu mudah dijangkau dan dipelajari oleh para pemula dalam ilmu hadits di Indonesia, sebelum menelaah kitab-kitab khusus lainnya tentang hadits-hadits palsu, seperti :


1. Kitab Al-Maudhu’at karya Ibnul Jauzi (w. 597 H);


2. Kitab Al-Ala`i al-Mashnu’ah fi Al-Ahadits Al-Maudhu’ah karya Imam as-Suyuthi (w. 911 H);


3. Kitab Tanzih Asy-Syari’ah al-Marfu`ah ‘an Al-Ahadits Asy-Syani’ah Al-Maudhu`ah karya Ibnu ‘Arraq Al-Kanani (Lihat Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hal. 93).


Berikut akan saya jelaskan penilaian para ulama hadits yang menjelaskan kepalsuan hadits “hubbul wathon minal iman”.


Dalam kitab Tahdzirul Muslimin karya Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i hal. 109 tersebut diterangkan, bahwa hadits “hubbul wathon minal iman” adalah maudhu` (palsu). Demikianlah penilaian Imam as-Sakhawi dan Imam ash-Shaghani.


Imam as-Sakhawi (w. 902 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya al-Maqashid al-Hasanah fi Bayani Katsirin min al-Ahadits al-Musytaharah ‘ala Alsinah, halaman 115.


Sementara Imam ash-Shaghani (w. 650 H) menerangkan kepalsuannya dalam kitabnya Al-Maudhu’at, halaman 8.


Penilaian palsunya hadits tersebut juga dapat dirujuk pada referensi-referensi (al-maraji’) lainnya sebagai berikut :


1. Kasyful Al-Khafa` wa Muziilu al-Ilbas, karya Imam Al-‘Ajluni (w. 1162 H), Juz I hal. 423;


2. Ad-Durar Al-Muntatsirah fi al-Ahadits al-Masyhurah, karya Imam Suyuthi (w. 911 H), hal. 74;


3. At-Tadzkirah fi al-Ahadits al-Musytaharah, karya Imam Az-Zarkasyi (w. 794 H), hal. 11.


(Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin min al-Ahadits a-Maudhu’ah ‘Ala Sayyid al-Mursalin, hal. 109)


Ringkasnya, ungkapan “hubbul wathon minal iman” adalah hadits palsu (maudhu’) alias bukanlah hadits Nabi SAW.


Hadits maudhu’ adalah hadits yang didustakan (al-hadits al-makdzub), atau hadits yang sengaja diciptakan dan dibuat-buat (al-mukhtalaq al-mashnu`) yang dinisbatkan kepada Rasulullah SAW. Artinya, pembuat hadits maudhu` sengaja membuat dan mengadakan-adakan hadits yang sebenarnya tidak ada (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i,Tahdzirul Muslimin, hal. 35; Mahmud Thahhan, Taysir Musthalah al-Hadits, hal. 89).


Menurut Imam Nawawi dalam Syarah Muslim, meriwayatkan hadits maudhu’ adalah haram hukumnya bagi orang yang mengetahui kemaudhu’an hadits itu serta termasuk salah satu dosa besar (kaba`ir), kecuali disertai penjelasan mengenai statusnya sebagai hadits maudhu’ (Lihat Syaikh al-Azhari asy-Syafi’i, Tahdzirul Muslimin, hal. 43).


Maka dari itu, saya peringatkan kepada seluruh kaum muslimin, agar tidak mengatakan “hubbul wathon minal iman”sebagai hadits Nabi SAW, sebab Nabi SAW faktanya memang tidak pernah mengatakannya. Menisbatkan ungkapan itu kepada Nabi SAW adalah sebuah kedustaan yang nyata atas nama Nabi SAW dan merupakan dosa besar di sisi Allah SWT. Nabi SAW bersabda :


“Barangsiapa yang berdusta atasku dengan sengaja, hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” (Hadits Mutawatir).


Terlebih lagi Islam memang tidak pernah mengenal paham nasionalisme atau patriotisme yang kafir itu, kecuali setelah adanya Perang Pemikiran (al-ghazwul fikri) yang dilancarkan kaum penjajah. Kedua paham sesat ini terbukti telah memecah-belah kaum muslimin seluruh dunia menjadi terkotak-kotak dalam wadah puluhan negara bangsa (nation-state) yang sempit, mencekik, dan membelenggu.


Maka, kaum muslimin yang terpasung itu wajib membebaskan diri dari kerangkeng-kerangkeng palsu bernama negara-negara bangsa itu. Kaum muslimin pun wajib bersatu di bawah kepemimpinan seorang Imam (Khalifah) yang akan mempersatukan kaum muslimin seluruh dunia dalam satu Khilafah yang mengikuti minhaj nubuwwah. Semoga datangnya pertolongan Allah ini telah dekat kepada kita semua. Aamiin. [ ]

Wednesday, October 27, 2021

BAI'AT AQOBAH ADALAH METODE SYAR'I UNTUK MEGANGKAT NABI SAW SEBAGAI KEPALA NEGARA ISLAM

 BAI'AT AQOBAH ADALAH METODE SYAR'I UNTUK MEGANGKAT NABI SAW SEBAGAI KEPALA NEGARA ISLAM

(Kritik Khilmus | Edisi 16)


Oleh : Abulwafa Romli

https://abulwafaromli.blogspot.com/2021/10/baiat-aqobah-adalah-metode-syari-untuk.html?m=1


Bismillaahir Rohmaanir Rohiim

Pada tulisan ini, insyaAllah, saya akan mengungkap fakta-fakta tersembunyi dibalik peristiwa Bai'at Aqobah Pertama dan Kedua. Tujuannya, untuk menjelaskan, bahwa daulah nubuwwah pimpinan Nabi Muhammad saw di Madinah dan daulah khilafah 'ala minhajin nubuwwah pimpinan Alkhulafa' Arrosyidiin, keduanya benar-benar telah memiliki wilayah kekuasaan sejak awal berdirinya. Dan tujuan selanjutnya, untuk membongkar kepalsuan khilafah yang tidak memiliki wilayah kekuasaan, bahkan mengingkarinya, sebagaimana Khilmus. Mereka tanpa tedeng aling-aling menegaskan, bahwa "khilafah adalah Al Jama'ah, bukan negara", dst. 


Dengan demikian, saya berharap, semoga Allah swt menyelamatkan kaum muslimin dari fitnah khilafah dan khalifah palsu, lantaran tulisan ini atau lantaran tulisan yang lainnya. Aamiin. 

====================


BAI'AT AQOBAH PERTAMA 


Ketika Quraisy Makkah semakin keras menyakiti kaum muslimin,  maka Nabi saw memulai dengan aktifitas Tholabun Nushroh-nya, guna menggalang dukungan, pertolongan dan perlindungan terhadap dirinya dalam upaya merealisasikan Mega Proyek penegakkan daulah nubuwwah, agar bisa menerapkan Islam secara kaffah tanpa hambatan berarti. Nabi menawarkan dirinya kepada banyak kabilah, dan klimaksnya di Aqobah di Mina, di sana beliau bertemu dengan enam orang Khozroj dari Yatsrib. Mereka adalah As'ad bin Zuroroh, Auf bin Al harits, Rofi' bin Malik, Quthbah bin Amir bin Hadidah, Uqbah bin Amir bin Nabiy dan Jabir bin Abdullah. Nabi saw bersabda kepada mereka: "Siapakah kalian? ", mereka menjawab; "Kelompok dari Khozroj". Nabi bersabda; "Apakah dari sekutu Yahudi?", mereka menjawab; "Betul". Nabi bersabda; "Apakah kalian tidak mau duduk, Aku akan berbicara kepada kalian?", mereka menjawab; "Ya". Lalu mereka duduk bersama Nabi, lalu Nabi mengajak mereka kepada Allah, menawarkan Islam dan membacakan Alqur'an kepada mereka. Lalu sebagian mereka berkata kepada sebagian yang lain; "Wahai kaum! Ketahuilah, demi Allah!, sungguh dialah Nabi itu yang selama ini dijanjikan oleh Yahudi kepada kalian. Maka janganlah Yahudi mendahului kalian beriman kepadanya". Lalu mereka semua masuk Islam. Kemudian mereka kembali ke negerinya, Yatsrib. Dan ketika mereka sampai ke Yatssrib, maka mereka menuturkan kepada kaumnya berita tentang Nabi Muhammad saw. Sehingga sebutan Nabi populer di tengah-tengah mereka. Maka tidaklah ada rumah diantara rumah-rumah sahabat Anshor, kecuali di sana ada sebutan Nabi Muhammad saw. 


Hingga pada musim haji tahun berikutnya, datanglah dua belas laki-laki dari Anshor. Mereka bertemu Nabi di Aqobah di Mina. Lalu mereka berbaiat kepada Nabi. Mereka adalah sepuluh orang Khozroj, yaitu As'ad bin Zuroroh, Auf bin Alharits, Mu'adz bin Alharits, Dzakwan bin Abdi Qois, Ubadah bin Ashshomit, Quthbah bin Amir bin Hadidah, Uqbah bin Amir bin Assulami, Al Abbas bin Ubadah, Yazid bin Tsa'labah, Rofi' bin Malik. Dan dua orang dari Aus, yaitu Uwaim bin Saidah dan Malik bin Attaihan. Itulah peristiwa bai'at Aqobah Pertama. 

(Ibnu Katsir, Albidayah Wannihayah, juz 3, bab Bad'u Islaami Anshor). 


Redaksi Bai'at Aqobah Pertama :

Ubadah bin Shomit berkata :

بَايَعَنَا رَسُولُ اللَّهِ ﷺ لَيْلَةَ الْعَقَبَةِ الأُولَى عَلَى أَنْ لا نُشْرِكَ بِاللَّهِ شَيْئًا، وَلا نَسْرِقَ، وَلا نَزْنِيَ، وَلا نَقْتُلَ أَوْلادَنَا، وَلا نَأْتِيهِ بِبُهْتَانٍ نَفْتَرِيهِ بَيْنَ أَيْدِينَا وَأَرْجُلِنَا، وَلا نَعْصِهِ فِي مَعْرُوفٍ، فَإِنْ وَفَّيْتُمْ فَلَكُمُ الْجَنَّةَ، وَإِنْ غَشِيتُمْ مِنْ ذَلِكَ شَيْئًا، فَأُخِذْتُمْ بِحَدِّهِ فِي الدُّنْيَا فَهُوَ كَفَّارَةٌ لَهُ، وَإِنْ سُتِرْتُمْ عَلَيْهِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، فَأَمْرُكُمْ إِلَى اللَّهِ، إِنْ شَاءَ عَذَّبَ وَإِنْ شَاءَ غَفَرَ

"Pada malam Aqobah pertama,, Rasulullah saw mengambil bai'at dari kami; "Agar kami tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akn membunuh anak-anak kami, tidak akan melakukan kebohongan kepada Nabi yang kami buat diantara tangan dan kaki kami, dan tidak akan mendurhakai Nabi dalam kebaikkan". (Nabi bersabda:) "Apabila kalian menepati, maka bagi kalian surga. Apabila kalian melanggar sesuatu yang dilarang dalam bai'at, lalu kalian dijatuhi hadnya di dunia, maka had itu menjadi kafaroh bagi kalian. Dan apabila kalian tertutup tirai (tidak diketahui) atas pelanggaran itu sampai hari kiamat, maka urusan kalian diserahkan kepada Allah, apabila Dia berkehendak maka mengazabnya, dan apabila Dia berkehendak maka memaafkannya". (HR Bukhari, kitab Manaqibul Anshor [3679]).


Bai'at Aqobah pertama disebut juga dengan baiat wanita, karena redaksinya sama dengan bai'at wanita. Seperti ini redaksi baiat wanita di dalam Alqur'an :

 يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا جَاءَكَ الْمُؤْمِنَاتُ يُبَايِعْنَكَ عَلَى أَنْ لَا يُشْرِكْنَ بِاللَّهِ شَيْئًا وَلَا يَسْرِقْنَ وَلَا يَزْنِينَ وَلَا يَقْتُلْنَ أَوْلَادَهُنَّ وَلَا يَأْتِينَ بِبُهْتَانٍ يَفْتَرِينَهُ بَيْنَ أَيْدِيهِنَّ وَأَرْجُلِهِنَّ وَلَا يَعْصِينَكَ فِي مَعْرُوفٍ فَبَايِعْهُنَّ وَاسْتَغْفِرْ لَهُنَّ اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ 

"Wahai Nabi! Apabila perempuan-perempuan yang mukmin datang kepadamu untuk mengadakan bai‘at (janji setia kepada Nabi sebagai amir / pemimpin), bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang baik, maka terimalah bai'at mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang". (QS Almumtahanah ayat 12).


