Sunday, August 18, 2019

Abdurrahman al-Ghafiqi

Abdurrahman al-Ghafiqi

Nyaris Menaklukkan Seluruh Eropa
Setelah Spanyol jatuh ke tangan kaum Muslim di bawah pimpinan Thariq bin Ziyad, di masa Khalifah al-Walid bin Abd al-Malik, pasukan kaum Muslim pun sampai di wilayah Prancis. Al-Samah bin Malik al-Khaulani, wali Spanyol dan sekitarnya saat itu, bertekad untuk menyerang seluruh Prancis dan mengintegrasikannya dengan Khilafah Islam. Dia ingin menjadikan Prancis sebagai jalur untuk menaklukkan negeri-negeri di wilayah Balkan. Dari Balkan, dia ingin menaklukkan Konstantinople, demi mewujudkan bisyarah Rasul SAW. Langkah pertama adalah menguasai kota Arbunah, kota terbesar di Prancis, yang berdekatan dengan Spanyol.

Setelah al-Khaulani meninggal, Khalifah Hisyam bin Abd al-Malik mengangkat Abdurrahman al-Ghafiqi, salah seorang tabiin agung, sebagai wali Andalusia tahun 112 H, yang merupakan wali ketujuh. Dari sana, dia melakukan penaklukan ke wilayah al-Ghal (kini masuk wilayah Prancis). Untuk mewujudkan rencananya itu, dia memanggil kaum Muslim dari Yaman, Syam, Mesir dan Afrika untuk membantunya. Mereka pun berbondong-bondong ke sana. Meletuslah perang besar di Eropa, antara pasukan kaum Muslim dengan kaum Kristen, yang terjadi pada tahun 114 H. Perang ini dikenal dengan Perang Balath as-Syuhada’.

Namun, sebelum ke sana, Abdurrahman al-Ghafiqi menyusun kekuatan kaum Muslim. Dia meyakini, bahwa persiapan perang besar itu harus dimulai dari perbaikan dan pembersihan diri. Dia pun mulai keliling Spanyol, di setiap kota dia singgah seraya menyerukan kepada penduduknya, “Siapa saja yang pernah dizalimi oleh pejabat, hakim atau seseorang, hendaknya menyampaikannya kepada Amir.” Dia tidak membedakan antara Muslim dan non-Muslim. Setelah itu, dia pun memeriksa kondisi pejabat di bawahnya satu per satu. Siapa yang terbukti berkhianat dan menyeleweng dicopot. Kemudian diganti dengan orang yang sudah dipercaya kebijakan, kebaikan dan kecekapannya. Gedung dan fasilitas yang dibangun dengan harta haram dia hancurkan. Ketika berada di tengah-tengah rakyat, dia menyerukan untuk shalat berjamaah, kemudian dia berdiri memberikan khutbah, dan memotivasi mereka untuk menyiapkan diri berjihad, dan mendapatkan mati syahid.

Perang besar pun tak terelakkan lagi.
Separuh Prancis bagian selatan pun jatuh ke tangan Abdurrahman al-Ghafiqi bersama 100.000 tentaranya hanya dalam beberapa bulan. Kenyataan yang membuat Eropa dari ujung ke ujung diliputi kecemasan dan ketakutan luar biasa akan ancaman pasukan kaum Muslim. Pasukan kaum Muslim pun mendapatkan kemenangan besar dan ghanimah yang banyak. Abdurrahman al-Ghafiqi melihat ghanimah ini bisa menjadi sumber fitnah. Jika segera dibagi bisa menjadi masalah, kalau ditunda-tunda pun bisa menjadi masalah. Akhirnya, ghanimah itu dikumpulkan di sebuah kemah. Pada hari kedelapan peperangan, ternyata kemah ini diserang oleh pasukan kaum Kafir, dan serangan ini membuat mereka tidak konsentrasi pada musuh, malah konsentrasi untuk menyelamatkan ghanimah. Akibatnya, pasukan kaum Muslim pun berhasil dipukul, dan tubuh Abdurrahman al-Ghafiqi pun tertembus panah. Dia syahid. Perang yang nyaris dimenangkan kaum Muslim pun akhirnya sirna. Persis seperti peristiwa Perang Uhud. Andai kemenangan itu berada di tangan kaum Muslim, seluruh Eropa saat itu dipastikan akan jatuh ke tangan kaum Muslim. (Dikutip dari rubrik ‘cermin’ tabloid Media Umat)

