Sunday, December 4, 2022

JANGAN KAU TELAN MENTAH-MENTAH DAWUH MASYAYIKH

 *JANGAN KAU TELAN MENTAH-MENTAH DAWUH MASYAYIKH*


Oleh : Abulwafa Romli

https://abulwafaromli.blogspot.com/2022/04/jangan-kau-telan-mentah-mentah-dawuh.html?m=1


*Tidak Ada Masyayikh Yang Saya Lecehkan Atau Saya Bullying. Ambil Saja Ibrohnya Dengan Barbaik Sangka*


*Bismillaahir Rohmaanir Rohiim*


Betapa sayangnya masyayikh kepada santrinya. Tetapi ada saja oknum masyayikh yang tega menjual dan mengorbankan santrinya dengan receh dunia yang rendah dari rempah-rempah demokrasi, yaitu ketika musim pemilu tiba atau ketika dana datang dari lembaga berkepentingan. Karenanya, jangan telan mentah-mentah dawuh masyayikh. Timbang dulu dengan timbangan syariah Islam kaffah yang telah kita kaji dan pahami dari kitab-kitab kurikulum pesantren, dari Fathul Qarib, Fathul Mu'in sampai Fathul Wahhab dan lainnya. 


Apalagi ketika dawuh (perkataan) masyayikh itu memiliki makna manthuq (tekstual) dan makna mafhum (kontektual) yang ketika diambil lalu dilakukan tidak termasuk maksiat kepada Allah dan RasulNya, maka siapapun dari santrinya boleh beraktifitas sesuai makna yang dipahaminya, baik secara mafhum maupun manthuqnya, tentu ketika tidak ada maksiat kepada Allah dan RasulNya SAW. Dan diantara dua golongan santri yang berbeda aktifitasnya karena berbeda pemahamannya, tidak boleh saling menyalahkan dan menstigma yang lainnya "tidak nurut dawuh masyayikh". Karena di masa Nabi SAW, para sahabat pun pernah mengalami kondisi seperti ini. 


عن عائشةَ رَضيَ اللهُ عنها, قالت : «لمَّا رجَعَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ مِن الخَنْدقِ وضَعَ السِّلاحَ، فاغتَسَلَ، فأتاهُ جِبريلُ وهو يَنفُضُ رَأسَه مِن الغُبارِ، فقال: وضَعْتَ السِّلاحَ؟ واللهِ ما وضَعْناهُ، اخْرُجْ إليهم، فقال رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ: فأينَ؟ فأشار إلى بَني قُرَيظةَ» رواه البخاري و مسلم


Dari Aisyah ra berkata; "Ketika Rasulullah SAW baru datang dari perang Khondaq, beliau meletakkan senjata, lalu mandi. Tiba-tiba Jibril datang dengan mengibaskan rambut kepalanya dari debu seraya berkata; "Engkau meletakkan senjata? Demi Allah, kami belum meletakkan senjata. Keluarlah kepada mereka!". Rasulullah saw bersabda; "Kemana?". Lalu Jibril menunjuk ke arah Bani Quraidhah". (HR. Bukhari dan Muslim). 


عن عبدالله بن عمر رضي الله عنهما قال; 

 قَالَ النَّبيُّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ يَومَ الأحْزَابِ: لا يُصَلِّيَنَّ أحَدٌ العَصْرَ إلَّا في بَنِي قُرَيْظَةَ. فأدْرَكَ بَعْضُهُمُ العَصْرَ في الطَّرِيقِ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ: لا نُصَلِّي حتَّى نَأْتِيَهَا، وقَالَ بَعْضُهُمْ: بَلْ نُصَلِّي، لَمْ يُرِدْ مِنَّا ذلكَ، فَذُكِرَ ذلكَ للنَّبيِّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ، فَلَمْ يُعَنِّفْ واحِدًا منهمْ. رواه البخاري و مسلم 


Dari Abdullah bin Umar ra, ia berkata; "Pada perang Ahzab Rasulullah saw bersabda; "Janganlah seseorang menunaikan shalat ashar, kecuali di Bani Quraidhah". Lalu sebagian sahabat bertemu waktu ashar di jalan dan berkata; "Kami tidak akan shalat (ashar) sampai datang ke Bani Quraidhah". Sebagian sahabat lainnya berkata; "Tetapi kami akan shalat. Nabi tidak menghendaki itu (shalat di Bani Quraidhah). Lalu hal tersebut disampaikan kepada Nabi saw. Lalu beliau Nabi tidak mencerce seorangpun dari sahabat". (HR. Bukhari dan Muslim). 


Pada hadits di atas, Nabi saw menyuruh sahabat berjalan cepat menuju Bani Quraizhoh dan melarang menunaikan shalat ashar kecuali di Bani Quraidhah. Setelah mereka berjalan dan sebelum sampai ke Bani Quraizhoh, masuklah waktu shalat ashar. Sebagian mereka berkata, bahwa mereka tidak akan menunaikan shalat ashar meskipun sudah masuk waktunya kecuali di Bani Quraizhoh, karena mengamalkan zhahir (teks) lafafz sabda Nabi saw. Sebab bagi mereka berhenti untuk shalat itu melanggar perintah berjalan cepat. Mereka mentakhshish keumuman perintah shalat di awal waktu itu ketika tidak ada uzur. Sedang perintah Rasulullah saw harus dilaksanakan meskipun mereka tidak mendapat fadilah shalat di awal waktu, karena berpegang pada manthuq (tekstual) sabda Rasulullah saw. 


Sedang sebagian sahabat justru menunaikan shalat ashar di jalan karena memandang makna mafhum (konteks) perintah Nabi saw, bukan zhahir (teks) lafadznya. Mereka berkata, "Nabi tidak menghendaki itu (shalat di Bani Quraizhoh) dari kami". Yakni bahwa wasiat Nabi dengannya, hanya supaya mereka berjalan lebih cepat. Maka ketika masuk waktu ashar dan mereka mengerti dengan yang dikehendaki Rasulullah SAW, maka mereka ingin meraih fadhilah shalat di awal waktu, lalu berjalan cepat menuju Bani Quraidhah melaksanakan perintah Rasulullah saw agar segera sampai di sana. 


Kemudian peristiwa yang telah terjadi diantara dua kelompok sahabat itu dilaporkan kepada Rasulullah saw. Dan beliau tidak ingkar terhadap seorangpun dari mereka. Tidak ingkar kepada mereka yang meninggalkan shalat di jalan di awal waktu, juga tidak ingkar kepada mereka yang shalat di jalan karena memahami bahwa perintah itu hanyalah kinayah dari berjalan cepat. Ini adalah iqrar (ketetapan) dari Nabi SAW atas perbuatan sahabat, dan iqrarnya adalah sunnah. 


***


Juga saya menemukan kisah menarik beredar di dunia maya begini ;


"Ketika sakit menjelang wafatnya, seorang ayah berpesan pada kedua anaknya ; Ingat dua hal ini ya; 


Pertama, *jangan pernah kamu menagih piutang.* 

Kedua,  *jangan pernah tubuhmu terkena terik matahari secara langsung.* 


Lima tahun berlalu setelah sang ayah wafat, sang ibu datang menengok anak sulungnya yang menyedihkan seraya berkata :


“Wahai anak sulungku kenapa kondisi bisnismu demikian?”


Si Sulung menjawab : 

“Saya mengikuti pesan ayah bu…

Ayah bilang, saya dilarang menagih piutang kepada siapapun sehingga banyak piutang yang tidak dibayar dan lama-lama habislah modal saya..

Terus ayah melarang saya terkena sinar matahari secara langsung dan saya hanya punya sepeda motor. Itulah sebabnya pergi dan pulang kantor saya selalu naik taxi, beginilah akhirnya".


Sang ibu merenung... 

Kemudian sang ibu pergi ke tempat si bungsu. Ternyata si bungsu sekarang menjadi orang sukses. 


Sang ibu pun bertanya : “Wahai anak bungsuku, hidupmu sedemikian beruntung, apa rahasianya?”.


Si bungsu menjawab : 

“Ini karena saya mengikuti pesan ayah bu..

Pesan yang pertama saya dilarang menagih piutang kepada siapapun. Oleh karena itu saya tidak pernah memberikan hutang kepada siapapun, tetapi saya beri sedekah sehingga modal saya menjadi berkah”.


Pesan kedua saya dilarang terkena sinar matahari secara langsung. Karena saya hanya punya motor, maka saya selalu berangkat sebelum matahari terbit dan pulang setelah matahari terbenam, sehingga para pelanggan tahu toko saya buka lebih pagi dan tutup lebih sore”. s e l e s a i


***


*Mengambil Pelajaran dari hadits dan kisah di atas :*


Demikian juga ketika Masyayikh NU berpesan kepada santrinya terkait banyaknya santri yang ganung dengan harokah dakwah syariah kaffah dan khilafah, Hizbut Tahrir ; "Kamu Jangan keluar dari NU", maka bisa diartikan begini, kamu jangan keluar dari syariah Islam yang menjadi pedoman NU dan karenanya NU berdiri, yaitu syariah yang telah digali dan ditabanni oleh empat Imam Madzhab (Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi'i dan Imam Ahmad). Dan ternyata kewajiban berislam kaffah dan menegakkan khilafah itu telah disepakati oleh Empat Imam madzhab. Berarti ikut gabung dengan keharokah yang mendakwahkan syariah Islam kaffah dan khilafah itu tidak keluar dari madzhab empat imam, berarti juga tidak keluar dari NU. Dengan konteks ini, santri juga tidak bermaksiat kepada Allah SWT. Karena berislam kaffah dan menegakkan khilafah adalah kewajiban dari Allah SWT. 


Juga ketika Masyayikh berkata, "Kamu jangan keluar dari akidah NU", yakni akidah yang merujuk kepada rumusan akidah yang telah digali dan ditabanni oleh Syaikh Abul Hasan Al Asy'ari dan Syaikh Abu Manshur Al Maturidi, yang diklaim sebagai akidah Ahlussunnah Waljamaah (ASWAJA). Bukan akidah Asy'ariyyahnya dan bukan pula akidah Maturidiyyahnya. Khusus Akidah Ahlussunnah Waljamaah Imam Abul Hasan Asy'ari itu tertuang dalam tiga kitabnya; Al Ibanah, Alwajiz dan Maqolatul Islamiyyin. Dan rumusan aqidah di tiga kitab tersebut ternyata sama dengan yang telah disinggung oleh Syaikh Taqiyuddin Annabhani terutama dalam kitab Syakhshiyyahnya, yaitu menjalankan ayat-ayat Alqur'an dan hadits terkait shifat dan nama Allah apa adanya, tanpa takwil dan tanpa falsafah,  tanpa tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) dan tanpa ta'thil (meniadakan sifat Allah, padahal Allah sendiri yang telah menyebutnya, seperti Allah punya wajah dan tangan). Meskipun ada perbedaan, tapi hanya dalam ungkapan saja, atau hanya jalannya yang berbeda, tapi makna dan tujuannya sama.  Yakni hanya perbedaan redaksional saja.


