Sunday, August 25, 2019

IRONI INFRASTRUKTUR

IRONI INFRASTRUKTUR

Akhirnya, ada juga yang berterus terang seperti ini. Dan dia adalah Gubernur Papua, disampaikan di acara yang banyak menarik minat pemirsa : Mata Najwa!

Konyolnya lagi : Najwa Shihab yang selama ini dikenal sebagai jurnalis cerdas yang suka menyudutkan tamu yang diundangnya, ternyata sudut pandangnya terhadap pembangunan infrastruktur di era pemerintahan Jokowi ini, tidak jauh beda dengan cara pandang para "kecebong", pendukung Jokowi yang kerjanya hanya memuja-muji infrastruktur tanpa paham apakah membawa nilai tambah yang signifikan atau tidak, masyarakat sekitar merasakan manfaatnya dan menikmati hasilnya atau tidak.

Najwa sempat 2x mencecar Gubernur Papua soal apakah pembangunan infrastruktur itu tidak cukup bagi masyarakat Papua.

Dan jawaban telak Gubernur Papua seharusnya membuat Najwa malu dengan cara berpikirnya yang pendek : bangunkan infrastruktur, maka rakyat akan senang, puas!

Pak Gubernur blak-blakan bahwa warga Papua sendiri TIDAK PERNAH lewat jalan Trans Papua. Jadi, pembangunan infrastruktur itu manfaatnya untuk siapa?!
*******
Seorang teman di tempat saya bekerja yang saya kenal sangat mendukung Jokowi untuk 2 periode, pernah saya tanya sebelum Pilpres kemarin : kenapa kamu dukung Jokowi?
Jawabnya sederhana, sesederhana kehidupannya : "kan jaman Pak Jokowi maju".

Apanya yang maju, tanya saya.
"Infrastrukturnya, Bu", katanya.
Lalu saya tanya : kamu merasakan hidupmu lebih nyaman, lebih enak berkat infrastruktur yang dibangun?!
Dia diam sambil cengengesan agak bingung.

"Oke, sekarang saya tanya", lanjut saya.
"Kamu pernah lewat jalan tol Trans Jawa?"
Sebuah pertanyaan yang sebenarnya tidak perlu dijawab karena saya sudah tahu apa jawabannya.

Dia warga lokal, bukan pendatang yang kalau lebaran akan pulang kampung.
Lagipula dia tidak punya mobil.
Kali ini, lagi-lagi jawabannya hanya geleng kepala sambil senyum kecut.
Saya lanjutkan : Oke, katakanlah kamu punya rejeki melimpah, menang undian atau apalah, lalu kamu mau liburan ke Bromo. Kamu sewa mobil, memangnya kamu lewat jalan tol Trans Jawa gratis? Enggak kan? Kamu tahu berapa rupiah yang harus kamu bayar dari sini sampai ke Probolinggo?
Ketika saya sebutkan angka rupiahnya, senyumnya makin kecut.

Lalu saya coba simpulkan untuknya : artinya bangun infrastruktur seperti jalan tol itu yang meniati hanyalah orang-orang berduit, yang rela merogoh dompet sebanyak itu hanya untuk lewat jalan.

Saya ceritakan juga padanya bahwa di kalangan para sopir truk angkutan barang, sopir ekspedisi, di Jawa Timur, sampai dikenal istilah "jalan tol Jokowi" dan "jalan tol Pak Harto".
Yang membedakan keduanya : mahal atau murahnya harga tiket.
Kalau "tol Jokowi" terkenal mahal tarifnya. Sopir tak berani lewat sana karena akan menguras "uang jalan" yang didapat dari majikan/
perusahaan logistik yang mempekerjakannya. Kalau memaksakan diri lewat, bisa-bisa tak ada sisa uang jalan untuk dibawa pulang.

Apalagi sebagian ruas jalan tol itu durasi tempuhnya tidak terlalu jauh bedanya dibandingkan lewat jalan arteri biasa. Penghematan waktu hanya sekitar 30 menitan, tapi uang yang harus dikeluarkan bisa untuk 2 kali makan lengkap dengan segelas kopi panas plus 1-2 batang rokok.
Nah, kamu lihat, bahkan sopir truk angkutan saja TIDAK MENIKMATI nyamannya jalan tol karena harus merogoh saku banyak. Artinya : WONG CILIK tidak merasakan manfaatnya.
Kalau punya banyak uang, tidak sayang keluar uang, barulah lewat jalan tol.
Atau kondisi tertentu seperti musim mudik lebaran.

Saya sampaikan kepada teman saya yang cara berpikirnya amat "sederhana" itu, bahwa membangum infrastruktur komersiil semacam itu bisa diibaratkan seorang Bupati atau Walikota membangun mall megah dikotanya. Setelah mall jadi, bersih, wangi, sejuk, barang yang dijual memikat mata, tapi siapa yang bisa menikmatinya?! Bukankah hanya orang berduit yang sanggup berbelanja dan makan disana?!
Masih mending mall, orang bisa numpang "ngadem" gratis atau sekedar jalan-jalan "cuci mata". Lha kalo jalan tol, memangnya bisa numpang parkir doang di bahu jalannya tanpa bayar?! Memangnya bisa numpang makan di rest area tol tanpa bayar tarifnya?!
Pembangunan infrastruktur komersiil sejatinya bukan menjadi ukuran keberhasilan seorang kepala daerah, apalagi Presiden.

Sebab, pihak swasta pun mau membangunnya jika hitungannya "masuk".
Tolok ukur keberhasilan seorang kepala daerah, juga presiden, adalah sampai seberapa jauh dia mampu MENSEJAHTERAKAN RAKYATNYA, seberapa jauh dia mampu MENINGKATKAN TARAF HIDUP RAKYATNYA.