KH1L4F4H BERJASA PADA NUSANTARA

Alih-alih mengancam, sejarawan yang jujur mengungkapkan justru kh1l4f4h berjasa pada Nusantara. Lantas apa sebenarnya yang menjadi ancaman negeri berpenduduk mayoritas Muslim ini?
+++
.
KH1L4F4H BERJASA PADA NUSANTARA
(Moeflich Hasbullah, Sejarawan UIN Sunan Gunung Djati Bandung)
.
.
Berbeda dengan sejarah sekularisasi yang dibawa penjajah Belanda dan sejarah komunis yang berulang kali berontak di Indonesia, justru sejarah islamisasi Nusantara yang tak lepas dari peran Kh1l4f4h Islam membawa kebaikan bagi negeri ini.
.
Hal itu terekam jelas dalam catatan sejarah, sebagiannya diungkap oleh sejarawan yang sudah 25 tahun menjadi dosen sejarah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Moeflich Hasballah ketika diwawancarai wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo. Berikut petikannya.
.
.
SEPERTI APA HUBUNGAN ANTARA KH1L4F4H ISLAM DAN NUSANTARA?
.
Hubungan antara Kh1l4f4h Islamiyah dan Nusantara itu tak terpisahkan dalam hubungan psikologis, dakwah, ekonomi politik dan legitimasi keagamaan. Ketika Islam masuk dan berkembang di Nusantara, di dunia Islam sedang berkembang Daulah Umayyah.
.
.
HUBUNGAN PSIKOLOGISNYA SEPERTI APA?
.
Hubungan psikologis adalah bahwa Kesultanan Turki Ustmani sebagai penguasa Islam dan kebanggaan umat persis seperti sekarang para pengagum Barat melihat Amerika dan Eropa sebagai contoh negara yang berperadaban maju. Dulu juga begitu, orang Islam melihat Kh1l4f4h Turki Ustamani seperti orang melihat Amerikalah sebagai penguasa dunia.
.
Dulu orang Islam membanggakan keKh1l4f4hannya, sekarang orang melihat Amerika membanggakan demokrasinya. Snouck Hurgronje, sebagaimana yang dikutip oleh Deliar Noer, mengungkapkan bahwa masyarakat pribumi Nusantara pada umumnya, melihat Stambol atau Istanbul, ibu kota Kh1l4f4h Usmaniyah, itu sebagai kedudukan seorang raja semua orang Mukmin. Jadi hubungan psikologisnya begitu karena penguasa dunia Islam saat itu adalah Kh1l4f4h Turki Utsamani.
.
.
KALAU HUBUNGAN DAKWAHNYA?
.
Proses dakwah di Nusantara juga tak lepas dari peranan para kh4l1f4h. Misalnya, Ayzumardi Azra menjelaskan bahwa pada tahun 718 M atau 100 H, Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Kh4l1f4h Umar bin Abdul Aziz dari Kh1l4f4h Bani Umayyah. Raja itu meminta dikirim para ulama atau dai yang bisa menjelaskan Islam kepadanya.
.
Dikirimlah utusan dan dua tahun kemudian, tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, dinyatakan masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama Sribuza Islam. Itu bukti dari hubungan dakwah.
.
Walaupun kebenaran sumbernya belum bisa dipastikan, para wali atau wali songo dikenal sebagai utusan-utusan Kh1l4f4h Turki Utsmani. Pada tahun 808H/1404M disebutkan, Kh4l1f4h Muhammad I mengutus beberapa ulama ke Pulau Jawa yang kelak dikenal dengan wali songo.
.
Setiap periode ada utusan yang tetap dan ada pula yang diganti. Pengiriman ini dilakukan selama beberapa kali. Itu menurut Rahimsyah dalam bukunya Kisah Wali Songo, terbitan Karya Agung Surabaya. Ini mungkin benar, bisa juga tidak karena sumbernya belum pasti. Makanya, penelitian sejarah harus terus dilakukan.
.
.
HUBUNGAN EKONOMI POLITIKNYA SEPERTI APA?
.
Dalam kerja sama ekonomi politik, pada tahun 1563, saat Aceh terancam oleh ekspansi Portugis, penguasa Muslim di Aceh mengirim seorang utusan ke Istanbul untuk meminta bantuan melawan Portugis.
.
Dikirimlah 19 kapal perang dan sejumlah kapal lainnya pengangkut persenjataan dan persediaan; sekali pun konon hanya satu atau dua kapal yang tiba di Aceh. Tetapi sejarah Aceh minta bantuan ke Turki Utsmani ini sudah diakui kebenarannnya dalam sejarah Indonesia.
.
.
SEDANGKAN HUBUNGAN LEGITIMASI KEAGAMAANNYA BAGAIMANA?
.
Sedangkan hubungan legitimasi keagamaan, tampak dalam penganugerahan gelar-gelar kehormatan. Misalnya tahun 1638 M, Abdul Qadir dari Kesultanan Banten, dianugerahi gelar Sultan Abulmafakir Mahmud Abdul Kadir oleh Syarif Zaid.
.
Siapa dia? Dia adalah Syarif Makkah saat itu yang berada dalam penguasaan Turki Utsmani. Pangeran Rangsang dari Kesultanan Mataram memperoleh gelar sultan pun dari Syarif Makkah dengan gelar, Sultan Abdullah Muhammad Maulana Matarami. Banten sejak awal menganggap dirinya sebagai Kesultanan Islam sebagai Dar al-Islam yang berada di bawah kepemimpinan Kh4l1f4h Turki Utsmani di Istanbul. Ini semua dijelaskan dalam buku besar Ensiklopedia Tematis Dunia Islam terbit tahun 2002.
.
.
BAGAIMANA AWAL MULA HUBUNGAN KH1L4F4H DAN NUSANTARA TERJADI?
.
Awal hubungannya ya dari situasi politik global, dunia Islam berada dibawah kepemimpinan Kh1l4f4h Turki Utsmani. Tentu saja, penguasa dunia dengan daerah-daerah Islam yang jauh ada komunikasi politik, ekonomi dan psikologis. Wilayah-wilayah Islam meminta bantuan ketika membutuhkan, pusat kekuasaan memberikan bantuannya. Begitu saja.
.
Tetapi, dengan kerajaan-kerajaan Islam Nusantara, hubungannya bukan taklukan karena kerjaaan-kerajaan Hindu di Nusantara diislamkan melalui dakwah para ulama, terutama wali songo sebagai tokoh-tokoh besarnya, bukan ditaklukan oleh Kekh4l1f4han Turki Ustmani.
.
.
DENGAN DEMIKIAN, LAYAKKAH KH1L4F4H ISLAM DIKATAKAN SEBAGAI ANCAMAN BAGI NUSANTARA?
.
Ya tidak. Ancaman apanya? Isu itu, kelau dihubungkan dengan pilpres 2019 sekarang hanya politik adu domba sesama umat Islam oleh mereka yang paranoid dengan Islam yang haus kekuasaan persis seperti yang dilakukan Snouck Hurgronje dulu zaman kolonial. Devide et impera agar sesama umat Islam pecah dan konflik.
.
Kh1l4f4h Islam Turki Utsmani itu berjasa dalam mendukung islamisasi di Nusantara, bukan ancaman. Menurut saya, bila pun misalnya Kh1l4f4h diterima berdiri di Indonesia, kan prosesnya tidak harus mengganti Pancasila dan UUD 1945. Belum tentu seperi itu dan tidak harus seperti itu.
.
Bisa berupa konvergensi, kerja sama atau keKh1l4f4han yang memelihara atau mengadopsi Pancasila. Kan bukan hal yang tidak mungkin? Tapi, yang jelas, faktanya ide Kh1l4f4h belum diterima jadi ya tenang saja. Jangan paranoidlah. Dakwah Islam tidak bisa memaksa dan dipaksakan.
.
.
MENGAPA BISA PARANOID YA?
.
Ya itu ketakutan saja pada kebangkitan Islam dari orang-orang yang tidak faham. Maklumi sajalah. Sekarang ini era kebangkitan Islam. Di Amerika, di Eropa, di New Zealand dan di mana-mana. Indonesia ketakutan padahal ini negeri berpenduduk Muslim terbesar di dunia. Jadi ironis kan? Islamophobia ada di sini. Karena penguasanya kelompok sekuler ya begitu jadinya.
.
.
APAKAH YANG MEMBUAT KESULTANAN-KESU
LTANAN DI NUSANTARA MEREDUP DAN AKHIRNYA BISA DIADU DOMBA OLEH PENJAJAH BELANDA, PORTUGIS, DLL?
.
Itu persoalan supremasi politik. Kekuasaan kolonialisme Eropa yang datang ke sini kan dengan kekuasaan politik modern, manajemen modern dan persenjataan yang lebih modern akhirnya kesultanan-kesultanan Islam kalah seperti Cirebon, Banten dan Mataram ketika berperang dengan pasukan VOC.
.
Meredupnya itu kan selama zaman kolonial ketika kekuasaan Belanda sudah makin besar dan kuat sehingga kesultanan-kesultanan Islam melemah dan kalah yang kemudian mengukuhkan penjajahan hingga pertengahan abad ke-20.
.
.
JADI YANG MENGANCAM NUSANTARA SEBENARNYA ADALAH…?
.
Yang mengancam Nusantara atau Indonesia lebih tepat sekarang adalah komunisme, kolonialisme gaya baru, imperialisme budaya, adu domba sesama umat karena kita ini negeri Muslim terbesar, dunia terus mewaspadai Indonesia. Kemudian juga kemiskinan, ketidakadilan dll. Ketidakadilan sosial ekonomi politik itu berpotensi memunculkan kerusuhan-kerusuhan yang muncul dari rasa frustrasi masyarakat kalau tidak diatasi dengan baik.
.
.
PELAJARAN APA YANG BISA KITA PETIK DARI REALITAS SEJARAH TERSEBUT?
.
Masyarakat Indonesia harus kenal sejarahnya sendiri dengan baik sehingga tidak dihinggapi oleh ketakutan-ketakutan yang tidak perlu. Kita takut karena tidak tahu. Hindari prasangka-prasa
ngka buruk pada umat Islam karena justru Islamlah yang telah membangun negeri ini dan telah menjadi simbol persatuan bangsa. Kita sudah membangun hubungan keislaman dan kebangsaan dengan baik sehingga keindonesiaan, kebangsaan dan keislaman tidak bisa dipisahkan.[]
.
J0k0 Pr4s3ty0
.
Dimuat pada rubrik WAWANCARA I Tabloid Media Umat edisi 240
Awal April 2019