Jadi mengimani akidah Islam yang telah digali dan ditabanni oleh Syaikh Taqiyuddin Annabhani dab Hizbut Tahrir yang didirikannya itu tidak keluar dari akidah Imam Abul Hasan As'ari, bukan As'ariyyahnya. Berarti tidak keluar dari akidah NU.


Apalagi Hizbut Tahrir itu hanya mentabanni akidah Islam saja untuk menjadi asasnya dan untuk menjadi ikatan yang kokoh diantara anggota-anggotanya. Sedang selain akidah Islam, Hizbut Tahrir tidak membuat rumusannya dan tidak mentabanninya, semuanya diserahkan kepada masing-masing anggota yang datang dari berbagai organisasi dan berbagai jama'ah. Hanya saja Hizbut Tahrir telah membuat standar / patokannya, seperti dalil akidah itu harus qoth'i tsubut dan qoth'i dalalah dan seterusnya. Dan patokan akidah Hizbut Tahrir ternyata cocok dengan akidah Imam Abul Hasan Asy'ari dalam tiga kitabnya di atas. Siapapun bisa membaca dan menelitinya sendiri untuk membuktikan kebenaran bahkan kesalahan dari apa yang telah saya sampaikan. 


Dan apalagi Hizbut Tahrir juga tidak mentabanni rumusan fiqih ibadah. Ini bukan berarti menolak atau mengingkarinya, tapi terkait ibadah mahdhoh seperti fiqih shalat dan puasa dan seterusnya, Hizbut Tahrir menyerahkan sepenuhnya kepada semua anggotanya masing-masing yang berangkat dari berbagai organisasi islam yang ada, terserah mau pakai madzhab siapa dan kitab apa. Kecuali dalam mengawali dan mengakhiri puasa Ramadhan dan terkait muamalah dengan unsur riba, maka Hizbut Tahrir telah mentabanni rukyat global dan pendapat terkuat. 


Ini adalah nasehat kepada para alumni pondok pesantren manapun, supaya mereka tidak menelan mentah-mentah dawuh (perkataan) masyayikhnya, supaya mereka tidak menjadi penghalang dakwah kepada penerapan syariah Islam kaffah melalui penegakkan khilafah. Dan supaya mereka tidak terjerumus menolak dan melecehkan ajaran dan hukum Islam yang mujmak 'alaih dimana bisa menyebabkan riddah / murtad. Na'udzu billahi min dzalik. 


Apalagi ketika dawuh masyayikhnya jelas-jelas mengajak kepada maksiat kepada Allah, seperti menolak dakwah berislam kaffah dan menegakkan khilafah, baik disadari atau tidak disadari, maka jelas pula, santri tidak boleh mengikutinya. Karena tidak ada ta'at kepada almakhluq dalam maksiat kepada Alkholiq. Ketika santri masih mengikutinya, maka kebangkrutan di akherat telah menanti, tanpa bisa ditolong oleh masyayikh, karena sudah sama-sama bangkrutnya. Karena masyayikh yang bisa menolong santrinya adalah masyayikh yang tida bangkrut. 


*Sekarang baca dan tadabburi ayat dan hadits berikut* :


1. Terkait kewajiban berislam kaffah. Allah SWT berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ ۚ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

"Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagi kalian".


2. Terkait mengikuti sunnah Alkhulafa Arrosyidin, yaitu sistem khilafah warisan Rasulullah SAW. Beliau bersabda :


أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى إِخْتِلَافًا كَثِيْرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسَنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُوْرِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِى النَّارِ. رواه أحمد وأبو داود والترميذي وابن ماجه عن العرباض بن سارية رضي الله عنه


"Aku wasiatkan kepada kalian agar bertakwa kepada Allah SWT, mendengar dan taat (kepada khalifah / amirul mukminin), meskipun kalian dipimpin oleh seorang hamba sahaya. Karena sesungguhnya siapa saja di antara kalian yang masih diberi hidup, maka ia akan melihat banyak perselisihan. Karena itu, hendaklah kalian berpegang teguh (meyakini, mempraktekkan dan memperjuangkan) terhadap sunnahku dan sunnah Alkhulafa Arrosyidin Almahdiyyin (para khalifah yang cerdas dan mendapat petunjuk), gigitlah sunnah itu dengan gigi-gigi geraham. Dan jauhilah segala perkara yang baru, karena setiap perkara yang baru adalah bid'ah, setiap bid'ah adalah sesat dan setiap sesat itu di neraka". 

(HR Imam Ahmad, Abu Daud, Turmudzi dan Ibnu Majah dari Irbadl bin Sariyah ra.).


3. Terkait ta'at. Rasulullah SAW bersabda :


 إِنَّمَا الطَّاعَةَ فِي الْمَعْرُوْفِ


“Sesungguhnya ketaatan itu hanya pada kebaikan saja”. 

(HR Muslim, Bukhari, dan Abu Dawud).


Dan bersabda :


لاَ طَاعَةَ لِمَخْلُوْقٍ فِيْ مَعْصِيَةِ الْخَالِقِ


 “Tidak ada ketaatan kepada makhluq dalam berbuat maksiat kepada Al Khaliq (Allah)”. (HR Ibnu Abi Syaibah dalam Al-Mushannaf VI/545 nomor 33717; Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf II/383 nomor 3788).


4. Terkait masyayikh yang bangkrut tidak bisa menolong santrinya. Allah SWT berfirman :


اِذْ تَبَرَّاَ الَّذِيْنَ اتُّبِعُوْا مِنَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا وَرَاَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْاَسْبَابُ 


"(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus. (QS. Al-Baqarah: 166).


وَقَالَ الَّذِيْنَ اتَّبَعُوْا لَوْ اَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّاَ مِنْهُمْ ۗ كَمَا تَبَرَّءُوْا مِنَّا ۗ كَذٰلِكَ يُرِيْهِمُ اللّٰهُ اَعْمَالَهُمْ حَسَرٰتٍ عَلَيْهِمْ ۗ وَمَا هُمْ بِخٰرِجِيْنَ مِنَ النَّارِ ࣖ ﴿البقرة : ۱۶۷﴾


"Dan orang-orang yang mengikuti berkata, “Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal per-buatan mereka yang menjadi penyesalan mereka. Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka. (QS. Al-Baqarah: 167).


Bisa saja seorang santri berkata, sebab turunnya ayat itu kan untuk orang-orang kafir. Karena pada akhir ayat Allah juga berfirman, "Dan mereka tidak akan keluar dari api neraka". 

Maka jawabnya, 


العبرة بعموم اللفظ لا بخصوص السبب


"Pelajaran itu dengan keumuman katanya, bukan dengan kekhususan sebabnya".


Pelajarannya juga para pengikut yang bangkrut sangat kecewa dan menuntut kepada para pemuka yang diikutinya. Tapi apa daya para pemukanya juga sedang mengalami hal yang sama. Jangankan bisa menolong para pengikutnya, menolong dirinya sendiri saja tidak bisa. Kondisi dan pelajaran ini umum. Sedang terkait bisa keluar dari neraka atau tidak bisa keluar itu masalah lain. Tertanggung kondisi matinya, membawa iman atau tidak. 


5. Terkait kewajiban menegakkan khilafah, cukup satu pernyataan saja; 


Dr. Mahmud al-Khalidi rh berkata:


اتفق المسلمون جميعا على وجوب الإمامة. وأن نصب خليفة يتولى رعاية شؤون المسلمين فرض، ليقيم الحدود، ويرفع راية الجهاد، ويحمل الدعوة الإسلامية إلى العالم، وأن يقوم بتطبيق الأحكام، ويصدر القوانين والدستور، ولم يخالف في ذلك أحد يعتد برأيه. فجميع أهل السنة، وجميع الشيعة، والخوارج ما عدا النجدات، والمعتزلة ما عدا الأصم وهشام القوطي، يرون أنه لا بد للناس من إمام، وأن نصبه واجب. {قواعد نظام الحكم في الإسلام، ص 237.}


“Semua kaum muslim telah sepakat atas kewajiban imamah (khilafah), dan bahwa mengangkat seorang khalifah yang mengatur urusan kaum muslim adalah fardhu, untuk menegakkan hudud, mengangkat bendera jihad, mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia, melaksanakan penerapan hukum-hukum syariat, dan membuat UUD dan undang-undang yang lain, dan tidak ada seorangpun yang pendapatnya diperhitungkan yang manyalahi hal itu. Maka semua Ahlussunnah, semua Syiah, Khawarij selain sekte Najdah, Muktazilah selain al-’Asham dan Hisyam al-Quthi, mereka semua berpendapat bahwa manusia harus memiliki seorang imam, dan bahwa mengangkat imam adalah wajib”.


*Terakhir* :


Sealim-alimnya, semakrifat-makrifatnya, masyayikh itu manusia biasa yang tidak lepas dari kesalahan, kekeliruan dan dosa, bukan nabi dan rosul yang makshum, apalagi malaikat yang ketaatannya mutlak. Ketika masyayikh benar, maka kita ikuti dan taati. Tetapi ketika masyayikh salah, keliru dan dosa, maka kita ingatkan dan kita tolong. Sedang tidak taat dan tidak mengikuti ketika mereka salah, keliru dan dosa, adalah bagian dari menolongnya, bukan meremehkannya apalagi menghinanya. Pepatah juga mengatakan, "bahwa setannya orang alim itu lebih alim". Bisa saja masyayikh itu sedang berada dalam jaring jebakan orang-orang jahat yang berkepentingan merusak Islam dan kaum muslimin dan sangat membutuhkan bantuan dari para santrinya. Namun demikian, tetap kita ihtirom dan ta'zhim kepada masyayikh. Sekian. Semoga manfaat. Aamiin.

Saturday, December 3, 2022

TAK KENAL LELAH MENCARI “NUSHRAH”

 TAK KENAL LELAH MENCARI “NUSHRAH”

Oleh: KH Hafidz Abdurrahman


Setelah Rasulullah saw. mengalami ujian yang luar biasa beratnya di Thaif, sebagaimana yang disampaikan Nabi kepada ‘Aisyah, ketika dakwahnya mendapatkan kemenangan, dan telah memiliki negara. 