Setelah peristiwa bai'at tersebut, Nabi saw mengutus Mush'ab bin 'Umair ke Yatsrib bersama mereka untuk membacakan Alqur'an dan mengajarkan Islam. (Ibnu Katsir, Albidayah Wannihayah, juz 3, bab Bad'u Islaamil Anshoor). 

==================


BAI'AT AQOBAH KEDUA


Setelah Mush'ab bin Umair kembali ke Makkah, (pada bulan Dzul Hijjah tiga bulan sebelum hijrah ke Madinah / bulan Juni tahun 622 M) kekuarlah 73 laki-laki dan 2 perempuan dari Anshor pada musim haji. Dan mereka berbaiat kepada Nabi saw di Aqobah di Mina. 


Redaksi bai'at Aqobah Kedua :

Pada penggalan hadits yang panjang Jabir bin Abdullah ra berkata :

فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللهِ عَلَامَ نُبَايِعُكَ؟ قَالَ: «تُبَايِعُونِي عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي النَّشَاطِ وَالْكَسَلِ، وَعَلَى النَّفَقَةِ فِي الْعُسْرِ وَالْيُسْرِ، وَعَلَى الأَمْرِ بِالمَعْرُوفِ وَالنَّهْيِ عَنِ المُنْكَرِ، وَعَلَى أَنْ تَقُولُوا فِي اللهِ لَا تَأْخُذُكُمْ فِيهِ لَوْمَةُ لَائِمٍ، وَعَلَى أَنْ تَنْصُرُونِي إِذَا قَدِمْتُ يَثْرِبَ فَتَمْنَعُونِي مِمَّا تَمْنَعُونَ مِنْهُ أَنْفُسَكُمْ وَأَزْوَاجَكُمْ وَأَبْنَاءَكُمْ، وَلَكُمُ الْجنَّة».

Lalu kami berkata : "Wahai Rasulallah, atas dasar apa kami akan berbaiat kepada engkau". Lalu Nabi bersabda kepada mereka : "Berbaiat lah kalian kepadaku atas dasar mendengar dan ta'at dalam kondisi giat dan malas, memberi nafkah dalam kondisi sulit dan mudah; atas dasar amar makruf dan nahi munkar, berkata-kata (tidak diam) dalam menolong agama Allah, tidak takut celaan orang yang memcela dalam menolong agama Allah; dan atas dasar kalian menolongku ketika aku datang kepada kalian, lalu melindungiku dari perkara yang kalian melindungi diri kalian, istri-istri kalian dan anak-anak kalian dari padanya. Dan bagi kalian surga".

(HR Ahmad [14694]. Syu'aib Al-Arnauth berkata; Hadits Shahih dan ini isnad hasan; Baihaqi, Assunnan Alkubro [18191], dan Ashshauyani berkata; "Isnadnya Shahih", Assiroh Annabawiyyah kamaa ja-at fil Ahaadiitsish Shahiihah, 1/244).


Dan hadits Ubadah bin Ashshomit ra :

 عن عبادة بن الصامت قال: دَعَانَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ، فَكَانَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا: أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا، وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا، وَأَثَرَةٍ عَلَيْنَا، وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ، قَالَ: إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنَ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ.

Dari Mu'adz bin Ashshomit, ia berkata: "Rasulullah saw memanggil kami lalu kami membaiatnya. Maka pada pengambilan bai'at atas kami, Rasulullah membaiat kami atas dasar mendengar dan ta'at dalam kondisi senang kami dan benci kami, sulit kami dan mudah kami, dan ada monopoli atas kami, agar kami tidak merebut perkara pemerintahan dari pemiliknya. Nabi bersabda : "Kecuali ketika kami melihat kekufuran yang nyata, dimana kalian memiliki bukti dari Allah (Alqur'an) tentang kekufuran itu". 

(HR Muslim, Kitabul Imaroh, Babu Wujubi Tho'atil Umaro fi Ghoiri Ma'shiyatin wa Tahrimihaa fil Ma'shiyati [3536]).


Mereka membaiat Nabi satu persatu dimulai dari As'ad bin Zuroroh yang paling muda usianya. Kaum laki-laki sama berbaiat dengan memukul kedua tangan Nabi. Sedang dua perempuan yang ikut berbaiat bersama suaminya, maka Nabi bersabda kepada keduanya: "Aku benar-benar telah membaiat kalian. Sesungguhnya aku tidak bersalaman dengan wanita".


Kemudian Nabi bersabda kepada mereka : "Keluarkan kepadaku dari kalian dua belas pemimpin (naqib) yang akan bertanggungjawab atas kondisi kaumnya". Lalu mereka mengeluarkan dari mereka dua belas  pemimpin. Sembilan dari Khozroj, yaitu; As'ad bin Zuroroh, Sa'ed bin Arrobii', Abdullah bin Rawahah, Rofi' bin Malik, Albaro' bin Ma'rur, Abdullah bin Amr bin Harom, Ubadah bin Ashshomit, Sa'ed bin Ubadah dan Almundzir bin Amr. Dan tiga orang dari Aus, mereka adalah; Usaid bin Hudhair, Sa'ed bin Khaitsamah dan Rifa'ah bin Abdilmundzir. Nabi bersabda kepada para pemimpin; "Kalian akan bertanggungjawab atas kondisi kaum kalian. Sebagaimana tanggungjawab nya Hawariyiin kepada Isa bin Maryam. Sedang aku bertanggungjawab atas kaumku".

(Ibnu Katsir, Albidayah Wannihayah, juz 3, Fashal: Qishotu Bai'atil Aqobatits Tsaniyah). 

====================


FAKTA-FAKTA TERSEMBUNYI DIBALIK BAI'AT AQOBAH KESATU DAN KEDUA 


•Fakta Pertama : 

Telah ada Aktifitas Tholabun Nushroh mendahului peristiwa bai'at, dimana dalam Siroh Ibnu Sa'ad, Nabi melakukannya sampai sebanyak lima belas kali kepada lima belas kabilah. Dan dengan aktifitas tholabun nushroh ini tidak sedikit dari ulama kaum muslimin yang hanya memahaminya sebatas tabligh dan dakwah Nabi saw kepada Allah dan kepada Islam, dimana tidak ada hubungan sama sekali dengan politik, apalagi untuk menegakkan negara. Karena Nabi sendiri melakukannya secara rahasia, dan tidak banyak melibatkan sahabat. Dalam kitab-kitab Siroh, para mushonnif memakai bab Al'ardhu 'alal Qabaili, bahwa Nabi saw telah menawarkan dirinya kepada sejumlah kabilah, Nabi meminta kepada mereka agar mau menjaga dan melindunginya, sehingga Nab bisa menyampaikan risalah Islam dalam keadaan aman. 


Padahal Nabi saw malakukan aktifitas Tholabun Nushroh sebagai upaya untuk menggalang dukungan dari orang-orang yang memiliki wilayah otonomi dan kemampuan untuk menegakkan institusi negara. Ini bisa kita pahami dari permintaan Bani Amir bin Sho'sho'ah, sebelum terjadi bai'at aqobah pertama, sebagai berikut; 

وطلب منه بنو عامر إن هم آمنوا به أن يجعل لهم أمر الرياسة من بعده، فقال لهم الأمر لله يضعه حيث يشاء

"Bani Amir meminta kepada Nabi, apabila mereka beriman kepada Nabi (lalu memberikan nushroh kepada Nabi untuk menegakkan daulah) agar Nabi memberikan perkara kepemimpinan daulah kepada mereka setelah wafatnya Nabi. Lalu Nabi berkata kepada mereka; "Perkara kepemimpinan itu milik Allah, Dia akan meletakkannya di tempat mana yang Dia kehendaki". (Muhammad Alhadhory Bik, Nurul Yaqin fi Siyroti Sayyidil Mursaliin, ban Al'ardhu 'alal Qobaili, Maktabah Daru Ihyail Kutubil 'Arobiyyati Indonesia; Siroh Ibnu Hisyam, 2/272 ; Ibnu Katsir, Albidayah Wannihayah, 2/139-140). 


Jadi aktifitas tholabun nushroh yang dilakukan oleh Nabi, adalah dalam rangka menambah kedudukannya, di samping sebagai Annabi dan Arrosul yang bertugas menyampaikan Wahyu dan mengajak manusia kepada Allah dan kepada Islam, juga sebagai kepala negara. Yaitu dengan aktifitas dakwah untuk menegakkan negara agar bisa menerapkan syariah Islam secara kaffah, untuk mewujudkan Islam yang rahmatan lil'alamiin. 


•Fakta Kedua :

Sahabat Anshor yang baru setahun dan dua tahun masuk Islam, adalah yang pertama kali membaiat Nabi saw, baik bai'at aqobah pertama maupun kedua, bukan sahabat muhajirin yang sudah lebih dari sepuluh tahun masuk Islam. Karena sahabat Anshor sudah punya wilayah otonomi untuk menjadi tempat berdirinya negara, juga mereka punya kemampuan untuk itu. Jadi baik SDA maupun SDM-nya sudah terpenuhi untuk berdirinya negara. 


Berbeda jauh dengan kondisi sahabat Muhajirin, meskipun secara SDM-nya terbilang unggul, tetapi secara SDA-nya, mereka sama sekali tidak memiliki wilayah otonomi. Karena Mekkah saat itu berada dalam kepemimpinan pembesar-pembesar Quraisy seperti halnya Abu Jahal yang berjuluk Abul Hakam, jabatan setara dengan presiden. 


Dari fakta ini, dapat kita pahami, bahwa rangkaian bai'at aqobah kesatu dan kedua adalah bai'at in'iqod, bai'at legal formal, sebagai metode sahnya pengangkatan Nabi saw menjadi kepala negara, meskipun riilnya baru terjadi setelah Nabi hijrah ke Medinah. Dan sebagai syarat sahnya bai'at dari orang-orang yang membaiat Nabi dengan bai'at in'iqod, yakni harus sudah punya wilayah otonomi untuk berdiri tegaknya negara Islam. 


Sedang bai'atnya kaum muslimin dari sahabat Muhajirin, laki-laki dan perempuan, setelah Nabi domisili di Madinah, adalah bai'at ta'at kepada Nabi dalam kapasitasnya sebagai kepala negara Islam, dan bai'at ini wajib atas setiap muslim. Dan bai'at ta'at ini tidak sah sebelum terjadinya bai'at in'iqod. 


•Fakta Ketiga :

Reaksi Quraisy ketika mengetahui bai'at aqobah kedua. Mereka mendatangi tempat persinggahan sahabat Anshor dan berkata :

يامعشر الخزرج بلغنا أنكم جئتم لصاحبنا تخرجونه من أرضنا وتبايعونه على حربنا؟ 

"Wahai golongan Khozroj! Telah datang kepada kami berita, bahwa kalian telah datang kepada teman kami (Muhammad saw), kalian akan membawanya keluar dari tanah kami, dan kalian berbaiat kepadanya atas dasar perang terhadap kami?!".

Maka sahabat Anshor mengingkarinya. Dan orang-orang musyrik yang tidak menghadiri bai'at sama bersumpah kepada Quraisy, bahwa pada malam itu tidak terjadi apa-apa. Sedang Abdullah bin Ubaiy pembesar Khozroj juga berkata; "Sungguh kaumku tidak akan melepaskan sesuatu atasku dari peristiwa itu (seandainya mereka ngerti)".

(Muhammad Hadhoriy Bika, Nurul Yaqin fii siyroti sayyidil mursaliin, bab Al'aqobah Assaniyyah). 


Dari reaksi kafir Quraisy dapat kita pahami bahwa bai'at aqobah itu bukan bai'at iman dan pembenaran dengan kerasulan Nabi saw dan dengan risalah Islam. Tetapi lebih dari itu, menunjukkan bahwa bai'at aqobah adalah baiat perang terhadap kekufuran dan kemusyrikan. Ini juga menunjukkan bahwa sahabat Anshor membaiat Nabi saw dalam kapasitasnya sebagai amir daulah, sebagai pemimpin negara. Ini juga bisa dipahami dari setibanya Nabi saw di Madinah, beliau langsung membuat dan menetapkan Piagam Madinah sebagai UUD negara moderen pertama di dunia. 