Kalaupun dia membangun infrastruktur, sejauh mana infrastruktur itu bisa dinikmati oleh rakyat kebanyakan. Seberapa jauh infrastruktur itu mampu menyumbangkan kenyamanan dan manfaat bagi rakyatnya.
Dan..., lagi-lagi dia mengangguk-angguk, seakan paham, tapi tetap saja dia bangga dengan infrastruktur yang hanya dia dengar namanya saja, tanpa pernah dilewatinya, apalagi bisa menikmati "kemewahan"nya.
*******
Syukurlah ada Gubernur Papua di acara Mata Najwa yang mau blak-blakan. Semoga disusul oleh para kepala daerah lainnya yang bertestimoni soal tidak dinikmatinya manfaat infrastruktur oleh kebanyakan warganya.

Di Palembang ada LRT, yang menurut berita pendapatannya hanya sekitar 10% saja dari biaya operasional yang harus ditanggung. Sisanya, siapa yang harus nombokin?!
Di Jakarta ada kereta bandara yang menuju bandara Soekarno Hatta, tetapi jumlah penumpangnya sangat sedikit.

Di Jawa Barat ada bandara Kertajati yang sepi sekali. Bahkan ketika akhirnya penerbangan dari bandara Husein Sastranegara dipindahkan ke Kertajati, yang ada justru gerutuan penumpang dan calon penumpang pesawat.

Di Jawa Tengah ada jalan tol Semarang – Batang yang penghasilannya jauh dibawah biaya operasional plus biaya yang dibutuhkan untuk membayar pokok hutang plus bunganya. Hutang yang dipakai untuk membiayai pembangunannya.

Apa kabar kereta cepat Jakarta – Bandung?!
Ground breakingnya sudah dilakukan sejak Oktober 2015. Targetnya selesai akhir 2018, agar bisa jadi "primadona" jualan saat kampanye Pilpres 2019. Namun sampai kini, bahkan hingga Oktober 2019 nanti, saya haqqul yaqin tak bakal selesai.

Kalau pun kelak benar-benar jadi dan beroperasi, apakah harga tiketnya terjangkau dan menarik minat masyarakat?!
Jangan-jangan hanya akan menambah panjang deretan infrastruktur yang pendapatannya jauuuh di bawah biaya operasional apalagi masih dibebani pembayaran hutang plus bunga.

Beginilah kalau membangun infrastruktue hanya didasari ambisi dan obsesi, tanpa feasibility study yang memadai.
Menurut Pak Said Didu – ketika menjadi nara sumber di acara "Indonesia Business Forum – dulu pembangunan jalan tol benar-benae melalui kajian yang matang. Lalu ditawarkan ke pihak swasta, adakah yang berminat membangunnya. Jika kurang feasible, biasanya pihak swasta menolak skema kerjasama pembangunannya.
Nah, di era Jokowi, BUMN-lah yang "ditugaskan" untuk membangun jalan tol, tak peduli apakah cukup feasible or not!
Come on, para kepala daerah, ikuti jejak Gubernur Papua. Berterusteranglah apakah rakyat di tempat anda mayoritas menikmatinya.

Dulu, Gubernur Jawa Timur sebelum Khofifah, Pakde Karwo, sudah sempat memprotes mahalnya tarif jalan "tol Jokowi" bagi para sopir truk.

Nah, siapa menyusul berikutnya?!
Copas FB Fristy Hanon

Friday, August 23, 2019

HUJJATUL ISLAM ABU HAMID AL-GHAZALI ASY-SYAFI'I (W. 505 H)

*13. HUJJATUL ISLAM ABU HAMID AL-GHAZALI ASY-SYAFI'I (W. 505 H):*

_"Penjelasan Tentang Wajibnya Mengangkat Khalifah*_

_Tidak sepatutnya anda mengira bahwa kewajiban mengangkat Khalifah bersumber dari akal. Sungguh kami telah menjelaskan bahwa kewajiban tersebut bersumber dari Syara'. Hanya saja itu bisa ditafsirkan bahwa yang wajib adalah perbuatan yang di dalamnya ada manfaat dan meninggalkannya akan menyebabkan madharat. Pada yang demikian itu tidak diingkari akan wajibnya mengangkat Khalifah, karena di dalamnya memang ada manfaat dan mencegah madharat di dunia. Akan tetapi kami hendak menegaskan dalil syara' yang qath'i (pasti) atas kewajiban tersebut, tanpa mencukupkan diri dengan ijma' umat di dalamnya. Bahkan kami mengingatkan bagi orang yang bersandar pada ijma', kami katakan: sistem agama (Islam) secara pasti merupakan tujuan daripada diutusnya Rasulullah (shahibusy syara'), ini adalah proposisi yang kebenarannya pasti yang tidak mungkin ada perbedaan di dalamnya. Dan kita tambahkan padanya proposisi lainnya, yaitu bahwasannya sistem agama (Islam) tidak dapat terrealisasi kecuali dengan keberadaan seorang Khalifah yang ditaati. Maka dengan dua proposisi tersebut dihasilkan kebenaran klaim, yaitu wajibnya mengangkat seorang Khalifah."_

Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. 2004. _Al-Iqtishâd fi al-I'tiqâd._ (Beirut: Dar al-Kutub al-'Ilmiyyah) hlm. 127

Fawaid:
- Pengangkatan Khalifah adalah wajib, berdasarkan dalil syara' bukan akal semata
- Tujuan dari diangkatnya Khalifah adalah untuk merealisasikan sistem agama Islam (syariat-syariat Islam) yang tidak dapat terealisasi tanpanya, bukan sembarang pemimpin untuk menerapkan sembarang aturan, tanpa merujuk pada syariat Islam.

#KhilafahAjaranIslam
#IslamRahmatanLilAlamin
#AllaaliAllammaah
________
*Diterjemahkannya lafazh Imamah dengan kata Khilafah dan Imam dengan kata Khalifah adalah untuk mencegah pemaknaannya secara bahasa, karena secara istilah fiqhi -sebagaimana yang dimaksudkan dalam ibarot- Khilafah-Imamah dan Khalifah-Imam adalah sinonim, dan juga untuk menghindari kekhususan penggunaan dan pengertiannya oleh kaum Syi'ah.