Tanya ‘Aisyah, “Apakah ada suatu yang lebih berat bagimu, ya Rasulullah, melebihi peristiwa Perang Uhud?” Nabi saw. pun menjawab, “Aku benar-benar telah mendapatkan dari kaummu, apa yang telah aku alami. Itu lebih berat, ketimbang apa yang pernah aku alami.. Ketika aku menawarkan diriku kepada putra Abdi Yalil bin ‘Abdi Kulal, salah seorang pemuka Thaif, namun tidak mau memenuhi apa yang aku inginkan. Aku pun pergi meninggalkannya dengan raut wajah penuh kesedihan. Aku pun merasakan kesedihan hingga sampai di Qarn at-Ta’alib [Qarnu al-Manazil].” [Lihat, Ibn Hajar, Fath al-Bari, Juz VI/312-315]


Setelah mendapatkan bisyarah dari langit, saat di Wadi Nakhlah, ketika Allah mengirim Malaikat Jibril dan Malaikat penunggu gunung untuk membalas perlakuan Bani Tsaqif di Thaif, dan jin-jin yang berdatangan mendengarkan bacaan Nabi saw. saat di lembah itu, Nabi saw. akhirnya kembali ke Makkah dengan perlindungan dari Muth’im bin ‘Adi. Peristiwa Thaif tidak menyurutkan nyali Nabi saw. untuk terus berusaha mencari dukungan [nushrah] dari suku dan kabilah lain. 


Imam az-Zuhri, menuturkan, bahwa kabilah dan suku yang pernah didatangi oleh Rasulullah saw. untuk didakwahi, diajak memeluk Islam dan memberikan “nushrah” untuk menolong dakwahnya adalah Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah, Bani Muharib bin Khashfah, Bani Fazarah, Bani Ghassan, Bani Murrah, Bani Hanifah, Bani Sulaim, Bani ‘Abas, Bani Nashr, Bani Buka’, Bani Kindah, Bani Kalb, Bani al-Harits bin Ka’ab, Bani ‘Udzrah, Bani Hadharimah, namun tak seorang pun dari mereka yang bersedia memenuhi seruannya [Lihat, Syaikh ‘Abdullah an-Najadi, Mukhtashar Sirah ar-Rasul, hal. 149]. 


Hanya saja, kabilah dan suku yang disebutkan oleh az-Zuhri ini tidak semuanya didatangi oleh Nabi saw. pada satu tahun yang sama. Juga tidak pada satu musim haji yang sama, melainkan sudah didatangi sejak tahun 4 kenabian, hingga akhir musim haji, sebelum hijrah ke Madinah. Memang, ada kabilah-kabilah tersebut yang bisa dipastikan telah didatangi oleh Nabi saw. pada tahun 10 kenabian, sebagaimana yang disebutkan oleh al-‘Allamah al-Manshur Fauri [Lihat, Rahmatu li al-‘Alamin, Juz I/74; an-Najib Abadi, Tarikh Islam, Juz I/125].


Mengenai respon berbagai suku dan kabilah yang pernah didatangi oleh Nabi saw. itu telah diuraikan oleh Ibn Ishaq, secara singkat, sebagai berikut: 


1- Bani Kalb, misalnya, telah didatangi Nabi saw. Salah satu suku yang didatangi adalah Bani ‘Abdullah. Mereka diajak Nabi saw. agar mengimani Allah, dan baginda saw. menawarkan dirinya kepada mereka. Sampai Nabi saw. harus menyampaikan kepada mereka, “Wahai Bani ‘Abdullah, sesungguhnya Allah SWT telah memilih nama terbaik untuk orang tua kalian. Namun, mereka tetap tidak menerima apa yang baginda saw. sampaikan kepada mereka.”


2- Bani Hanifah telah didatangi oleh Nabi saw. di rumah-rumah mereka. Mereka telah diajak oleh Nabi saw. untuk mengimani Allah, Nabi saw. juga menawarkan dirinya kepada mereka, tetapi mereka tidak memenuhi seruannya. Bahkan, tak ada satu pun bangsa Arab yang lebih buruk penolakannya kepada Nabi saw. melebihi penolakan mereka. 


3- Bani ‘Amir bin Sha’sha’ah juga telah didatangi oleh Nabi saw. Mereka telah diajak oleh Nabi saw. untuk mengimani Allah, Nabi saw. juga menawarkan dirinya kepada mereka. Buhairah bin Firas, salah seorang tokoh  mereka, menyatakan kepada Nabi saw, “Demi Allah, kalau sampai aku mengambil pemuda Quraisy ini, maka dengannya, aku akan menguasai bangsa Arab.” Lalu, dia bertanya, “Bagaimana menurutmu, jika kami membai’at kamu dalam urusanmu, kemudian Allah memenangkan kamu terhadap siapa saja yang menentangmu, apakah kami berhak untuk mendapatkan urusan ini setelahmu?” Nabi saw. menjawab, “Urusan ini urusan Allah. Dia akan memberikannya kepada siapa saja yang Dia kehendaki."


Buhairah kemudian menimpalinya, "Bagaimana nalarnya, kami menyerahkan leher kami untuk disembelih bangsa Arab dalam rangka membelamu, lalu ketika Allah memenangkan kamu, kemudian urusan ini tidak menjadi milik kami? Kalau begitu, kami tidak membutuhkan urusanmu.” Mereka pun menolaknya, dan mengusir baginda saw.  


4- Bani Kindah, didatangi oleh Nabi saw. di rumah-rumah mereka. Di antara mereka ada pemuka suku, yang bernama Malih. Mereka diajak oleh Nabi saw. untuk mengimani Allah, Nabi saw. juga menawarkan dirinya kepada mereka. Namun, sayang mereka tidak mau menerima ajakan Nabi saw. Dalam riwayat lain, Nabi bertanya, “Dari manakah kaum itu?” Mereka menjawab, “Dari penduduk Yaman.” Nabi saw. bertanya, “Yaman mana?” Mereka menjawab, “Dari Kindah.” Nabi saw. bertanya lagi, “Dari Kindah yang mana?” Mereka menjawab, “Dari Bani ‘Amir bin Mu’awiyah.” Nabi saw. bertanya, “Apakah kalian memiliki sesuatu [untuk mewujudkan] kebaikan?” Mereka bertanya, “Apa itu?” Nabi saw. menjawab, “Kalian bersaksi, bahwa tidak ada Dzat yang berhak disembah, kecuali Allah. Mendirikan shalat, dan mengimani apa yang dibawa dari Allah SWT.” 


Ada juga para syaikh kaumnya, yang bertanya kepada Nabi saw, “Jika kamu menang, apakah Engkau akan menjadikan kekuasaan itu menjadi milik kami?” Nabi saw. menjawab, “Sesungguhnya kekuasaan itu milik Allah, Dia akan berikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki.” Mereka mengatakan, “Kalau begitu, kami tidak membutuhkan apa yang Engkau bawa kepada kami.” 


Nabi saw. juga mendatangi Bani Hamdan, saat musim haji, ketika mereka di Arafah, tempat wukuf. Nabi saw. sampaikan kepada mereka, “Apakah ada di antara kalian yang bisa membawaku kepada kaumnya? Karena kaum Quraisy telah menghalangiku untuk menyampaikan firman Tuhanku ‘Azza wa Jalla.” Maka, seseorang dari Bani Hamdan mendatangi baginda saw. Baginda saw. bertanya, “Dari manakah kamu?” Orang itu menjawab, “Dari Hamdan.” Nabi saw. bertanya, “Apakah kaummu mempunyai kekuatan [untuk melindungi dakwah]?” Dia menjawab, “Tentu.” Tapi, orang ini khawatir, baginda saw. akan disepelekan oleh kaumnya. Nabi saw. pun bersabda kepadanya, “Aku akan mendatangi mereka tahun depan. Aku akan mendatangimu tahun depan.” Dia menjawab, “Baik.” 


Dia pun meninggalkan Nabi saw. Pada bulan Rajab, delegasi kaum Anshar pun tiba. Ini telah diriwayatkan oleh empat pemilik kitab Sunan, dari berbagai jalur. At-Tirmidzi berkomentar, “Hadits ini statusnya hasan shahih.” [Lihat, Ibn Katsir, al-Bidayah wa an-Nihayah, Juz I/430]


Pendek kata, nushrah yang diharapkan oleh Nabi saw. saat itu belum kunjung tiba. Justru sebaliknya, apa yang dialami oleh Nabi saw. menggambarkan sebaliknya. Tetapi, Nabi saw. tidak pernah putus asa. Bahkan, ketika Nabi saw. mendatangi suku dan kabilah yang datang haji, di Arafah, saat mereka wukuf, selalu dikuntit oleh Abu Lahab. Apa yang disampaikan oleh Nabi kepada mereka selalu dimentahkan dan diserang balik. 


Semua peristiwa itu disaksikan oleh ‘Ali dan Abu Bakar yang menemani Nabi saw. saat mengontak mereka di Arafah. Begitulah perjuangan Nabi saw. dalam mendapatkan nushrah, penuh berliku, tidak mudah, dan melelahkan.


#PerjuanganMenujuKebangkitan

Monday, November 28, 2022

Imam Mahdi, khilafah dan cara memahaminya.

 Imam Mahdi, khilafah dan cara memahaminya.


إن ظهور مصلح إسلامي وخليفة سلفي اسمه يواطئ اسم رسول الله صلى الله عليه وسلم ثابت في أحاديث متواترة تواتراً معنويّاً،


Akan lahirnya seorang pembaharu Islam sekaligus sebagai Kholifah ( kepala negara Islam ), namanya menyamai nama Rosulullah SAW, hal ini benar berdasarkan hadist-hadist mutawatir.


 وكذلك نزول عيسى ابن مريم -عليه السلام- حكماً عدلاً متبعاً لشريعة الإسلام وداعياً إلى دين نبيِّنا محمد -عليه الصلاة والسلام- كذلك.


Demikian pula berita kenabian tentang akan turunnya Nabi Isa AS sebagai pemimpin adil, pengikut syariat Islam, menyeru manusia untuk tunduk pada agama Nabi Muhammad SAW ( Islam ), juga benar berdasarkan hadist hadist  mutawatir.


وأما رجوع الخلافة الراشدة على منهاج النبوة فثابت -أيضاً- في حديث صحيح أخرجه الإمام أحمد، وأبو داود، 


Demikian pula halnya dengan berita kenabian tentang akan kembalinya khilafah ala minhajinnibuwwah, juga ditetapkan melalui hadist shoheh riwayat imam Ahmad dan imam Abu Dawud.