•Fakta Keempat :

Sebelum terjadi bai'at aqobah atau sebelum sahabat Anshor membai'at Nabi, sahabat Muhajirin sekelas Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali dll. tidak membaiat Nabi dan Nabi pun tidak menyuruh mereka berbai'at. Ini artinya, mereka hanya wajib mengimani, membenarkan dan ta'at kepada Muhammad sebagai Annabi dan Arrosul, mereka tidak diwajibkan bai'at kepadanya. Dan dengan fakta ini semakin jelas, bahwa bai'at adalah metode syar'i untuk mengangkat pemimpin negara Islam. Dan redaksi bai'at aqobah kedua di atas benar-benar telah menunjukkan hal demikian. 

=================


PENUTUP

Dengan mengkaji fakta bai'atnya kaum muslimin kepada Abu Bakar setelah Rasulullah saw wafat dan kepada Alkhulafa' Arrosyidiin setelah Abu Bakar wafat, tersingkap bukti yang jelas, bahwa bai'at itu terbagi menjadi dua, bai'at in'iqod dan bai'at ta'at. Dimana setelah Nabi saw wafat, kaum muslimin dari pembesar sahabat Anshor dan Muhajirin berkumpul di saqifah Bani Sa'idah untuk memilih pengganti Rasulullah saw dalam kepemimpinan agama dan negara. Dan dalam pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah telah terjadi dua gelombang bai'at. Pertama bai'at dari para pembesar sahabat atau ahlulhalli wal'aqdi yang mengesahkan Abu Bakar sebagai khalifah, yakni bai'at in'iqod. Kedua bai'atnya kaum muslimin secara umum, yakni bai'at ta'at. Juga praktek bai'at kepada para khalifah setelah Abu Bakar, semuanya sama, yaitu terdiri dari dua gelombang bai'at, bai'at in'iqod dan bai'at ta'at. Meskipun teknis pemilihan dan pengangkatan khalifahnya berbeda-beda. Dan semua bai'at tersebut terjadi setelah kaum muslimin memiliki wilayah kekuasaan yang terbentang luas.


Apa yang telah saya utarakan di atas bukan mengada-ada, apalagi akal-akalan, semuanya bisa dilacak dan dibaca dalam kitab-kitab siroh yang ada. Maka bagi siapa saja yang hatinya ikhlas serta akalnya cerdas, sangat mudah mencari dan menerima haq, juga sangat mudah membedakan khilafah ala minhajin nubuwwah yang asli dan yang palsu, yaitu dengan melihat kepada proses bai'atnya. 

Wallohu A'lam. [].

(Bersambung... )


#KhilafahAjaranIslam

#KhilafahAjaranAhlussunnah

#KhilafahAjaranAswaja

#KhilafahWarisanRasulullah

#IslamRahmatanLilAlamin

#IndonesiaBerkahDenganSyariah

#SyariahDiterapkanDenganKhilafah

#tintasiyasi

Monday, October 25, 2021

Hari santri nasional

 HARI SANTRI NASIONAL

Digging up the past


Oleh: Ust. M. Ismail Yusanto


Digging up the past adalah slogan yang sangat terkenal di kalangan para arkeolog. Ini mewakili semangat mereka untuk mengungkap masa lalu melalui usaha penemuan dan penggalian situs-situs bersejarah. Hasilnya adalah sebuah rekonstruksi kehidupan atau peradaban di masa lalu yang diharap bisa memberi pelajaran kepada kehidupan sekarang dan di masa mendatang.


Tapi slogan itu kiranya tepat juga dipakai oleh kita saat ini yang konsern pada pentingnya pelurusan sejarah. Terlebih setelah Presiden Jokowi - memenuhi janji kampanye saat pilpres tahun lalu - menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri tidak lepas dari kiprah santri dan para kiai dalam melawan penjajah yang ketika itu terus berusaha mengancam kemerdekaan Indonesia yang baru saja diproklamasikan.


Pada 21 Oktober 1945, berkumpul para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO (Ansor Nahdlatul Oelama). Setelah rapat darurat sehari semalam, pada 22 Oktober dideklarasikanlah seruan jihad fi sabilillah yang belakangan dikenal dengan istilah Resolusi Jihad. Intinya, membela kemerdekaan Indonesia sebagai negeri muslim dari kaum penjajah adalah kewajiban syar’iy. Inilah jihad, yang diperintahkan Allah SWT, dan pelakunya sangat dimuliakan.


++++


Kita tentu berharap, penetapan 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional bukan sekadar pemenuhan janji bagi kepentingan politik pencitraan, tapi ada misi yang lebih jauh, yakni usaha untuk mengungkap kebenaran sejarah. Misi ini sangat penting karena pelurusan sejarah akan berpengaruh besar dalam ikhtiar membangun kesadaran publik yang benar di masa mendatang.


Kita tahu, sejarah memang tidaklah netral. Sejarah adalah realitas tangan ke dua (second-hand reality) yang sangat tergantung pada siapa yang menuliskan, dan atas dasar kepentingan apa sejarah itu ditulis. Di sinilah, demi memuluskan kepentingan politik penguasa, kejahatan penulisan sejarah kerap terjadi.


Setidaknya ada 3 kejahatan penulisan sejarah yang dilakukan dengan tujuan untuk mengaburkan peran Islam dalam sejarah bangsa dan negara ini.


Pertama, penguburan atau peniadaan peristiwa sejarah. Salah satu contoh paling nyata, ya soal Resolusi Jihad itu. Bila sejarah pergerakan kemerdekaan ditulis secara jujur, mestinya akan terbaca sangat jelas peran besar para santri yang tergabung dalam Hizbullah dan para kyai yang tergabung dalam Sabilillah dalam periode mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Lebih khusus peran KH Hasyim Asy’ari saat mengeluarkan Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 untuk melawan penjajahan Belanda yang ketika itu, dengan membonceng sekutu, hendak kembali bercokol.


Menurut cucu KH Hasyim, KH Salahuddin Wahid, resolusi atau fatwa itu telah mendorong puluhan ribu muslim, utamanya di Surabaya, untuk bertempur melawan Belanda dengan gagah berani. Peristiwa heroik di Hotel Oranye, Surabaya, itulah yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan, 10 November. Tanpa resolusi itu, mungkin semangat melawan Belanda dan sekutu tidak terlalu tinggi. Tapi, dalam buku sejarah, peristiwa penting itu tidak ditulis. Sungguh aneh, peristiwa 10 November selalu disebut-sebut, tapi Resolusi Jihad yang membuat peristiwa 10 November bisa terjadi malah disembunyikan.


Buku Resolusi Jihad Paling Syar’iy, yang ditulis oleh Gugun el Guyanie (Pustaka Pesantren, 2010) adalah salah satu buku yang dari sub judulnya “Biarkan kebenaran yang hampir setengah abad dikaburkan catatan sejarah itu terbongkar” menggambarkan semangat untuk mengungkap kebenaran sejarah, khususnya di seputar Resolusi Jihad, yang menurut sejarahwan Belanda Martin van Bruinessen, peristiwa penting ini memang tidak mendapat perhatian yang layak dari para sejarahwan.


Kedua, pengaburan peristiwa sejarah. Contohnya, siapa sebenarnya inspirator kebangkitan nasional melawan penjajah? Bila sejarah mencatat secara jujur, mestinya bukan Boedi Oetomo, melainkan Syarikat Islam (SI) yang merupakan pengembangan dari Syarikah Dagang Islam (SDI) yang antara lain dipimpin oleh HOS Cokroaminoto, yang harus disebut sebagai cikal bakal kesadaran nasional melawan penjajah. Sebagai gerakan politik, SI ketika itu benar-benar memang bersifat nasional, ditandai dengan eksistensinya di lebih dari 18 wilayah di Indonesia, dan dengan tujuan yang sangat jelas, yakni melawan penjajah Belanda. Sebaliknya, Boedi Oetomo sesungguhnya hanya perkumpulan kecil, sangat elitis, bahkan rasis, serta sama sekali tidak memiliki spirit perlawanan terhadap Belanda. Tapi mengapa justru sejarah menempatkan Boedi Oetomo sebagai pelopor?


Ketiga, pengaburan konteks peristiwa sejarah. Tentu bukan sebuah kebetulan belaka ketika Kebangkitan Nasional ditetapkan berdasar pada kelahiran Boedi Oetomo, bukan Sarekat Islam – sebagaimana juga Hari Pendidikan Nasional, bukan didasarkan pada kelahiran Muhammadiyah dengan sekolah pertama yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912, kemana Ki Hadjar waktu itu banyak belajar. Ki Hadjar sendiri baru mendirikan sekolah Taman Siswa pada 1922. Sebab, bila itu dilakukan maka yang akan mengemuka tentu adalah spirit atau semangat Islam. Dalam setting kepentingan politik penguasa saat itu, hal itu sangatlah tidak dikehendaki.

Padahal, spirit Islam sesungguhnya telah lama menjadi dasar perjuangan kemerdekaan di masa lalu. Peperangan yang terjadi pada abad ke-19 melawan Belanda tidak lain didorong oleh semangat jihad melawan penjajah. Ketika Pangeran Diponegoro memanggil sukarelawan, maka kebanyakan yang tergugah adalah para ulama dan santri dari pelosok desa. Begitu juga pemberontakan petani menentang penindasan yang berlangsung terus-menerus sepanjang abad ke-19 selalu dibawah bendera Islam. Perlawanan yang dilakukan oleh Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar dan diteruskan oleh Cut Nyak Dien dari tahun 1873-1906 adalah jihad melawan kape-kape Belanda. Begitu juga dengan perang Padri. Sebutan Padri menggambarkan bahwa perang ini merupakan perang keagamaan. Jadi, jelas sekali ada usaha sistematis untuk meminggirkan, bahkan menghilangkan peran Islam dalam sejarah perjuangan kemerdekaan serta menghilangkan spirit Islam dari wajah sejarah bangsa dan negara ini.


Oleh karena itu, penetapan Hari Santri Nasional harus bisa dijadikan momentum untuk melawan kejahatan sejarah itu, serta usaha menulis ulang sejarah: tentang apa yang disebut kebangkitan nasional, pendidikan nasional dan sejarah nasional lainnya, termasuk sejarah pergerakan pra kemerdekaan secara kritis, jujur dan obyektif sehingga peran Islam bisa diletakkan secara tepat. Sejarah dalam istilah al Qur’an sebagaimana kisah, mengandung ibrah atau pelajaran. Pengaburan apalagi penguburan sejarah dari fakta yang sebenarnya tentu akan menutupi ibrah yang mestinya bisa didapat.


Maka, bila mengacu kepada sejarah yang benar tentang peran Syarikat Islam, KH Ahmad Dahlan, dan lainnya, juga peran KH Hasyim Asy’ari dengan Resolusi Jihadnya serta peran Hizbullah – Sabilillah, kita tentu akan mendapatkan spirit Islam itu. Juga bahwa Kebangkitan hakiki adalah kembalinya kesadaran akan hakikat hidup manusia sebagai abdullah dan khalifatullah dengan misi untuk menyembah Sang Khaliq dan memakmurkan bumi dengan menjalankan segala titahNya. Jadi, kebangkitan bukan hanya sebuah kata sloganistik, tetapi suatu kata yang menginisiasi perjuangan bagi sebuah perubahan dalam seluruh aspek kehidupan bangsa dari penjajahan ideologi-ideologi jahiliah yang menyengsarakan rakyat menuju yang memberikan rahmat bagi semua. Itulah kebangkitan dengan spirit Islam, yang ketika itu digelorakan oleh Cokroaminoto dan Sarekat Islam. Spirit Islam semacam itulah yang diperlukan sebagai sumber kekuatan perjuangan guna membawa negeri ini ke arah yang lebih baik di bawah ridha Ilahi.


Jadi, Hari Santri Nasional mestinya bukan sekadar digging up the past (mengungkap masa lalu), tapi digging up the truth (mengungkap kebenaran)!

Saturday, October 16, 2021

Khilafah Tidak Ada Dalam Syariat Islam", Ahmad Dhani: Memangnya Demokrasi dan Republik Ada?

 "Khilafah Tidak Ada Dalam Syariat Islam", Ahmad Dhani: Memangnya Demokrasi dan Republik Ada?!