_al La'âli al Lammâ'ah,_ hlm. 40

🏆 Seri Perkataan Ulama Sunni Seputar Wajib dan Pentingnya Khilafah 🏆

🎯

Ustadz Azizi Fathoni

Thursday, August 22, 2019

PERLUKAH UAS MEMINTA MAAF ?

PERLUKAH UAS MEMINTA MAAF?

Tadi pagi, di tempat tongkrongan driver online. Komunitas kami terbentuk dari berbagai etnis. Ada bermacam suku dan bermacam agama di dalamnya.

Saat menunggu orderan masuk, sambil minum pagi. Seorang teman Nasrani berkata.

"Kena laporin juga UAS ya. Itulah, harusnya kita saling menjaga omongan. Jangan sampai menyinggung umat beragama. Akhirnya kena laporkan juga kan."
Saya paham, maksud teman ini ingin mengajak diskusi atas permasalahan UAS. Sebagai umat kristiani, dia pasti merasa pilu atas perkataan UAS.

Sata letakkan hp dan mulai menanggapinya.
"Jadi, UAS salah menurut mu?"
"Jelas lah, perkataannya itu yang salah. Gak pantas seorang ulama memberikan kata2 seperti itu"

Saya memberikan ilustrasi pada dirinya. Misal, saya dan teman berbicara bahasa Minang. Dimana bahasa Minang itu, kamu mengerti artinya. Saat saya berkata "ciek, duo, tigo, Ampek dan limo...", Kamu protes pada saya.

Kamu bilang, seharusnya bukan ciek. Tetapi Sada. Karena kamu orang Batak, kamu ingin saya ucapkan Sada pada hitungan angka 1 dalam bahasa Minang yang sedang saya komunikasikan dengan teman.
"Saya pancing logika kamu, kira-kira...permintaan kamu itu benar gak?"
Dia diam.

Ketika saya sedang berkomunikasi dengan teman saya yang orang Minang asli, lalu kamu menguping pembicaraan kami. Karena kamu tau artinya, kamu protes atas ucapan kami pada angka satu. Kamu minta di ucapkan dalam bahasa Batak. Logika gak..? Coba pakai logika kamu.

Dia jawab, "ya gak perlu juga saya protes. Kan kalian sama-sama orang minang. Suka-suka kalian lah mau omong apa..."
NAH...ITU JUGA YANG HARUS KAMU LAKUKAN ATAS PERKATAAN UAS.
Beliau berbicara pada umat muslim. Khusus pada umat muslim, membawa ajaran Islam. Walaupun kamu tau perkataan UAS melalui tayangan video atau kamu dengar sekalipun, kamu gak patut protes atas apa yang di katakan UAS. Karena konteks nya, beliau berbicara pada umat Islam di dalam pengajian. Dan pengajian itu, dasar perkataan beliau adalah Alquran dan al hadist.

"Saya sedang nonton TV, ketika ada acara siraman rohani agama Kristen. Saya matikan TV atau menukar ke Chanel yang lain. Saya gak mau denger, karena acara tersebut bukan untuk saya. Tetapi siraman rohani untuk agama Kristen. Demikian juga kamu kan? Ketika ada pengajian ustad di TV, apa kamu menontonnya sampai habis?" Tanya saya
"Ya enggak, sama juga kayak kamu. Pindah Chanel TV"

NAH...ITU TANDANYA KAMU BENAR.
Bagiku agamaku, bagimu agama mu. Itu yang kita lakukan sekarang. Kalau kamu berkata UAS salah karena melecehkan salib, tolong liat situasi dan kondisinya. Pada siapa UAS berkata seperti itu, dimana lokasinya kala beliau berkata itu.

Jika di ruang publik, seperti Ahok menistakan ayat Al Maidah. Boleh kamu protes dan laporkan UAS. Sejatinya, kami sudah mempunyai batasan-batasan agar umat lain tidak tersinggung kala mendengar secara langsung kajian ustad yang mengupas isi Alquran dan al hadist.
Video UAS di liat oleh orang yang KEPO. Dia klik sendiri, dia liat dan dengar sendiri dan dia marah. Kenapa di upload pada YouTube? Karena tujuan pengajian itu untuk umat Islam, agar umat Islam yang belum memahami bisa mendengar dan mengambil pelajaran. Ketika itu jadi masalah sama umat kristiani, saya jadi bertanya.
"Maksud kalian klik video itu dan menontonnya apa sebenarnya? Jika kalian ingin mencari kesalahan dengan bukti video. Yakinlah, bisa 1000 kesalahan UAS yang bisa kalian cari berdasarkan penilaian sebuah video di YouTube"

Karena tujuannya memang mencari kesalahan berdasarkan kebencian.
Jika memakai alur menonton TV siraman rohani yang di jelaskan di atas, saya yakin masalah UAS tidak akan mencuat seperti ini. Kami pun bisa berlaku sama, namun kami tidak pernah peduli atas perkataan pemuka agama kalian dalam khotbah pada jemaatnya.

Dia terdiam, panjang penglihatannya pada sosok gelas di atas meja. Saya yakin, dalam pikirannya sedang berperang atas apa yang selama ini dia pikirkan dan perkataan yang baru saja saya sampaikan.
"Gimana bro, bener gak ucapan saya?" Saya tepuk punggungnya.
.
.
"Bro, dalam agama kami kamu adalah kafir. Dalam pertemanan kita, apakah pernah kamu saya panggil kafir...? Demikian juga kamu, gak pernah memanggil saya sebagai domba tersesat. Itu tandanya, selama ini kita baik-baik saja menjalani peran masing2. Karena ulah oknum yang memanasi, membuat kamu dan oknum2 yang awalnya sama pemikiran dengan kamu menjadi agresif atas perkataan UAS"

Dia tersenyum, "bener ya kata mereka (temen satu pangkalan driver), kalau ngomong sama kamu itu harus siapkan pemikiran yang panjang. Kalau pikiran pendek, bisa abis orang kamu buat.."
Obrolan kami ini, di dengar beberapa teman yang sama duduk. Mendengar perkataan dia, kami semua tertawa.