Para Pengkhianat Besar dlm Sejarah Islam*

*Para Pengkhianat Besar dlm Sejarah Islam*
(Orang2 yg mengaku Muslim tapi menjadi Anjing2 Penjajah)

Hari itu, hari Jum’at. Seharusnya menjadi hari yang baik bagi muslimin.
Tepatnya tanggal 7 Shafar 656 H.
Kota Baghdad, pusat peradaban dunia terbesar masa itu.

Ibukota Khilafah Abbasiyyah yang telah 5 abad memakmurkan bumi ini dengan peradaban dan ilmu.

Hari Jum’at itu justru puncak kehancuran wilayah khilafah dan akhir dari keseluruhan kebesaran. Untuk selamanya. Hulaghu Khan pemimpin pasukan Mongolia hari itu datang masuk ke dalam istana Khilafah terakhir Abbasiyyah, Musta’shim billah. Dia datang beserta istrinya dan para pengawalnya. Seluruh elemen kekhilafahan telah lumpuh.
Khalifah sudah menyerah. Hulaghu meminta Musta’shim menunjukkan semua simpanan kekayaan di istananya.

Sudah satu minggu, Kota Baghdad dihancurkan dari berbagai sudutnya. Musibah kemanusiaan yang tidak mengenal satu pun kata kasihan. Begitulah kekejaman pasukan Mongolia.

Pembunuhan besar2an itu disaksikan oleh Sungai Dijlah. 3 hari Sungai Dijlah berwarna merah darah. Juga jalanan Kota Baghdad. Banjir darah.

Tidak ada satupun yang selamat. Semuanya harus mengakhiri ajalnya di ujung pedang Mongolia.

Satu minggu itu, setidaknya 400.000 nyawa melayang. Termasuk khalifah Musta’shim dan seluruh anak serta kerabatnya.
Bukan hanya pembantaian muslimin. Peradaban yang dibangun berabad-abad, ilmu yang menerangi dunia juga ikut dihancurkan. Lagi-lagi Sungai Dijlah menjadi saksi bisu. Pasukan Mongolia menyeberang sungai Dijlah dengan menggunakan tumpukan buku. Kuda-kuda Mongol menginjak-injak buku-buku ilmu.
Dan Baghdad pun hancur lebur. Pusat kebesaran Islam itu. Ibukota Khilafah Abbasiyyah itu. Baghdad dihabisi dengan cara yang sangat mudah. Kebesaran itu runtuh dengan begitu sederhana. Tidak ada kota sebegitu mudah diruntuhkan, semudah Baghdad.

Seharusnya Baghad tidak runtuh. Semestinya Khilafah Abbasiyyah tidak hilang. Kalau tidak muncul pengkhianat besar di tubuh kekhilafahan. Kalau saja tidak ada pengkhianat umat.

Muayyaduddin Ibnul ‘Alqami. Nama pengkhianat yang hingga akhir zaman akan selalu disebut dalam sejarah Islam sebagai pengkhianat peradaban, pengkhianat umat.
Ibnul ‘Alqami bukan sembarang orang. Dia adalah perdana menteri di kekhilafahan Abbasiyyah sendiri.

Ibnul ‘Alqami diam-diam membangun hubungan haram dengan Hulaghu. Pengkhianat umat itu menjual Baghdad dengan tukaran di antaranya adalah jabatan jika Hulaghu berhasil menguasai Baghdad.
Dan sejarah pun mengulang dirinya. Andalus mempunyai kisah yang mirip. Karena memang sejarah selalu sama di zaman manapun.

Kota terakhir yang masih kuat berdiri saat seluruh kota-kota wilayah Andalus telah menyerah di tangan negara-negara Kristen adalah Granada. Kota itu masih sangat kuat bertahan, gagah dan terus membangun.
Granada runtuh karena pengkhianat peradaban ada dalam tubuh muslimin. Mereka bukan sembarang orang. Mereka adalah pemimpin muslimin, tetapi merangkap pengkhianat umat.
Tiga nama yang diabadikan sejarah hingga hari akhir nanti sebagai pengkhianat umat. Catatan itu tidak akan pernah bisa dihapus.
Dua orang menteri: Yusuf bin Kamasyah dan Abul Qasim al-Malih, serta satu tokoh agama: al-Baqini.

Umat dijual. Negeri muslim digadaikan. Diserahkan kepada negara Kristen. Ditukar dengan sampah dunia.

Raja Fernando 3 dan Ratu Isabella memasang salib besar dari perak di pasang di atas Istana al-Hamra’ dan diumumkan bahwa hari itu adalah akhir dari kekuasaan muslim di Andalus.

Tahun 1499 M, masjid-masjid resmi ditutup.
Maha benar Allah dalam firman-Nya, “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang beriman. Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap Khawwan lagi Kafur.” (Qs. Al-Hajj: 38)
Dan sekarang para pengkhianat2 umat Islam pun mulai bermunculan. Mereka yang mengaku muslim dan dengan segala atribut keislamannya tapi mengejek, mengolok2, merendahkan agama dan saudara2 muslim demi hadiah di dunia.
Kalian yang berpenyakit WAHN telah menyambung sejarah para Khawwan dari jaman terdahulu.
Semoga Allah azza wa ja'ala melaknat kalian dengan laknat paling berat yang bahkan syaitan pun takut menerimanya.
La haula wa quwwata illa billah…
Innalillah wa inna ilahi raji’un…
*Khawwan adalah pengkhianat besar
Sumber : Eramuslim

FRAGMEN BERDARAH DI ERA KEKHILAFAHAN DALIH UNTUK MENIKAM PERJUANGAN PENEGAKKAN KHILAFAH?