Sabtu, 16 Oktober 2021


Faktakini.info


*KHILAFAH TIDAK ADA DALAM SYARIAT ISLAM?*


By AhmadDhani


Ada Muslim yang berteriak “KHILAFAH TIDAK ADA DI SYARIAT ISLAM!”


Dalam hati saya... *”DUNGU”*


*APA DEMOKRASI ada di SYARIAT ISLAM?*


*APA REPUBLIK ITU ADA DI SYARIAT ISLAM?*


ABU BAKAR RA


UMAR BIN KHATAB RA


USTMAN bin AFFAN RA


ALI bin ABI THALIB RA


UMAR BIN ABDUL AZIZ


HARUN AL RASYID


SALAHUDDIN AL AYYUBI


MUHAMMAD AL FATIH


Mereka semua Tokoh KHILAFAH yang menguasai Dunia selama 1000 tahun .


( Maaf belum ada orang kita yang melampaui kebesaran mereka itu Tokoh KHILAFAH )


Mereka yang tidak terlalu peduli apakah KHILAFAH itu ada di SYARIAT ISLAM Atau tidak...


KHILAFAH itu , UNTUK  dan BAGI Muslim yang  *MENTAL nya SUPERIOR*, 


*SEJARAH MEMBUKTIKAN ITU*


*KHILAFAH* bukan untuk Muslim yang mental nya *INFERIOR* tapi teriak Revolusi.


*KHILAFAH* tidak cocok untuk *KITA ,*


*KITA* yang sukanya NGUTANG,


*KITA* yang sukanya JUALAN ASET NEGARA...


*KITA* YANG MATA UANG NYA TERUS AMBYAR TAPI PLONGA PLONGO.


*KITA* yang pengetahuan SEJARAH ISLAM nya minim.


*KITA* yang BUTA GEO POLITIK DUNIA.


*KITA* 


*K* oalisi


 *I* jtihad


*T* anpa


*A* kal


 *SIAPA YANG PALING TAKUT , HINGGA MENJADI PALING ANTI KHILAFAH ?*


Jawaban nya ,


Adalah *mereka yang sedang berkuasa saat ini*


Siapa? Luhut Binsar Panjaitan?


Dia cuma *pion* kecil


Siapa dong ?


Ya *AMERIKA* lah...


Loh kok?


Makanya *PENTING UNTUK TAU DAN PAHAM SEJARAH*


*AMERIKA* ITU  BARU  *74 TAHUN* BERKUASA ATAS DUNIA!!!


*KHILAFAH* PERNAH MENGUASAI DUNIA HAMPIR *800 TAHUN !!* ( meskipun di Interupsi sebentar oleh  *Perang Salib* hingga *Ekspansi Mongol* ).


Kenapa *AMERIKA* takut sekali dengan *KHILAFAH?*


*Karena mereka belajar Sejarah*


Di jaman *Dinasty ABBASIYAH* ,


ILMU DAN TEKHNOLOGI *di temukan.*


Jika tidak ada Ilmuan ilmuan Islam seperti 


1. *Muhammad ibn Musa AL Khwarizmi* ( 780M-850M ,Orang Iran ) Penulis buku *AL Jabar* buku dasar Matematika


2. *Ibn Sina*( 980M-1037M , Orang Iran ). Peletak dasar dasar ilmu Kimia-Bilologi dan Kedokteran.


3. *AL Ghazali* .(1058-1111 )  Ahli Filsafat Modern .


4. *Jalaulddin Rumi* ( 1207-1273 ) seorang SASTRAWAN HEBAT sebelum orang Eropa mengenal SASTRA.


Jika tidak ada MUSLIM HEBAT di masa KHILAFAH ISLAM,


Maka di Eropa pun tidak akan ada *Revolusi Ilmu Pengetahuan.*


Maka ,Jika Kalian Kagum dengan Amerika Yang baru 74 tahunan *MENGUASAI DUNIA*...


Maka , Mustahil bagi kalian jika tidak *mengagumi Khilafah* yang *MENGUASAI DUNIA* hampir *800 Tahun.*


Sebagai Ilustrasi Sejarah singkat PERADABAN MANUSIA dan BANGSA/RAS YANG MENJADI PEMIMPIN NYA.


1. *ISRAEL* ( Kerajaan Modern Pertama di DUNIA ) 


RAS : YAHUDI


Raja yang Terkenal : *Nabi Daud AS* ( KING DAVID ) dan Putra Mahkota *Nabi Sulaiman AS* ( KING SOLOMON )


Sekitar *1000 sebelum Masehi.*


*Menguasai Dunia 300* Tahun hingga Akhirnya di kalahkan oleh Bangsa *Babilonia.*


2. *BABILONIA ( IRAK )*


RAS : KULIT PUTIH ( KAUKASIAN )


Raja Yang terkenal : *NEBUCADNEZAR*


Menguasai Dunia dari *700 SM* 


Hingga di kalahkan oleh *Bangsa PERSIA*


3. *PERSIA ( IRAN )*


RAS : KULIT PUTIH ( KAUKASIAN )


Raja yang terkenal : DARIUS THE GREAT/ XERXES 


*Menguasai Dunia 150 TAHUN an*


Hingga akhir nya di kalah kan oleh ALEXANDER THE GREAT dari *Macedonia*


4. *MACEDONIA( Eropa )*


RAS : KULIT PUTIH ( KAUKASIAN )


Raja yang terkenal : ALEXANDER THE GREAT.


Berkuasa 200 tahunan dan di teruskan oleh *ROMAWI*


5. *ROMAWI*


RAS : KULIT PUTIH DAN YAHUDI.


Raja yang Terkenal : JULIUS CAESAR. NERO, CONSTANTINE THE GREAT.


*Berkuasa 500 Tahun*


6. *KHILAFAH*


RAS SEMIT ( ARAB DAN YAHUDI )DAN KULIT PUTIH ( PERSIA dan BABILONIA )


*Menguasai DUNIA + minus 800 tahun* semenjak Nabi Muhammad SAW ( 600 Masehi ) hingga KHILAFAH UTSMANI di TURKI.


Apapun selama KHILAFAH berkuasa ,


Ada juga kekuatan lain di belahan DUNIA yang juga menjadi *PUSAT PERDABAN* yaitu 


*KERAJAAN MATARAM KUNO di JAWA ( 800M-900M )*


Ada juga kekuatan MILITER Kerajaan INGRIS DAN PERANCIS ( semasa Perang Salib )


Dan Juga kekuatan besar *MONGOL* ( 1200M-1300M ) yang akhir nya me MUSNAHKAN *KHILAFAH ABBASIYAH*.


Meskipun setelah itu *KHILAFAH UTSMANI* mengembalikan *KEJAYAAN KHILAFAH* setelah *MENAKLUKKAN KONSTANTINOPEL tahun 1453 MASEHI*


Seiring dengan KHILAFAH USTMANI,


Bangkit juga kekuatan *EROPA*


SPANYOL dan PORTUGIS di periode awal 1400 an.


BELANDA di periode 1600 an


INGGRIS di periode 1700 an


JERMAN 1930 an


Dan PUNCAK nya


AMERIKA MEMENANGKAN PERANG DUNIA II ( Worl War 2 ) tahun 1945.


*SEJAK 1945 , BARULAH AMERIKA MENGUASAI DUNIA*


( RAS KULIT PUTIH DAN YAHUDI )


*SECARA FORMAL 74 TAHUN BERKUASA.*


WAJAR JIKA NGERI NGERI SEDAP KALO DENGAR KATA KHILAFAH ( Langsung kebayang *Sultan Salahudin* ).


Jadi yang menganggap *KHILAFAH* adalah *MUSUH,* bukan lah *PANCASILA* 


( PANCASILA tidak pernah menguasai DUNIA ) .


Tetapi 


DUNIA YANG SEKARANG DI PIMPIN OLEH AMERIKA lah yang TAKUT TERHADAP KEBANGKITAN KHILAFAH YANG PASTI akan TERULANG KEMBALI ( Roda KEKUASAAN pasti berputar )


Salam PANCASILA


Salam NKRI HARGA MATI


*AhmadDhani , 17 Agustus 2018*

Wednesday, October 13, 2021

MEMBAIAT KHALIFAH TANPA PENERAPAN SYARIAH

 MEMBAIAT KHALIFAH TANPA PENERAPAN SYARIAH


Diasuh Oleh: Ust M Shiddiq Al Jawi


Tanya : 


Teman dialog saya pernah menyampaikan bahwasannya dia mengaku sudah membai'at atau memiliki khalifah. Meskipun, ketika saya tanya, mana wilayahnya, militer, dsb, dia menjawab belum ada dan lagi diusahakan. Karena menurut dia, yang penting adalah membai'at atau mengangkat khalifah dulu, soal perangkatnya (wilayah, militer, dll) menyusul. Jika harus nunggu militer dan wilayah dulu ada, maka akan terlalu lama. Keburu nanti jika mati, maka matinya terkategori mati jahiliyyah. Jadi angkat dulu khalifah meskipun belum ideal (bisa dikatakan khalifah darurat). Menurut dia lagi, pemahaman di atas berangkat dari hadits Rasul SAW "Barang siapa yang mati dalam kondisi tidak berba'iat kepada khalifah maka matinya mati jahiliyyah" (HR Muslim). Pertanyaan saya : 1. Benarkah pemahaman teman dialog saya tadi diatas, yang penting "person khalifah" dulu, bukan "wilayah atau kekuasaan" ? 2. Bagaimana penjelasan soal hadits yang dijadikan dalil oleh teman dialog saya tadi ? Mohon ustad berkenan untuk menjawabnya. (Hamba Allah, bumi Allah). 


 


Jawab :


Untuk menjawab pertanyaan tentang “khalifah” perlu diketahui lebih dulu apa definisi “khalifah” secara syar’i, yaitu pengertian Khalifah sebagaimana dimaksudkan oleh nash-nash syariah (Al Qur`an dan As Sunnah). Definisi khalifah secara syar’i adalah :


 


هو الذي ينوب عن الأمة في الحكم والسلطان وفي تنفيذ الأحكام الشرعية


 


"Huwalladzy yanuubu 'an al ummah fi al hukmi wa al-sulthan wa fi tanfiidzi al-ahkam al-syar'iyyah" (khalifah adalah orang yang mewakili umat dalam urusan pemerintahan atau kekuasaan [as sulthaan] dan dalam penerapan hukum-hukum syariah). Demikian diterangkan oleh Syaikh Abdul Qadim Zallum --rahimahullah-- dalam kitabnya Nizhamul Hukmi fi Al-Islam, pada bab Al-Khalifah, halaman 49.


 


Jadi, khalifah yang dibaiat haruslah mempunyai kekuasaan (as-sulthan) dan menerapkan hukum-hukum syara' di berbagai aspek kehidupan, seperti sistem pemerintahan, sistem ekonomi, sistem pendidikan, politik luar negeri, dan sebagainya. Khalifah dalam definisi syar'i inilah yang dimaksud dalam hadits tersebut ("Barang siapa yang mati dalam kondisi tidak berba'iat kepada khalifah maka matinya mati jahiliyyah").


 


Maka dari itu, kalau seseorang diangkat sebagai khalifah tapi tidak mempunyai kekuasaan dan tidak melaksanakan hukum-hukum syara', sebenarnya dia bukanlah khalifah dalam pengertian syar'i. Membaiat khalifah tanpa kekuasaan atau tanpa penerapan syariah kepada masyarakat, hukumnya tidak sah menurut syara' karena telah menyalahi nash-nash syara' dalam Al Qur`an dan As Sunnah yang menerangkan kewenangan (shalahiyat) khalifah dalam kekuasaan dan penerapan hukum-hukum syariah. Untuk apa khalifah dibaiat kalau bukan untuk menjalankan kekuasaan dan menerapkan hukum-hukum syariah?


 


Memang benar, bahwa wajib setiap muslim mempunyai baiat di lehernya kepada khalifah dan bahwa kalau seorang muslim tidak mempunyai baiat kepada khalifah, matinya adalah mati jahiliyah (mati dengan dosa besar bukan mati kafir). Tapi ini tidak berarti bahwa orang boleh membaiat khalifah dengan sembarangan tanpa memperhatikan syarat-syarat syar'i atau berbagai wewenang (shalahiyat) yang dimiliki khalifah. Sama halnya dengan shalat yang merupakan kewajiban atas setiap muslim, dimana siapapun muslim yang tidak mau shalat diancam Allah SWT akan masuk ke dalam neraka Saqar (QS Al Mudatstsir : 42-43). Tapi ini tidak berarti seorang muslim boleh sholat secara sembarangan tanpa memperhatikan syarat-syarat sah sholat, misalnya shalat tanpa menutup aurat, tanpa wudhu, dan sebagainya.