"Jangan nilai saya dari apa yang kamu gak suka brader. Nilai saya atas apa yang saya katakan. Kalau kamu anggap benar, tolong sampaikan sama teman-teman kamu yang marah pada UAS. Semoga mereka paham dan bisa menularkan pemikiran pada yang lainnya juga."

Ketika ada teman yang bertengkar, terkadang kita memisahkan dengan cara yang salah. Kita malah memegangi teman kita, dan membiarkan lawan teman tanpa pengawalan.

Yang seharusnya kita pegang, adalah lawan teman kita. Karena saat teman kita pegang agar jangan melayangkan pukulan, kita gak tau bahwa lawan mempunyai kesempatan melayangkan pukulan pada si teman yang pegangi dengan kuat.

Kalau kita memegang lawan, kita percaya pada teman tidak akan melayangkan pukulan padanya. Sembari kita pegang lawan, kita sisipkan kata-kata penjelasan agar emosi mereka turun.

"JANGAN MEMEGANG LAWAN, LALU KITA MEMINTA MAAF ATAS PERLAKUAN TEMAN YANG MEMBUAT LAWAN TADI TERSINGGUNG."

Karena kita sendiri belum menyadari titik permasalahan nya. Sudut pandang kita bisa berbeda dengan si teman. Yang harus kita lakukan adalah merangkul lawan, memberikan mereka penjelasan agar emosi mereka bisa tenang. Dan bisa duduk bersama dengan kepala dingin.
.
.
Jadi buat para ahli GEOPOLITIK atau ahli tata krama yang selalu menuntut kesabaran. Tolong fokus kalian jangan pada kami, fokuslah pada mereka yang lagi emosi. Dan jangan juga kalian berlaku bijak MEMINTA MAAF atas nama UAS.

Jangan pegangi kami, karena saat kami kalian pegang, mereka mendapatkan kesempatan untuk terus memukul dengan opini2 fitnah tanpa ada bantahan. Sama saja memberikan panggung atas informasi yang tidak benar.

Pegang mereka, berikan mereka ketenangan. Karena merekalah yang emosi atas perkataan UAS. Beri masukan dan juga penjelasan agar mereka memahami konteks permasalahan ini. Jangan sampai, emosi mereka di manfaatkan pihak lain untuk terus menyebar kebencian dan adu domba.
Dan itulah yang saya lakukan pada teman kristiani tadi. Saya pegangi dia, saya rangkul dia dan berikan penjelasan hingga dia mengerti. Atas apa yang kami diskusikan tadi, berharap dirinya bisa menyampaikan hal sama pada teman-teman krsitennya.
Saya tidak mencoba Bijak pada dirinya dengan meminta maaf. Karena UAS sendiri saja sudah memberikan klarifikasi atas ucapan itu.

"Sehebat apa diri kita hingga bisa meminta maaf atas nama beliau?"
Kita mempunyai banyak teman kristiani. Teman lama, teman baru dan teman yang baru pertama bersua sekalipun. Mengapa kita bisa bertahan berteman dengan mereka? Karena mereka adalah teman2 pilihan yang bisa kita ajak diskusi. Gunakan pertemanan itu untuk menjelaskan semuanya.

Saya percaya, teman kristiani saya adalah orang2 berjiwa besar dan tidak bersumbu pendek. Kita berbicara bersama, tertawa bersama dan mengeluh bersama adalah bukti bahwa hubungan yang kita jalin itu baik-baik saja tanpa menyinggung apa agamamu, dan apa makanan haram mu.
Jadi mohon maaf, apabila saya mempunyai pendapat bahwa UAS tidak perlu meminta maaf. Apapun yang terjadi, kita memang tidak berada dalam satu iman. Tapi percayalah, kita bersaudara dalam satu ciptaan Tuhan.

Lakum Diinukum Wa Liya Diin...
Untukmu agamamu, untuk ku agama ku.
Sunber: Budi Setiawan

TAK USAH KAU AJARI KAMI UNTUK MELINDUNGI ORANG KAFIR!

TAK USAH KAU AJARI KAMI UNTUK MELINDUNGI ORANG KAFIR!

Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani

Orang-orang liberal memang suka mencari sensasi, ingin selalu tampil beda dengan yang lainnya. Di saat mayoritas umat Islam semangat mendakwahkan kebenaran Islam, mereka justru menyatakan bahwa semua agama sama. Ketika umat Islam meyakini akan kekafiran orang-orang di luar agamanya, mereka justru bersuara bahwa tidak ada orang kafir di Indonesia.
Secara psikologis mereka tampak jumawa, seolah merekalah yang mempunyai intelektualitas di atas rata-rata. Merasa paling paham sejarah, paling mengerti dalil-dalil syara’ dan paling mumpuni memahami kontekstualitas yang ada.

Hal tersebut paling tidak bisa dilihat dari sikapnya yang keras kepala, anti kritik dan merasa paling toleran dengan pandangannya. Siapa saja yang berani mengkritik keputusan mereka akan disebut juhala, tak peduli sekalipun yang mengkritik juga adalah para senior sendiri di organisasinya.

Lebih lucunya lagi, mereka yang ingin selalu tampil beda justru mereka sendiri tidak siap dengan berbagai kritik yang diterimanya. Baperan. Orang yang menentang dianggap membenci organisasinya, yang mengkritik dianggap membuli kiainya. Tokoh-tokohnya disetarakan dengan dewa yang tidak boleh ada orang yang membantahnya sekalipun keputusan-keputusannya keluar dari nalar dan logika.

Didebat dengan ayat mereka bilang jelaskan juga dengan hadits, ditunjukan hadits mereka bilang tafsirkan juga dengan kitab-kitab kuning para ulama, diberi qoul para ulama mereka bilang sekarang ini jamannya sudah berbeda. Eh... mentok-mentoknya plang lalu lintas di jalanan Arab Saudi mereka jadikan pedoman. Begitulah, mereka menggunakan dalil-dalil agama hanya untuk membenarkan syahwat dan logikanya.
Mereka gugat ayat larangan menjadikan orang kafir sebagai pemimpin, mereka lawan ayat yang menegaskan bahwa hanya Islamlah satu-satunya agama yang benar, mereka permasalahkan ayat yang mengkafirkan orang-orang yang tidak seakidah dengan Islam, mereka tentang ayat yang mewajibkan tiap-tiap muslimah wajib menutup auratnya. Semua dianggap sudah tidak relevan dengan perkembangan zaman.

Jika saja bukan Allah swt. sendiri yang menjaga kemurnian Al-Qur’an, niscaya Kitab suci ini sudah bernasib sama sebagaimana Taurat dan Injil Nasrani, ayat-ayatnya banyak yang dirubah, ada yang dihilangkan dan ada juga yang ditambahkan, sesuai dengan selera dan pesanan para penguasa. Kemukjizatan Al-Qur’an telah menjadikan mereka hanya berputar-putar pada pendistorsian maknanya, tidak bisa untuk ayatnya.

Orang-orang yang membela Al-Qur’an dan memperjuangkan syariat Islam mereka tuduh sebagai kelompok intoleran.

Sementara mereka sendiri yang menentang hukum-hukum Al-Qur’an mengaku sebagai pejuang toleransi dan kemanusiaan. Hawa nafsunya mengatur Al-Qur’an, bukan Al-Qur’annya yang mengatur hawa nafsu.
Mereka buta dengan data dan fakta. Jika memang kami intoleran, niscaya sudah tidak ada lagi orang kafir di negeri ini. Jika memang kami radikal, niscaya banyak orang non muslim yang mati bergelimpangan di jalan-jalan. Aksi-aksi besar di Jakarta (termasuk aksi 212) adalah buktinya, bahwa betapa kami melindungi orang lain yang tidak seagama, baik pribadinya maupun tempat usahanya.

Entah sampai kapan mereka menuduh kami radikal. Realita yang tampak di depan mata tidak mengurungkan fitnah mereka kepada kami yang sedang memperjuangkan tegaknya aturan-aturan agama. Mereka terus menuduh kami teroris dan radikal, padahal kami sudah terbukti selalu membawa kedamaian dalam setiap aksi-aksi besar yang dilakukan.

Mereka terlalu pede mengajarkan kami toleransi, terlalu pede mengajarkan kami perdamaian. Padahal mereka sendiri yang selalu menyulut kegaduhan dengan sikapnya maupun dengan tutur katanya yang disampaikan.

Seharusnya tidak usahlah mereka seperti itu. Kami sudah tau sendiri apa itu toleransi, tanpa harus cari muka kepada penguasa. Kami sudah tau sendiri bagaimana memperlakukan orang-orang yang berbeda secara akidah, tanpa harus membenarkan semua agama.

Tidak usah lagi kau ajarkan kami tentang toleransi. Kami sudah mengerti semua itu. Kami justru sudah lebih menjadi pemberi bagi mereka, bukan menjadi peminta-minta atas mereka.
# Alumni212
# ReturnTheKhilafah
Cirebon, 5 Maret 2019

TUKANG FITNAH ITU BUKAN AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH

TUKANG FITNAH ITU BUKAN AHLUSSUNNAH WALJAMA'AH

Peringatan Keras Kepada Para Pendusta Dan Tukang Fitnah Dengan Melemparkan Tuduhan Jahat Lagi Keji Terhadap Hizbut Tahrir Dan Para Syababnya. Seperti Hizbut Tahrir Mengingkari Qodar, Takdir, Qodho-Qodar, Azab Kubur, Membolehkan Neraba-Raba Dan Mencium Wanita Bukan Mahrom, Hizbut Tahrir Didanai Oleh Negara Kafir Inggris, Dan Seterusnya.

Bismillaahir Rohmaanir Rohiim
Kita telah meyakini, bahwa Ahlussunnah Waljama’ah ala Rasulillah SAW dan sahabatnya adalah Firqah Nâjiyah (kelompok yang selamat dari neraka), dimana mengenai mereka, Muhammad bin Abdul Karîm bin Abu Bakar Ahmad Asysyahrastani dalam kitabnya, Almilal Wannihal, menuturkan :

Akhbaro Annabiyyu ...

ﺃَﺧْﺒَﺮَ ﺍﻟﻨَّﺒِﻰ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺼَّﻼَﺓُ ﻭَﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ : ﺳَﺘَﻔْﺘَﺮِﻕُ ﺃُﻣِّﺘِﻲ ﻋَﻠَﻰ ﺛَﻼَﺙٍ ﻭَﺳَﺒْﻌِﻴْﻦَ ﻓِﺮْﻗَﺔً ، ﺍَﻟﻨَّﺎﺟِﻴَﺔُ ﻣِﻨْﻬَﺎ ﻭَﺍﺣِﺪَﺓٌ ، ﻭَﺍْﻟﺒَﺎﻗُﻮْﻥَ ﻫَﻠْﻜَﻰ . ﻗِﻴْﻞَ : ﻭَﻣَﻦْ ﺍَﻟﻨَّﺎﺟِﻴَﺔُ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﻭَﺍْﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ . ﻗِﻴْﻞَ : ﻭَﻣَﺎ ﺃَﻫْﻞُ ﺍﻟﺴُّﻨَّﺔِ ﻭَﺍْﻟﺠَﻤَﺎﻋَﺔِ ؟ ﻗَﺎﻝَ : ﻣَﺎ ﺃَﻧَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻟﻴَﻮْﻡَ ﻭَﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻲ .

“Nabi SAW mengabarkan bahwa umatku akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan, satu diantaranya adalah golongan yang selamat, sedang yang lainnya golongan yang celaka”. Ditanyakan: “Siapakah golongan yang selamat itu?”. Nabi bersabda: “Ahlussunnah Waljama’ah”. Ditanyakan: “Siapakah Ahlussunnah Waljamaah itu?”. Nabi bersabda: “(Orang-orang yang berpegang teguh terhadap) apa yang saat ini aku dan para sahabatku berada di atasnya”. (Muhammad bin Abdul Karim bin Abu Bakar Ahmad Asysyahrastani, Almilal Wannihal, 1/11, Darul Ma’rifah Beirut, 1404 H, tahqiq Muhammad Sayyid Kailani).
Sedangkan berbohong dan memitnah itu dapat menjerumuskan seorang muslim ke neraka, kecuali ketika telah bertaubat secara nashuha sebelum matinya. Oleh karena itu, siapa saja diantara kaum muslim yang berperilaku seperti itu, menjadi pendusta (alkadzdzâb) dan tukang fitnah (Alfattân) secara otomatis, dengan sendirinya, ia telah keluar dari golongan Ahlussunnah Waljama’ah, meskipun ia telah mengklaim seribu kali sebagai golongan Ahlussunnah Waljama’ah.

Terkait perilaku berdusta dan memitnah, Allah SWT berfirman :

ﺇِﻧَّﻤَﺎ ﻳَﻔْﺘَﺮِﻱ ﺍﻟْﻜَﺬِﺏَ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻟَﺎ ﻳُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺂَﻳَﺎﺕِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻭَﺃُﻭﻟَﺌِﻚَ ﻫُﻢُ ﺍﻟْﻜَﺎﺫِﺑُﻮﻥَ
"Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah, dan mereka itulah orang-orang yang pendusta". (QS An-Nahel [18] ayat 105).

Ketika menafsiri ayat di atas, Imam Suyuthi berkata :
ﻭﺃﺧﺮﺝ ﺍﻟﺨﺮﺍﺋﻄﻲ ﻓﻲ ﻣﺴﺎﻭﺉ ﺍﻷﺧﻼﻕ ﻭﺍﺑﻦ ﻋﺴﺎﻛﺮ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ ، ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺟﺮﺍﺩ ﺃﻧﻪ ﺳﺄﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ‏« ﻫﻞ ﻳﺰﻧﻲ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ؟ ﻗﺎﻝ : ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ . ﻗﺎﻝ : ﻫﻞ ﻳﺴﺮﻕ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ؟ ﻗﺎﻝ : ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺫﻟﻚ . ﻗﺎﻝ : ﻫﻞ ﻳﻜﺬﺏ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ؟ ﻗﺎﻝ : ﻻ . ﺛﻢ ﺃﺗﺒﻌﻬﺎ ﻧﺒﻲ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : ﺇﻧﻤﺎ ﻳﻔﺘﺮﻱ ﺍﻟﻜﺬﺏ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻻ ﻳﺆﻣﻨﻮﻥ .

“Dan Alkhoroithi dalam kitab Masawiul Akhlaq dan Ibnu Asakir dalam kitab Tarikhnya telah mengeluarkan hadits dari Abdulloh bin Jarod, bahwa ia pernah bertanya kepada Nabi SAW : “Apakah orang mu’min berzina?”, Nabi bersabda : “Bisa saja ia begitu”. Ia bertanya : “Apakah orang mu’min mencuri?”, Nabi bersabda : “Bisa saja ia begitu”. Dan ia bertanya : “Apakah orang mu’min berdusta?”, Nabi bersabda: “Tidak”. Kemudian Nabi SAW membacakan ayat: "Sesungguhnya yang mengada-adakan kebohongan, hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada ayat-ayat Allah”.
Waakhroja ...

ﻭﺃﺧﺮﺝ ﺍﻟﺨﻄﻴﺐ ﻓﻲ ﺗﺎﺭﻳﺨﻪ ، ﻋﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺟﺮﺍﺩ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ ﺃﺑﻮ ﺍﻟﺪﺭﺩﺍﺀ ‏« ﻳﺎ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ، ﻫﻞ ﻳﻜﺬﺏ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ؟ ﻗﺎﻝ : ﻻ ﻳﺆﻣﻦ ﺑﺎﻟﻠﻪ ﻭﻻ ﺑﺎﻟﻴﻮﻡ ﺍﻵﺧﺮ ﻣﻦ ﺇﺫﺍ ﺣﺪﺙ ﻛﺬﺏ » .
“Dan Alkhothib dalam kitab Tarikhnya telah mengeluarkan dari Abdulloh bin Jarod, ia berkata : “Abu Darda’ berkata : “Wahai Rasululloh, apakah orang mu’min berdusta?”, Nabi bersabda: “Tidak beriman kepada Alloh dan hari akhir, orang yang ketika berbicara, ia berdusta”. (Tafsir al-Durr al-Mantsur, 6/172).

Dari ayat Alqur'an dan dua hadits diatas diketahui bahwa orang mukmin itu tidak berdusta. Berarti ketika ada seseorang yang berdusta sudah menjadi kebiasaannya, maka dapat dipastikan bahwa ia bukan orang mukmin yang sesungguhnya. Dan ketika ia bukan orang mukmin yang sesungguhnya, maka ia juga bukan Ahlussunnah Waljama’ah, karena Ahlussunnah Waljama’ah adalah orang-orang mu'min, bukan tukang dusta dan tukang fitnah.

Dan firman-Nya :
ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻳُﺆْﺫُﻭﻥَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻣَﺎ ﺍﻛْﺘَﺴَﺒُﻮﺍ ﻓَﻘَﺪِ ﺍﺣْﺘَﻤَﻠُﻮﺍ ﺑُﻬْﺘَﺎﻧًﺎ ﻭَﺇِﺛْﻤًﺎ ﻣُﺒِﻴﻨًﺎ
"Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata". QS Al-Ahzab [35] ayat 58.