FRAGMEN BERDARAH DI ERA KEKHILAFAHAN DALIH UNTUK MENIKAM PERJUANGAN PENEGAKKAN KHILAFAH?
==========
Membaca judul pembusukan atas dakwah penegakkan Khilafah berjudul "The Dark And Bloody Side of Khilafah."

Mari kita uji dengan akal sehat: di antara bukti kesalahan mereka yang menikam perjuangan penegakkan Khilafah 'ala Minhaj al-Nubuwwah dengan dalih adanya satu fragmen kezhaliman di masa antara Khilafah 'Umayyah dan 'Abbasiyyah adalah poin-poin ini:

1. Khilafah yang diperjuangkan Hizb adalah Khilafah 'ala Minhaj al-Nubuwwah, menikam perjuangan ini dengan dalih fragmen sejarah kekhilafahan di era mulkan 'adhdhan jelas tidak relevan

2. Tragedi-tragedi yang terjadi di antara kurun kekhilafahan Umayyah dan Abbasiyyah itu adalah salah satu fragmen sejarah, bukan dalil syara', bukan pula bukti buruknya sistem Khilafah 'ala Minhaj al-Nubuwwah

3. Kezhaliman terjadi karena menyalahi syari'ah yang secara asasi diadopsi sistem Khilafah, disinilah letak urgensi "Muhasabah al-hukkam", sesuatu yang justru dipersekusi di masa kini dalam sistem Demokrasi

4. Kezhaliman yang terjadi membuktikan kebenaran khabar nabawi: adanya masa kehidupan umat di bawah naungan kekuasaan yang menggigit karena ada kezhaliman (mulkan 'adhdhan), seharusnya menyadarkan mereka bahwa masa tatkala kaum Muslim hidup kini di bawah naungan sistem yang jauh dari asas Islam, Demokrasi warisan Barat, ini adalah masa yang jauh lebih buruk daripada masa kekhilafahan Umayyah dan Abbasiyyah, yakni masa mulkan jabriyyatan.

5. Bukti-bukti yang ada seharusnya semakin mendorong pada keyakinan akan tegaknya kembali era kekhilafahan di atas manhaj kenabian, bukan malah dijadikan dalih menikam perjuangan penegakkan Khilafah 'ala minhaj al-nubuwwah.

Di antara kepicikan para penikam ini adalah: pada saat yang sama akal mereka tak mampu menjangkau keburukan-keburukan kehidupan ketika hidup di bawah naungan sistem Demokrasi, dan kepemimpinan Kapitalisme dunia, hingga sadar bergerak pada perubahan sistemik.

Belum genap satu abad Khilafah hilang diganti kepemimpinan Kapitalisme, berapa banyak nyawa kaum Muslim yang melayang? Berapa banyak kaum Muslim yang terusir dari negerinya? Berapa banyak hukum-hukum Islam yang dicampakkan? Berapa banyak kemaksiatan yang tegak didukung oleh kekuasaan? Berapa banyak kezhaliman terjadi? Semut di sebrang terlihat, gajah di pelupuk mata terlewat? Terlalu!

Benarlah hadits dari Abu Umamah al-Bahili r.a., ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
« ﻟَﺘُﻨْﻘَﻀَﻦَّ ﻋُﺮَﻯ ﺍﻟْﺈِﺳْﻠَﺎﻡِ ﻋُﺮْﻭَﺓً ﻋُﺮْﻭَﺓً، ﻓَﻜُﻠَّﻤَﺎ ﺍﻧْﺘَﻘَﻀَﺖْ ﻋُﺮْﻭَﺓٌ ﺗَﺸَﺒَّﺚَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺑِﺎﻟَّﺘِﻲ ﺗَﻠِﻴﻬَﺎ، ﻓَﺄَﻭَّﻟُﻬُﻦَّ ﻧَﻘْﻀًﺎ ﺍﻟْﺤُﻜْﻢُ، ﻭَﺁﺧِﺮُﻫُﻦَّ ﺍﻟﺼَّﻠَﺎﺓُ »
“Ikatan-ikatan Islam akan terburai satu per satu, setiap kali satu ikatan terburai orang-orang bergantungan pada ikatan selanjutnya. Yang pertama kali terburai adalah al-hukm (kekuasaan/
pemerintahan) dan yang terakhir adalah shalat.” (HR. Ahmad, Ibn Hibban, al-Hakim)
Mereka tidak melek literasi: di antara era kekhilafahan Umayyah dan Abbasiyyah, banyak prestasi keilmuan maupun futuhat yang tak mampu ditandingi oleh negara-negara di masa kini yang mereka puja sebagai "negara ideal demokratis", jauh. Islam bisa hadir ke tengah-tengah kita saat ini pun bagian dari peranan kekhilafahan hingga tersebar luas ke seluruh penjuru dunia.

Bahkan kekhilafahan masa Mu'awiyyah r.a. pun digambarkan para ulama sebagai gambaran kekhilafahan yang memiliki keutamaan, terlepas dari adanya kekeliruan (kalau ada), semisal pandangan al-Qadhi Abu Bakar Ibn al-'Arabi al-Maliki dalam al-'Awashim min al-Qawashim, makanya baca buku yang benar karya para ulama muktabar tentang Khilafah, bukan buku yang membual membuat khayalan dan makar terhadap syari'at Khilafah.
Afala ya'qilun? Allah al-Musta'an
Irfan Abu Naveed
Dosen Fikih, Penulis "Konsep Baku Khilafah Islamiyyah"
Keterangan Foto:
Foto cuplikan kitab:
Syaikh Dr. Taj al-Sir Ahmad Harran, Hâdhir Al-‘Âlam Al-Islâmi, Riyadh: Maktabat Al-Rusyd, Cet. IV, 1428 H/ 2007.

SYARIAH ISLAM MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN HAKIKI

SYARIAH ISLAM
MEWUJUDKAN KEMERDEKAAN HAKIKI

Umat dan bangsa manapun pasti memimpikan kehidupan yang “terang-benderang”. Untuk itulah, umat dan bangsa di berbagai belahan dunia bangkit memperjuangkan kemerdekaan mereka dari penjajah. Namun demikian, bukan berarti setelah merdeka dari penjajahan fisik, lantas kemerdekaan hakiki bisa serta-merta diwujudkan. Banyak bangsa yang sudah merdeka, tetapi sejatinya belum lepas dari penjajahan. Pasalnya, penjajah hanya mengubah gaya penjajahannya. Penjajahan tidak lagi secara fisik, tetapi secara non-fisik. Di antaranya dengan menggunakan sistem dan hukum penjajah, menggunakan orang-orang yang dipersiapkan dan dididik untuk menjadi komprador yang mengabdi kepada kepentingan penjajah, juga menggunakan pendekatan ekonomi melalui sistem ekonomi yang didesain untuk mengalirkan kekayaan dari wilayah yang dieksploitasi kepada para kapitalis dan negara penjajah.

Penjajahan Gaya Baru Lebih Berbahaya
Ironisnya, sistem dan hukum yang dipersiapkan oleh penjajah itu terus diterapkan dan dipertahankan di negara-negara bekas jajahan. Bahkan pembaruan sistem dan hukum pun sering dilakukan dengan arahan dan bimbingan dari penjajah. Penjajahan gaya baru ini lebih berbahaya dari penjajahan gaya kuno/penjajahan secara fisik. Sebab penjajahan gaya baru itu lebih sulit dikenali. Bahkan tak sedikit pihak yang dijajah dengan penjajahan gaya baru ini tidak merasa dan tidak menyadari sedang dijajah. Malah sebaliknya, mereka merasa sedang dibebaskan, dimerdekakan dan dimakmurkan.

Penjajahan gaya baru sebenarnya mudah disadari jika kita mau membuka hati dan pikiran; mau berpikir dan bersikap kritis terhadap keadaan. Dengan menilai fakta yang terjadi dan membandingkannya dengan klaim dan propaganda yang disebar, penjajahan gaya baru itu bisa dirasakan dan disadari.

Dalam demokrasi, misalnya, rakyat diklaim sebagai pemilik kedaulatan. Faktanya, mereka minim sekali menentukan hukum dan UU. Hukum dan UU itu dibuat malah dengan arahan pihak asing tanpa memperhatian aspirasi rakyat. Itulah penjajahan. Kekayaan alam dikatakan sebagai milik rakyat. Faktanya, kekayaan alam itu dikuasai oleh swasta asing maupun swasta dalam negeri. Hasilnya pun lebih banyak mengalir ke luar negeri. Itulah penjajahan. Segelintir orang bahkan asing bisa menguasai jutaan hektar tanah negeri ini. Sebaliknya, banyak sekali rakyat yang tidak punya tanah dan hanya menjadi kuli penggarap. Itu pun bisa dikatakan merupakan bentuk penjajahan.

Demikian pula utang luar negeri yang dijadikan alat mendiktekan kebijakan. Ironisnya, utang luar negeri terus diambil. Bahkan jumlahnya makin bertambah. Akibatnya, penjajahan gaya baru melalui utang terus berjalan. Bahkan sekarang lebih dalam lagi. Utang Pemerintah Pusat terus meningkat. Per akhir Juni 2019 sudah mencapai Rp 4.570,17 triliun (CNNIndonesia, 17/7/2019). Jumlah utang itu tidak akan turun. Justru hampir dipastikan naik terus.

Utang luar negeri sekarang tidak hanya dijadikan alat untuk memaksakan kebijakan. Seperti disinyalir oleh banyak pihak, utang juga digunakan untuk memaksakan penggunaan bahan dari negara pemberi utang meski di dalam negeri banyak tersedia; juga penggunaan tenaga kerja hingga level pekerja kasar, meski masih banyak rakyat tidak punya kerjaan.
Tentu masih banyak fakta-fakta lain yang menunjukkan adanya penjajahan gaya baru atas negeri ini. Selama sistem yang diterapkan adalah sistem yang didesain untuk melanggengkan eksploitasi seperti itu maka penjajahan tidak akan bisa dihentikan. Upaya menghentikan penjajahan gaya baru ini tentu harus dilakukan melalui sistem yang memang didesain untuk memerdekakan umat manusia dari segala bentuk penjajahan dan eksploitasi.
Menghentikan Penjajahan
Islam jelas bisa menghentikan eksploitasi kekayaan alam oleh asing dan swasta serta mengembalikan kekayaan alam itu kepada rakyat sebagai pemiliknya. Pasalnya, Islam sejak awal telah mengharamkan kepemilikan dan penguasaan kekayaan alam yang depositnya besar oleh individu, swasta apalagi asing.

Islam juga akan menghentikan utang ribawi. Sebab Islam memang sejak awal telah mengharamkan utang ribawi. Pengambilan utang yang jelas menimbulkan bahaya (dharar) juga dilarang.

Islam diturunkan oleh Allah SWT memang untuk memerdekakan umat manusia secara hakiki dari segala bentuk penjajahan. Penjajahan itu hakikatnya merupakan bagian dari bentuk penghambaan kepada manusia. Penghambaan kepada sesama manusia tidak hanya diartikan secara harfiah sebagai perbudakan seperti dulu. Penghambaan kepada sesama manusia pada masa modern ini terwujud dalam bentuk penyerahan wewenang pembuatan aturan, hukum dan perundang-undangan kepada manusia, bukan kepada Allah SWT. Inilah yang menjadi doktrin demokrasi: kedaulatan di tangan rakyat (manusia). Lebih parah lagi jika aturan, hukum dan perundang-undangan tersebut diimpor dari pihak asing/penjajah.

Allah SWT melukiskan penghambaan ini dalam firman-Nya:
﴿ ﺍِﺗَّﺨَﺬُﻭﺍ ﺃَﺣْﺒَﺎﺭَﻫُﻢْ ﻭَﺭُﻫْﺒَﺎﻧَﻬُﻢْ ﺃَﺭْﺑَﺎﺑًﺎ ﻣِّﻦ ﺩُﻭﻥِ ﺍﻟﻠَّﻪِ … ﴾
Mereka (Bani Israel) menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah… (TQS at-Taubah [9]: 31).

Makna ayat tersebut dijelaskan dalam riwayat dari jalur Adi bin Hatim ra. Ia menuturkan bahwa setelah Rasulullah saw. membaca ayat tersebut, ia (Adi bin Hatim) berkata, “Kami tidak menyembah mereka.” Namun, Rasulullah saw. bersabda:
« ﺃَﻟَﻴْﺲَ ﻳُﺤَﺮِّﻣُﻮﻥَ ﻣَﺎ ﺃَﺣَﻞَّ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﺘُﺤَﺮِّﻣُﻮﻧُﻪ،ُ ﻭﻳُﺤِﻠُّﻮﻥَ ﻣَﺎ ﺣَﺮَّﻡَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓَﺘَﺴْﺘَﺤِﻠُّﻮﻥ؟ُﻩَ ‏» ﻗُﻠْﺖُ : ﺑَﻠَﻰ، ﻗَﺎﻝَ : ‏« ﻓَﺘِﻠْﻚَ ﻋِﺒَﺎﺩَﺗُﻬُﻢْ »
Bukankah mereka (para rahib dan pendeta) itu telah mengharamkan apa yang Allah halalkan lalu kalian mengharamkannya, dan mereka pun telah menghalalkan apa yang Allah haramkan lalu kalian menghalalkannya?” Aku (Adi bin Hatim) berkata, “Benar.” Rasulullah saw. bersabda, “Itulah bentuk penyembahan mereka.” (HR ath-Thabarani dan al-Baihaqi).