 


Perlu diperhatikan, bahwa kekeliruan mendasar teman Anda --hadaanallahu wa iyyahu—(semoga Allah memberi petunjuk kepada kita dan dia) adalah dia tidak mampu membedakan antara mengangkat Khalifah (nashbul khalifah) dengan menegakkan Khilafah (iqamatul khilafah). Kedua hal ini berbeda. Mengangkat khalifah adalah mengangkat seseorang menjadi khalifah. Ini tidak otomatis membuat tegak sistem Khilafah (ketika Khilafahnya tidak ada, seperti sekarang). Tapi menegakkan Khilafah (iqamatul Khilafah) secara otomatis akan berimplikasi adanya pengangkatan khalifah (nashbul khalifah).


 


Padahal, masalah yang dihadapi umat Islam saat ini setelah hancurnya negara Khilafah di Turki tahun 1924, justru adalah menegakkan Khilafah (iqamatul khilafah), bukan sekedar mengangkat Khalifah (nashbul khalifah). Sementara teman Anda mempunyai pemahaman dasar, bahwa masalah yang perlu dipecahkan hanya sekedar mengangkat Khalifah (nashbul khalifah), tanpa memperhatikan apakah negara Khilafah-nya ada atau tidak. Di sinilah pangkal kekeliruan teman Anda. (Lengkapnya lihat kitab Khilafah 'Ala Minhajin Nubuwwah, karya Wali Al-Fattah).


 


Dalam kitabnya Nizhamul Hukmi fi Al-Islam Syaikh Abdul Qadim Zalum, menerangkan bahwa untuk mengangkat Khalifah (nashbul khalifah), wajib dipenuhi 7 (tujuh) syarat yang melekat pada pribadi (person) khalifah. Yaitu seorang khalifah itu wajib memenuhi syarat sbb :


(1) Muslim,


(2) Laki-laki,


(3) Baligh,


(4) Berakal,


(5) Adil (tidak fasik),


(6) Merdeka (bukan budak), dan


(7) Mampu. (Abdul Qadim Zalum, Nizhamul Hukmi fi Al-Islam, hlm. 50-53).


 


Sedangkan untuk menegakkan Khilafah (iqamatul khilafah), maka suatu negeri (al balad, al quthr) wajib memenuhi 4 (empat) syarat, yaitu;


 Pertama, kekuasaan yang ada pada negeri (al-balad) tersebut wajib merupakan kekuasaan yang mandiri (sulthanan dzatiyan), bukan di bawah kendali negara kafir.


Kedua, keamanan (al-amaan) di negeri tersebut berada di tangan kaum muslimin, baik di dalam negeri atau di luar negeri.


Ketiga, khalifah itu wajib segera menerapkan hukum-hukum syara' di dalam negeri dan segera melaksanakan tugas mengemban dakwah Islam ke luar negeri.


Keempat, khalifah yang dibaiat wajib memenuhi ketujuh syarat baiat in'iqad (baiat pengangkatan khalifah), yaitu ketujuh syarat untuk mengangkat Khalifah (nashbul khalifah) yang telah disebutkan di atas, yaitu muslim, laki-laki, baligh, berakal, adil (tidak fasik), merdeka (bukan budak), dan mampu. (Abdul Qadim Zalum, Nizhamul Hukmi fi Al-Islam, hlm. 59-60).


 


Demikianlah penjelasan kami secara garis besar saja. Untuk mengetahui lebih detailnya, termasuk segala dalil-dalilnya, silakan merujuk pada kitab yang kami sebut tadi, yakni Nizhamul Hukmi fi Al-Islam karya Syaikh Abdul Qadim Zalum. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada para hamba-Nya yang bertaqwa kepada-Nya. Aamiin.

Sunday, October 3, 2021

ADANYA KESAN PEMBIARAN TERHADAP SIMBOL KOMUNISME BELUM TENTU NEGERI INI DIKUASAI KOMUNISME

 ADANYA KESAN PEMBIARAN TERHADAP SIMBOL KOMUNISME BELUM TENTU NEGERI INI DIKUASAI KOMUNISME


Pertama, sebagaimana sudah dipahami bahwa negara kapitalis, bukanlah negara komunis. Negara kapitalis asasnya adalah sekularisme, yaitu paham yang mengharuskan pemisahan aturan agama terhadap aturan politik (negara) atau aturan dunia. Jadi, liberalisme (paham kebebasan) menjadi ide yang sangat dijunjung tinggi. Orang bebas mau berbuat apa saja, asal tidak mengganggu kebebasan orang lain, dan asal tidak memaksakan kepada orang lain. Ini tentang kapitalisme-liberalisme yang asasnya adalah sekularisme.


Kedua, karena liberalisme begitu dijunjung tinggi, maka orang bebas mau berbuat apa saja. Mau sekafir apa pun seseorang, dipersilakan. Mau setakwa apapun seseorang, juga dipersilakan. Ini hukum asal kapitalisme. Jadi, sebenarnya, tidak ada masalah dan tidak ada persoalan orang mau menyuarakan tentang komunisme yang mengingkari adanya Tuhan atau mengingkari adanya agama, tidak masalah. Pun demikian, tidak ada masalah orang mau menyuarakan tentang syariat Islam atau khilafah, tidak ada masalah. Yang masalah cuma satu, yaitu mengganggu orang lain atau memaksa orang lain. Apalagi pake kekerasan. Jelas itu masalah dalam negara kapitalis. Karena itu, Pak Ansyaad Mbai dulu pernah bilang, tidak masalah mau mendakwahkan khilafah, asal tidak menggunakan kekerasan atau aksi-aksi terorisme.


Ketiga, perlu dipahami, sekalipun kapitalisme dan komunisme adalah dua ideologi yang bertentangan (yang satu masih mengakui adanya Tuhan dan yang satunya mengingkari adanya Tuhan), tetapi kedua ideologi tersebut sepakat bahwa tata nilai dalam kehidupan, harus ditentukan oleh akal manusia. Artinya, aturan Tuhan tidak boleh diikutsertakan dalam membahas tentang tata nilai kehidupan. Dan tentu bukan hanya tentang tata nilai, tetapi juga tentang sistem pengaturan kehidupan, baik itu sistem politik, sistem sosial, sistem ekonomi, sistem pendidikan, sistem kesehatan, dan sebagainya.


Karena itu, dalam negara kapitalis, adalah suatu keniscayaan bahwa simbol-simbol tentang komunisme akan lebih diberikan kebebasan di ruang publik, daripada simbol-simbol yang berangkat dari akidah Islam. Sebab, komunisme secara jelas tidak membawa-bawa agama, sedangkan Islam justru membawa-bawa agama. Bahkan, Islam itu sendiri adalah agama.


Jadi, jangan heran, jika di negara kapitalis seperti di negeri ini, simbol-simbol komunisme lebih diberikan kebebasan daripada simbol-simbol Islam. Atau dengan kata lain, jangan heran jika di negara kapitalis, ada kesan pembiaran terhadap simbol-simbol komunis, dan terjadi pelarangan atas simbol-simbol Islam. Pembiaran itu, bukan karena negara ini sudah dikuasai komunisme, atau sudah berubah menjadi komunis. Tetapi karena negara ini menganut paham kebebasan, dan negara ini sedang mengarah pada sifat sekular-radikal, yaitu BENAR-BENAR ingin menghilangkan unsur agama dalam kehidupan publik, atau BENAR-BENAR ingin meminimalisir peran agama.


Ini sebenarnya sudah pernah dinyatakan oleh Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani puluhan tahun yang lalu, ketika konflik ideologi atas nama Perang Dingin (Cold War) masih terjadi pada tahun 1950-an. Beliau menyatakan dalam bukunya Nizhamul Islam,


"Sedangkan ideologi kapitalisme mengharuskan pemisahan agama dari kehidupan. Akibatnya lahirlah ideologi sekular, yang memisahkan agama dengan negara. Para kapitalis tidak ingin membahas apakah di sana terdapat pencipta atau tidak. Mereka–baik yang mengakui eksistensi-Nya maupun yang tidak—hanya memfokuskan bahwa tidak ada hak bagi Pencipta untuk campur tangan dalam kehidupan. Jadi, sama saja kedudukannya bagi mereka yang mengakui keberadaan Pencipta atau yang mengingkari-Nya, yaitu memisahkan agama dari kehidupan."


Syaikh Taqiyuddin menyatakan, "Para kapitalis tidak ingin membahas apakah di sana terdapat pencipta atau tidak." Ini artinya, bagi para kapitalis, apakah agama itu ada atau tidak, diakui atau tidak; apakah Tuhan itu dibahas atau tidak, Tuhan diakui atau tidak; itu tidak penting. Karena itu, adanya orang komunis di dalam negara kapitalis, itu tidak penting. Yang penting adalah bahwa dalam kehidupan publik, agama tidak diikutsertakan. Jadi, jangan heran jika sekarang ini ada kesan pembiaran terhadap simbol-simbol komunis. Itu bukan karena negara ini sedang berubah menjadi komunis. Bukan. Tetapi justru negara ini malah semakin menunjukkan jadi diri sebagai negara kapitalis, yang benar-benar ingin menghilangkan pengaruh agama dalam kehidupan publik.


Jika negara ini memang sedang mengarah pada komunisme, maka kebijakan politik pasti akan terlihat komunistik, yaitu meminimalisir interaksi dengan institusi-institusi kapitalis. Misalnya memutuskan hubungan dengan PBB, IMF, World Bank, Asian Development Bank, dan sebagainya. Sudahkah hal semacam ini terwujud? Lalu, mengapa Indonesia malah menjadi tuan rumah pertemuan IMF beberapa tahun yang lalu di Bali yang menghabiskan biasa sampai ratusan miliyar?


Jadi, adanya kesan pembiaran terhadap simbol-simbol komunisme yang selama ini ada dalam sebuah negara kapitalis demokrasi, belum tentu menunjukkan bahwa negara tersebut sedang dikuasai komunisme. Sebaliknya, justru negara kapitalis tersebut sedang benar-benar memperlihatkan dirinya sebagai negara kapitalis sejati yang berasas pada ide kebebasan (liberalisme) yang lahir di Eropa. Ya, ide komunisme memang dibiarkan ada, dibiarkan dianut oleh warga negara, karena itu adalah bagian dari kebebasan. Tetapi tidak dengan Islam. Islam akan tetap dikebiri, dibatas-batasi pemunculannya di sektor publik. Karena yang jadi masalah adalah "dalam ranah publik, agama jangan ikut campur". Agama boleh ada, tapi cukup dalam diri penganutnya, cukup di masjid dan musola. Tidak boleh di ruang publik.


Wallahu a'lam.

Agus Trisa

Iqamat Al-Khilafah: Kefardhuan yang Dipahami dengan Logika Tasyri’iyyah

 Iqamat Al-Khilafah: Kefardhuan yang Dipahami dengan Logika Tasyri’iyyah


Irfan Abu Naveed


Bahasan Khilafah itu bahasan syar’iyyah (min al-mabahits al-syar’iyyah), wajib dipahami dengan logika tasyri’iyyah, bukan logika khayaliyyah. Maka salah besar lari dari logika tasyri’iyyah shahihah kepada logika khayaliyyah untuk menegasikan adanya kefardhuan iqamat al-Khilafah.


Harus saya tegaskan: mereka yang menafikan kefardhuan menegakkan Khilafah selama ini, terbukti dalam dunia perdebatan, hanya bertolak dari logika khayaliyyah, tak ada yang berbobot ilmiah. Pendapat mereka tidak layak dilirik, dan wajib diabaikan.