Imam Ibnu Katsir berkata :

“Firman Alloh : "Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat”. Yakni, mereka menisbatkan kepada orang-orang mukmin dan mukminat suatu perkara yang mereka bebas dari padanya, mereka tidak mengamalkan dan tidak pula mengerjakannya. “maka sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata". Ini adalah kebohongan yang nyata, yaitu menceritakan atau memindah dari orang-orang mu’min dan mu’minat suatu perkara yang mereka tidak mengerjakannya, dengan tujuan mencela dan merendahkan mereka. Kebanyakan orang yang masuk ke dalam ancaman ini adalah orang-orang kafir kepada Alloh dan Rasul-Nya, kemudian golongan Rafidhah (Syi’ah ekstrim) yang merendahkan dan mencela sahabat dengan perkara yang Alloh telah membebaskan mereka dari padanya, dan menyifati sahabat dengan kebalikan sifat yang Alloh telah memberi khabar tentang mereka. Karena Alloh SWT telah memberi khabar, bahwa Dia benar-benar ridha dan memuji sahabat Muhajirin dan Anshar. Sedangkan orang-orang bodoh dan dungu itu mencaci-maki dan merendahkan mereka, dan menyebutkan perkara yang tidak ada, dan mereka tidak pernah mengerjakannya selamanya. Maka orang-orang bodoh dan dungu itu, pada dasarnya, adalah orang-orang yang terbalik hatinya, mereka mencela orang-orang yang terpuji, dan memuji orang-orang yang tercela”. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/480-481).

Jadi perilaku di atas, yakni menyakiti orang-orang mu'min dan mukminat, dengan berdusta dan memitnah terhadap mereka, adalah perilaku orang-orang kafir dan Rafidhah (Syi’ah ekstrim), bukan perilaku Ahlussunnah Waljama’ah.

TUKANG FITNAH ITU AHLI NERAKA
Kalau Anda gak percaya bahwa tukang fitnah itu ahli neraka, maka perhatikan firman Allah SWT :
ﺇِﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﻓَﺘَﻨُﻮﺍ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨَﺎﺕِ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳَﺘُﻮﺑُﻮﺍ ﻓَﻠَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺏُ ﺟَﻬَﻨَّﻢَ ﻭَﻟَﻬُﻢْ ﻋَﺬَﺍﺏُ ﺍﻟْﺤَﺮِﻳﻖِ
"Sesungguhnya orang-orang yang telah memitnah orang-orang beriman laki-laki dan perempuan kemudian mereka tidak bertaubat, maka bagi mereka azab Jahanam dan bagi mereka azab (neraka) yang membakar". (Al-Buruj ayat 10).

Kalau tukang fitnah itu ahli neraka, berarti bukan Ahlussunnah Waljama’ah Firqoh Najiyah yang ahli surga.

Maka jangan mengaku Ahlussunnah Waljama'ah kalau masih suka berdusta dan memitnah!

Ust Abuwalfa romli

REFERENDUM PAPUA, BANSER SOLUSINYA!

REFERENDUM PAPUA, BANSER SOLUSINYA!
_______
Oleh: Irkham Fahmi al-Anjatani

NKRI Harga Mati. Itulah slogan yang selalu diulang-ulang oleh Banser NU. Artinya, tidak boleh sejengkal pun tanah di wilayah Kesatuan Indonesia terlepas darinya. Dari Sabang sampai Merauke harus benar-benar dipertahankan dengan sekuat tenaga, tidak boleh ada yang melepaskan diri, karena NKRI Harga Mati.

Gerakan Referendum untuk Papua jelas-jelas sedang coba memisahkan wilayah tersebut dari Indonesia. Padahal sudah berkali-kali disampaikan, bahwa NKRI Harga Mati. Sayangnya, sepertinya OPM tetap menutup telinga dengan slogan itu, sehingga tetap saja mereka ngotot ingin memisahkan bumi Papua dari Indonesia.
Sepertinya ada yang aneh dari mereka, gerakan Papua Merdeka, bukankah Jokowi sudah mensejahterakan mereka, sehingga di Pemilu periode kedua ia menang telak lagi di sana. Itu artinya masyarakat Papua puas dengan kinerja kepemimpinan Jokowi. Tapi kenapa mereka masih menuntut referendum, memisahkan diri dari Indonesia?

Apa mereka sebenarnya kecewa dengan kepemimpinannya, yang tidak kunjung menegakkan keadilan dan memakmuran mereka? Lalu kenapa mereka justru memenangkan Jokowi lagi di sana? Inilah logika 'njelimet' yang tidak akan mau diambil pusing oleh para pemuja rezim.
Jadi sebenarnya Jokowi yang tidak beres mensejahterakan rakyat Papua, sehingga mereka banyak yang kecewa, atau memang rakyat Papuanya sendiri yang ngeyel mau memisahkan wilayahnya dari Indonesia? Ini aneh, padahal Jokowi sendiri, dengan Bansernya berkali-kali menyatakan bahwa NKRI Harga Mati.

Jelas, Banser tidak boleh tinggal diam, apalagi sepertinya TNI sendiri sudah kuwalahan menghadapinya. Banser harus turun tangan, karena masalah mempertahankan NKRI merekalah yang paling garda terdepan. Saya percaya, apalagi mereka sudah dibekali banyak ilmu kesaktian. Mereka berani meski harus bertempur dengan tangan kosong. Mereka tidak akan takut dengan berondongan peluru dan meriam gerombolan pro referendum.

Banser, pakailah jaket lorengmu, jangan lupakan pula lagu 'Ya Lal Wathon'mu! supaya semangat perjuangan tetap membara. Hancurkan mereka, provokator referendum yang sudah mengajak masyarakat Papua untuk memisahkan diri dari Indonesia.