والذي ينظر بعين الإنصاف والتأمل لما ورد في ذلك كله يستخلص نتيجة مؤكدة أن خلافة النبوة في آخر الزمان تعود -بإذن الله- قبل ظهور المهدي ونزول عيسى -عليه السلام- وذلك للوجوه الآتية:


Hal yang harus diteliti untuk menuju kepada kesimpulan adalah bahwa Khilafah alaminhajinnubuww akan kembali sebelum datangnya imam Mahdi dan nabi Isa AS, dengan alasan- alasan sebagai berikut:


1- أن المهدي -عليه السلام- يملأ الأرض عدلاً كما ملئت جوراً وظلماً، ومعلوم بداهة أن الأرض لم تملأ ظلماً وجوراً دفعة واحدة وإنّما بالتدرُّج، ولذلك ملؤها عدلاً لن يَحدث دفعة واحدة، فلا بُدَّ أن يتم ذلك بالتدرَّج فيلزم وجود مصلحين مهديين قبل المهدي يوطؤون للمهدي حكمه.


1. Di saat imam Mahdi memimpin, seluruh permukaan bumi dipenuhi dengan keadilan secara merata sebagaimana sebelumnya, seluruh permukaan bumi dipenuhi dengan kedzoliman dan kejahatan. 

Mudah difahami, bahwa keadaan tersebut tidak terjadi sekaligus, melainkan terjadi secara bertahap. 


Itu artinya sebelum imam Mahdi datang, sudah ada beberapa Kholifah yang hadir melakukan perbaikan menuju puncak idealnya pada masa imam mahdi.


2- أن المهدي -عليه السلام- ليس بأكرم على الله من رسولنا محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم بل هو من أمته وأتباعه، فرسول الله صلى الله عليه وسلم -نفسُه- لم يحصل له ذلك، بل بقي خمساً وعشرين سنة حتى تم له فتح جزيرة العرب، فمن باب أولى أن يَقَعَ ذلك للمهدي الذي يملأ الأرض، فلا بُدَّ أن يسبق المهدي خلفاءُ صالحون يكون هو خاتمهم.


3. Imam Mahdi tidak lebih mulia dari nabi Muhammad SAW. 

Beliau adalah umat dan pengikut nabi Muhammad SAW.

Dengan segala kesempurnaan yang dikaruniakan kepada nabi  Muhammad SAW, beliau menghabiskan waktu cukup lama  untuk menaklukan jazirah Arab, yakni selama dua puluh lima tahun.

Tidak mungkin bagi imam Mahdi menghadirkan keadilan di seluruh permukaan bumi dengan sangat cepat mengalahkan Rosulullah SAW.


Itu artinya ada Kholifah sebelum imam Mahdi, dan beliau sebagai Khalifah terakhirnya.


3- ورد في الحديث الصحيح قوله صلى الله عليه وسلم: «يكون خليفة من خلفائكم في آخر الزمان يَحثو المال ولا يعده».

ومعلوم أن الضمير يعود على أقرب مذكور، فالضمير يعود على (الخلفاء) في آخر الزمان مما يدل بِمفهومه أن المهدي يسبق بِخلافة على منهاج النبوة، والله أعلم.


Di dalam sebuah hadist shoheh, Nabi Muhammad SAW bersabda akan ada seorang Kholifah diantara para Kholifah kalian di akhir zaman, dia mengumpulkan harta sangat  banyak hingga tidak terhitung jumlahnya.


Kholifah yang dimaksud dalam hadist di atas adalah imam Mahdi yang telah didahului oleh para Kholifah sebelumnya. Hal ini dapat diketahui dari adanya lafadz Kholifah sebagai isim dari lafadz yakunu.


إشاعة إن الخلافة لا تقوم إلا بظهور المهدي ونزول عيسى يشيع في الأمة ظاهرة التواكل والعجز والكسل، نعوذ بالله من ذلك كله، والله أعلم.


Berita kenabian tentang kepastian kiamat tidak akan terjadi sebelum turunnya imam Mahdi telah dibuat alasan oleh kebanyakan umat untuk bermalas malasan dari perjuangan menegakkan khilafah. 

Naudzu Billah mindzalik.


Wallahu a'lam bisshowab.

Saturday, November 26, 2022

FAKTA UNIK PERANG YARMUK

 FAKTA UNIK PERANG YARMUK

Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq 


Perang ini terjadi antara kaum muslimin melawan Bizantium Romawi pada tahun 13 H, dua tahun setelah Rasulullah wafat, yakni di masa pemerintahan sayidina Abu Bakar Shidiq radhiyallahu'anhu.


Berikut diantara beberapa peristiwa yang terjadi dalam peperangan ini :

1. Jumlah musuh berlipat ganda

Kaum muslimin dalam perang tersebut berjumlah sekitar 36.000, dengan rincian : 27.000 jumlah awal, lalu ditambah bala bantuan pasukan Khalid dari Iraq 9.000.


 Sedangkan sebagian riwayat mengatakan 45.000. Yakni jumlah yang di Syam 36.000 lalu kedatangan pasukan Khalid 9.000 orang.


Ada juga riwayat yang mengatakan jumlah keseluruhan kaum muslimin hanya 24.000 personil.

Sedangkan jumlah prajurit Romawi menurut kebanyakan ahli sejarah adalah 240.000 personil. Ada juga yang menyebut angka 480.000 personil.


2. Kaum muslimin mengembalikan Jizyah 

Menjelang meletusnya peperangan, pasukan Islam mengembalikan pungutan Jizyah di tahun tersebut dari non muslim di sekitar Yarmuk. 


Hal ini karena mereka menyadari tentara Islam kemungkinan tidak akan bisa menjaga keamaan mereka. Mengingat gelombang serangan tentara Romawi yang berjumlah sangat besar.

Sedangkan Jizyah dari nonmuslim dalam aturan syariat dipungut diantaranya adalah untuk menjaga keamanan mereka.


3. Non muslim mendukung pasukan Islam

Kaum kafir dzimmi terkejut ketika mendapatkan pengembalian Jizyah tersebut. Mereka mengatakan lebih suka hidup di bawah pemerintahan Islam dari pada di pimpinan oleh Romawi yang mencekik mereka dengan aneka jenis pajak.

Ketika peperangan meletus, orang-orang Yarmuk menutup benteng-benteng mereka dan tidak mau memberikan bantuan logistik apapun kepada bala tentara Romawi.


4. Pasukan Infanteri Romawi di rantai

Dalam banyak pertempuran melawan muslimin, tentara Romawi lari terbirit-birit ketika baru saja melihat derap langkah pasukan Islam atau gema takbir mereka.


Maka demi menghindari adanya pasukan yang melarikan diri, sebagian pasukan infanteri Romawi di rantai satu sama lain bagian kakinya. Justru ini yang kemudian menguntungkan pasukan Islam dalam pertempuran, karena gerak musuh menjadi terbatas.


5.  Komandan peperangan yang banyak.

Demi untuk menaikkan moril pasukannya, tentara Romawi kala itu langsung dikomandoi oleh beberapa jenderal mereka yang terkenal. Selain Tazariq yang merupakan saudara kandung Kaisar Heraclius ada Vahan, Theodore Trithurius, dan Jabalah.


Sedangkan kaum muslimin justru kebalikannya. Saat permulaan perang komando tertinggi dipegang oleh sang pedang Allah, sayidina Khalid bin Walid, namun di tengah peperangan Khalid dipecat oleh sayidina Umar dan digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah.


6. Bala bantuan pasukan yang tepat waktu.

Ketika Romawi mulai merangsek maju, komandan kaum muslimin yang ada di Syam meminta bantuan kepada Khalifah Abu Bakar Shidiq radhiyallahu'anhu.


Maka beliau memerintahkan Khalid yang sedang berada di front Persia untuk berangkat ke Syam.

Khalid langsung bergerak cepat. Karena jika lambat, maka itu berarti kehancuran pasukan Syam dan bahkan juga pasukannya yang akan tiba di sana.


Ia pun memutuskan potong kompas. Melewati gurun pasir nan tandus yang selama 5 hari tak akan dijumpai air di sepanjang perjalanan.

Jarak Iraq ke Yarmuk normalnya di tempuh dengan hampir satu bulan, berhasil ditembus dalam waktu kurang dari 15 hari.


7. Salah satu komandan Romawi masuk Islam

Seperti biasa, dalam peperangan sekalipun, kaum muslimin menyampaikan dakwah dan menawarkan Islam ke pihak musuh. Salah satu jenderal Romawi yang bernama Georgius Theodorus tanpa diduga meminta bertemu Khalid di sebuah tempat yang netral.


Setelah berdialog dengan beliau, ia pun menyatakan Keislamannya. Lalu turut berperang di barisan kaum muslimin hingga menemui syahid.


Salah satu ucapan yang ikonik dari jenderal tersebut kepada Khalid adalah pertanyaannya : "Apakah Allah telah menurunkan pedang dari langit kepada Nabi kalian, lalu Dia memberikannya kepadamu, yang dengannya engkau mengalahkan siapapun yang engkau hadapi ?” 


8. Strategi perang yang diakui sebagai salah satu yang paling cemerlang dalam sejarah.

Strategi perang yang diterapkan oleh Abu Ubaidah sesuai arahan Khalid di Yarmuk benar-benar brilian dan membuat kagum para pengamat militer. Mereka menerapkan strategi mematikan diantaranya berupa jebakan :  Serang lalu mundur.


Selama berhari-hari strategi ini diterapkan. Serang lalu mundur teratur. Hingga pasukan Romawi mengira jika pasukan Islam sudah kelelahan karena sebagian mereka adalah bala bantuan yang diberangkatkan dari Irak dan baru saja tiba.

Mereka juga mendengar desas-desus adanya perpecahan di tubuh pasukan Islam dengan digantikannya panglima tertinggi pasukannya.


Maka akhirnya strategi ini berhasil. Ketika pasukan kavaleri musuh mulai masuk, pasukan muslimin yang seakan akan mundur tiba-tiba bertaut dan menghadang infanteri musuh yang berusaha menyusul kavalerinya. 

Ketika kavaleri tentara Romawi telah terpisah jauh dari Infanterinya, segera pasukan berkuda Khalid yang telah menunggu kesempatan itu menggebrak maju dan menghabisi mereka.


9. Kemenangan  yang menentukan

Yarmuk adalah kunci bagi kemenangan-kemenangan kaum muslimin selanjutnya di wilayah Romawi. Karena setelah itu, wilayah -wilayah lainnya dengan mudah dibuka, baik lewat peperangan ataupun penyerahan.


10. Khalid yang tetap mengabdi meski telah dipecat

Yarmuk adalah bukti ketulusan, keikhlasan dan iman yang memukau dari para sahabat, terutama sayidina Khalid bin Walid.


Ia tetap berjuang sebagaimana biasanya. Tak ada bedanya saat masih menjadi panglima atau telah menjadi prajurit biasa.

Moment terkenal saat terjadinya perang Yarmuk ini adalah ketika Khalid bin Walid radhiyallahu'anhu mengatur pasukan dengan sangat lincah dan cermat, salah satu pasukannya ada yang komentar, "Anda kelihatannya sangat paham medan di sini..."


Khalid cuma menjawab singkat :

هذا ملعبي

"Ini mah dulu tempat maenku..."

Saturday, November 19, 2022

Anti arab karna antek penjajah

 ```Akibat pernyataan Seorang Yang tidak Boleh Disebut Namanya yg mengatakan WNI arab jangan jadi provokator....ini diuraikan Nasionalisme WNI Arab atas perjuangan kemerdekaan RI..```


```Mengapa Sejarah Indonesia direkayasa sedemikian rupa oleh para pengkhianat Bangsa ..?```


```Mengapa Rakyat Indonesia digiring oleh para pengkhianat Bangsa untuk membenci ARAB...?```


```KARENA ORANG-ORANG ARAB dan ORANG-ORANG PRIBUMI yang MENGANUT AGAMA DARI ARAB TELAH BERHASIL MENGUSIR KOMPENI DARI NEGERI INI..!```


```MEMBACA SEJARAH YANG SEBENARNYA KITA DAPAT MENJADI TAHU DAN TIDAK LAGI TERTIPU OLEH SEJARAH PALSU


1. MENJADI TAU


Siapa yang pertama memberitakan kemerdekaan Indonesia..?```


```Koran-koran ARAB.


2. MENJADI TAU


Siapa yang pertama mengakui kedaulatan Republik Indonesia..?


ARAB, MESIR dan PALESTINA.


3. MENJADI TAU


Siapa yang pertama mengirim bantuan Senjata dari luar Indonesia pasca Proklamasi..?


ARAB, senjata dari MESIR diangkut atas biaya ARAB SAUDI.


4. MENJADI TAU


Siapa tokoh yang pertama mengucapkan Selamat atas Kemerdekaan Indonesia..?


ARAB, Syaikh Ismail Husein Mufti Palestina.


5. MENJADI TAU


Proklamasi 1945 dibacakan di Rumah Orang ARAB, Faraj Martak. Jalan Proklamasi 56.


6. MENJADI TAU


Bung Karno sakit beri-beri sebelum proklamasi, sembuh diberi MADU ARAB oleh Faraj Martak.```


```7. MENJADI TAU


Kakeknya Bung Hatta belajar di ARAB.


8. MENJADI TAU


KYAI AHMAD DAHLAN dan KYAI HASYIM menimba ILMU di NEGERI ARAB.


9. MENJADI TAU


Orang yang dianggap berbahaya oleh Snouck Hurgronje adalah Orang yang pulang dari ARAB, karena Orang yang ISLAM yang pernah Berguru di NEGERI ARAB itulah yang dengan GAGAH BERANI Melawan kompeni dan oleh sebab itu ditandai dengan gelar HAJI dan hanya HAJI yang boleh mengenakan kopiah putih agar mudah dikenali


10. MENJADI TAU


Yang Menyelamatkan Bendera Pusaka saat agresi militer Belanda II 1948 adalah Orang ARAB, Mayor Husein Muthahhar. Beliau juga penyusun lagu Dirgahayu Indonesiaku, Hymne Syukur dan Mars Pramuka.


11. MENJADI TAU


Salah satu Bapak Pendiri Bangsa Kita adalah Orang ARAB, AR. Baswedan anggota BPUPKI dan Wakil Menteri Penerangan 1946. Kakek Anies Baswedan Gubernur Jakarta.


12. MENJADI TAU


Lambang Negara Indonesia, Garuda Pancasila, dibuat oleh keturunan ARAB, Syarif Abdul Hamid al-Kadrie. Sultan Pontianak.


13. MENJADI TAU


Sultan Syarif Kasim II keturunan ARAB, menyerahkan MAHKOTA, ISTANA, dan hampir seluruh Kekayaan Kesultanan Siak Sri Inderapura kepada Pemerintah RI termasuk Uang sebesar 13 juta gulden setara lebih dari 1000 triliun Rupiah...


Segebok Uang itulah yang diberikan secara cuma-cuma oleh Sultan Syarif Kasim II kepada Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Sukarno juga Lapangan minyak Stanvac yang menjadi pemasukan utama NKRI selama 73 tahun ini


kabarkan kepada yang lain


AGAR FITNAH TIDAK LAGI DAPAT MENIPU ANAK BANGSA..


YANG KINI MULAI DIAJARKAN KEPADA MEREKA UNTUK MEMBENCI ARAB..


INDONESIA MEMANG BUKAN ARAB


NAMUN ORANG-ORANG ARAB TELAH BANYAK BERJASA DEMI INDONESIA MERDEKA

Thursday, November 17, 2022

METODE SYAIKH TAQIYUDDIN AN NABHANI DALAM MEMBENTUK PENGEMBAN DAKWAH YANG IKHLAS

 METODE SYAIKH TAQIYUDDIN AN NABHANI DALAM MEMBENTUK PENGEMBAN DAKWAH YANG IKHLAS


Ada kalimat yang begitu luar biasa yang ditulis oleh Syaikh Taqiyuddin an Nabhani rahimahullah di dalam kitab At Takatul Al Hizbiy yakni kalimat yang bertuliskan :


"Secara otomatis al-ihsasul fikriy ini akan membersihkan orang-orang yang disentuhnya dan membentuknya menjadi orang yang ikhlas, sampai-sampai sekalipun ia tidak ingin ikhlas, ia tidak akan mampu untuk tidak ikhlas."


Al-ihsasul Al fikriy sendiri bermakna adanya perasaan yang jelas/tajam, yang dihasilkan dari proses berpikir yang mendalam.


Terwujudnya al-ihsasul fikriy adalah dari sebuah manthiqul Ihsas, yakni pemahaman yang dihasilkan dari proses berpikir berdasarkan pakta yang terindera.


Keikhlasan itulah yang juga menjadi salah satu dari 4 alasan yang ditulis oleh Syaikh Taqiyuddin an Nabhani dalam kitab at Takatul Al Hizbiy, yakni 4 hal yang menjadi penyebab kegagalan beberapa gerakan dakwah dalam melakukan perjuangan untuk membangkitkan Islam.


Secara ringkas, 4 hal penyebab gagalnya beberapa gerakan tersebut, yakni :


1. Gerakan tersebut berdiri di atas fikrah dan thariqah yang masih kabur (belum jelas).


2. Gerakan tersebut tidak mengetahui bagaimana thariqah bagi penerapan fikrahnya.


3. Gerakan tersebut bertumpu kepada orang-orang yang belum sepenuhnya mempunyai kesadaran yang benar. Mereka pun belum mempunyai niat yang benar.


4. Orang-orang yang menjalankan tugas gerakan tersebut tidak mempunyai ikatan yang benar.


Adanya niat yang benar dalam berjuang untuk mengembalikan kehidupan Islam adalah salah satu dari 4 alasan agar suatu gerakan bisa bertahan dan berhasil dalam perjuangannya. Gerakan dakwah yang dibentuk oleh Syaikh Taqiyuddin an Nabhani rahimahullah sendiri hingga sekarang telah berusia hampir 70 tahun, sejak didirikan pada tahun 1953. 


Dan hal ini benar-benar dilakukan oleh Syaikh Taqiyuddin an Nabhani dalam membentuk sebuah jamaah atau gerakan dakwah agar bisa tertanam keikhlasan dalam diri setiap pengemban dakwah.


Beliau menetapkan aturan bahwa siapapun yang akan menjadi bagian dari pengemban dakwah Islam Ideologis harus mengikuti kegiatan halqoh setiap pekan. Baik latar belakang orang tersebut seorang yang 'alim, ataupun tidak. Baik ia seorang Professor ataupun seseorang yang tidak pernah duduk di bangku pendidikan, semuanya sama.


Bahkan boleh jadi yang menjadi pengisi halqoh secara titel pendidikan lebih rendah. Misalnya yang hanya lulusan sekolah dasar menjadi pengisi kelompok halqoh yang lulusan sekolah tingkat pertama, atau tingkat atas bahkan yang sedang kuliah.


Atau boleh jadi para peserta halqoh tersebut adalah orang-orang yang berlatar pendidikan lulusan pondok pesantren atau dari lulusan timur tengah, sedangkan yang menjadi pengisi tak berlatar sebagaimana para peserta halqoh.


Setiap sepekan sekali, selama 2 jam mereka harus duduk membaca setiap paragraf kitab yang kemudian akan dijelaskan oleh pengisi halqohnya.


Halqoh itu dilakukan agar mereka menjadi paham bagaimana fikrah dan thariqah sebuah kelompok dakwah yang shahih untuk memulai kembali kehidupan Islam. Halqoh yang dilakukan dengan metode Talqiyan Fikriyan.


Dengan fikrah yang diajarkan di halqoh tersebut, akan terbentuk pemikiran Islamiy pada diri mereka. Dimana pemikiran Islamiy bermakna :


 الحكم على الواقع من وجهة نظر الإسلام

"Upaya menilai fakta dari sudut padang Islam"


Pemikiran Islamiy tersebut akan mempengaruhi perasaan dan perbuatan mereka. Pemikiran Islamiy tersebut yang juga menjadi standart mereka dalam melakukan penginderaan terhadap suatu fakta di depannya. Dalam hal ini adalah standart mereka dalam melihat kondisi umat Islam khususnya dan masyarakat umumnya saat tidak diterapkannya Islam secara kaffah di dalam kehidupan.


Karena selain harus halqoh, mereka juga diharuskan terlibat dalam berbagai kegiatan dakwah di tengah-tengah masyarakat. Karena halqoh bukan semata-mata untuk menjadi seorang yang berkepribadian Islam, namun juga menjadikan diri sebagai seorang pengemban dakwah.


Dengan proses halqoh yang mereka jalani, sembari terjun di tengah masyarakat untuk mendakwahkan Islam, in sya Allah akan membuat mereka menjadi orang-orang yang ikhlas dalam berdakwah. Tidak mengharapkan imbalan materi ataupun pujian dalam dakwahnya, semata-mata dilakukan karena suatu kewajiban untuk menegakkan kembali Islam, agar umat Islam benar-benar menjadi sebaik-baiknya umat (khairu ummah), dan Islam menjadi agama yang tinggi dan tidak ada yang menandinginya.


Sebagaimana firman Allah سبحانه و تعالى:


كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ


“Kamu adalah umat terbaik yang dikeluarkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.”(Q.S Ali Imran : 110)


Dan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم yang bersabda:


الإسلام يعلو ولا يعلى عليه


"Sesungguhnya Islam itu mulia/tinggi tidak ada agama yang lebih tinggi daripadanya”. (HR. Bukhari)


Wallahu a'lam bisshowab.

Saturday, November 12, 2022

DIA SANG KHALIFATUR RASYIDIN YANG KELIMA

 DIA SANG KHALIFATUR RASYIDIN YANG KELIMA


Oleh : Ahmad Syahrin Thoriq 


1. Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu'anhu adalah salah satu khalifah yang sah menurut kesepakatan para ulama ahlussunnah wal Jama'ah.


 Bahkan sebagian ulama berpendapat bahwa Khalifatur Rasyidin selain empat shahabat yang disepakati yakni Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali, beliau adalah yang kelimanya.


Hal ini berdasarkan hadits Nabi ﷺ yang berbunyi :


الْخِلاَفَةُ فِى أُمَّتِى ثَلاَثُونَ سَنَةً


“Khilafah di tengah umatku berlangsung selama 30 tahun.” (HR. Ahmad)


2. Abul Izz al Hanafi rahimahullah demikian juga ulama lain seperti Ibnu Katsir, ketika merinci masa 30 tahun dari zaman kekhalifahan berkata :


~ Abu Bakar Shidiq 2 tahun 3 bulan


~ Umar bin Khattab 10 tahun 6 bulan


~ Utsman bin Affan 12 tahun


~ Ali bin Abi Thalib 4 tahun 9 bulan


Total keseluruhan masa  Khilafah Rasyidah empat khalifah di atas adalah 29 tahun 6 bulan. Lalu ditambah Hasan memerintah selama 6 bulan, maka genaplah 30 tahun.


3. Ibnu Katsir rahimahullah berkata :


والدليل على أنه أحد الخلفاء الراشدين الحديث الخلافة بعدي ثلاثون سنة ثم تكون ملكاً وإنما كملت الثلاثون بخلافة الحسن بن علي


"Dalil yang menyatakan bahwa Hasan adalah termasuk Khalifatur Rasyidin adalah hadits : 'Kekhalifahan setelahku akan berlangsung selama 30 tahun, setelah itu adalah kerajaan'. Yakni tahun yang dijalani oleh Khalifatur Rasyidin (yang disepakati) lalu digenapkan oleh masa Hasan bin Ali.”


4. Ibnu Hajar al Haitsami rahimahullah berkata :


هو آخر الخلفاء الراشدين ...خليفة حق وإمام ...وأنها جزء مكمل لخلافة النبوة التي أخبر النبي (صلى الله عليه وسلم) والتي مدتها ثلاثون سنة.


“Hasan bin Ali adalah khalifah Rasyidah. Ia adalah pemimpin yang baik dan adil. Hasan menggenapkan masa 30 tahun dari kekhalifahan yang dikhabarkan oleh Nabi shallahu’alalihi wassalam yang akan berlangsung selama 30 tahun.”


5. Di zaman beliau, kaum muslimin terpolarisasi menjadi dua kelompok besar yang saling berhadapan : Pertama, kelompok pendukung dirinya dan yang kedua pendukung Mu‘awiyah bin Abu Sufyan.


Keduanya dibaiat menjadi amirul mukminin dan dipandang sebagai khalifah yang sah oleh pendukungnya masing-masing.


Namun sayidina Ḥasan bin Ali kemudian memilih mengalah dan menyerahkan kepada Muawiyah tampuk kepemimpinan untuk umat Islam. Padahal jika beliau mau untuk terus bersikukuh dan menempuh jalan konfrontasi, besar kemungkinan kemenangan akan berpihak kepadanya.


6. Apa yang dilakukan oleh Hasan ini telah diberitakan oleh Nabi shalallahu’alaihi wassalam sebelumnya dalam sebuah hadits :


إِنَّ ابْنِي هَذَا لَسَيِّدٌ، إِنْ يَعِشْ يُصْلِحْ بَيْنَ طَائِفَتَيْنِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ


“Cucuku ini adalah calon pemimpin besar. Dalam hidupnya dia akan mendamaikan antara dua kelompok ummat Islam yang sedang bertikai.” (HR. Ahmad)


Dan keputusan beliau ini berdasarkan pemahaman hadits di atas adalah benar dan merupakan pilihan yang diridhai oleh Allah ta’ala, meskipun menimbulkan kekecewaan yang mendalam kepada para pendukung dan loyalisnya.


7. Sayidina Hasan bin Ali radhiyallahu'anhu adalah sosok yang shalih, wara dan sangat takut kepada Allah. Sebuah riwayat menyebutkan, bila selesai dari berwudhu kulit beliau berubah menjadi pucat pasi. 


Dan ketika ditanyakan kepadanya apa sebab bisa demikian, maka beliau menjawab : "Sebentar lagi aku akan menghadap dzat yang memiliki Arsy."


Mazib bin Hausab berkata : "Aku belum pernah melihat ada sosok yang begitu takut kepada Allah melebihi Hasan bin Ali dan Umar bin Abdul Aziz. Seolah-olah neraka diciptakan hanya untuk mereka berdua."[1]


8. Beliau adalah orang yang juga dikenal sangat zuhud terhadap dunia. Cukuplah menjadi bukti dari itu semua, ketika ia memilih mengalah mengundurkan diri dari kekhalifahan demi menjaga agar tidak terjadi pertumpahan darah pada tahun 41 H.


Ketika beliau ditanya alasan mundur dari jabatan khalifah, Hasan bin Ali menjawab :


كانت جماجم العرب في يدي، يسالمون من سالمت، ويحاربون من حاربت، فتركتها لله


"Aku mendapatkan dukungan dari banyak orang arab yang mereka siap mendukung ketika aku berdamai dengan siapapun atau memerangi siapapun yang ingin aku perangi. Namun aku meninggalkannya semata-mata mengharap ridha Allah."[2]


Dalam riwayat lain beliau berkata : "Aku khawatir ada 70.000 atau 80.000 atau bahkan lebih banyak yang urat lehernya berlumuran darah, lalu menuntutku di hadapan Allah."


9. Saat ia terus didesak oleh pendukungnya agar tetap bertahan memegang tampuk kekhalifahan, beliau menjawab dengan tegas : "Aku tak ingin memiliki tangan yang berlumuran darah. 


Aku juga tak ingin mendapatkan sesuatu dengan cara mengorbankan kaum muslimin. Aku sudah tahu apa saja yang menguntungkanku dan apa yang saja yang merugikanku. Pulanglah kalian semua !"


10. Sayidina Hasan adalah sosok yang sangat pemurah lagi dermawan. Ciri khas yang melekat kuat pada para pemimpin-pemimpin yang baik. Ia kerap kali membagi-bagikan harta dalam jumlah yang sangat banyak. Ibnu Sirin mengatakan :


وكان يعطي الرجل الواحد مائة ألف


"Kadang kala Hasan membagikan uang hingga 100.000 dirham (7 milyar)  hanya kepada satu orang."[3]


Sa'id bin Abdul Aziz berkata :


سمع الحسن بن علي رجلا إلى جنبه يسأل الله أن يرزقه عشرة آلاف درهم، فانصرف، فبعث بها إليه


"Pernah ada orang yang berdo'a kepada Allah meminta  10.000 dirham (700.000 juta) , Hasan yang mendengar do'a tersebut bergegas pulang dan memberikan uang sejumlah itu kepada orang tersebut."[4]


Bersambung...

___________

[1] Thabaqat al Kubra (5/398)

[2] Siyar A’lam Nubala (3/274)

[3] Tahdzib al Kamal (6/234)

[4] Siyar A’lam Nubala (3/260)

Friday, November 11, 2022

Jas hijau yang hilang di orde baru

 JAS HIJAU YANG HILANG DI ORDE BARU


https://www.hwmi.or.id/2022/07/jas-hijau-yang-hilang-di-orde-baru.html


TKR pertama, Yang nanti menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama *Kolonel KH. Sam’un*, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih Kyai, yakni *kolonel KH. Arwiji Kartawinata* (Tasikmalaya). *Sampai tingkat resimen Kyai juga yang memimpin*.


Fakta, resimen 17 dipimpin oleh Letnan *Kolonel KH. Iskandar Idris*. Resimen 8 dipimpin *Letnan Kolonel KH. Yunus Anis*. Di batalyon pun banyak komandan Kyai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin *Mayor KH. Iskandar Sulaiman* yang saat itu menjabat Rais Suriyah NU Kabupaten Malang. *Ini dokumen arsip nasional, ada Sekretariat Negara dan TNI*.

 

Tapi semua data itu tidak ada di buku bacaan anak SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran Kyai. KH. Hasyim Asy'ari yang ditetapkan pahlawan oleh Bung Karno pun tidak ditulis. Jadi jasa para Kyai dan santri memang dulu disingkirkan betul dari sejarah berdirinya Republik Indonesia ini.


Waktu itu, Indonesia baru berdiri. Tidak ada duit untuk bayar tentara. Hanya para Kyai dengan santri-santri yang menjadi tentara dan mau berjuang sebagai militer tanpa bayaran. *Hanya para Kyai, dengan tentara-tentara Hizbulloh yang mau korban nyawa tanpa dibayar*. Sampai sekarang pun, NU masih punya tentara swasta namanya Banser.


Tentara itu baru menerima bayaran pada tahun 1950. Selama perjuangan 45 sampai di tahun 50-an itu, tidak ada tentara yang dibayar negara.


Kalau mau mikir, 10 November Surabaya adalah peristiwa paling aneh dalam sejarah. Kenapa? Kok bisa ada pertempuran besar yg terjadi setelah perang dunia selesai 15 Agustus.


Sebelum pertempuran 10 November, ternyata ada perang 4 hari di Surabaya. Tanggal 26, 27, 28, 29 oktober 1945. Kok ‘ujug-ujug’ muncul perang 4 hari ceritanya gimana? Jawabnya: Karena sebelum tanggal 26 Oktober, Surabaya bergolak, setelah ada fatwa resolusi jihad PBNU pada *tanggal 22 Oktober. Kini diperingati sbg Hari Santri*.


Tentara Inggris sendiri aslinya tidak pernah berfikir akan perang dan bertempur dg penduduk Surabaya. Perang sdh selesai kok, Begitu pikirnya. Tapi karena masarakat Surabaya terpengaruh fatwa dan resolusi jihad, mereka nyerang Inggris, yang waktu itu mendarat di Surabaya. Sejarah inilah yang selama ini ditutupi.


*Jika resolusi jihad ditutupi*, orang yang membaca sekilas peristiwa 10 November akan menyebut tentara Inggris ‘ora waras’. Ngapain Ngebomi kota Surabaya tanpa sebab? Tapi *kalau melihat rangkaian dari resolusi jihad, baru masuk akal*; “Oya, *mereka marah karena jenderal dan pasukannya dibunuh arek-arek Bonek Suroboyo*”.

 

*Fatwa Jihad muncul krn Presiden Soekarno meminta fatwa kepada PBNU*: apa yg harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai. Bung Karno juga menyatakan bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia. Sejak diproklamasikan 17 Agustus, tidak ada satupun negara di dunia yang mau mengakui.


Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai Negara boneka bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang 25 Oktober tidak diperbolehkan masuk Surabaya karena penduduk Surabaya sudah siap perang.


Ternyata sore hari, Gubernur Jawa Timur mempersilakan. “Silahkan Inggris masuk tapi di tempat yang secukupnya saja”. Ditunjukkanlah beberapa lokasi, kemudian mereka masuk. Tanggal 26 Oktober, ternyata Inggris malah membangun banyak pos-pos pertahanan dengan karung-karung pasir yang ditumpuk & diisi senapan mesin.


“Lho, ini apa maunya Inggris. Kan sudah tersiar kabar luas kalau Belanda akan kembali menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Inggris”, begitu kata arek-arek. Pada 26 Oktober sore hari, pos pertahanan itu diserang massa. Penduduk Surabaya dari kampung-kampung keluar ‘nawur’ pasukan inggris. “Ayo ‘tawur..tawuran..’!”.


Para pelaku mengatakan, itu bukan perang mas, tp tawuran. Kenapa? Gak ada komandanya, gak ada yg memimpin. “Pokoke wong krungu jihad.. jihad… Mbah hasyim.. Mbah hasyim…”. Berduyun-duyun, arek2 Suroboyo sudah keluar rumah semua dan langsung tawur sambil teriak ‘Allahu Akbar’ dan itu berlangsung 27 Oktober. *Mereka bergerak karena seruan jihad Mbah Hasyim* itu disiarkan lewat langgar-langgar, masjid-masjid, dan spiker-spiker. Pada 28 Oktober, tentara ikut arus arek2, ikut gelut dengan Inggris. Massa langsung dipimpin tentara. Dalam pertempuran 28 Oktober ini, *1000 lebih tentara Inggris mati dibunuh*.


Tapi tentara tidak mau mengakui, karena Indonesia meski sudah merdeka, belum ada yang mengakui. Itu jadi urusan besar tingkat dunia jika ada kabar tentara Indonesia yg bunuh Inggris. Tentara tidak mau ikut campur. Negara belum ada yang mengakui kok sudah klaim bunuh tentara Inggris. Itu semua ikhtiyar arek-arek Suroboyo kabeh.


Pada 29 Oktober pertempuran itu masih terus terjadi. Inggris akhirnya mendatangkan presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta untuk mendamaikan. Pada 30 Oktober ditandatanganilah kesepakatan damai tidak saling tembak-menembak. Yang tanda tangan Gubernur Jatim juga. Sudah damai, tapi massa kampung tidak mau damai.


*Pada 30 Oktober, akhirnya Brigadir Jenderal Mallaby di granat arek-arek Suroboyo*. Mati mengenaskan di tangan pemuda Ansor. Ditembak, mobilnya di Jembatan Merah. Sejarah kematian Mallaby ini tidak diakui oleh Inggris. Ada yang menyebut Mallaby mati dibunuh secara licik oleh Indonesia. Aneh, *jenderal mati tapi disembunyikan sebabnya karena malu*.


Inggris marah betul. Masa negara kolonial kalah. Mereka malu & bingung. Perang sudah selesai, tapi pasukan Inggris kok diserang, jenderalnya dibunuh. Apa ini maksudnya? “Kalau sampai tanggal 9 Nopember jam 6 sore pembunuh Mallaby tidak diserahkan, dan tanggal itu orang-orang surabaya masih yang memegang bedil, meriam dst. tidak menyerahkan senjata kepada tentara Inggris, maka tanggal 10 Nopember jam 6 pagi Surabaya akan dibombardir lewat darat, laut, dan udara," begitu amuk jenderal tertinggi Inggris.


Datanglah tujuh kapal perang langsung ke Pelabuhan Tanjung Perak. Meriam Inggris sudah diarahkan ke Surabaya. Diturunkan pula meriam Howidser yang khusus untuk menghancurkan bangunan. Satu skuadron pesawat tempur dan pesawat pengebom juga siap dipakai. Surabaya kala itu memang mau dibakar habis karena Inggris marah kepada pembunuh Mallaby.


Pada 9 November jam setengah empat sore, Mbah Hasyim yang baru pulang usai Konferensi Masyumi di Jogja sebagai ketua, mendengar kabar arek-arek Suroboyo diancam Inggris. *Fardhu a'in bagi semua umat Islam yang berada dalam jarak 94 kilo dari Kota Surabaya untuk membela Kota Surabaya*. 94 kilo itu- jarak dibolehkannya solat qoshor.


Wilayah Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek, Kediri, wilayah Mataraman, Mojokerto, Malang, Pasuruan, Jombang datang semua karena dalam jarak radius 94 kilo. Dari Kediri, Lirboyo ini datang dipimpin Kyai Mahrus. *Seruan Mbah Hasyim langsung disambut luar biasa*. Bahkan Cirebon yang lebih dari 500 kilo datang- ke Surabaya ikut seruan jihad PBNU.


Anak-anak kecil bahkan para ibu juga ikut perang. Semua ikut jihad. *Selain Mallaby, pertempuran di Surabaya menewaskan Brigadir jendral Loder Saimen*. Luar biasa pengorbanan arek-arek Surabaya, para Kyai, dan santri. 

*Tapi lihat, apa yg dilakukan pemerintah di kemudian hari kepada para Kyai ini? Dimanipulasi*.


Jangan cuma di baca doank, tapi bantu membagikan yah biar negara tahu dan paham.


Demikian kultweet #dutaislamcom dari KH. Agus Sunyoto saat menghadiri bedah buku "Fatwa dan Resolusi Jihad" di Pondok Lirboyo 3 November 2017.

Monday, November 7, 2022

DAKWAH KITA, DAKWAH PEMIKIRAN

 DAKWAH KITA, DAKWAH PEMIKIRAN

___________________________

Ustadz M. Ismail Yusanto

• • •

Disebut dakwah fikriyyah karena Rasulullah memulai dakwahnya dengan menyebarkan aqidah, pandangan hidup, pemikiran dan pemahaman Islam seraya mendobrak segala bentuk pemikiran, pandangan hidup sesat dan menghancurkan semua bentuk kepercayaan dan tradisi nenek moyang jahiliyah. 


Disebut dakwah siyasiyyah karena di dalam dakwah ini Rasulullah mengarahkan umat pada terbentuknya suatu kekuatan sebagai pelindung dan pendukung agar dakwah dapat tersebar luas ke seluruh dunia. Dan disebut dakwah askariyyah karena dakwah dilancarkan juga melalui strategi dan taktik dalam jihad fi sabilillah.


Rasulullah sukses dalam mengemban risalah, membina  dan membentuk masyarakat Islam, mendirikan daulah seta menghimpun umat manusia yang sebelumnya terpecah belah dalam bentuk berbagai qobilah menjadi umat yang satu di bawah panji Islam.


Kesuksesan itu diraih bukan melalui perubahan moral atau kehidupan sosial-ekonomi terlebih dahulu meski hal itu juga diperlukan. Juga tidak melalui slogan-slogan sukuisme, kaumiyah atau ashobiyah. Keberhasilan dakwah Rasulullah diawali dengan seruan aqidah Islam yang mampu mengubah pemikiran, perasaan, perilaku dan pandangan hidup sehingga terwujud generasi sahabat yang mampu meneruskan risalah dakwah hingga tersebar ke seluruh pelosok dunia.


Dakwah yang hakiki sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah saat ini telah berhenti, semenjak runtuhnya daulah khilafah, terkoyak-koyaknya umat Islam yang semula utuh bersatu sebagai ummatan wahidatan menjadi berbagai bangsa dan negara yang berdiri sendiri-sendiri serta berhentinya penaklukan Islam (futuhat Islamiyyah). Tanpa daulah dan persatuan umat, Islam menjadi lemah padahal mulanya kekuatan umat Islam sangat tangguh dan disegani oleh musuh-musuhnya.


Kini umat membutuhkan orang-orang yang sanggup mengemban risalah dakwah Islam guna membangkitkan kembali kekuatan itu. Yakni kebangkitan yang benar, yang muncul atas dasar Islam.  Umat memerlukan orang-orang yang mau menghimpun kembali barisan yang tercecer dan shaf yang terbengkalai, untuk kemudian menyatukannya ke dalam kekuatan yang akan mendorong terwujudnya kembali masyarakat Islam, agar bisa dilakukan lagi misi menyebarkan dakwah Islam ke seluruh dunia untuk yang kedua kalinya. Biidznillah, Allahu Akbar!


