Monday, March 10, 2014

Cinta Tanpa Maksiat 1

Cinta Tanpa Maksiat 1

gaulislam edisi 328/tahun ke-7 (3 Rabiul Tsani 1435 H/ 3 Februari 2014)

Udah deh, nggak usah ditutup-tutupin. Maksiat yang kamu lakukan suatu saat akan terbongkar juga. Nggak usah ngerasa bahwa kamu akan aman-aman saja atas apa yang kamu lakukan selama ini. Allah Ta’ala Mahatahu, lho. Awas, jangan coba-coba berbohong ya. Widiw, ngancem ceritanya nih. Hehehe.. sori, bukan nuduh, tapi sekadar membaca fakta saja. Jadi, kalo kamu nggak ngerasa berbuat salah, ya tulisan ini jangan dimasukkin ke hardisk, eh ke hati. Anggap saja sebagai bahan sentilan buat yang lain. Oke?

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Ngomongin soal cinta dan juga tentang maksiat, sepertinya hubungannya ama dekat lho. Gimana pun juga, masa remaja emang sedang hot-hotnya dengan perasaan suka terhadap lawan jenis. Rasa suka itu kemudian dirangsang sedemikian hebat melalui tayangan sinetron, lagu, film dan juga acara-acara di televisi lainnya yang memproduksi dan mengemas tentang cinta. Namun, karena tak dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan, akhirnya rasa cinta itu malah diarahkan kepada hal-hal yang maksiat. Misalnya pacaran.

Hah, pacaran itu maksiat? Lho, kamu baru tahu? Jadi, selama ini kamu nggak ngeh bahwa pacaran itu maksiat? Waduh, pantesan banyak yang kirim SMS curhat ke redaksi gaulislam malah minta saran soal pacaran. Wah, apa nggak ngeh kali ya kalo gaulislam di banyak tulisannya selalu menggempur para aktivis pacaran dan mengkampanyekan bahwa pacaran itu pintu gerbang menuju perzinaan. Okelah, mungkin itu pembaca baru gaulislam. Nggak apa-apa, dengan begitu kan gaulislam jadi punya ladang amal untuk terus mengingatkan para remaja tentang pentingnya memahami Islam dan menjauhi hal-hal yang maksiat. Pacaran itu maksiat, jadi harus dijauhi. Setuju? Ayo, yang setuju mana goyangnya, eh, mana suaranya?
Sobat gaulislam, sebelas tahun yang lalu (tahun 2003), saya pernah menulis buku Jangan Nodai Cinta. Buku ini saya tulis duet dengan teman saya. Alasan menulis buku tersebut, karena kami berdua (termasuk pihak penerbit) prihatin dengan banyaknya remaja yang terjerumus ke dalam kemaksiatan dengan alasan memperjuangkan cinta atau setidaknya atas nama cinta. Tahun-tahun itu, memang belum booming penyebaran informasi via facebook dan twitter, sehingga penyebaran promosi buku itu lebih banyak melalui majalah dan juga koran plus mengadakan acara di berbagai tempat. Saya dan kawan saya sempat berkeliling dari satu kota ke kota lain yang disponsori penerbit untuk mempromosikan buku Jangan Nodai Cinta, sekaligus sebagai bagian dari aktivitas dakwah agar para remaja paham apa itu cinta dan bagaimana mengekspresikannya. Alhamdulillah, meski tak disebar via jejaring sosial, saat itu buku kami terjual lebih dari 45 ribu eksemplar. Sebuah pencapaian yang wajib kami syukuri. Bahkan di tahun 2009 buku tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa Malaysia dan diterbitkan di Malaysia. Alhamdulillah. Semoga ada jejak kami yang masih tertinggal dalam ingatan para pembaca dan menularkannya kembali kepada yang lain, terutama kepada para remaja saat ini.

Ngomongin soal cinta bagi remaja seperti tak pernah ada habisnya. Saya menyadari juga ketika memutuskan menerbitkan buletin gaulislam bersama kawan-kawan bahwa tema remaja itu pasti “itu-itu saja”, khususnya soal pergaulan dan cinta di kalangan remaja. Tetapi alhamdulillah saya dan kawan-kawan nggak pernah bosan karena pembaca buletin ini terus berganti dari generasi ke generasi. Selain itu, selama kapitalisme-sekularisme masih menjadi ukuran gaya hidup bagi masyarakat di negeri ini, maka akan selalu ada celah untuk berbuat salah bagi masyarakat, maka gaulislam hadir untuk mengingatkannya. Akan menjadi penjaga Islam. Insya Allah.

Cinta buta membawa petaka
Seorang kenalan menulis status di sebuah grup yang saya ikuti. Dia menulis keprihatinannya soal kasus Asmirandah, selebriti yang kisah cintanya jadi jajanan empuk media massa. Apa isi tulisan yang disampaikan kenalan saya itu? Ini isinya: “Buat para pejuang garda depan Negara Islam Internasional, kasus Asmirandah mungkin hanyalah berita ecek-ecek yang tidak penting banget sih. Tapi mohon maaf, buat saya, itu cukup penting. Paling tidak, ketika mendadak harus jadi ustadz untuk mengisi pengajian majlis taklim, bisa jadi studi kasus. Maklum, majlis taklim kan member-nya rata-rata masih penyuka acara tivi yang begituan. Jadi, ijinkan saya prihatin, ternyata Andah sudah murtad demi pemuda tengik Jonas.”