Penghambaan dalam bentuk penyerahan kekuasaan menentukan hukum, halal dan haram, kepada manusia itu jelas masih berlangsung di seluruh dunia, termasuk di negeri kaum Muslim, tak terkecuali negeri ini. Karena itu mewujudkan kemerdekaan hakiki manusia juga berarti harus memerdekakan manusia dari penghambaan kepada sesama manusia. Penghambaan itu haruslah hanya ditujukan kepada Allah SWT.
Kemerdekaan Hakiki
Mewujudkan penghambaan hanya kepada Allah SWT sesungguhnya berarti mewujudkan kemerdekaan hakiki untuk umat manusia. Inilah yang merupakan misi utama Islam. Dalam pandangan Islam, kemerdekaan hakiki terwujud saat manusia terbebas dari segala bentuk penghambaan dan perbudakan oleh sesama manusia. Dengan kata lain Islam menghendaki agar manusia benar-benar merdeka dari segala bentuk penjajahan, eksploitasi, penindasan, kezaliman, perbudakan dan penghambaan oleh manusia lainnya.

Terkait misi kemerdekaan Islam ini, Rasulullah saw. pernah menulis surat kepada penduduk Najran. Di antara isinya berbunyi:
«... ﺃَﻣّﺎ ﺑَﻌْﺪُ ﻓَﺈِﻧّﻲ ﺃَﺩْﻋُﻮﻛُﻢْ ﺇﻟَﻰ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻣِﻦْ ﻋِﺒَﺎﺩَﺓِ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ ﻭَﺃَﺩْﻋُﻮﻛُﻢْ ﺇﻟَﻰ ﻭِﻻَﻳَﺔِ ﺍﻟﻠّﻪِ ﻣِﻦْ ﻭِﻻَﻳَﺔِ ﺍﻟْﻌِﺒَﺎﺩِ ...»
...Amma ba’du. Aku menyeru kalian untuk menghambakan diri kepada Allah dan meninggalkan penghambaan kepada sesama hamba (manusia). Aku pun menyeru kalian agar berada dalam kekuasaan Allah dan membebaskan diri dari penguasaan oleh sesama hamba (manusia)… (Al-Hafizh Ibnu Katsir, Al-Bidâyah wa an-Nihâyah, v/553).

Misi Islam mewujudkan kemerdekaan hakiki untuk seluruh umat manusia itu juga terungkap kuat dalam dialog Jenderal Rustum (Persia) dengan Mughirah bin Syu’bah yang diutus oleh Panglima Saad bin Abi Waqash ra. Pernyataan misi itu diulang lagi dalam dialog Jenderal Rustum dengan Rab’i bin ‘Amir (utusan Panglima Saad bin Abi Waqash ra.). Ia diutus setelah Mughirah bin Syu’bah pada Perang Qadisiyah untuk membebaskan Persia. Jenderal Rustum bertanya kepada Rab’i bin ‘Amir, “Apa yang kalian bawa?” Rab’i bin menjawab, “Allah telah mengutus kami. Demi Allah, Allah telah mendatangkan kami agar kami mengeluarkan siapa saja yang mau dari penghambaan kepada sesama hamba (manusia) menuju penghambaan hanya kepada Allah; dari kesempitan dunia menuju kelapangannya; dan dari kezaliman agama-agama (selain Islam) menuju keadilan Islam…” (Ath-Thabari, Târîkh al-Umam wa al-Mulûk, II/401).

Islam sebagai agama dan sistem yang berasal dari Allah Yang Mahabijak telah didesain akan mengantarkan ke kehidupan “terang-benderang” untuk umat manusia. Sebab Allah SWT telah menyatakan bahwa Islam diturunkan agar dengan itu Rasul saw. mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju cahaya. Allah SWT berfirman:
﴿ ﺍﻟﺮ . ﻛِﺘَﺎﺏٌ ﺃَﻧﺰَﻟْﻨَﺎﻩُ ﺇِﻟَﻴْﻚَ ﻟِﺘُﺨْﺮِﺝَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱَ ﻣِﻦَ ﺍﻟﻈُّﻠُﻤَﺎﺕِ ﺇِﻟَﻰ ﺍﻟﻨُّﻮﺭِ ﺑِﺈِﺫْﻥِ ﺭَﺑِّﻬِﻢْ ﺇِﻟَﻰٰ ﺻِﺮَﺍﻁِ ﺍﻟْﻌَﺰِﻳﺰِ ﺍﻟْﺤَﻤِﻴﺪِ ﴾
Alif, laam raa. (Inilah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju cahaya terang-benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji (TQS Ibrahim [14]: 1).

Harus dicatat, mewujudkan kehidupan dan masa depan yang “terang-benderang” sekeligus memerdekakan manusia dari segala bentuk penjajahan kuncinya adalah dengan menerapkan Islam dan syariahnya secara kaffah; secara totalitas dan menyeluruh. Itulah tanggung jawab dan kewajiban kita sebagai hamba Allah dan tanggung jawab kita kepada umat manusia. WalLâh a’lam bi ash-shawâb. []
Hikmah:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟَّﺬِﻳﻦَ ﺁﻣَﻨُﻮﺍ ﺍﺩْﺧُﻠُﻮﺍ ﻓِﻲ ﺍﻟﺴِّﻠْﻢِ ﻛَﺎﻓَّﺔً ﻭَﻻ ﺗَﺘَّﺒِﻌُﻮﺍ ﺧُﻄُﻮَﺍﺕِ ﺍﻟﺸَّﻴْﻄَﺎﻥِ ﺇِﻧَّﻪُ ﻟَﻜُﻢْ ﻋَﺪُﻭٌّ ﻣُﺒِﻴﻦٌ
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara kaffah, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah setan. Sungguh, setan itu musuh nyata kalian.
(TQS al-Baqarah [2]: 2018). []

Hipokrit Nasionalisme, Gerakan Separatisasi Malah Dapat Penghargaan Tinggi

Hipokrit Nasionalisme, Gerakan Separatisasi Malah Dapat Penghargaan Tinggi
.
Oleh: Zainab Ghazali
.
Pernah dengar seseorang bernama Benny Wenda? Dia adalah pemimpin United Liberation Movement for West Papua (ULMWP). Baru-baru ini dirinya mendapatkan penghargaan dari Dewan Kota Oxford, Inggris. Penghargaan itu bernama Honorary Freedom. Ini merupakan penghargaan tertinggi yang biasa diberikan Kota Oxford dan merupakan salah satu tradisi tertua yang masih dijalankan.
.
Padahal kita semua tahu, gerakan yang dimotori Wenda adalah gerakan politik separatisme yang ingin memerdekakan Papua Barat dari Indonesia. Tapi lihat, tindakannya itu malah diapresiasi pemerintah kota di Inggris tempatnya melarikan diri. Kerajaan Inggris memberikan suaka politik kepada pentolan separatis Papua Barat tersebut pada tahun 2002. Sejak itu, Wenda tinggal di Oxford bersama keluarganya dan menjadikan kota itu sebagai markas besar kampanyenya untuk memerdekakan Papua Barat.
.
Wenda dipenjara pada 6 Juni 2002 di Jayapura. Pengadilan terus berjalan, sampai pada akhirnya Wenda dikabarkan berhasil kabur dari tahanan pada 27 Oktober 2002. Dibantu aktivis kemerdekaan Papua Barat, Wenda diselundupkan melintasi perbatasan ke Papua Nugini dan kemudian dibantu oleh sekelompok LSM Eropa untuk melakukan perjalanan ke Inggris di mana ia diberikan suaka politik.
.
Bagi Wenda, setelah diberi suaka, Oxford adalah rumahnya. Menurutnya, Oxford adalah salah satu kota yang pertama kali mendengar seruan rakyat Papua atas keadilan, hak asasi manusia dan penentuan nasib sendiri. Tentulah ini tambah menjengkelkan bagi pemerintah Indonesia.
.
Pasca lengsernya Soeharto, gerakan referendum rakyat Papua yang menuntut pembebasan dari NKRI kembali bergelora. Saat itu, Wenda melalui organisasi Demmak (Dewan Musyawarah Masyarakat Koteka), membawa suara masyarakat Papua. Mereka menuntut pengakuan dan perlindungan adat istiadat, serta kepercayaan, masyarakat suku Papua. Mereka menolak apapun yang ditawarkan pemerintah Indonesia termasuk otonomi khusus.
.
Sampai sini, coba kita pikir. Aktivitas gerakan model begini bukannya bentuk pemberontakan politik? Jelas-jelas gerakannya bertujuan memisahkan diri dari NKRI. Pernyataan yang berkebalikan memang sempat dilontarkan oleh pihak Kantor Luar Negeri dan Persemakmuran Inggris. Mereka menyatakan pemberian penghargaan itu tidak terkait dengan London. Mereka menegaskan bahwa posisi London soal Papua tidak pernah berubah, yakni tetap bagian dari Indonesia. Demikian dikutip dari laman resmi mereka pada Selasa (16/7/2019). Meski sebenarnya pernyataan ini terkesan sebagai bentuk “cuci tangan”.
.
Mereka kemudian mengatakan Inggris terus mendukung upaya pihak berwenang dan masyarakat sipil untuk mengatasi kebutuhan dan aspirasi rakyat Papua, termasuk untuk memperkuat perlindungan HAM dan memastikan bahwa orang Papua mendapat manfaat dari pembangunan yang berkelanjutan dan adil. “Pejabat dari Kedutaan Besar Inggris Jakarta secara teratur mengunjungi Papua, dan bertemu dengan berbagai otoritas, LSM dan kelompok kepentingan,” tukasnya.
.
Bagaimana pun, gerakan milik Wenda adalah duri dalam daging bangsa. Nasionalisme buntu. Peristiwa ini membuktikan hipokritnya nasionalisme. Pihak yang jelas-jelas hendak memisahkan diri dari negara malah mendapat penghargaan tanpa ada seorang pun yang mengatakan bahwa hal ini mengancam NKRI.
.
Dan betapa mencla-menclenya nasionalisme. Jika gerakan politiknya sesuai dengan visi-misi Barat, maka didukung dan difasilitasi atas nama hak asasi manusia. Tapi kalau sekiranya tak sejalan, bahkan dinilai melawan arus yang dibangun Barat, maka langsung saja dihentikan atau diberangus.
.
Sungguh lemah kedaulatan RI. Pemerintah RI selama ini ibarat melakukan “pembiaran” terhadap munculnya gerakan-gerakan separatis di Papua. Berdasarkan catatan sejarah, begitu kental kepentingan asing di daratan Papua sejak masa kolonialisme Eropa hingga di era kekinian ketika begitu kasat mata kepentingan AS melalui Freeportnya di Papua. Dengan kata lain, keberadaan gerakan separatis di Papua memang dipertahankan, bahkan cenderung menguat, untuk menjaga kepentingan kapitalisme.
.
Tak heran jika Dewan Kota Oxford sampai memberikan penghargaan kepada Benny Wenda atas sepak terjangnya memerdekakan Papua Barat. Kepentingan kapitalisme pada era kolonial di masa lalu, rupanya masih menjadi euforia kapital yang menggiurkan hingga kini. Meski itu harus mencederai nasionalisme, sebagai sesama ide besutan kapitalisme.
.
Coba bandingkan dengan gerakan umat pengusung ideologi Islam yang mengkampanyekan bahaya penjajahan kapitalisme ini. Mereka senantiasa menyerukan persatuan hakiki di bawah naungan Islam. Mereka tak pernah melakukan aksi separatisme. Bersenjata pun tidak. Alih-alih sampai tindakan makar.
.
Mereka hanya berjuang di ranah pemikiran. Berupaya mencerdaskan umat akan pentingnya Khilafah. Yang dengan Khilafah itu, maka institusi politik bangsa justru kokoh terjaga secara ideologis. Takkan ada campur tangan asing yang menyengkarut kehidupan berbangsa dan bernegara.
.
Ironisnya, yang memperjuangkan Khilafah melalui pemikiran ini malah dibabat habis bak musuh berbahaya, tanpa diberi ruang untuk menjelaskan idenya. Babak belur "dihajar" rezim. Secara arogan, status Bahan Hukum Perkumpulan-(BHP)-nya dicabut. Ajaran dakwahnya dikriminalisasi. Pengemban dakwahnya dipersekusi dan lembaganya dipetikan tanpa dialog.
.
Ini bukti nyata penolakan pada Islam sebagai ideologi. Ada pihak-pihak yang rupanya terganggu kepentingannya. Padahal Islam satu-satunya ideologi yg mampu menghantarkan pada rahmatan lil alamin. Islam memuaskan akal, sesuai fitrah dan menentramkan jiwa.
.
Jadi jelas sudah, siapa kawan yang "dijaga", dan siapa lawan yang habis "dibantai". Begitu mudah sebenarnya kita mengetahui pembenci Islam.
.
Kembalilah pada pengaturan sistem Islam, yakni Khilafah. Agar negara berdaulat dan rakyat hidup aman tanpa ancaman pemberontak.
==============================

USAI PILPRES REZIM JOKOWI KEMBALI MENGINTENSIFKAN KRIMINALISASI ULAMA ?

USAI PILPRES REZIM JOKOWI KEMBALI MENGINTENSIFKAN KRIMINALISASI ULAMA ?

[Catatan Hukum Kriminalisasi terhadap Ust Heru Elyasa, Ulama dan Aktivis HTI Mojokerto]
Oleh : Ahmad Khozinudin, S.H.
Ketua LBH PELITA UMAT
Kami dari LBH PELITA UMAT melihat ada kezaliman yang dilakukan rezim kepada aktivis HTI. Hanya karena SK BHP nya dicabut, rezim melakukan Framing jahat kepada aktivis HTI dan memperlakukannya seperti seorang penjahat.
Padahal, aktivis HTI tidak korupsi seperti orang partai, tidak memberontak seperti OPM, tidak mengedarkan Narkoba seperti kader Nasdem yang tertangkap kasus narkoba beberapa waktu yang lalu, tidak pernah ada gosip selingkuh apalagi menyelingkuhi istri orang seperti anggota ormas yang mengaku paling Pancasila dan paling NKRI. Karena itulah, tim LBH PELITA UMAT Korwil Jatim ketika meminta izin untuk membela Kiyai Heru Ivan Wijaya alias Ust Heru Elyasa, ulama dan aktivis HTI di Mojokerto, saya selaku ketua LBH PELITA UMAT mengizinkannya.
Kasus ini sudah lama, bermula dari status Ust Heru Elyasa di facebook yang diunggah 17-21 Juni 2018 menggunakan akun heruivan123@gma
il.com. Unggahan berupa dakwah amar Ma'ruf Nahi Munkar ditafsirkan sebagai ujaran kebencian. Beliau, dijerat pasal pukat harimau UU ITE, yakni pasal 28 ayat (2) Jo pasal 45 ayat (2) UU No. 19 tahun 2016 tentang Perubahan UU No. 11 tahun 2008 tentang ITE.
Pasal pukat harimau, dalam kajian LBH adalah pasal yang bisa menjerat siapapun yang ditarget rezim dengan dalih telah menyebar kebencian dan permusuhan berdasarkan Suku, Agama, Ras dan Antar Golongan (SARA). Pasal ini pula yang telah menjerat Ust Alfian Tanjung, Jonru, Ahmad Dani, dan sejumlah aktivis lainnya.
Anehnya, pasal ini tidak mampu menjerat Abu Janda, Ade Armando, Guntur Romli, dan semua buzzer di barisan rezim. Pasal pukat harimau ini, hanya diberlakukan kepada mereka yang kritis terhadap rezim.
Kiyai Heru Elyasa ini sendiri, adalah ulama kharismatik di Mojokerto. Setiap mengadakan pengajian Jalsah Ammah di kediamannya, jamaah berjubel hingga ribuan orang. Tema-tema pengajian yang beliau angkat memang tema muhasabah kepada penguasa, sebagai bagian dari kewajiban ulama dakwah amar Ma'ruf nahi munkar dan menasihati penguasa.
Diantara tema yang diambil, misalnya kritik ulama terhadap proyek One Belt One Road (OBOR) yang kemudian berubah nama menjadi Belt Road Inisiatif (BRI). Pengajian ini mengkritisi kebijakan Luhut Binsar Panjaitan selaku Menko Maritim yang membuat kerjasama dengan China atas sejumlah proyek strategis yang merugikan rakyat Indonesia. Bahkan, para ulama yang terhimpun dalam Multaqo Ulama membuat komitmen tegas menolak proyek OBOR China ini.
Karena sikap kritis Kiyai Heru sebagai ulama, aktivis HTI baik sebelum dicabut maupun sesudah dicabut BHP nya, Kiyai Heru dicari-cari kesalahan. Akhirnya, unggahan Facebook beliau di telusuri dan didapatkan konten yang dipaksakan sebagai ujaran SARA.
Kasus itu bergulir, sampai pada saat menjelang Pilpres sempat terhenti. Kuat dugaan, rezim menghentikan sementara proses hukum terhadap Kiyai Heru karena khawatir itu akan menggerus elektabilitas Jokowi menjelang Pilpres. Proses hukum juga hanya sebatas melengkapi syarat administratif, hingga saat berstatus Tersangka Kiyai Heru tidak ditahan oleh Polres Mojokerto.
Lama sekali kasus Kiyai Heru tidak ada kabar. Tiba-tiba saja, tiga hari yang lalu Penyidik Polres Mojokerto menyatakan berkas P-21 dan dilakukan pelimpahan pada hari Kamis (15/8). Tanpa mengindahkan permohonan penangguhan dan jaminan tokoh dan ulama untuk Kiyai Heru, Kejaksaan Negeri Mojokerto menahan Kiyai Heru untuk 20 hari Kedepan.
Jahatnya, proses hukum biasa ini diframing media seolah Kiyai Heru penjahat besar, bajingan tengik yang harus dijauhi masyarakat. Detik.com , tanpa mengenal etika menggunakan diksi judul berita 'Eks Pentolan HTI Dijebloskan Penjara Kasus Ujaran Kebencian Terhadap Banser'.
Padahal, nomenklatur hukum terhadap proses ini adalah penahanan. Kenapa menggunakan diksi 'dijebloskan penjara' ? Tidakkah lebih beretika dan sesuai fakta hukum menggunakan diksi 'ditahan' ? Apakah media, juga sedang menjalankan misi rezim untuk mengalienasi ulama dari umat ?
Apakah, kasus yang bermula dari update status ini lebih berbahaya ketimbang pemberontakan OPM ? Di Papua saja, ketika ada anggota Polda Papua tewas setelah ditawan OPM, Wiranto menganggap hal biasa. Tidak perlu diperbincangkan.
Penulis sendiri bertanya-tanya, apakah proses terhadap Kiyai Heru ini dilanjutkan setelah Jokowi merasa aman dalam proses Pilpres ? Jokowi telah diputuskan menang oleh MK ? Jika dikaitkan dengan sejumlah peristiwa politik, maka nampak jelas bahwa sejumlah proses penegakan hukum di negeri ini bukan murni penegakan hukum, tetapi lebih kental nuansa politiknya.
Apapun itu, yang jelas kita sebagai umat Islam yang cinta negeri ini tidak boleh gentar, tidak boleh berhenti dari aktivitas dakwah Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Apa yang dialami Kiyai Heru mungkin saja menimpa kepada kita, jika kita diam dan abai dari aktivitas dakwah.
Kita, justru wajib lebih giat berdakwah agar kezaliman tidak semakin merajalela. Sebab, kezaliman yang terorganisir pasti akan mengalahkan kebajikan diam.
Kami memohon doa kepada segenap umat Islam, agar kami dimudahkan dalam memberikan pendampingan dan pembelaan hukum kepada Kiyai Heru Elyasa. Kiyai Heru memang aktivis HTI, tetapi menjadi aktivis HTI bukanlah cela, bahkan aktivitas HTI itu murni dakwah pemikiran, tanpa kekerasan, tanpa fisik, tanpa pemaksaan. HTI hanya menginginkan umat ini menjadi hamba yang taat, dengan tunduk kepada Allah SWT melalui penerapan syariah Islam secara kaffah