Ini bukan adu domba terhadap sesama anak negeri. Ini adalah seruan perlawanan terhadap kelompok makar di Papua yang sudah banyak membunuh warga, polisi, bahkan tentara. Mereka sudah bukan saudara sebangsamu lagi, apalagi seagama. Mereka sudah membakar bendera merah putih. Percuma kau bicara baik-baik dengan mereka, karena mereka tetap ngotot mau berpisah.

Di Surabaya dan beberapa kota lainnya banyak mahasiswa-mahasiswa yang mendukung referendum. Mereka menganggap pemerintah tidak mampu mensejahterakan Papua, sehingga mereka ngotot mendukung OPM, sekalipun jelas-jelas sudah membantai ratusan nyawa. Banser, tolong bubarkan kegiatan-kegiatan mereka di berbagai daerah!
Banser, jangan diam ketika "ulim amri"mu difitnah orang-orang pro referendum bahwa ia tidak mampu mensejahterakan rakyat Papua. Sebagaimana kau pun tidak diam ketika Jokowi dikritik oleh umat Islam, bahwa ia juga tidak bisa mensejahterakan mereka. Banser, angkat lengan bajumu, pamit dengan istrimu, untuk pergi bertempur menghabisi gerakan Papua Merdeka di sana!

Banser, segeralah kalian berangkat. Tapi ingat, jika sudah sampai sana, jangan kau cuma foto-foto selfi saja. Bertempurlah! Berbagi tugas. Biar kami di sini, bertanya baik-baik kepada Jokowi, Kenapa Papua mau berpisah? benarkah anda tidak mampu memakmurkan mereka?
_____________
Yang jelas bukan karena masyarakat Papua ditunggangi HTI, karena mereka sendiri banyak yang menolak keras keberadaan HTI di sana. Sama seperti anda, mereka juga sangat anti Khilafah. Mau ditaroh dimana muka kalian jika ternyata akhirnya Papua lepas dari Indonesia, padahal menurut kalian bahwa Khilafah lah yang akan memecah belah wilayah kesatuan Indonesia, tetapi faktanya ketika sistem demokrasilah justru mereka berpisah.

# Alumni212
# ReturnTheKhilafah
Cirebon, 21 Agustus 2019

PAPUA MEMBARA, MAHFUD MD KOK BUNGKAM ?

PAPUA MEMBARA, MAHFUD MD KOK BUNGKAM ?

Oleh : Nasrudin Joha

NKRI dirongrong di Papua, Pancasila dilecehkan di Papua, sang Saka Merah Putih di bakar di Papua. Hanya, saya merasa terheran-heran kenapa Begawan BPIP semua bungkam ?

Mana suara Megawati ? Mana suara Try Sutrisno ? Mana suara Syafii Maarif ? Mana suara Said Aqil Siradj ? Mana suara Ma'aruf Amin ? Mana suara Sudhamek ? Mana suara Andreas Anangguru Yewangoe ?Mana suara Wisnu Bawa Tenaya? Dan yang lebih penting MANA SUARA BEGAWAN BPIP PALING GIGIH, MAHFUD MD ?

Kalau urusan umat Islam, bendera tauhid, syariah Islam, mereka ini paling cerewet berkomentar. Syafi'i Ma'arif yang sudah udzur saja, nyinyir kepada wacana NKRI bersyariah, apalagi Mahfud MD. Tuding dana dari Arab ke pesantren untuk radikslisme, tuding pesantren di Jogja dan Magelang radikal. Tapi giliran di Papua, kok Ga ada satupun kalimat Twitt Mahfud yang membara menyebut OPM radikal ?
Lantas, apa solusi Pancasila untuk mengatasi masalah separatisme OPM ? Melafadzkan sila-sila Pancasila sampai lidah kelu ? Meminta OPM berbaris dan beri hormat ke bendera merah putih ?
Apa pula pertanggungjawaban Jokowi untuk Papua. Bukankah suara Jokowi di Papua luar biasa besar ? Lantas, kalau mereka pro Jokowi kenapa minta referendum pisah dari NKRI ? Apa kampanye politik Jokowi di Papua dulu menjanjikan referendum dan berpisah dari NKRI sehingga suara Jokowi luar biasa besar di Papua ? Atau keributan di Papua ini dalam rangka merealisir janji politik Jokowi ?

Kembali ke Mahfud MD, saya jadi kepingin tahu apa resep mujarab sang profesor ini -yang telah kalah telak melawan tantangan Prof Suteki- untuk mengatasi masalah Papua. Apa akan mengadopsi ide Jokowi, yang saat pidato kebangsaan berkoar tidak ada toleransi bagi siapapun yang mau memecah belah bangsa. Tapi begitu OPM beraksi, kok jadi lembek ? Diminta saling memaafkan ?

Ingat ya, gaji Mahfud MD per bulan diatas 100 juta rupiah. Umat ini berhak tahu, apa kinerja Mahfud sehingga punya hak atas gaji yang berasal dari pajak umat.
Tdk mungkin lah, seorang Mahfud pergi ke Papua dalam konteks bertempur, seperti Banser. Banser saja ngeles minta payung hukum.

Tapi paling tidak Mahfud kan bisa ngetwit ? Komentar, kasih perspektif Pancasila mengenai persoalan Papua. Jangan hanya menjadi kompor kebangsaan berdalih suluh kebangsaan, menebar tudingan ditengah kalangan pesantren tanpa punya rasa malu.
Meskipun begitu, saya termasuk orang yang sabar menanti pernyataan Mahfud. Bagaimanapun, dia telah terima gaji BPIP. Karena itu, dia wajib bekerja dan bertanggung jawab secara moral kepada publik.
Semoga, Mahfud MD diberi kemudahan dan kelancaran, agar lisannya mampu bersuara untuk Papua. Kita, sebagai sesama anak bangsa sangat menunggu peran dan kiprah Mahfud MD dalam menjaga dan membumikan nilai-nilai Pancasila.