Allah SWT berfirman:


قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ


“Katakanlah (wahai Muhammad kepada umatmu): Jika kalian benar-benar mencintai Allah, maka ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa kalian“. (QS. Ali-Imran: 31).

.

#UIY #dakwahpemikiran #mustanir #kaffah #literasipengembandakwah

Thursday, November 3, 2022

Apakah pengkritik penguasa kwawsriji

 Apakah kelompok yang mengkritik penguasa zalim bisa disebut khawarij? Itu tidak akan saya bahas di tulisan ini, silakan bisa dibaca di buku berjudul Catatan Kritis Seputar Dakwah Islam. Bisa dicari di Shopee.


Tapi saya hanya ingin sedikit memberikan kritik penulis buku ini, yaitu Dr. Muhammad Mahzun. Sebagian penulis sejarah Islam telah memandang bahwa permasalahan munculnya kelompok Khawarij adalah "semata-mata" dari perkara politik (kekhalifahan). Artinya, sebagian penulis tersebut melepaskan sisi terpenting dari munculnya persoalan kelompok Khawarij, yaitu sisi keimanan.


Dr. Muhammad Mahzun berpendapat, orang yang memandang persoalan kelompok Khawarij hanya dari sisi politik, telah menjadikan politik kontemporer untuk menghukumi persoalan politik masa lalu. Politik kontemporer di dunia modern seperti sekarang ini telah kehilangan "ruh" nya, dan sangat materialistik. Jauh dari perkara-perkara keimanan. Dan bisa jadi, pandangan semacam ini sangat dipengaruhi oleh polemik "pemisahan agama dan politik".


Kelompok Khawarij, dalam pandangan Dr. Muhammad Mahzun, sejak awal kemunculannya berakar pada Peristiwa Tahkim, yang mana orang-orang pengikut Ali ini telah minta Ali untuk mengikuti arahan politik Muawiyah yang dengan siasatnya dia meminta kaum muslim untuk "berhukum dengan hukum Allah". Namun, Ali yang juga merupakan seorang ahli politik dan strategi, tahu betul siasat politik Muawiyah. Karena itu, Ali menolaknya. Hingga perdebatan pun muncul antara Ali dan sebagian pendukungnya, yang berakhir dengan keluarnya (khuruj) sebagian dari mereka dari barisan pendukung Ali.


Munculnya semangat sebagian para pengikut Ali ini untuk bertahkim, menurut Dr. Muhammad Mahzun, muncul karena dorongan keimanan. Buktinya, ketika Ali menolak permintaan mereka, maka mereka jatuhkan vonis kafir kepada Ali bin Abi Thalib dan kepada siapa saja yang berpihak kepadanya. Mereka beranggapan bahwa Ali telah bertahkim kepada manusia, dan itu merupakan bentuk kekafiran. Bahkan juga termasuk Muawiyah yang dianggapnya sebagai biang kerok permusuhan di antara kaum muslim. Ini menunjukkan bahwa perkara keimanan tidak bisa dilepaskan dari peristiwa kemunculan kelompok Khawarij, atau yang lebih umum adalah peristiwa konflik berdarah umat Islam yang berujung pada perpecahan. Seolah-olah Dr. Muhammad Mahzun ingin mengatakan, separah-parahnya peristiwa yang menimpa umat Islam, tidak jauh-jauh dari keimanan. Tidak seperti kelompok sekuler. Seluruh peristiwa kehidupan yang mereka alami, semuanya materialistis. Kosong dari ruh keimanan. Saya tidak mengiyakan pandangan ini. Tapi hanya sekedar menyampaikan apa yang saya dapat dari membaca tulisan Dr. Muhammad Mahzun.


Apakah ini menunjukkan bahwa Dr. Muhammad Mahzun sedang membela kelompok Khawarij? Jawabannya sama sekali tidak. Justru di dalam buku ini, beliau banyak mengkritik kelompok ini sebagai kelompok yang sangat suka menggunakan aksi-aksi kekerasan dalam aksi politik mereka. Silakan bisa dibaca sendiri dalam buku beliau Meluruskan Sejarah Islam: Studi Kritis Peristiwa Tahkim (Tahqiq Mawaqif ash-Shahabah fi al-Fitnah).


Dengan meminjam cara pandang Dr. Muhammad Mahzun tentang kemunculan kelompok Khawarij, saya ingin menarik ke masa sekarang di negeri kita tercinta Indonesia ini, tentang apa yang disebut politik identitas (kadang disebut politik aliran) dan politik integritas. Politik identitas atau politik aliran adalah politik yang berbasis pada konsep-konsep ideologi atau agama. Sedangkan politik integritas adalah politik yang didasarkan pada kesetiaan dan sikap-sikap membangun. Oleh sebagian kalangan, politik aliran atau politik identitas dianggap sebagai politik yang berbahaya dan bersifat memecah belah, karena itu politik ini harus dihindari dan dibuang jauh-jauh. Yang ditumbuhkan haruslah politik integritas, karena dinilai memiliki sifat membangun dan progresif.


Seorang tokoh sekuler yang ingin memisahkan agama dari politik (model orang yang dikritik Dr. Muhammad Mahzun), sangat getol mengungkit-ungkit peristiwa tahkim dan juga kemunculan kelompok-kelompok dalam Islam seperti Sunni dan Syiah, dan menyebutnya sebagai politik aliran atau politik identitas. Dengan berapi-api dia beberkan peristiwa tersebut dengan narasi bahwa, "Politik identitaslah yang telah memecah belah umat Islam. Politik identitaslah yang telah membuat kaum muslim terpecah belah menjadi sunni dan syiah. Maka politik identitas, apapun yang menjadi basisnya harus disingkirkan."


Sejurus dengan itu, sang tokoh sekuler ini menyatakan, "Politik integritaslah yang seharusnya kita miliki. Integritas kita sebagai seorang warga negara, integritas kita sebagai bangsa Indonesia. Karena itu, kita harus bersatu, hilangkan sekat-sekat keberagamaan kita." Memang tidak ingin menghapuskan agama, tetapi bagi dirinya, jelas terlihat bahwa agama itu hendaknya cukup hanya dalam ranah individu dan bukan di ranah politik atau ranah publik.


Orang seperti ini ingin mencitrakan, orang-orang yang memiliki semangat keberislaman atau semangat menerapkan syariat Islam sebagai pemecah belah bangsa karena terpengaruh politik aliran atau politik identitas. Orang yang ingin menerapkan syariat Islam juga dianggap tidak memiliki integritas terhadap bangsa dan negara. Begitu narasinya dibangun. Intinya, agama harus dijauhkan dari politik. Persaingan dalam pilpres juga tidak boleh membawa-bawa semangat keberagamaan.


Dengan meminjam pandangan disampaikan oleh Dr. Muhammad Mahzun, kita bisa memahami bahwa orang-orang yang hanya membahas kelompok Khawarij dari sisi politik, termasuk orang-orang yang telah melepaskan keimanan dalam pembahasannya. Orang-orang seperti ini, tidak berbeda dengan orang sekarang yang sangat getol mengungkit-ungkit peristiwa tahkim dan kemunculan Sunni-Syiah dalam rangka membenturkan soal politik identitas dan politik integritas.


Lihat saja, ketika orang sekuler mulai membicarakan soal politik identitas dan politik integritas, apakah ada perkara-perkara keimanan yang mereka sebutkan dalam masalah tersebut. Jawabannya jelas tidak ada. Pembahasan langsung menjurus pada konten yang dimaksud, yaitu politik identitas dan politik integritas, dan sama sekali tidak membahas aspek-aspek keimanan. Dimana posisi surga dan neraka dalam pembahasan politik identitas dan politik integritas? Dimana posisi ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya saat membahas hal tersebut? Dimana posisi rasa takut kepada Allah ketika mengungkit-ungkit soal politik identitas dan politik integritas? Jawabannya, jelas tidak ada. Semua ini memang tidak ada, karena semangat pembahasan politik identitas dan politik integritas itu lepas dari keimanan. Keimanan pembahasnya hanya sebesar dirinya, dan tidak terpancar keluar. Akibatnya ya begitu itu, kadang iman, kadang tidak iman. Iman hanya terbatas pada tempat tertentu, sedangkan di tempat lain, keimanan wajib dilepaskan. Na'udzubillah.


Seorang muslim yang taat kepada Allah dan rasul-Nya, yang takut akan adzab-Nya, yang mengimani adanya hari akhir, yang mengimani adanya malaikat yang senantiasa mencatat amal perbuatan, yang mengimani adanya perintah dan larangan Allah, tentu akan menjadikan ini semua sebagai asas dari cara pandangnya, termasuk cara pandang dia terhadap politik identitas atau politik integritas. Politik identitas yang dia miliki akan semakin menegaskan dirinya sebagai seorang muslim seutuhnya, bukan seorang muslim yang hanya menggunakan iman dalam ranah tertentu dan melepaskan keimanan dalam ranah yang lain. Sedangkan integritas yang dia miliki adalah integritas dia sebagai seorang muslim dan bukan integritas seorang yang setengah muslim. Integritas seorang muslim didasarkan pada keimanan. Sehingga semangat membangunnya dan semangat persatuannya pun didasarkan pada keimanan.


Kemajuan peradaban Islam pada masa lalu, dan persatuan umat manusia di bawah naungan Islam di masa dulu, merupakan bukti nyata dari politik integritas yang dibangun berdasarkan keimanan. Muslim dan kafir dzimmi, hidup bersama dan bernaung dalam kepemimpinan politik Islam sebagaimana sejarah di masa lalu telah membuktikan.


Di masa Rasulullah saw, beliau telah menyatukan manusia dari berbagai latar belakang. Ada di antara mereka yang berasal dari perbedaan suku, seperti suku Aus dan Khazraj, atau suku-suku yang ada di Madinah dan kaum Muhajirin yang berasal dari Makkah. Ada juga sebagian Yahudi yang tunduk dan patuh dengan kepemimpinan Islam yang dibawa Rasulullah saw. Beliau pun melalui sabdanya menjamin keselamatan ahlu dzimmah, yang kemudian ditaati dan dilanjutkan khalifah-khalifah setelahnya. Hal ini tidak lain karena politik integritas yang didasarkan kepada Islam. Politik integritas dalam Islam akan menyatukan manusia dan menempatkannya pada martabat yang mulia. Hal itu karena sifat atau karakter dari Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw adalah rahmatan lil alamin atau menjadi rahmat bagi seluruh alam. Perkara-perkara yang menjerumuskan akal sehat dan berpotensi merusak manusia, baik dalam bentuk benda fisik (seperti khamr) maupun yang berbentuk pemikiran (seperti sekulerisme atau sosialisme komunisme), akan dilarang. Karena bisa menjerumuskan manusia dalam kehinaan.


Berbeda dengan politik integritas yang tidak didasarkan pada Islam. Politik ini sama sekali tidak didasarkan pada keimanan. Sehingga perkara-perkara yang berasal dari paham kebebasan atau liberalisme yang menjadikan manusia seperti binatang (bahkan lebih buruk daripada binatang), justru diperbolehkan untuk diadopsi. Bahkan kebebasan atau liberalisme inilah yang dijadikan asas politik identitas. Orang boleh beragama, orang boleh tidak beragama. Orang boleh memelihara budaya yang merusak keyakinan, orang boleh menjaga tradisi yang menyimpang dari aturan agama. Orang bebas minum khamr asal dengan ketentuan tertentu atau batasan tertentu, orang bebas pula apakah mau beragama atau tidak beragama. Satu-satunya yang tidak diperbolehkan adalah aturan agama mengatur kehidupan masyarakat. Ini yang tidak boleh. Karena itu, bagi seorang muslim, semakin Islami dia, semakin taat dia, maka dia akan dicap radikal dan bertentangan dengan politik integritas. Na'udzubillahi min dzalik.


Begitulah. Politik identitas atau politik aliran dilarang. Tidak boleh. Tidak boleh membawa-bawa agama atau simbol agama dalam politik. Tetapi bagi orang sekuler barangkali ada pengecualian. Kecuali jika mendekati masa pemilihan umum. Maka diperbolehkan melibatkan agama atau simbol-simbol agama dalam rangka meraup suara kaum muslim. Tidak heran jika banyak politisi sekuler mendadak terlihat alim dan Islami saat pemilihan umum menjelang. Inilah nasib umat Islam. Diperalat dan dipermainkan.