Al-Hafizh al-Qurthubi (w. 671 H), ahli tafsir dan fikih yang menyusun kitab tafsir otoritatif yang memuat sajian fikih, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân (Keseluruhan dari Hukum-Hukum Al-Qur’an), tatkala menafsirkan firman Allah ‘Azza wa Jalla:


وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً


“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” (QS. Al-Baqarah [2]: 30)


Beliau menegaskan dalam kitab tafsirya tersebut: “Ayat ini merupakan hukum asal tentang wajibnya mengangkat Khalifah.” Bahkan, beliau kemudian menegaskan:


هذه الآية أصل في نصب إمام وخليفة يسمع له ويطاع، لتجتمع به الكلمة، وتنفذ به أحكام الخليفة. ولا خلاف في وجوب ذلك بين الأمة ولا بين الأئمة إلا ما روي عن الأصم حيث كان عن الشريعة أصم، وكذلك كل من قال بقوله واتبعه على رأيه ومذهبه


Ayat ini adalah ashl dari mengangkat Imam dan Khalifah yang didengar (perintahnya) dan dita’ati, untuk menyatukan kalimat, dan menerapkan hukum-hukum kepemimpinan Khalifah dengan keberadaannya. Tidak ada perbedaan pendapat mengenai kewajiban (mengangkat Khalifah) ini di kalangan umat dan para imam madzhab, kecuali pendapat yang diriwayatkan dari al-‘Asham yang tuli tentang syariah, begitu pula siapa saja yang berpendapat dengan pendapatnya serta mengikuti pendapat dan mazhabnya.[1]


Padahal, al-Asham al-Mu’tazili dengan pendapat kontroversialnya (syadz) yang dipaparkan al-Qurthubi, tersirat masih mengakui wajibnya formalisasi syari’ah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, yakni jika berbagai kewajiban syari’ah telah terlaksana, maka menurutnya tidak wajib mengangkat Khalifah. Dalam hal ini al-Asham tidak menyatakan “haram”, “berbahaya”, “radikal”, “ajaran teroris” dan perkataan-perkataan keji lainnya yang seringkali didengungkan kaum liberal di zaman ini. Artinya, jika al-Asham dengan pendapat syadz (tidak wajib) seperti itu saja divonis tuli terhadap hukum syari’at oleh ulama pakar tafsir dan fikih al-Hafizh al-Qurthubi, lalu bagaimana dengan kaum liberal penolak dan penista kewajiban penegakkan Khilafah? Kaum liberal yang selama ini tak kelu menstigma negatif Khilafah sebagai sesuatu yang berbahaya? Tentunya dengan logika al-Qurthubi, kondisi mereka jauh lebih buruk daripada al-Asham dan para pengikutnya.


Istilah “tuli terhadap syari’ah” dalam bahasa al-Qurthubi, menunjukkan bahwa pembahasan kefardhuan al-imâmah (Khilafah) dalam Islam itu persoalan hukum syari’ah yang sudah diketahui dan disepakati oleh para ulama, sehingga mereka yang menyelisihinya layak dinilai syadz, kontroversial, tidak bernilai dan keluar dari pendapat mu’tabar. Ditegaskan oleh al-Qurthubi dengan menukil dalil kokoh, ijma’ sahabat , yang menjadi sejelas-jelasnya dalil syara’ kewajiban menegakkan Khilafah, mengangkat Khalifah; menunjukkan bahwa kewajiban tersebut didasarkan pada dalil-dalil al-sam’i (bukan ‘aqli). Al-Qurthubi menegaskan:


وأنها ركن من أركان الدين الذي به قوام المسلمين


Al-Imâmah merupakan fondasi dari fondasi-fondasi agama ini, dimana dengannya tegak fondasi kaum Muslim.[2]


Penulis “Konsep Baku Khilafah Islamiyyah” :: Dosen Fikih Siyasah/Manthiq/Bahasa Arab


Marja’:

[1] Muhammad bin Ahmad bin Abi Bakr Syamsuddin al-Qurthubi, Al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, juz I, hlm. 264.

[2] Ibid., hlm. 265.

Saturday, September 25, 2021

KESAKSIAN DR. AMOROSO KATAMSI DAN PUTRI D.I. PANDJAITAN

 KESAKSIAN DR. AMOROSO KATAMSI DAN PUTRI D.I. PANDJAITAN 

==========================


Kemarin pagi di acara AKI (Apa Kabar Indonesia) Pagi, sekitar jam 06.40 wib, TV One menghadirkan dr. Amoroso Katamsi, pemeran Soeharto dalam film Pengkhianatan G30S PKI. Pak Amoroso Katamsi ditanya, umur berapa beliau ketika memerankan Soeharto. Dijawabnya ketika dimulai shooting tahun 1981 beliau berumur 43 tahun. 

Lalu ditanya lagi umur berapa saat peristiwa G30S PKI terjadi. Beliau menjawab spontan "umur 27 tahun".

Ini artinya sinkron, beliau lahir tahun 1938.

Menurutnya saat itu dia sudah mahasiswa hampir selesai, tinggal menunggu pengambilan sumpah dokter saja. 


Beliau lalu ditanya, apa yang diingatnya seputar kejadian tanggal 30 September  1965 dan sesudahnya. 

Pak Amoroso menjelaskan bahwa dia ingat betul saat itu di pagi hari tanggal 1 Oktober 1965 sekitar jam 7 pagi, RRI menyiarkan pidato Letkol Untung yang mengklaim bahwa ada gerakan 30 September serta pembentukan Dewan Revolusi,  kemudian mendemisionerkan kabinet, dll. Pokoknya seperti yang ditulis dalam buku-buku sejarah.

Baru pada sore/malam harinya, dari RRI ada pidato Pak Harto. 


Ketika dikonfirmasi apakah cerita yang ada dalam film yang dirinya ikut berperan didalamnya sesuai/sama atau tidak dengan kejadian sebenarnya di saat itu, tegas dr. Amoroso Katamsi menjawab "SAMA! Sama dengan yang saya tahu".

Apalagi beliau saat itu adalah yang berhadapan dengan PKI, karena dia tergabung dalam HMI. 


Nah, kesaksian dari seorang Amoroso Katamsi yang saat itu sudah berusia 27 tahun, pemuda yang berpendidikan baik, cerdas (djaman doeloe bisa sekolah sampai jadi dokter disaat sebagian besar orang sebangsanya cuma tamat SD/SMP, tentu tidak sembarangan lho!), seorang aktivis mahasiswa saat itu,  semestinya lebih layak dipercaya ketimbang kesaksian seseorang yang kala itu masih bocah usia 6 tahun yang cuma tahu bahwa bapaknya tidak merokok. Tanyalah apa yang disiarkan RRI, pasti dia tidak tahu. Anak kecil mana mudheng siaran berita serius. 


Cerita seorang berpendidikan dokter, asli tidak aspal, yang sepanjang hidupnya tidak bermasalah soal integritas dirinya, juga lebih layak untuk dipertimbangkan ketimbang cerita seseorang yang pernah melakukan tindakan kebohongan. 


*** *** ***


Dua tahun lalu, September 2015, ketika ramai issu bahwa negara akan meminta maaf kepada PKI, plus adanya "pengadilan/gugatan" yang digelar di negeri Belanda, mengadili negara Republik Indonesia, dimana pak Todung Mulya Lubis dan ibu Nursyahbani Katjasungkana ikut hadir disana, acara ILC TV One juga mengupas seputar kejadian 30 September 1965.

Saat itu dihadirkan putera puteri jendral korban G30S dan juga anak tokoh PKI.

Putri para jendral yang  hadir saat itu ibu Amelia Yani dan ibu Catherine Pandjaitan. 


Putri jendral Ahmad Yani, ibu Amelia Yani bercerita apa yang dia alami, lihat dan dengar sendiri malam itu. Pak Yani yang dibangunkan oleh pasukan Tjakra Bhirawa dan diminta segera ikut mereka dengan alasan dipanggil Paduka Jang Mulia (PJM) Presiden. Pak Yani meminta waktu untuk mandi dulu, namun tidak diijinkan karena harus cepat. Akhirnya Pak Yani menawar, setidaknya cuci muka dan ganti baju, namun anggota Tjakra Bhirawa yang sudah tidak sabar kemudian menembak Jendral Ahmad Yani dari belakang.


Apa yang diceritakan ibu Amelia Yani sama dengan yang ada dalam adegan film G30S PKI. Saat itu bu Amelia Yani usianya sudah belasan tahun. Artinya keterangan beliau cukup bisa dianggap valid.


Putri Jendral DI Pandjaitan, ibu Catherine, juga bercerita bagaimana beliau menyaksikan sendiri bagaimana proses ayahnya dibunuh dengan sadis. Saat itu usianya 17-18 tahun, dia melihat dari atas balkon rumahnya, ketika bapaknya dipukul dengan popor senjata kemudian ditembak tepat di kepala oleh Tjakra Bhirawa. Kemudian tubuhnya diseret sampai ke depan rumah. Lalu ketika di depan pagar rumah, tubuh jendral DI Pandjaitan dilemparkan lewat pagar kemudian dimasukkan ke dalam truk. 


Catherine muda saat itu berusaha mengejar bapaknya yang diseret, tapi tentu saja tak terkejar. Dalam keputus-asaan dia histeris dan meraupkan ceceran darah bapaknya ke wajahnya. Catherine mengakui memang itu yang dilakukannya saat itu, sama persis dengan yang digambarkan dalam adegan film. 


Kesaksian Catherine 2 tahun lalu, diulang tadi malam sekitar jam 8 di iNews TV. Ibu Catherine diwawancarai secara live by phone oleh host iNews, dan ditanya pendapatnya soal nyinyiran sebagian masyarakat yang mengatakan film G30S PKI adalah TIDAK SESUAI dengan kejadian sebenarnya alias TIDAK BENAR. 

Catherine balik mempertanyakan : bagian mana yang tidak benar?! 


Beliau kembali mengulang cerita kejadian 52 tahun lalu, sama persis dengan yang diceritakannya saat diundang hadir di ILC, 2 tahun lalu. 

Sampai pada bagian dia melihat bapaknya dipukul dengan senjata lalu ditembak di kepala hingga otaknya berceceran, Catherine mengaku dia masih merinding saat menceritakan itu. Shocknya tidak mudah hilang bertahun-tahun karena dia menyaksikan sendiri kejadiaan malam itu, saat usianya 17 tahunan.


*** *** ***


Jajang C. Noor, istri almarhum Arifin C. Noor sang sutradara film G30S PKI, malam ini juga dihadirkan di iNews TV. Saat pembuatan film tersebut, Jajang menjadi pencatat adegan. Dia bercerita bahwa suaminya melakukan riset selama 2 tahunan untuk membuat film itu. Semua istri para pahlawan revolusi diminta menceritakan kejadian yang mereka alami saat rumah mereka mendadak didatangi pasukan Tjakra Bhirawa. Para ibu itu didampingi putra dan putrinya yang ikut menjadi saksi hidup. Khusus ibu Ahmad Yani yang malam itu tidak sedang berada di rumah, karena sedang di rumah dinas, kesaksian diberikan oleh anak-anak beliau. Bahkan ibu Ahmad Yani sampai nyaris pingsan ketika mengetahui bagaimana kematian suaminya. 


Menurut Jajang, setiap peristiwa penculikan jendral shootingnya selama 1 minggu. Misalnya serangkaian shooting peristiwa penculikan dan pembunuhan Jendral Ahmad Yani, waktunya satu minggu. Shooting kejadian di rumah Pak Nasution juga satu minggu, begitu pula shooting di rumah korban yang lainnya.

Uniknya,  shooting schene penculikan secara tidak sengaja selalu tepat pada malam Jum'at. Sama dengan kejadian sebenarnya yang terjadi pada Kamis malam Jum'at.


Setiap shooting film, anggota keluarga jendral yang bersangkutan selalu hadir untuk menyaksikan adegan demi adegan, untuk memastikan akurasinya. Apalagi lokasi shooting memang di rumah kediaman tempat kejadian sebenarnya berlangsung. 


Jadi, dimana letak ketidakbenarannya?! 


Kalau soal Aidit merokok, diakui oleh Jajang bahwa itu memang tafsiran Arifin untuk menggambarkan seseorang yang sedang mencari ketenangan di tengah ketegangan, biasanya merokok. Efek asap diperlukan oleh sutradara untuk memberikan efek dramatisasi suasana. 

Hal ini dibenarkan oleh Prof. Salim Said Selasa malam di acara ILC, bahwa tafsiran sutradara itu sesuatu yang LUMRAH untuk memberikan dampak dramatis dalam suatu adegan. 


Jadi tidak layak diributkan, hanya karena adegan Aidit merokok maka semua adegan dalam film itu bohong. 


Lagipula, Ilham Aidit hanya meributkan soal  bapaknya yang tidak merokok, bukan? Tapi dia tidak bisa membantah alur gerakan 30 September malam itu.  Anak umur 6 tahun mana tahu hal-hal  serius? Sesuai dengan usianya yang dia tahu hanyalah bermain, makan dan mungkin ingatan tentang kenangan manis bersama keluarga terdekat. 


Ade Irma Suryani Nasution saat itu juga berumur 6 tahun. Dia juga tidak paham apa yang sedang terjadi malam itu.

Itu sebabnya dia tertembak. Kalau saja dia sudah dewasa atau minimal remaja, tentu nalurinya akan merasa takut dan logikanya pasti akan menuntunnya untuk berlindung, cari aman. 

Justru karena dia bocah cilik lugu yang tak tahu apa-apa, maka malam itu dia menjadi martir.


*** *** ***


Soal dipilihnya Arifin C. Noor sebagai sutradara, Jajang bercerita saat itu Pak Dipo (G. Dwipayana), Direktur PPFN (Pusat Produksi Film Negara), mencari sutradara yang akan diminta untuk membuat film sejarah tentang peristiwa G30S PKI. 

Goenawan Mohammad menyarankan nama Arifin C. Noor dan Teguh Karya sebagai sutradara kawakan saat itu. 

Pak Dipo kemudian memilih Arifin.


Jadi, kalau akan dibuat film baru soal peristiwa G30S PKI, sanggupkah menghadirkan saksi mata yang masih hidup dari setiap pelaku dan korban?! 

Istri para Jendral pahlawan revolusi, setelah 52 tahun berlalu, saya yakin sudah banyak yang wafat (atau malah sudah wafat semuanya?).

Putera puteri para pahlawan revolusi yang saat peristiwa itu terjadi berusia setidaknya 17 tahun, sekarang mestinya berusia 69 tahun.


Masa iya yang akan dijadikan rujukan adegan adalah anak usia 5-6 tahun saat itu? Malah jadi meragukan dan konyol. 

Alih-alih membuat film yang lebih akurat, bisa jadi malah makin banyak meleset dari aslinya.

Jangan sampai nanti para jendral yang sudah mengorbankan nyawanya itu justru jadi tokoh antagonis dan para anggota PKI justru jadi "korban" yang layak diberi simpati.


PKI kan bukan hanya 30 September 1965 saja melakukan pemberontakan keji dan pengkhianatan terhadap bangsa dan negara. Bukankah tahun 1926-1927 dan tahun 1948 PKI juga memberontak??! 


Anehnya, mereka yang ngotot PKI tidak bersalah dan hanya jadi korban, biasanya tidak mampu menjawab kalau disodorkan fakta pemberontakan PKI tahun 1948.

Itu sebabnya mereka hanya berputar-putar di seputar peristiwa G30S PKI saja. 

Tak ada argumen apapun yang mampu menyanggah kekejaman PKI tahun 1948.


Kalau mau membuat film tentang PKI, sekalian saja dibuat panjang, mulai pemberontakan tahun 1926-1927 dan tahun 1948. Agar generasi muda sekarang lebih bisa memotret sejarah secara utuh dan mendapat gambaran tentang PKI dengan lebih komplit.


Embie C. Noor,  adik almarhum Arifin C Noor, yang menjadi ilustrator musik di film G30S PKI, mengatakan senang sekali jika film bisa dibalas dengan film juga. 


Tapi yang terpenting jangan ada pemutarbalikan sejarah!


*KISAH BENGIS PKI*

MELAWAN PIKUN


Bukan melawan lupa seperti TV ituu...

(Copas)

Sejarah Indonesia pasca merdeka ditandai dengan adanya pemberontakan *Partai Komunis Indonesia (PKI)*. 


Didahului gerakan revolusioner yang disebut formal fase nonparlementer, yakni pengambilalihan kekuasaan dari pemerintah yang sah.


Usaha kudeta itu disertai pula penculikan dan penganiayaan serta pembunuhan sejumlah penduduk sipil, para ulama, santri, pejabat, dan polisi.


Aksi dalam bentuk kekerasan terjadi di beberapa daerah, berikut diantaranya:


- *Tegal* dan sekitarnya. Kekejian pertama PKI yaitu pada penghujung tahun 1945, tepatnya oktober. Di kota ini, ada seorang pemuda PKI di slawi, tegal, jawa tengah, berjuluk Kutil (nama asli Sakyani), telah menyembelih seluruh pejabat pemerintah disana. Kutil juga melakukan penyembelihan besar-besaran di brebes dan pekalongan. Si Kutil mengarak Kardinah (adik kandung RA Kartini) keliling kota dengan sangat memalukan, syukurlah ada yg sempat menyelamatkan Kardinah, tepat beberapa saat sebelum Kutil memutuskan mengeksekusi Kardinah.


- *Kota Lebak, Banten*. Kekejian datang dari Ce'Mamat, pimpinan gerombolan PKI dari Lebak (Banten) yg merencanakan menyusun pemerintahan model Uni Soviet. Gerombolan Ce'Mamat berhasil menculik dan menyembelih bupati Lebak R.Hardiwinangun di jembatan sungai Cimancak pada tanggal 9 desember 1945.


- *Jakarta, Jalan Oto Iskandar Dinata* di selatan kampung melayu. Ingatlah kisah pembunuhan tokoh nasional Oto Iskandar Dinata yg dihabisi secara keji oleh laskar hitam ubel-ubel dari PKI, pada desember 1945.


- *Sumatera Utara*, ternyata banyak menyimpan kisah miris. Sebab PKI juga menumpas habis seluruh keluarga (termasuk anak kecil) Istana Sultan Langkat Darul Aman di tanjung pura, pada maret 1946, serta merampas harta benda milik kerajaan. Dalam peristiwa ini, putra mahkota kerajaan Langkat, Amir Hamzah (banyak dikenal sebagai penyair), ikut tertumpas. Tak ada lagi penerus kerajaan Langkat.


- *Dibelahan lain Sumatra, pematang siantar*. PKI menunjukkan kebrutalannya. Pada 14 mei 1965, PKI melakukan aksi sepihak menguasai tanah-tanah negara. Pemuda Rakyat, Barisan Tani Indonesia (BTI), dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani) melakukan penanaman secara liar di areal lahan milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN) Karet IX bandar betsi. Pembantu letnan dua yg sedang ditugaskan di perkebunan kebetulan menyaksikan aksi perilaku anggota PKI tersebut. Sudjono pun memberi peringatan agar aksi dihentikan. Anggota PKI bukannya pergi, justru berbalik menyerang dan menyiksa Sudjono. Akibatnya, Sudjono tewas dengan kondisi yg amat menyedihkan.


- *Berbagai kota di jawa timur*. Kekejian di jawa timur, yaitu saat Gubernur Jawa Timur RM Soerjo, pulang dari lawatan menghadap Soekarno. Di tengah jalan, mobil Gubernur Soerjo bersama dua pengawalnya dicegat pemuda rakyat PKI, lalu diseret menggunakan tali sejauh 10 kilometer hinga meregang nyawa, lalu mayatnya dicampakkan di tepi kali.


- *Madiun,* PKI menusuk dubur banyak warga desa Pati dan Wirosari (Madiun) dengan bambu runcing. Lalu, mayat mereka ditancapkan di tengah-tengah sawah, hingga mereka kelihatan seperti pengusir burung pemakan padi. Salah C diantaranya wanita, ditusuk kemaluannya sampai tembus ke perut, juga ditancapkan ke tengah sawah.


- *Magetan,* Algojo PKI merentangkan tangga melintang di bibir sumur, kemudian bupati magetan dibaringkan diatasnya. Ketika telentang terikat itu, algojo mengggergaji badannya sampai putus dua, lalu langsung dijatuhkan ke dalam sumur.


- *Kyai Sulaiman dari Magetan* ditimbun di sumur Soco bersama 200 orang santri lainnya, sembari tetap berdzikir, pada september 1948.


- *Kisah Kyai Imam Musyid Takeran* yg hilang tak tentu rimbanya, genangan darah setinggi mata kaki di pabrik gula gorang gareng, ayah dari Sumarso Sumarsono yg disembelih dibelakang pabrik gula, baru ketemu rangka tubuhnya setelah 16 tahun. Bahkan para PKI mengadakan pesta daging bakar Ulama dan santri di lumbung padi.


- *Kisah Isro* yg sekarang menjadi guru di jawa timur. Ketika dulu masih berumur 10 tahun pada tahun 1965, Isro hanya bisa memunguti potongan-potongan tubuh ayahnya yg sudah hangus dibakar PKI di pinggir sawah dan hanya bisa dimasukkan ke dalam kaleng.


- *Blora,* pasukan PKI menyerang markas Kepolisian Distrik Ngawen pada 18 september 1948. Setidaknya, 20 orang anggota polisi ditahan. Namun, ada 7 polisi yg masih muda dipisahkan dari rekan-rekannya. Setelah datang perintah dari Komandan pasukan PKI Blora, mereka dibantai pada tanggal 20 september 1948. Sementara, 7 orang polisi muda dieksekusi secara keji. Ditelanjangi, kemudian leher mereka dijepit dengan bambu. Dalam kondisi terluka parah 7 orang polisi dibuang ke dalam kakus/jamban (WC) dalam kondisi masih hidup, baru kemudian ditembak mati.


- *Desa Kresek, Kecamatan wungu, Dungus*. PKI membantai hampir semua tawanannya dengan cara keji. Para korban dtemukan dengan kepala terpenggal dan luka tembak. Di antara para korban, ada anggota TNI, polisi, pejabat pemerintah, tokoh masyarakat, dan Ulama.


- *Wonogiri, Jawa Tengah*, ternyata akrab dengan amis darah kekejian PKI yg menculik pejabat pemerintahan, TNI, Polisi, dan Wedana. Semua dijadikan santapan empuk PKI di sebuah ruangan bekas laboratorium dan gudang dinamit di Tirtomoyo. Saat itu PKI menyekap 212 orang, kemudian dibantai satu per satu dengan keji pada 4 oktober 1948.


- *Kecamatan Kras, Kediri.* Training Pelajar Islam Indonesia tanggal 13 januari 1965, diserang oleh PR (Pemuda Rakyat) dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Massa komunis ini menyiksa dan melakukan pelecehan seksual terhadap para pelajar islam perempuan. Tidak hanya sampai disitu, massa PKI pun menginjak-injak al-Qur'an. Mereka pun memiliki pertunjukan Ludruk dari LEKRA dengan lakon "Matinya Gusti Allah", dan berbagai lakon lain yg biadap dan tak bisa dimaafkan.


- *Lubang Buaya Jakarta* adalah bukti otentik aksi kejam PKI dengan gerakan 30 September 1965. Tidak tanggung-tanggung 6 orang jenderal (Letjen TNI A.Yani, Mayjen TNI Soeprapto, Mayjen TNI MT Hardjono, Mayjen TNI S.Parman, Brigjen TNI DI. Panjaitan, Brigjen TNI Soetodjo Siswomiharjo), ditambah Lettu Piere Andries Tendean, dimasukkan kedalam sumur. Para Gerwani dan Pemuda Rakyat bersorak dan bergembira ria melihat para jenderal dimasukkan ke dalam sumur lubang buaya di Jakarta Timur.


*Semua negara Komunis* di dunia ini melakukan pembantaian dan penyembelihan kepada rakyatnya sendiri. 

500.000 rakyat Rusia dibantai Lenin (1917-1923), 

6.000.000 petani kulak Rusia dibantai Stalin (1929), 

40.000.000 dibantai Stalin (1925-1953), 

50.000.000 penduduk rakyat cina dibantai Mao Tse Tung (1947-1976),

2.500.000 rakyat Kamboja dibantai Pol Pot (1975-1979), 

1.000.000 rakyat eropa timur diberbagai negara dibantai rezim Komunis setempat dibantu Rusia Soviet (1950-1980),

150.000 rakyat Amerika Latin dibantai rezim komunis disana,

1.700.000 rakyat diberbagai negara di Afrika dibantai rezim Komunis, 

dan 1.500.000 rakyat Afghanistan dibantai Najibullah (1978-1987).


Barangkali, jika waktu itu komunisme berhasil menguasai negeri ini, kita tak akan bisa membaca karya-karya sastra relijius milik Hamka, Taufiq Ismail, dan lain-lain. Karena, Lembaga Kebudayaan Rakyat (LEKRA) yg dikomandani oleh Pramoedya Ananta Toer, sempat menuding Hamka sebagai plagiator atas novelnya yg berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijk. Tekanan politik terhadap karya-karya non-komunis dilakukan oleh LEKRA. Hujatan-hujatan terhadap sastrawan anti-LEKRA terus dilakukan. 

Penyair Chairil Anwar (pelopor angkatan 45) juga digugat dan dinilai sudah tidak punya arti apa-apa. Bahkan, buku-buku sastra karya sastrawan anti-LEKRA dibakar.


Ini hanya sebagian, Masih banyak sejarah kebiadaban PKI yang lain di berbagai daerah.

Bagaimanapun, kelompok Palu Arit ini telah dua kali melakukan kudeta dengan keji. Mereka menyembelih para santri, para Kyai, para agamawan, para penjaga NKRI yg menolak paham kiri.


Bagikan kabar ini agar generasi saat ini tau bahwa komunis memang bengis.


*(Dikutip dari: Ayat-ayat yang Disembelih, Sejarah Banjir darah para Kyai, Santri, dan penjaga NKRI oleh aksi-aksi PKI.* _Penerbit Cordoba, tahun 2015. Anab Afifi dan Thowaf Zuharon_

Tuesday, September 21, 2021

TAUBAT TERBAIK ANAK ABU JAHAL

 TAUBAT TERBAIK ANAK ABU JAHAL


Ikrimah bin Amr bin Hisyam ra adalah putra dari dedengkot Quraisy. Ayahnya lebih dikenal dengan nama Abu Jahal ketimbang namanya Amr bin Hisyam. 


Saat itu kekuatan Romawi yang jumlahnya mencapai setengah juta orang berhasil mengepung pasukan kaum muslimin dari berbagi arah dalam perang Yarmuk. 


Melihat kondisi genting yang sedang dihadapi pasukan kaum muslimin, Ikrimah bin Abi Jahal sebagai salah satu prajurit mengangkat pedangnya dan membuat keputusan yang sangat sulit bagi siapapun. Ya, beliau memutuskan untuk berjuang hingga mati menghadapi pasukan Romawi. 


Suaranya yang lantang menggelegar bagaikan petir memanggil pasukan muslimin, "Wahai kaum muslimin, siapakah diantara kalian yang siap sumpah setia untuk berperang hingga titik darah penghabisan?"


400 orang sukarelawan merapat mendekati Ikrimah. Merekalah yang dalam sejarah dikenal dengan "Pasukan Berani Mati"


Melihat kondisi seperti itu, Khalid bin Al-Walid sebagai panglima perang saat itu bergegas mendekati Ikrimah dan berusaha untuk mencegah agar tidak mengorbankan dirinya.


Ikrimah menatap tajam Khalid. Keningnya memancarkan sinar sambil berkata kepada Khalid,

"Biarkan aku mengambil keputusan ini wahai Khalid. Engkau telah lebih dahulu melakukan banyak kebaikan bersama Rasulullah. Sedangkan aku dan ayahku adalah orang yang paling keras menentang Rasulullah. Biarkan aku menebus kesalahan masa laluku. Dahulu aku memerangi Rasulullah dalam berbagai peperangan, apakah hari ini aku harus lari dari kepungan Romawi? Hal ini tdk boleh terjadi!"


Pasukan Romawi dikejutkan dengan pergerakan pasukan berani mati yang dipimpin Ikrimah yang bergerak maju bagaikan singa yang mengamuk menyerang mematahkan leher mereka.


Sukarelawan pasukan berani mati terus maju merangsek bergantian membuyarkan konsentrasi ribuan pasukan Kekaisaran Romawi yang mengepung pasukan muslimin. 


Ikrimah bin Abi Jahl yang memimpin pasukan berani mati terus maju hingga jantung kekuatan pasukan Romawi untuk mematahkan pengepungan. Tindakan patriot Ikrimah dan pasukan berani mati membuat pasukan Romawi ketar ketir. 


Komandan perang Romawi memerintahkan agar seluruh anak panah diarahkan kepada pasukan berani mati yang terus merangsek maju tanpa takut mati.


Kuda yang ditunggangi Ikrimah limbung terjatuh disebabkan banyaknya anak panah yang bersarang ditubuhnya. Ikrimah melompat dari punggung kudanya dan terus menerjang puluhan ribu pasukan Romawi dengan pedangnya. Kini anak-anak panah Romawi diarahkan ke jantung Ikrimah.


Pasukan berani mati yang telah bersumpah setia menyaksikan tindakan heroik Ikrimah langsung terpacu untuk menyusul komandannya demi meraih syahid di jalan Allah sebagaimana yang telah mereka ucapkan dalam janji setia.


Pasukan Romawi hampir tidak percaya dengan pemandangan yang ada dihadapan mereka. 400 orang pasukan berani mati kaum muslimin yang telah bersumpah setia terus maju menjemput kematian. Allah telah menjadikan hati pasukan Romawi gentar dan ketakutan.


Pasukan Romawi mundur kebelakang melarikan diri. Teriakan takbir yang digaungkan pasukan berani mati dipimpin Ikrimah telah membuat pasukan Romawi kocar kacir, sehingga pengepungan terhadap pasukan kaum muslimin dapat diakhiri. 


Khalid Bin Walid ra bergegas mencari sepupunya, Ikrimah bin Abi Jahal di tengah korban yang bergelimpangan. Tubuh Ikrimah didapati bersimbah darah tidak jauh dari Al Harits bin Hisyam dan Ayasy bin Abi Rabiah yang juga terluka parah.


Dalam rintihannya Al Harits bin Hisyam meminta seteguk air. Namun sebelum meminumnya, ia melihat Ikrimah bin Abi Jahal yang terbaring lemah tidak jauh darinya. Al Haris mengatakan kepada orang yang membawa air, "Berikan air itu kepada Ikrimah, karena ia lebih haus daripada aku."


Ketika pembawa air mendekati Ikrimah dan akan meneguknya, Ikrimah melihat Ayasy yang bersebelahan tidak jauh darinya. Ikrimah meminta kepada pembawa air agar memberikan air untuk Ayasy terlebih dahulu.


Namun Ayasy menolak untuk meminum air yang dibawakan kepadanya sambil mengatakan, "Aku tidak akan meminum air itu sampai saudaraku yang meminta pertama kali meminumnya."


Maka orang yang membawa air itupun akhirnya kembali ke tempat Al Harits bin Hisyam. Namun sayang, ia mendapati Al Harits telah menghembuskan nafas terakhirnya. Saat ia menengok Ikrimah, Ikrimah pun telah syahid. Air pun dibawa ke Ayasy, namun Ayasy sudah tidak bergerak.


Kisah persaudaraan sampai mati ternyata bukan omong kosong. Para sahabat Rasulullah saw telah melakukannya sebagai contoh abadi sepanjang masa. Mereka masuk Islam bersama, memperbaiki diri bersama, berdakwah bersama, berjihad bersama, dan akhirnya bersaudara bersama sampai mati. 


"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah (bahwa mereka itu) mati, karena (sebenarnya) mereka itu hidup tetapi engkau tidak menyadarinya” (Qs. Al Baqarah : 154).


Sumber : 

Al Bidayah wan Nihayah Ibnu Katsir

Tarikh At Thabari

Siyar A'lam An Nubala Adz Dzahabi

JIKA KHALIFAH MU'TASIM ADA DI MERAUKE

 

*JIKA KHALIFAH MU'TASIM ADA DI MERAUKE*


Oleh Muhamad Ali Moeslim


*PELECEHAN,* pemerkosaan sampai kepada pembunuhan wanita muslimah dalam sebuah penyerangan ke suatu tempat kaum muslimin adalah khabar yang dianggap biasa bagi kita saat ini. 


Celakanya, kita tidak bisa berbuat apa apa atau para pemimpin di negeri negeri muslim yang tentunya punya tentara dan senjatapun sama hanya mengecam dan menyayangkan kenapa terjadi, lalu beralasan itukan negara lain! jauh dari negeri kita! jangan mencampuri urusan dalam negeri orang lain! Dan beribu alasan menutupi *"ketidak-berdayaan".*


Sekarang kejadian itu terjadi di teras rumah kita, di sebuah provinsi paling timur di negeri kita, tepatnya di Papua.


Dalam sebuah berita bahwa *Ratusan Nakes turun ke jalan meminta jaminan keamanan* menyusul peristiwa pelecehan nakes wanita dan dokter oleh KKB di Papua. Dalam berita bahwa 2 dari 3 Nakes di Papua yang Hilang Berhasil ditemukan, penemuan 2 dari 3 tenaga medis terjadi pada Rabu (15/9) lalu. Sayangnya, satu nakes bernama Gabriela Mai Lani ditemukan meninggal dunia di sebuah jurang.


*"Gabriela Meilan (22)* ditemukan dalam kondisi meninggal. Sementara rekannya ditemukan selamat dengan luka tusuk dan memar di sekujur tubuhnya," ujar Kapolres Pegunungan Bintang AKBP Cahyo Sukarnita kepada wartawan. Diceritakan bahwa ketiga suster ini ditelanjangi dengan cara merobek pakaiannya dengan parang. Setelah ditelanjangi, kemudian dianiaya secara tidak manusiawi. Paha mereka ditikam, muka ditonjok, dan pelecehan seksual hingga pingsan. Akhirnya ditinggalkan, karena mungkin dikira sudah mati, sehingga didorong lagi ke dalam jurang yang lebih dalam sekitar 300 meter," lanjutnya.


Bandingkan dengan kejadian pelecehan seorang wanita muslimah oleh seorang tentara *Romawi* yang terjadi saat kekhilafahan Abbasiyah. 


Diceritakan dalam kitab *al-Kamil fi al-Tarikh karya Ibn Al-Athir,* bahwa peristiwa bersejarah tersebut terjadi pada tahun 223 Hijriyyah (837 Masehi), dalam judul *Penaklukan kota Ammuriah.*


Pada tahun 837, Khalifah al-Mu’tasim Billah menyahut seruan seorang budak muslimah dari Bani Hasyim yang sedang berbelanja di pasar yang meminta pertolongan karena diganggu dan dilecehkan oleh orang Romawi. Kainnya dikaitkan ke paku sehingga ketika berdiri, terlihatlah sebagian auratnya.


Wanita itu lalu berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah dengan lafadz yang legendaris: *“waa Mu’tashimaah!”* yang juga berarti *“di mana kau Mutashim…tolonglah aku!”*


Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, di istananya beliau bersumpah bahwa *"Demi Allah "aku tidak akan " menyentuhmu" Wahai isteriku sampai aku memenuhi seruan wanita itu"*, sang Khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota *Ammuriah (Turki)*.


Menurut riwayat bahwa ribuan tentara muslim telah digerakkan,  panjangnya barisan tentara yang akan membela *seorang wanita muslimah* yang dilecehkan itu, tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), karena besarnya pasukan.


*Kota Ammuriah* dikepung oleh tentara Muslim selama kurang lebih lima bulan hingga akhirnya takluk di tangan *Khalifah al-Mu’tasim* pada tanggal 13 Agustus 833 Masehi.


Sebanyak 30.000 prajurit Romawi *terbunuh* dan 30.000 lainnya ditawan. Pembelaan kepada muslimah ini sekaligus dimaksudkan oleh khalifah sebagai pembebasan *Ammuriah dari jajahan Romawi.*


Setelah menduduki kota tersebut, khalifah memanggil sang pelapor untuk ditunjukkan di mana rumah wanita tersebut, saat berjumpa dengannya ia mengucapkan *“Wahai saudariku, apakah aku telah memenuhi seruanmu atasku?”.*


Allah SWT menyerukan perlindungan terhadap kehormatan wanita dan nyawanya, bahkan kalimat terakhir saat Rasulullah wafat beliau menyampaikan untuk melindungi wanita. Islam melindungi dan menjaga kehormatan dan derajat wanita dengan syariatnya. "Pemilik shalahiyah/kewenangan seperti orang tua, suami atau kakak laki laki bertanggungjawab.


 *Maqahidusyar'i* (hikmah diturunkan syariat) di antaranya adalah penjaga kehormatan wanita, derajat dan nyawanya, perlindungan terhadap wanita akan benar benar terwujud jika syariat Islam diterapkan secara kaffah. 


Wallahu a'lam bishawab

Bandung, 20 September 2021/13 shafar 1443