Saya tulis apa adanya dari status facebook kenalan saya itu. Oya, sebenarnya bukan kenalan biasa. Beliau boleh dibilang guru menulis saya sejak lama. Maksudnya, saya banyak belajar juga dari beliau bagaimana cara menulis hanya dengan membaca tulisan-tulisan beliau. Unik ya? Ya, saya memang penyuka banyak tulisan, tentu saja menyukai juga penulisnya. Nah, beliau merasa gusar dengan fakta kasus Asmirandah yang berbelit-belit seperti itu. Ini awalnya soal cinta, tetapi karena tak dilandasi keimanan yang kokoh akhirnya malah mengorbankan keimanannya. Cinta buta memang membawa petaka. Waspadalah!

Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Remaja muslim saat ini juga banyak lho yang pacaran. Bahkan tak sedikit dari mereka sebenarnya sekolah di sekolah berlabel Islam. Alasan  mereka yang pacaran adalah karena cinta harus diekspresikan sebagaimana contoh yang mereka lihat di banyak tayangan televisi dan di kehidupan nyata masyarakat sekular. Kalo ekspresi cinta yang dilihat di tayangan televisi ya umumnya ekspresi yang salah. Pacaran kan dosa. Itu maksiat, Bro en Sis. Apa? Kamu nggak setuju? Apa kamu rela membiarkan dirimu dan banyak remaja lainnya terjerumus makin dalam di jurang kenistaan? Miris!

Hati-hati jebakan setan
Jebakan setan ada pada komunikasi dengan lawan jenis yang kebablasan. Bercanda awalnya, tetapi akhirnya menjadi kebiasaan dan akrab. Waspadalah! Tentu, yang dimaksud “lawan jenis” di sini adalah dengan yang bukan mahrom. Sebab, banyak pria-wanita saling menyuka awalnya dari bercanda, via SMS misalnya. Maka, waspadalah berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Jika harus berinteraksi, maka seperlunya saja sesuai kebutuhan. Jangan berlebihan.

Sobat gaulislam, komunikasi dan pertemuan yang tidak perlu antar lawan jenis yang bukan mahrom harus dijauhi. Jangan saling memberi peluang dengan alasan dakwah. Hati-hati! Sebab, mereka yang berkomunikasi secara intens dengan lawan jenis bisa saja tidak melakukan pacaran, tetapi jika isi komunikasinya sangat akrab, itu mengundang bahaya. Bukankah sudah banyak contoh buruk akibat pergaulan bebas antar lawan jenis bukan mahrom berawal dari komunikasi yang ‘nyerempet-nyerempet’ dan nggak perlu? Contohnya nih saling kirim SMS, “Eh, kamu sama aku kelihatannya cocok deh. Mungkin kalo kita nanti jadi suami-istri bisa bahagia. Hahaha….”. Atau isi SMS lainnya yang dikirim seorang ikhwan ke seorang akhwat sesama aktivis rohis, “Eh, apa bener ada anak rohis yang naksir aku?” Waduh, ini jelas interaksi yang kebablasan. Nggak boleh tuh!

Suatu ketika saya pernah menasihati seorang kenalan yang ngobrol dengan seorang teman perempuannya dengan begitu akrab di suatu tempat. Nasihat saya sederhana saja, meminta dia jangan bekhalwat alias berdua-duaan dengan lawan jenis yang bukan mahrom. Bener lho. Hati-hati, itu jebakan setan!
Suatu waktu saya juga sempat memergoki dua anak SMA (laki-perempuan sedang berduaan di anak tangga sebuah warnet). Saya katakan bahwa itu kemasiatan. Kedua anak SMA laki-perempuan berkerudung nampaknya kaget dan malu dan dia minta maaf ke saya. Saya jelaskan, bahwa tak perlu meminta maaf kepada saya karena yang harus kalian lakukan adalah memohon ampun kepada Allah Ta’ala dan tak mengulangi perbuatan itu lagi. Waspadalah Bro en Sis, jebakan setan memang banyak ragamnya. Kuatkan iman kita.
Nah, masalahnya nih, menunggu remaja untuk sadar bahwa tindakan maksiat itu berbuah dosa dan petaka memang agak sulit, maka harus ada pihak yang mengingatkan dan menegurnya. Jika itu terjadi dalam sebuah komunitas atau institusi maka wajib ada teguran, peringatan hingga hukuman. Untuk apa adanya teguran dan hukuman? Tentu saja untuk menegakkan syariat Islam agar bisa menyelematkan kita semua.

Cinta itu fitrah
Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan, “Semua orang yang berakal sehat menyadari bahwa kenikmatan dan kelezatan yang diperoleh dari sesuatu yang dicintai, bergantung kepada kekuatan dorongan cintanya. Jika dorongan cintanya sangat kuat, kenikmatan yang diperoleh ketika mendapatkan yang dicintainya tersebut lebih sempurna.”

Ibnu Abbas berkata bahwa orang yang jatuh cinta tidak akan masuk surga kecuali ia bersabar dan bersikap iffah karena Allah dan menyimpan cintanya karena Allah. Dan, ini tidak akan terjadi kecuali bila ia mampu menahan perasaannya kepada ma’syuq-nya (kepada orang yang dicintainya), mengutamakan cinta kepada Allah, takut kepadaNya, dan ridha denganNya. Orang seperti ini yang paling berhak mendapat derajat yang disebutkan oleh Allah Ta;ala dalam al-Quran: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal (nya).” (QS an-Naazi’aat [79]: 40-41)

Tuh, catet! Maka, jangan coba-coba nekat mengekspresikan cinta di jalan yang salah, sebab cinta itu fitrah. Jika memang cinta karena Allah Ta’ala, maka kita tak akan berbuat maksiat dalam mengekspresikan cinta kita kepada lawan jenis. So, jauhi pacaran! Oya, insya Allah pekan depan kita bahas busuknya budaya jahiliyah bernama Valentine’s Day. Nantikan! [solihin | twitter @osolihin]

No comments: