Thursday, October 20, 2011

DNA Politik

Oleh : Adnan Khan

Kami menerima banyak pertanyaan tentang metodologi dari analisis politik serta banyak pertanyaan seputar analisis spesifik yang telah kami buat mengenai wilayah-wilayah yang berbeda di dunia. Dengan pemikiran seperti itu, Khilafah.com menguraikan metodologi yang digunakannya untuk melakukan analisis politik. Hal ini akan membantu memberikan pemahaman tentang bagaimana kami sampai pada beberapa kesimpulan dan cetakbiru yang kami gunakan.

Sebelum melakukan suatu analisa, alasan mengapa seseorang melakukan suatu analisa politik haruslah jelas. Kami terlibat dalam membuat analisa politik karena kami dipercaya untuk mengemban dakwah ke seluruh dunia. Ini adalah alasan mengapa hal ini sangat penting bagi umat agar bisa mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di dunia, memahami tren-tren terbaru, memahami situasinya, dan mengikuti isu-isu kunci yang terjadi setiap hari. Hal ini hanya dapat dilakukan dengan memperhatikan politik global. Menganalisis kecenderungan politik bukanlah suatu tindakan akademis, tetapi hal ini dilakukan untuk melindungi ummat dan mengemban agama.

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

“Dia lah yang telah mengutus RasulNya (Muhammad s.a.w) dengan membawa hidayah petunjuk dan ugama yang benar (agama Islam), supaya Ia memenangkannya dan meninggikannya atas segala agama yang lain, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukainya.(As-Saff: 9)

Dalam usaha ini, perlu dipahami permasalahan politik pada beberapa hal prinsipil secara umum dan secara terus-menerus mengikuti perkembangan berita dan kejadian-kejadian yang terjadi. Dengan cara seperti ini, prinsip-prinsip berikut ini memberikan ringkasan mengenai cetakbiru yang kami lakukan:

1. Politik adalah kebijakan, rencana dan gaya yang digunakan untuk mengurus urusan dalam negeri sebuah negara, yang dilakukan oleh pemerintah dan rakyatnya, sementara kebijakan luar negeri sebuah negara adalah hubungan negara itu dalam membangun hubungannya dengan bangsa-bangsa di dunia dalam rangka untuk mencapai tujuan-tujuannya.

2. Bangsa-bangsa di seluruh dunia secara alami memiliki suatu ideologi dimana mereka mengadopsi ideologi itu yang memberikan arah kepada bangsa itu dan mengambilnya sebagai dasar yang darinya dihasilkan perundang-undangan, membangun kebijakan dan menghadapi isu-isu baru, seperti Amerika Serikat, Inggris, Perancis dan Jerman dengan ideologi Kapitalisme-nya. Kemudian ada bangsa lain yang tidak menganut suatu ideologi, tetapi memiliki kepentingan-kepentingan yang didefinisikan oleh sejarah atau lokasi mereka, bagi mereka perlindungan atas kepentingan-kepentingan mereka adalah hal yang mendorong pengembangan kebijakan seperti yang dapat dilihat pada India dalam memandang Pakistan atau Tibet yang menginginkan kemerdekaan dari Cina. Penerapan ideologi dan upaya-upaya untuk melindungi dan mencapai kepentingan-kepentingan nasional menyebabkan interaksi-interaksi di seluruh dunia dan inilah situasi internasional.

3. Keadaan permasalahan dari setiap bangsa di dunia tidaklah akan tetap sama; melainkan berjalan melalui banyak perubahan. Keadaan itu bisa melalui kekuatan dan kelemahan, dapat pula menghasilkan kekuatan dan pengaruh yang besar atas banyak negara lain atau bahkan menjadi negara yang berada di bawah pengaruh bangsa-bangsa lain. Inggris adalah contoh yang baik atas hal ini, dimana negara itu dulunya adalah sebuah negara superpower di dunia sebelum Perang Dunia I dan kemudian ditantang oleh Jerman. Kekalahan Jerman kemudian memperkuat Inggris. Inggris tetap menjadi negara yang paling berpengaruh hingga Jerman menantangnya lagi, hingga menyebabkan Perang Dunia II. Setelah PD II, Inggris menjadi lemah dan digantikan oleh Uni Soviet dan Amerika. Dalam kurun waktu 60 tahun, Inggris mengalami pengaruh, sehingga kekuasaan dan keperkasaannya melemah. Inilah sebabnya mengapa mustahil untuk menggambarkan suatu kerangka atau seperangkat pedoman yang konstan untuk melihat situasi internasional karena situasi internasional selalu dalam keadaan turun naik. Namun suatu analisa situasi internasional pada setiap waktu tertentu merupakan suatu sikap yang muncul dalam pikiran yang bertanggung jawab atas perubahan. Hal ini juga memungkinkan untuk menganalisis kekuatan-kekuatan di dunia yang mengingatkan kembali bahwa penilaian semacam itu bertanggung jawab atas perubahan.

4. Situasi internasional adalah struktur hubungan antara bangsa-bangsa di dunia. Ini adalah status negara adidaya dan negara-negara yang bersaing dengannya. Memahami keseimbangan kekuatan global adalah hal yang berbeda dari mengetahui bangsa-bangsa mana yang merupakan kekuatan dunia, kebijakan-kebijakan dan tujuan-tujuannya dan memerlukan pengetahuan tentang hubungan internasional, yang merupakan persaingan konstan antara kekuatan-kekuatan dunia untuk mengambil alih posisi negara adidaya. Inilah sebabnya mengapa situasi internasional tidak stabil; karena situasinya melalui banyak perubahan. Oleh karena itu, setiap analisa keseimbangan kekuatan global adalah suatu deskripsi dari suatu titik dalam kurun waktu tertentu, ketika situasi internasional berubah maka suatu analisa seperti itu menjadi bagian dari sejarah. Untuk keseimbangan kekuatan global pada saat ini, bisa dibaca pada Strategic Estimate 2011.

5. Situasi internasional akan selalu dalam keadaan yang fluktuatif karena hal ini ditentukan oleh situasi politik-ekonomi dari beberapa negara yang merupakan bagian dari satu keadaan kepada keadaan yang lain. Perubahan situasi-situasi semacam ini disebabkan baik karena suatu bangsa menjadi lebih kuat atau menjadi lebih lemah, atau juga karena hubungan dengan negara-negara lain menjadi kuat atau lemah. Dalam kasus seperti ini, suatu perubahan dalam keseimbangan kekuatan global akan mengakibatkan perubahan keseimbangan kekuatan-kekuatan yang ada di dunia. India dan Cina adalah contoh yang baik atas hal ini. Cina bisa dianggap jauh lebih serius pada percaturan politik internasional karena pembangunan ekonominya. Dengan menjadi mesin kekuatan ekspor global, kekuatan-kekuatan di dunia dipaksa untuk berinteraksi dengan China pada sebuah pijakan yang sama. Hal ini berbeda sangat mencolok hanya 30 tahun yang lalu ketika Cina masih dianggap sebagai negara yang dilanda kemiskinan. Demikian pula perubahan yang terjadi pada India dalam hal kemajuan ekonominya yang telah menjadikan bangsa itu diperhitungkan jauh lebih serius pada percaturan politik internasional dibandingkan dengan 20 tahun yang lalu. Inilah alasan, mengapa memahami status dari masing-masing negara yang memiliki pengaruh pada situasi internasional merupakan dasar untuk memahami keseimbangan kekuatan global. Untuk informasi lebih lanjut bisa dibaca pada ‘‘Constructing the Khilafah’s foreign policy.’

6. Memahami situasi global pada kurun waktu tertentu bukanlah berarti bahwa seseorang harus memahami dengan baik setiap isu politik dan setiap detail kepentingan global. Negara-negara yang tidak membentuk keseimbangan kekuatan global tidak perlu diikuti perkembangannya, seperti Luxemburg, karena tindakan-tindakan utama di dunia merupakan hasil dari kekuatan-kekuatan dunia yang bersaing satu sama lain di arena yang berbeda di seluruh dunia. Contoh-contoh berikut menggambarkan hal ini:

* Kebuntuan pembicaraan soal senjata nuklir Korea Utara dengan AS adalah akibat langsung dari upaya AS untuk mengekang China. China sedang berusaha untuk melakukan pembicaraan multilateral bagi reunifikasi Korea Utara dan Korea Selatan sambil memastikan ketidakstabilan tidak terjadi di wilayah itu. Pernyataan-pernyataan dari pertemuan-pertemuan tersebut adalah bertentangan dimana China menjadi pesimis dan mengambil jarak dalam pembicaraan dalam banyak isu sementara AS terus-menerus memberikan pernyataan mengenai negosiasi-negosiasi yang sukses. AS tidak secara langsung melakukan negosiasi dengan Korea Utara yang memperkeruh masalah. Hanya terjadi kemajuan yang lambat atas alasan yang tepat bagi pembicaraan mengenai perpanjangan kehadiran hampir 100.000 pasukan AS di wilayah tersebut. J Rielly menggarisbawahi permasalahan ini dalam sebuah makalah kebijakan: “Kehadiran pasukan AS di wilayah tersebut tidak hanya untuk melawan “kelompok-kelompok teroris” yang menyebabkan ketidakstabilan lokal, tapi juga untuk meningkatkan kontrol militer AS atas wilayah di Laut Cina Selatan. Daerah strategis dengan luas potensial cadangan minyak ini berada berdampingan dengan jalur pelayaran ke Timur Tengah dan menawarkan akses ke sebagian besar wilayah di Asia Tenggara. Kehadiran AS yang diperluas dan aliansi militer yang baru lahir dengan negara-negara Asia Tenggara memperparah kecemasan Cina dan menghambat kesepakatan independen di antara negara-negara Asia meskipun ada mekanisme seperti Forum Regional ASEAN.

* Seruan bagi kemerdekaan Ossetia Selatan dari Georgia adalah akibat langsung dari persaingan antara AS dan Rusia untuk menguasai Eropa Timur. AS memanfaatkan perang Balkan untuk mengekang Rusia di dunia pasca-Soviet dan membawa negara-negara bekas komunis berada di bawah pengaruh AS. Rusia mampu membawa Serbia di bawah pengaruhnya dan telah menggunakannya sebagai tameng untuk menggagalkan dominasi AS di kawasan itu. Serbia telah menjadi penghalang bagi agenda Amerika dan sebagai hasilnya AS ingin melemahkannya yang awalnya dilakukan dengan merancang pemisahan Montenegro dari Serbia, dan memisahkan Kosovo darinya dan kemudian melakukan serangan NATO pada angkatan bersenjata Serbia di Kosovo serta di wilayah Serbia sendiri. Ossetia Utara adalah daerah semi otonom di Rusia, sementara Ossetia Selatan jatuh kepada Georgia pada hari-hari terakhir keruntuhan Uni Soviet. Rusia menggunakan hubungannya dengan Ossetia Utara untuk memaksa Ossetia Selatan untuk menyerukan kemerdekaan hingga dengan demikian menggagalkan tujuan-tujuan AS di wilayah tersebut. Rusia mempertahankan hubungan yang erat dengan unsur-unsur di Ossetia Selatan di mana kaum separatis menyambut sikap mendukung Moskow. Bagi Georgia yang merasa terganggu, rakyat Ossetia Selatan memiliki paspor Rusia dan mata uang rubel Rusia yang umumnya digunakan dalam perdagangan.

Seruan oleh Tibet untuk memisahkan diri dari Cina juga merupakan pertentangan antara Cina dan Amerika Serikat. Campur tangan AS di wilayah itu dimulai pada tahun 1950 melalui CIA dalam rangka melawan penerapan ideologi komunisme oleh China. Pemberontakan berdarah pada tahun 1959 oleh Gerakan Free Tibet merupakan kampanye skala besar yang terselubung yang dilakukan oleh CIA terhadap orang-orang komunis China di Tibet. Puluhan ribu rakyat Tibet mati, sedangkan Dalai Lama dan sekitar 100.000 pengikutnya terpaksa mengungsi ke Himalaya yang berbahaya, wilayah yang melewati India dan Nepal. CIA mendirikan kamp pelatihan militer rahasia bagi para pejuang perlawanan Dalai Lama di Camp Hale di dekat Leadville, Colorado, AS. Para gerilyawan Tibet dilatih dan dipersenjatai oleh CIA untuk melakukan perang gerilya dan operasi sabotase terhadap China yang komunis. China dihadapkan dengan masalah yang signifikan, yakni kaum Muslim Uighur di Provinsi Xinjiang, dan aktivitas Falun Gong di antara banyak kelompok-kelompok pembangkang lainnya yang bertujuan untuk kemerdekaan. Rakyat Tibet menemukan diri mereka terjebak antara Beijing yang menindas dan manipulatif dan Washington yang mencoba untuk melemahkan Cina

7. Persaingan antara kekuatan-kekuatan dunia adalah sesuatu yang sudah ada sejak awal sejarah dan akan terus berlanjut hingga hari kiamat. Pada zaman Mesir kuno di bawah Firaun, negara itu adalah negara adidaya dan bersaing dengan Mesopotamia. Kekaisaran Romawi menjadi negara adidaya dan Imperium Persia kemudian bersaing dengannya. Khilafah kemudian mengalahkan sisa-sisa Imperium Persia dan Bizantium dan merupakan negara adidaya dunia hingga abad ke-17 dengan menghadapi tantangan dari Mongol dan tentara salib selama kurun waktu tersebut. Kemudian Perancis dan Inggris bersaing dengan Khilafah Utsmaniyah dan mampu melemahkannya. Ketika Perang Dunia I, Jerman menggeser keseimbangan kekuatan global, sementara Perancis dan Inggris bersaing dengan negara itu. Setelah Perang Dunia I, Inggris muncul sebagai negara adidaya dunia dan Perancis bersaing dengan negara itu. Jerman kemudian menantang Inggris sebagai negara adidaya di dunia dan hanya Perang Dunia II yang menghentikan hegemoni Jerman. AS muncul sebagai negara adidaya di dunia setelah Perang Dunia II dan kemudian ditantang oleh Uni Soviet selama lima dasawarsa hingga keruntuhan Soviet pada tahun 1990.

8. Ada dua alasan mendasar mengapa ada pertarungan dan persaingan internasional di antara bangsa-bangsa dan alasan-alasan ini akan selalu tetap terjadi. Hal ini terjadi baik karena supremasi atau karena persaingan atas sumber daya. Supremasi bisa terjadi karena rakyat atau bangsa seperti yang terjadi dengan Nazi Jerman. Supremasi juga dapat terjadi karena penyebaran nilai-nilai dalam rangka menjunjung nilai-nilai itu menjadi yang tertinggi seperti pada kasus Khilafah dan Komunis Rusia. Persaingan untuk sumber daya adalah apa yang mendominasi Barat pada hari ini. Persaingan antara Amerika, Inggris, Perancis dan Jerman di Eropa, Irak, Afghanistan dan di wilayah-wilayah lainnya semuanya adalah dilakukan karena kolonialisme dan untuk mengontrol sumber daya di wilayah-wilayah tersebut.

9. Setiap analisis politik mengharuskan seseorang untuk memahami siapakah kekuatan dunia, bagaimana sejarah mereka - karena hal-hal ini akan membentuk suatu bangsa. Hal ini juga dapat menjelaskan bagaimana strategi politik mereka serta menjelaskan motif-motif mereka. Setelah hal ini, seseorang perlu untuk mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi sehari-hari melalui berita-berita dan menilai tindakan-tindakan politik dari masing-masing negara itu secara relatif terhadap peristiwa-peristiwa politik yang terjadi. Hal ini hanya dapat dicapai dengan terus-menerus mengikuti peristiwa-peristiwa yang terjadi. Juga dengan memahami sejarah bangsa-bangsa yang menjadi kekuatan-kekuatan dunia itulah seseorang dapat memahami bagaimana negara-negara tersebut bekerja. Amerika, Inggris dan Prancis adalah negara-negara kapitalis, tetapi sejarah mereka didefinisikan dengan berbeda. Walaupun mereka semua mengemban Kapitalisme tapi mereka semua berbeda dalam cara menangani isu-isu global. Untuk informasi lebih lanjut baca ‘‘The end of the American century and the rise of the rest.’

10. Negara-negara yang merupakan kekuatan-kekuatan dunia saat ini adalah AS, yang merupakan negara adidaya dunia, meskipun negara itu mulai melemah tapi ia masih memiliki pengaruh terbesar di seluruh dunia pada percaturan politik internasional. AS sejauh ini merupakan negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan sebuah bangsa degan teknologi paling maju, dan memiliki pangkalan-pangkalan militer di seluruh dunia untuk melindungi kepentingan-kepentingannya. Namun, perang selama satu dekade menjadikan AS mengalami pendarahan hingga membuatnya sekarat dan hal ini telah menyebabkan munculnya tantangan-tantangan yang lebih besar, lebih dalam dan lebih luas bagi AS di berbagai wilayah di dunia yang telah disimbolkan sebagai kebangkitan ‘negara-negara sisa’ (the rest). Hari ini AS tidak menikmati keunggulan yang sama seperti yang dialaminya sebelum invasi terhadap Irak, sebagai akibat dari kelemahan Amerika yang jelas, tantangan-tantangan yang berasal dari para pesaing itu telah tumbuh menjadi besar dalam hal ukuran dan lingkup dan pada saat ini jauh lebih kuat.

Negara-negara yang mampu bersaing dengan AS adalah Rusia, Inggris, Perancis dan Jerman; keempat negara itu memiliki ambisi internasional di seluruh dunia. Rusia dalam dekade terakhir telah berhasil mendapatkan kontrol atas sumber daya mineral dan utilitas dan membuang banyak oligarki yang diuntungkan dari pecahnya Uni Soviet. Dengan cadangan energi terbesar dunia yang dimilikinya, negara itu saat ini sedang mengembangkan militernya dan bersaing secara langsung dengan Amerika Serikat di wilayah di mana hegemoni AS selama hampir satu dekade tidak tersaingi.

Inggris secara historis telah menjadi suatu kekuatan dunia dan masih memiliki pengaruh di bekas jajahannya. Inggris adalah pemain utama di Eropa dan telah membuat frustrasi banyak rencana AS. Kebijakan luar negeri Inggris dibangun agar memiliki peran di Eropa dan mempengaruhi Amerika Serikat. Para pembuat kebijakan di Inggris telah menerima kelemahan-kelematan bangsa itu setelah Perang Dunia II dan mengembangkan suatu kebijakan pelestarian ketimbang persaingan langsung dengan AS. Inggris telah berhasil mencapai kepentingan-kepentingannya melalui suatu kebijakan mempertahankan ambisi globalnya dengan bekerja sama dengan AS dan Uni Eropa, sementara pada saat yang sama bekerja untuk mengalihkan, mengubah, mempersulit dan membatasi tujuan-tujuan dari keduanya. Inggris sebagai bangsa akan selalu bersaing dengan AS, tetapi selain ini tidak memiliki sumber daya atau perekonomian untuk mencapai sesuatu yang substansial. Inggris bekerja dengan AS dalam masalah Palestina dan Korea Utara dan juga Iran, sementara negara itu bekerja melawan AS di Sudan, Libanon, Nigeria dan Libya.

Seperti juga Inggris, Prancis telah menjadi pemain kunci dalam sejarah dan politik Eropa, dan kebijakan-kebijakannya selama puluhan tahun telah menciptakan pengaruh yang berpusat di seluruh dunia melalui negara-negara jajahannya, budaya Perancis dan melalui kekuatan-kekuatan ekonomi.

Jerman adalah salah satu negara dengan ekonomi terbesar dan suatu kekuatan ekonomi di Eropa. Pada tahun 2004, negara itu adalah eksportir terbesar di dunia dengan nilai $ 912 milyar. Pengaruh Jerman secara ekoomi telah diperluas melalui serangkaian kebijakan ekonomi yang berbeda dengan suatu hegemoni virtual di Eropa Timur. Kebijakan luar negeri Jerman didominasi oleh tujuan-tujuan ekonominya, namun hal ini tidak diterjemahkan ke dalam kekuasaan politik. Sikap apologetik Jerman dalam urusan global dikarenakan perannya dalam Perang Dunia II yang menyebabkan negara itu mengejar tujuan-tujuannya melalui Uni Eropa daripada secara sepihak menggunakan keuntungan ekonomi bagi bangsa sendiri.

Setelah bangsa-bangsa yang secara langsung bersaing dengan AS di seluruh dunia, China memiliki pengaruh yang paling besar. China telah menjadi kekuatan ekspor global, dengan ekonomi terbesar di dunia setelah AS. China sekarang menunjukkan tanda-tanda ambisi luar wilayahnya namun untuk saat ini merupakan tantangan ekonomi bagi AS daripada tantangan politik. Selama ekonomi tidak meledak China tetap menjadi tantangan bagi AS di Asia Tenggara dan mungkin di juga luar wilayah itu.

Jepang adalah kekuatan ekonomi dengan salah satu ekonomi terbesar di dunia setelah AS. Namun, di luar lingkup ekonomi, negara itu tidak memiliki pengaruh. Kebijakannya pada saat ini yang ikut ambil bagian dalam koalisi di Afghanistan dan penghapusan pasal 9 dalam konstitusi pasifis yang memungkinkannya untuk mengerahkan pasukan dan mengembangkan senjata nuklir, adalah usaha AS untuk melawan pengaruh keseimbangan Cina di wilayah tersebut.

11. Setelah kekuatan-kekuatan besar itu, ada beberapa negara yang memiliki pengaruh dalam beberapa keadaan pada isu-isu spesifik dikarenakan sejarah atau lokasi mereka. India memiliki populasi yang besar dan memiliki senjata nuklir dan memiliki potensi di masa depan untuk mempengaruhi wilayahnya, sementara Italia pernah menjadi kekuatan sebelum Perang Dunia II.

12. Ini adalah keseimbangan kekuatan global saat ini, yang bertanggung jawab untuk mengubah setiap saat, memahami sejarah negara-negara ini, bagaimana mereka berkembang, keyakinan-keyakinan mereka dan nilai-nilai serta ideologi-ideologi yang telah mereka emban akan memberikan seseorang satu pemahaman tentang motif-motif dari negara-negara itu secara individu. Negara-negara itu semua bersaing satu sama lain secara global serta dengan negara adidaya AS.

13. Situasi internasional dapat dipahami dengan sangat jelas pada kurun waktu tertentu karena situasi global adalah persaingan antara kekuatan-kekuatan dunia untuk mencapai kepentingan-kepentingan mereka.

14. Jika kita menerapkan semua hal ini pada Turki, kita dapat melihat bahwa Turki telah membuat kepentingan-kepentingan terbatas dan sebagian besar kepentingan-kepentingan yang merupakan dasar kebijakan luar negerinya ketimbang menggunakan kepentingan-kepentingannya sebagai sarana untuk menyebarkan sekularisme. Turki telah memihak Barat dalam semua masalah hampir semua isu global, bergabung dengan NATO dan berpihak pada Amerika Serikat dalam Perang Dingin melawan Komunisme. Walaupun kepemimpinan Turki memeluk sekularisme, Turki sebagai bangsa tidak pernah menyebarkannya kepada dunia sebagai sebuah ideologi, namun Turki selalu tetap terlibat di wilayahnya baik di Siprus, Balkan, Kaukus maupun Timur Tengah. Hal ini terutama karena sejarah, di mana negara itu pernah menjadi kekuatan dunia. Munculnya AKP telah menjadikan Turki tumbuh lebih dekat kepada AS dan bertindak sebagai agen yang disewa dalam isu-isu global seperti yang terjadi baru-baru ini yang dikutip oleh duta besar AS dalam sebuah rilis Wikileaks. Dalam menganalisis Turki, kita dapat melihat bahwa apa yang dikatakan kepemimpinan Turki adalah berbeda dengan apa yang dilakukannya. Apa yang dikatakannya terutama adalah retorika, yang tidak pernah diterjemahkan kedalam tindakan. Semua retorika untuk melawan Israel tidak mengubah kebijakan Turki terhadap Israel. Turki hanya bermanuver dalam ruang yang AS telah izinkan untuk hal itu. Mediasi Turki dalam isu-isu Palestina terjadi ketika AS telah memutuskan negosiasi tidak langsung harus dilakukan pada penyelesaian akhir. Demikian pula kebijakan Amerika yang mengekang Rusia sehingga mendorong tindakan tegas Rusia untuk sepnuhnya kembali ke wilayah Rusia telah membuat kita melihat Turki memainkan peran utama dalam masalah Kaukus untuk mempersulit tujuan-tujuan Rusia. Turki tidak menawarkan sesuatu yang baru pada masalah ini, tetapi mengambil bagian dan memastikan tujuan tersebut tercapai. Apa yang dilakukan kepemimpinan Turki ketika kepentingan-kepentingan mereka secara langsung bertentangan dengan AS akan membuktikan secara fundamental apakah Turki merupakan kekuatan yang independen yang tumbuh.

Kesimpulan

Sebagaimana disiplin ilmu yang lain, analisis politik memiliki metodologi, namun berbeda dengan disiplin ilmu lain ia tidak memiliki aturan rinci. Inilah yang sering membuat orang sulit untuk memahami motif politik negara-negara dalam banyak peristiwa yang terjadi, dengan prinsip-prinsip yang sangat sedikit yang pasti, yang berarti bahwa seseorang tidak memiliki suatu kerangka kerja komprehensif untuk melihat kejadian-kejadian. Hal ini tidak mungkin dalam politik karena berbeda dengan disiplin ilmu lain, politik terlalu cair untuk memiliki prinsip-prinsip yang tetap. Namun disiplin ini memang memiliki beberapa prinsip-prinsip umum, yang memungkinkan seseorang untuk mengamati peristiwa-peristiwa yang terjadi dan kemudian bertindak untuk menjadikannya sebagai panduan dalam memahami keadaan-keadaan mereka. Mengikuti peristiwa-peristiwa politik ketika hal itu terjadi merupakan hal yang sentral dari analisis politik karena prinsip-prinsip umum dalam disiplin ini berlaku pada isu-isu ini. Pertanyaannya adalah apa yang harus diikuti dan harus menjadi fokus. Banyak orang yang mencoba untuk mengikuti semua kejadian-kejadian ini termasuk mereka yang tidak mempengaruhi politik global, tapi hal ini mungkin berguna untuk mengikuti analisis domestik maupun lokal tapi persaingan antara kekuatan-kekuatan dunia adalah jantung dari analisis politik, semua berita-berita dan kejadian-kejadian yang terkait dengan hal ini perlu diikuti.

Dalam mengikuti berita-berita, seseorang harus berhati-hati dalam memahami bagaimana fakta-fakta itu disajikan. Banyak outlet berita yang memiliki agenda tersendiri, sementara banyak juga wartawan yang dapat menyajikan beberapa fakta dengan suatu cara tertentu untuk menyebarkan pandangan tertentu. Hal ini dapat diatasi dengan melakukan referensi silang atas fakta dari berbagai sumber, dan hal ini juga mengharuskan seseorang untuk membedakan antara opini dan fakta. Dalam mengikuti peristiwa-peristiwa itu, seseorang harus mencari tindakan apa yang terjadi untuk bisa menafsirkannya, karena itu perlu kehati-hatian dalam membedakan antara fakta dan opini.

Sumber: Khilafah.com (2/10/2011)

http://hizbut-tahrir.or.id/2011/10/17/dna-politik/

Turki: Model Keberhasilan Demokrasi Islam?

Turki: Model Keberhasilan Demokrasi Islam?

Prof. Dr. Ahmad Syafi’i Maarif (mantan Ketua PP Muhammadiyah) menulis sebuah artikel di Harian Republika berjudul “Membangun tanpa Slogan Syariah” (Maarifinstitute.org). Dalam tulisannya itu, Maarif menegaskan kembali keyakinannya pada “filosofi garam” sebagai lawan dari apa yang disebut “filosofi gincu”. Filosofi garam adalah “terasa meski tak tampak”. Dengan filosofi ini dia mengurai kemenangan Partai AKP (Adelat ve Kalkinma Partisi/Partai Keadilan dan Pembangunan) pimpinan Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan (57) untuk ketiga ketiga kalinya dalam Pemilu di Turki pada 12 Juni 2011 lalu. Dari 550 kursi yang tersedia di parlemen, AKP merebut sejumlah 325 (sekitar 49,9 persen). Jumlah kursi ini memang turun dibandingkan dengan perolehan pada Pemilu 2002 dan 2007 (sebesar 363 dan 341).

AKP adalah kelanjutan dari Refah Partisi (Partai Kemakmuran) pimpinan mentor Erdogan, Dr. Necmettin Erbakan. yang kemudian diterpedo pihak militer—pewaris Kemal Ataturk, pembangun sekularisme yang gagal di Turki. Erbakan hanya setahun menjabat perdana menteri (1996-1997). Ia lalu diturunkan oleh militer karena orientasi keislamanannya dipandang berbahaya bagi sekularisme di Turki. Pihak militer yang bersikap kaku ini tidak mau menyadari dan tetap menutup mata bahwa sekularisme yang dibanggakan selama 79 tahun itu tidak membawa Turki menjadi negara makmur dan berwibawa.

Masih menurut Maarif, upaya sistemik untuk memisahkan publik dari Islam di Turki dengan penduduk sekitar 78 juta itu telah berakhir dengan sia-sia. Terbukti, publik mendukung kemunculan tokoh semisal Erbakan yang kemudian diteruskan oleh Erdogan dengan kapasitas kepemimpinan yang dahsyat tanpa mengusung slogan syariah. Tampaknya, Erdogan juga penganut filosofi garam karena tidak mudah baginya menggusur sekularisme yang tercantum dalam konstitusi Turki.

Data resmi Turki saat ini: pertumbuhan ekonomi pada 2010 ada di kisaran 8,9%. Sekalipun semula dicurigai oleh Barat, kini tak kurang dari 19 Doktor Kehormatan telah diterima Erdogan dari berbagai negara dan 31 Award (penghargaan) lain sebagai bukti atas keberhasilannya membangun Turki—sesuatu yang gagal diperbuat oleh tokoh-tokoh sekular yang ter-Barat-kan sekian lama.

Maarif mengakui bahwa Erdogan memang belum berhasil sepenuhnya meratakan keadilan untuk seluruh rakyatnya. Namun, kemenangan AKP adalah simbol bahwa di bawah Erdogan Turki telah berubah ke arah kemajuan yang tak terbayangkan sebelumnya.

Maarif menyimpulkan bahwa, “Membangun dengan slogan syariah, tetapi membuahkan malapetaka, bukanlah cara Turki berurusan dengan dunia modern yang sedang mencari keseimbangan baru.”


Realitas Ekonomi

Tentu saja kita boleh menelaah secara kritis “prestasi” Turki di bawah Erdogan yang disanjung oleh Ahmad Syafiin Maarif itu.

Tentang keberhasilan ekonomi, fakta menunjukkan bahwa pada saat krisis finansial global tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Turki menurun hingga tinggal 1%. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Turki sangat bergantung pada ekonomi Barat. Ada tiga sektor di sini yang menentukan yaitu: industri, pariwisata dan pekerja migran Turki.

Pertama: Industri. Tidak dapat dipungkiri, sebagian industri di Turki hanyalah relokasi industri dari negara-negara Uni Eropa. Turki memang bukan anggota Uni Eropa. Namun, posisinya yang sangat dekat dengan Eropa, upah buruh di Turki yang jauh lebih rendah dan perjanjian penyatuan cukai dengan Uni Eropa (European Union – Turkey Customs Union) telah menggerakkan banyak industri di Eropa Barat ke Turki. Sebelumnya, di Jerman atau Austria pun industri itu lebih banyak mempekerjakan buruh asal Turki, tetapi di sana standar hidup dan pajak yang lebih tinggi membuat total biaya jauh lebih mahal. Kenyataannya, neraca perdagangan Turki masih tetap negatif. Tahun 2009 expor Turki adalah $110 Miliar dan tahun 2010 $117 Miliar (terutama ke Jerman 10%, Prancis 6%, Inggris 6%, Itali 6% dan Irak 5%). Namun, impor Turki ternyata mencapai $166 Miliar di 2010, (terutama dari Rusia 14%, Jerman 10%, Cina 9%, Amerika Serikat 6%, Itali 5% dan Prancis 5%).

Kedua: Pariwisata. Turki membuka lebar-lebar pintunya untuk arus pariwisata dari Barat. Tahun 2008 datang 31 juta wisatawan asing ke Turki yang membawa revenue sekitar $22 Miliar. Sektor pariwisata ini membutuhkan semua kenyamanan ala Barat. Tak cuma infrastruktur seperti transportasi dan listrik, tetapi juga hotel dengan “standar” Barat, yang berarti mencakup ketersediaan alkohol dan hiburan malam. Ironisnya, banyak pula turis dari Israel yang pergi ke Turki untuk berjudi di kasino-kasino Turki yang eksotis! Tentu saja, sebagian besar hotel dan kasino tersebut juga dimiliki oleh jaringan dari Barat seperti Hilton, Sheraton dan sejenisnya.

Ketiga: Pekerja migran. Jumlah pekerja migran Turki di negara-negara Uni Eropa ditaksir lebih dari 10 juta orang! Bila setiap orang mengirim setengah penghasilannya yang rata-rata $20.000/tahun, maka itu sudah $100 Miliar. Jumlah devisa dari buruh pekerja migran ini sudah mendekati hasil ekspor Turki. Namun, sekali lagi, sektor ini sangat rentan terhadap ekonomi di luar negeri. Krisis finansial global 2008 di Eropa sangat mudah terulang lagi dalam waktu dekat (terbukti Zona Euro sudah sangat terancam dengan kasus di Yunani, Portugal dan Irlandia). Dengan demikian keberhasilan ekonomi ala Erdogan sebenarnya bukan keberhasilan yang kokoh.

Di luar tiga “sektor resmi” itu, ada lagi satu “sektor gelap”, yaitu kompensasi yang diberikan oleh Amerika kepada Turki atas pem-berian akses pada pangkalan-pangkalan udara Turki untuk operasi militer Amerika di Irak.

Sementara itu, rasio utang Turki terhadap pendapatan domestik bruto (debt to GDP ratio) mencapai 46% pada 2010. Jumlah ini sangat tinggi dibandingkan dengan Indonesia yang masih di bawah 27%; itu pun sudah membuat kita amat khawatir. Pendapatan perkapita Turki sebesar $14580/tahun memang jauh di atas Indonesia (yang hanya $4390/tahun). Indeks pemerataan (Gini Ratio) Turki ada di kisaran 38 (Indonesia 34). Makin kecil angka Gini-ratio, makin baik pemerataan di masyarakat itu. Jumlah pengangguran pada angka 10% atau sekitar 7,8 juta orang (Indonesia sekitar 17 juta).


Realitas Politik

Realitasnya, “politik garam” Erdogan masih politik sekular, sedangkan ciri Islam tetap hanya untuk kehidupan pribadi. Buktinya, hingga kini Erdogan belum mampu mencabut larangan jilbab di kampus-kampus universitas negeri. Bukti yang lain, semua gagasan yang secara terbuka menentang sekularisme tetap diberangus, termasuk gerakan yang konsisten memperjuangkan penerapan kembali syariah meski tanpa menggunakan kekerasan, seperti Hizbut Tahrir Turki. Aktivis Hizbut Tahrir Turki, yang memanfaatkan kebebasan berpendapat yang dijamin UU Turki dengan menyerukan penerapan syariah, ternyata ditangkap dan ditahan.

Adapun dalam politik luar negeri, dalam World Economic Forum 2009 yang dihadiri 20 negara dengan ekonomi terpenting dunia (Indonesia juga termasuk!) Erdogan memang pernah secara demonstratif keluar dari ruang sidang untuk memprotes bahkan mengecam Israel sebagai negara teroris pasca serangan terhadap kapal kemanusian Flotila. Namun, tetap saja Erdogan tidak membatalkan serangkaian kerjasama ekonomi dengan Israel yang dia buat pada kunjungannya ke Israel pada 2005. Bahkan latihan bersama militer Turki, Israel dan Amerika Serikat tetap jalan terus. Pangkalan-pangkalan Amerika di Turki sebagai anggota NATO juga tetap beroperasi. Sebagai anggota NATO, Turki bahkan menjadi tempat bagi 90 bom nuklir B61 milik Amerika, tepatnya di Pangkalan Udara Incirlik, 40 di antaranya ditaruh pada pesawat Angkatan Udara Turki.

Fakta lain, meski masuk dalam G-20 seperti Indonesia, Turki (juga Indonesia) masih belum memiliki peran yang nyata di politik dunia; suaranya belum benar-benar didengar, apalagi diperhatikan.

Adapun kenyataan bahwa rakyat Turki masih memilih kembali AKP dapat diterangkan dengan dua alasan. Pertama: bagaimanapun partai Erdogan dan sosok pribadinya lebih menarik dibandingkan dengan kandidat lain yang ditawarkan, yang memiliki rekam jejak jauh lebih buruk, seperti korup, teribat skandal moral dan sejenisnya. Kedua: meski rakyat Turki masih memiliki memori kuat pada zaman keemasan Daulah Khilafah Utsmaniyah, pembatasan ruang gerak untuk dakwah syariah dan Khilafah membuat sebagian besar rakyat belum mendengar bagaimana metode yang tepat untuk membangkitkan umat Islam seperti di era Khilafah Utsmaniyah tersebut.


Kesimpulan

Jadi, bila dibuat semacam spektrum, maka di paling kiri adalah politik “garam plus gincu” sekular, lalu politik “garam minus gincu” sekular, baru politik “garam minus gincu” Islam, dan kemudian politik “garam plus gincu” Islam. Mungkin Maarif menyangka Turki sudah berada di area spektrum politik “garam minus gincu” Islam. Padahal realitasnya, Turki masih berada pada politik “garam minus gincu” sekular. Jadi, kemenangan AKP tidak bisa dinilai sebagai kemenangan Islam, karena kemenangan bukan ditentukan apakah partai atau sosok pemimpinnya itu kemudian berkuasa atau tidak, tetapi apakah dengan kekuasaan itu Islam bisa ditegakkan atau tidak. []


Referensi

“Turkey”. World Factbook. CIA. 2010. (www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/tu.html)

“Tourism Statistics in 2008”. TURKSTAT. (www.turkstat.gov.tr). Retrieved 2009-01-29.

http://en.wikipedia.org/wiki/Indonesia.

http://en.wikipedia.org/wiki/Turkey

http://en.wikipedia.org/wiki/Gini_coefficient

http://en.wikipedia.org/wiki/State_debt

Insert Fokus

Perbandingan Republik Turki (RT) dengan Khilafah Utsmani (KU):

· Republik Turki (RT) hanya merupakan salah satu provinsi dari KU (Provinsi Anatolia dan Rumelia). KU mencakup sekitar 15 negara modern dengan wilayah daratan hampir lima kali lipat RT sekarang.

· Sebagaimana wilayahnya yang terbentang luas, KU menaungi dan sekaligus dibela oleh lebih dari 40 etnis yang berkedudukan sosial sama. Adapun RT saat ini tidak pernah sanggup mengurus bahkan hanya 1 etnis minoritas saja (yakni minoritas Kurdi).

· RT adalah negara dengan sistem sekular, sementara KU adalah negara dengan sistem Khilafah.

· RT adalah negara yang tidak disegani kawan maupun ditakuti lawan, sementara KU adalah negara yang dihormati kawan dan ditakuti lawan.

· RT adalah negara yang ekonominya bergantung pada ekonomi asing, yakni yang akan membeli produk industrinya, atau yang akan memakai pekerja migrannya, atau pada wisatawan yang akan mengunjunginya; sedangkan KU adalah negara yang ekonominya mandiri.

· RT sebagai negara sekular tidak memiliki peradaban yang dapat dibanggakan kecuali warisan dari KU, sementara KU adalah negara dengan peradaban tinggi dan sejarah kemuliaan yang panjang. []

http://hizbut-tahrir.or.id/2011/10/03/turki-model-keberhasilan-demokrasi-islam/

Demokrasi Bukan Jalan Perubahan

Demokrasi Bukan Jalan Perubahan

Turki. Itulah negara yang dipromosikan AS sebagai model perpaduan Islam dan demokrasi; model negara Islam moderat. Banyak tokoh Islam pun mengamininya. Salah satunya, Ahmad Syafii Maarif. Beliau bahkan memuji, “Di tangan Erdogan, Islam menawarkan solusi, bukan slogan formalisme seperti yang diusung oleh berbagai kelompok yang buta realitas. Selamat Erdogan, tidak mudah bagi Anda menghapus citra Islam yang dituduh orang sebagai agama antidemokrasi. You are on the right track, for sure.”

Padahal pemerintahan Turki sendiri mendeklarasikan bahwa pemerintahannya itu sekular, bagaimana mungkin diklaim sebagai penerap Islam. Dalam pidato di markas besar partainya seusai kemenangan definitif (12/6/2011), Erdogan menyatakan, “Kita akan membuat sebuah konstitusi liberal sama sekali. Timur, barat, utara dan selatan akan menemukan diri dalam konstitusi ini,” terang Erdogan.

Erdogan juga berkali-kali menegaskan mendukung sekularisme Turki. Saat berbicara dengan anggota Partai Keadilan dan Pembangunan Turki (17/4/2007), Erdogan menyatakan sikapnya mempertahankan sekularisme Turki. “Demokrasi, sekularisme dan kekuasaan negara yang diatur oleh undang-undang adalah prinsip utama dalam sebuah negara republik. Jika ada salah satunya yang hilang, maka pilar bangunan negara akan runtuh.”

Di sisi lain, kebijakan Turki terkait Israel tampak ambigu. Turki tampak keras terhadap Israel atas penembakan Kapal Marvimarmara. Namun, Turki tetap menjalin hubungan diplomatik dengan Israel. Presiden Turki bahkan meminta Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) untuk mengakui hak Israel untuk eksis. Hal ini dilakukan setelah dilakukan “operasi diplomatik dan militer” Amerika Serikat di Turki. Bahkan dia mendukung dan memuji kebijakan Presiden AS Barack Obama. Dia menyatakan kebijakan Obama untuk membangun negara Palestina dalam perbatasan 1967 sebagai “langkah yang sangat penting”. Padahal bernegosiasi dengan Yahudi atas tanah yang diduduki tahun 1967 serta menuntut sebuah negara Palestina hanya di Tepi Barat dan Jalur Gaza sudah merupakan bentuk pengakuan yang terang-terangan terhadap entitas Yahudi, sekaligus bentuk pemberian legitimasi atas pendudukan wilayah yang dirampas tahun 1948. Hal ini menegaskan bahwa Turki merupakan model atas apa yang disebut sebagai Islam moderat—sebuah slogan Barat terhadap orang/negara yang menerima entitas Yahudi, tidak menyerukan penerapan syariah, menyanjung Barat dan diam dengan dominasi Barat di negegeri-negeri kaum Muslim. Oleh sebab itu, menyerukan agar meniru Turki dengan istilah “Membangun Tanpa Slogan Syariah” dan menempuh jalan demokrasi merupakan kekeliruan.


Demokrasi Bukan Jalan Perubahan Hakiki

Demokrasi digembar-gemborkan sebagai pemerintahan yang kedaulatannya terletak di tangan rakyat. Padahal ini hanyalah mimpi di siang bolong. Dalam demokrasi tidak pernah ada yang namanya rakyat sebagai penentu keinginan. Sejarah AS sendiri menunjukkan hal tersebut. Presiden Abraham Lincoln (1860-1865) mengatakan bahwa demokrasi adalah, “from the people, by the people, and for the people” (dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat). Namun, hanya sebelas tahun kemudian setelah Lincoln meninggal dunia, Presiden AS Rutherford B. Hayes, pada tahun 1876 mengatakan bahwa kondisi di Amerika Serikat pada tahun itu adalah “from company, by company, and for company” (dari perusahaan, oleh perusahaan dan untuk perusahaan). Sejak awal kelahirannya, kedaulatan dalam demokrasi ada di tangan segelintir rakyat (bukan di tangan rakyat), yakni di tangan para pemilik modal. Hanya saja, mereka menipu rakyat dengan menggembar-gemborkan seolah-olah kedaulatan ada di tangan rakyat. Jadi, bila perubahan yang dikehendaki adalah daulatnya rakyat maka demokrasi tidak memberikan hal itu. Yang berdaulat dan berkuasa dalam demokrasi adalah para pemilik modal yang memang memiliki uang.

Bila perubahan yang dikehendaki adalah terwujudnya kesejahteraan, demokrasi pun bukan jalan untuk itu. Realitas menunjukkan bahwa Hongkong sangat pesat ekonominya sekalipun tanpa demokrasi. Begitu juga Korea Selatan dan Taiwan. Pertumbuhan ekonomi Korea Selatan pada triwulan pertama 2011 mencapai 8,1%; tertinggi di antara negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Adapun pertum-buhan ekonomi Taiwan mencapai 10,47% pada akhir 2010 (Okezone.com, 2/2/2011). Padahal kedua negara tersebut semiotoriter.

Pada dekade 1970-an dan 1990-an, sebagian besar negara-negara industri baru (newly industrialised countries) yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi tinggi tergolong otoriter. Sebagian besar negara-negara di Timur Tengah yang makmur juga tidak demokratis. Adapun India, yang ketika itu sudah demokratis, memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran di bawahnya. Vietnam yang secara de facto menganut sistem pemerintahan otoriter juga mendemonstrasikan kinerja ekonomi yang menawan sejak pertengahan 1990-an. Pada 2011 pertumbuhan ekonominya mencapai 7%, bahkan diduga akan menjadi raksasa baru ekonomi Asia (Antara, 7/5/2011). Singapura yang juga semiotoriter menjadi salah satu negara paling makmur di dunia tanpa perlu mengalami demokratisasi. Hal yang sama terjadi pada Tiongkok yang bisa tumbuh pesat seperti sekarang, meski pemerintahannya tetap otoriter. Sebaliknya, Indonesia yang dibangga-banggakan sebagai negara demokratis justru rakyatnya tetap miskin, sementar korupsinya makin merajalela.

Banyak negara otoriter berhasil mengalami pertumbuhan ekonomi tinggi seperti sejumlah negara Amerika Latin di tahun 1970- 1980-an dan Asia Timur tahun 1980-1990-an. Sebaliknya, negara-negara berkembang yang relatif demokratis seperti Filipina, Fiji, atau India, setidaknya hingga pertenganan 1990-an, terpuruk pada siklus pertumbuhan rendah. Di AS, misalnya, kemakmuran yang selanjutnya diikuti dengan sejahteranya kehidupan masyarakat AS bukanlah hasil demokrasi, tetapi buah dari imperialismenya terhadap bangsa-bangsa lain. Dalam rangka menyelesaikan masalah ekonomi dalam negerinya, AS menjajah Irak dan Afganistan untuk mendapatkan minyak. AS mendapatkan kemakmuran karena ’democratic imperialism’/(penjajahan demokra-tik) yang dia lakukan. Tidak pernah ada dalam sejarah suatu negara miskin, lalu berubah menjadi demokratis, dan melalui demokrasi itu negara tersebut menjadi sejahtera. Tidak ada! Realitas ini menggambarkan bahwa demokrasi bukanlah jalan bagi perubahan menuju kesejahteraan apalagi perubahan hakiki.

Kalau yang dikehendaki itu adalah perubahan sistem kehidupan, demokrasi hanya memberikan perubahan orang/rezim. Sistem yang diterapkan sama: sekular. Sekadar contoh, Indonesia dari awal kemerdekaan tetap menjalankan sekularisme. Memang, terjadi perubahan pendekatan mulai dari Sosialisme pada Orde Lama, Kapitalisme pada Orde Baru, dan Neoliberalisme pada era Orde Reformasi. Namun, sistemnya tidak berubah: sekularisme. Perubahan yang terjadi hanyalah perubahan rezim penguasa. Dengan demikian, berharap adanya perubahan hakiki pada demokrasi ibarat punduk merindukan bulan. Utopis!


Islam: Jalan Kebangkitan Hakiki

Kebangkitan hakiki adalah kebangkitan yang menjadikan manusia sebagai manusia dan mendudukkan Allah SWT sebagai sesembahannya. Melalui kebangkitan hakiki akan teraih kemuliaan. Kebangkitan ini laksana perubahan dari kegelapan menuju cahaya. Satu-satunya jalan menuju cahaya itu adalah Islam. Caranya, menaati aturan Allah Pencipta manusia, dan meninggalkan semua jalan hidup selain Islam, termasuk demokrasi (Lihat: QS al-Baqarah [2]: 257; QS al-An’am [6]: 153).

Rasulullah saw. menjelaskan dalam sunnah qawliyah maupun fi’liyah bahwa jalan penerapan Islam itu memerlukan kekuasaan pemerintahan Islam. Pada masa beliau wujud kekuasaan Islam. Kebangkitan dan perubahan hakiki sejatinya mengubah penyembahan manusia terhadap sesama manusia menjadi penyembahan manusia terhadap Allah SWT Pencipta manusia. Hal ini ditunjukkan oleh tegaknya syariah Islam sebagai wujud ketundukan manusia pada hukum-Nya. Keadaan ini akan melahirkan keamanan lahir dan batin dalam berbagai bidang. Berkaitan dengan hal ini Allah SWT menegaskan:

وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman dan beramal salih di antara kalian, bahwa Dia benar-benar akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa; Dia benar-benar akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah Dia ridhai untuk mereka; dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka—sesudah mereka berada dalam ketakutan—menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah Aku tanpa mempersekutukan Aku dengan sesuatu pun. Siapa saja yang kafir sesudah janji itu, mereka itulah orang-orang yang fasik (QS an-Nur [24]: 55).


Dalam ayat tersebut Allah SWT menjanjikan empat hal yang saling terkait. Pertama: kekuasaan/kekhilafahan (istikhlaf). Kedua: peneguhan ajaran Islam (tamkinu ad-din). Ketiga: keamanan (al-amnu). Keempat: ibadah dan tidak syirik. Ujung dari semua ini adalah “Mereka tidak takut kecuali kepada-Ku” (Tafsir ath-Thabari, XIX/210).

Inilah kebangkitan hakiki. Adanya huruf waw (dan) dalam ayat itu menegaskan adanya keterkaitan yang kuat antara Khilafah, penera-pan syariah Islam, keamanan, serta kesejahte-raan baik dalam bidang materi, ruhiyah, akhlak maupun kemanusiaan (insaniyah). Dengan perkataan lain, perubahan yang hakiki hanya ada dalam penerapan syariah lewat kekuasaan Khilafah. Rasulullah saw. pun bersabda:

يَكُوْنُ فِيْ آخِرِ أُمَّتِيْ خَلِيْفَةٌ يَحْثُوْ الْمَالَ حَثْيًا لاَ يَعُدُّهُ عَدَدًا

Akan ada pada akhir umatku seorang khalifah yang memberikan harta secara berlimpah dan tidak terhitung banyaknya (HR Muslim).


Meniti Jalan Kebangkitan

Menjelang hijrah dari Makkah ke Madinah, Rasulullah Muhammad saw. mendapatkan wahyu:

وَقُلْ رَبِّ أَدْخِلْنِي مُدْخَلَ صِدْقٍ وَأَخْرِجْنِي مُخْرَجَ صِدْقٍ وَاجْعَلْ لِي مِنْ لَدُنْكَ سُلْطَانًا نَصِيرًا

Katakanlah (Muhammad), “Duhai Tuhanku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan pula dari tempat keluar yang benar, serta berikanlah kepada diriku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong-(ku).” (QS al-Isra’ [17]: 80).


Berkaitan dengan hal ini Imam Ibnu Katsir mengutip pendapat Qatadah, “Rasul saw. tahu bahwa tidak ada kemampuan yang beliau miliki untuk melakukan hal itu (hijrah) kecuali dengan adanya kekuasaan. Karena itu, beliau memohon kekuasaan yang menolong Kitabullah, hukum Allah, kewajiban dari Allah dan kekuasaan yang menolong penegakkan agama Allah. Sebab, kekuasaan itu merupakan rahmat dari Allah yang Dia berikan di antara hamba-hamba-Nya. Andai saja tanpa kekuasaan niscaya orang kuat akan memakan orang lemah di antara mereka.” (Tafsir al-Quran al-’Azhim, V/111).

Dalam ayat ini setidaknya ada empat pelajaran yang dapat diambil terkait kebangkitan. Pertama: perlu memahami realitas buruk yang hendak dirubah. Kedua: perlu memahami realitas baik yang dituju sebagai pengganti realitas yang buruk tersebut. Ketiga: menempuh jalan perubahan itu sesuai dengan jalan yang digariskan oleh Allah SWT. Keempat: perlu adanya kekuatan untuk keberhasilan kebangkitan itu.

Siapapun yang mengkaji sirah Rasulullah saw. akan menemukan setidaknya ada dua hal yang dilakukan oleh beliau sebagai penjelas dari hal tersebut. Beliau terus-menerus melakukan pembinaan kepada masyarakat. Di dalamnya menyangkut penjelasan tentang kebobrokan kondisi Arab Jahiliah sekaligus tawaran Islam sebagai solusinya. Melalui jalan ini tumbuhlah kesadaran masyarakat, lalu masyarakat menuntut perubahan dengan penuh pengorbanan.

Nabi saw. tidak berhenti sampai di sini. Beliau pun mendakwahi para pemilik kekuatan (ahlul quwwah) dan meminta mereka untuk mendukung dakwah serta menolong beliau dalam meraih kekuasaan (thalab an-nushrah). Berkat kegigihan beliau, dengan izin Allah SWT, beliau mendapatkan pertolongan dari para pemimpin kabilah di Madinah sehingga tegaklah pemerintahan Islam pertama di Madinah.

Berdasarkan hal ini ada dua jalan yang mutlak ditempuh dalam menyongsong kebangkitan itu. Pertama: membangun kesadaran masyarakat tentang syariah dan Khilafah sebagai satu-satunya solusi bagi umat Islam dan seluruh umat manusia secara umum. Untuk itu, berbagai upaya pembinaan dan penyadaran perlu dilakukan terus di berbagai tempat dan kesempatan. Masyarakat yang sadar akan bersama-sama berjuang menuntut perubahan dengan tegaknya syariat dan Khilafah. Perjuangan masyarakat yang massif tidak akan pernah ada yang dapat menghalanginya. Satu-satunya pihak yang boleh jadi menjadi batu penghalang adalah para pemilik kekuatan. Untuk itu, perlu dilakukan aktivitas kedua: meraih dukungan dakwah dari para pemilik kekuatan. Oleh sebab itu, upaya thalab an-nushrah harus terus dilakukan dari berbagai pihak pemilik kekuatan, termasuk militer. Melalui jalan ini, insya Allah, kemenangan sebagaimana yang diberikan oleh Allah SWT kepada Rasulullah saw. 15 abad lalu akan diberikan kepada umatnya saat ini.


Menyerukan Kebenaran

Rasulullah saw., menjelang hijrah, juga mendapatkan perintah dari Allah SWT dalam lanjutan ayat di atas:

وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا

Katakanlah, “Kebenaran telah datang dan kebatilan telah lenyap. Sungguh, kebatilan itu pasti lenyap.” (QS al-Isra’ [17]: 81).


Berdasarkan ayat itu, tugas umat Islam adalah menyampaikan kebenaran apa adanya. Ketika kebenaran tampak maka kebatilan akan lenyap. Kebatilan hanya akan kalah ketika kebenaran disuarakan dengan lantang (Lihat: QS al-Anbiya’ [21]:18).


Kesimpulan

Jelaslah, demokrasi bukanlah jalan perubahan dan kebangkitan hakiki. Jalan kebangkitan umat Islam hanyalah syariah Islam dan Khilafah. Oleh sebab itu, setiap umat Islam perlu menyampaikan syariah Islam dan Khilafah dengan lantang. Tanpa itu, kebatilan akan terus merajalela. Sebab, orang yang diam dari menyatakan kebenaran adalah setan yang bisu (Al-Muwalat wa al-Mu’adat fi asy-Syari’ah al-Islamiyyah, 1/387).

WalLahu a’lam bi ash-shawab. []

http://hizbut-tahrir.or.id/2011/10/03/demokrasi-bukan-jalan-perubahan/

Ketakutan Pemerintah Sekuler Yordania Terhadap Penerapan Sistem Al-Quran dengan Menangkap Aktivis Dakwah

Ketakutan Pemerintah Sekuler Yordania Terhadap Penerapan Sistem Al-Quran dengan Menangkap Aktivis Dakwah


Syabab.Com -



Jawaban para penguasa despotik ketika diserukan untuk menerapkan sistem al-Quran hanyalah penangkapan terhadap para penyerunya. Di Yordania, seorang anggota Hizbut Tahrir ditangkap pada 10 Oktober 2011 lalu karena kritik tajamnya terhadap amandemen konstitusi sekuler. Tim keamanan Yordania menahan seorang anggota Hizbut Tahrir, Gharablu Mujahid, setelah kritiknya terhadap amandemen konstitusi sekuler yang disetujui oleh Raja Abdullah II baru-baru ini.


Kepala Biro Penerangan Hizbut Tahrir Yordania, Mamdouh Abu Sawa, pihak keamanan telah menangkap Gharablu petang malam dari tempat kerja di kawasan wisata di pusat kota Amman, dan kemudian telah dipindahkan ke Departemen Intelijen. Ia menjelaskan bahwa penahanan itu terjadi setelah dua hari diskusi Gharabli dan imam masjid mengenai amandemen konstitusi sekuler yang telah dikritik oleh seorang anggota Hizbut Tahrir yang menyerukan agar Kitab Suci Al-Quran digunakan sebagai konstitusi Islam.


Abu Sawa menegaskan bahwa penangkapan itu terjadi di bawah ketakutan otoritas eksekutif yang telah melakukan amandemen konstitusi karena bertujuan untuk melindungi rakyat. Ia mengatakan bahwa penangkapan "membuktikan bahwa reformasi hanya kebohongan dan penipuan" dan mendesak pembebasan segera Gharabli "karena menghormati pikiran rakyat". Otoritas Yordania menganggap Hizbut Tahrir sebagai partai terlarang dan mendakwa para pemimpin serta para anggotanya bertahun-tahun sebelumnya atas tuduhan keanggotaan partai. Mereka dihukum antara satu sampai tiga tahun. Demikianlah, ketika para pengemban dakwah menyerukan penerapan al-Quran


, para penguasa despotik menjawabnya dengan penangkapan dan penjara. Namun, semua itu tidak menyurutkan para pengemban dakwah untuk terus berjuang hingga Islam benar-benar memayungi kembali dunia. Insya Allah. [ m/aryh/paltahrir/syabab.com] SABTU, 15 OKTOBER 2011 17 :26 REDAKSI

sumber : syabab.com

Kejamnya Teroris AS:

Kejamnya Teroris AS: Dalam Dua Hari Saja 100 Orang Dibunuh, Masjid Pun Menjadi Sasaran


Syabab.Com - Amerika Serikat berulang kali memperlihatkan tindakan terorisme dengan nyata, dan korbannya pun tak tanggung-tanggung. Dalam dua hari saja bisa seratusan orang dibunuh oleh teroris AS. Lebih dari seratus orang tewas dalam serangan pesawat tak berawak milik teriris AS di Somalia, wilayah barat laut suku Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan dan Yaman selama dua hari terakhir.


Pada hari Sabtu, 15 orang tewas dan 43 lainnya terluka ketika militer teroris AS melancarkan serangan jarak jauh menggunakan pesawat tak berawak yang dikendalikan di desa Tenggiri Qooqaani, yang terletak di Somali selatan, 448 kilometer barat ibukota Mogadishu. Teroris AS juga meluncurkan serangan pesawat tak berawak di daerah yang sama pada hari Jumat, menewaskan sedikitnya 70 orang. Selain itu, lima orang tewas dan empat lainnya terluka dalam serangan pesawat tanpa awak di Waziristan Selatan Pakistan pada hari Sabtu. Menurut pejabat Pakistan, pesawat tak berawak menembakkan empat rudal ke sebuah rumah di daerah Cina Baghar pada hari Sabtu. Penduduk setempat mengatakan empat pesawat tak berawak AS terbang di atas daerah itu sebelum serangan. Pada hari Jumat, serbuah pesawat tak berawak AS menargetkan kendaraan dekat desa Darpa Khel, terletak sekita empat kilometer barat Miranshah, kota utama Waziristan Utara. Setidaknya empat orang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS tersebut.


Tujuh orang, termasuk seorang warga Mesir, juga tewas dalam serangan yang dilakukan oleh pesawat tak berawak milik teroris AS di Yaman selatan, Jumat. Soerang pejabat setempat, tanpa disebutkan namanya, mengatakan bahwa tujuh orang tewas dalam tiga serangan pesawat tak berawak yang terpisah. Dia menambahkan bahwa masjid juga telah menjadi target serangan pesawat tak berawak milik penjajah AS dalam sebuah serangan yang meninggalkan sejumlah orang terluka. Lagi-lagi, dengan nyata dan jelas, AS telah melakukan tindakan terorisme, bahkan lebih keji lagi yang terus membunuhi kaum Muslim. Di mana suara para pengejar teroris yang rajin menangkapi dan mematai umat Islam. Di mana suara mereka untuk menetang tindakan terorisme AS itu? Nyaris tidak ada. Wajar, karena AS memang telah membuat program "perang melawan terorisme" untuk membunuhi kaum Muslim yang melawan Amerika oleh tangan-tangan kaum Muslim di negeri Muslim.



Sementara di negeri-negeri Muslim lainnya, AS dengan jelas melakukan pembunuhan langsung melalui pesawat dan senjata mereka. Demikianlah, derita demi derita umat ini ketika mereka hidup tanpa naungan Khilafah yang menjadi perisah mereka. Kaum Muslim hari ini terombang ambing dan terpecah belah, sehingga dengan mudah orang kafir membunuhi umat ini sesuka mereka. Umat benar-benar hanya membutuhkan satu kesatuan politik di bawah naungan Khilafah yang akan menerapkan syrariah dan menjadi perisai umat yang akan menjaga kehormatan, darah dan nyawa kaum Muslim. Khilafah, kini benderanya telah berkibar di berbagai pelosok dunia, menunjukkan kedatangannya semakin dekat. Insya Allah.


[m/f/prstv/syabab.com] AHAD, 16 OKTOBER 2011 21 :37 REDAKSI
sumber : syabab.com

Dan Gunung Pun Hancur Lebur

Segala puji hanya milik Allah Subhaanahu Wa Ta’aalaa. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah tercinta, Muhammad bin Abdullah, segenap keluarga, para sahabat dan umatnya yang setia.


Allah Subhanahu Wa Ta 'ala berfirman :


áóæú ÃóäÒóáúäóÇ åóÐóÇ ÇáúÞõÑúÂäó Úóáóì ÌóÈóáò áøóÑóÃóíúÊóåõ ÎóÇÔöÚðÇ ãøõÊóÕóÏøöÚðÇ ãøöäú ÎóÔúíóÉö Çááøóåö æóÊöáúßó ÇáúÃóãúËóÇáõ äóÖúÑöÈõåóÇ áöáäøóÇÓö áóÚóáøóåõãú íóÊóÝóßøóÑõæäó


Kalau sekiranya Kami turunkan Al-Quran ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan ketakutannya kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berfikir. (QS. Al Hasyr : 21)

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂãóäõæÇú ÇÏúÎõáõæÇú Ýöí ÇáÓøöáúãö ßóÂÝøóÉð æóáÇó ÊóÊøóÈöÚõæÇú ÎõØõæóÇÊö ÇáÔøóíúØóÇäö Åöäøóåõ áóßõãú ÚóÏõæøñ ãøõÈöíäñ


Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al Baqarah : 208)


Mengerti Makna Dienul Islam


Seorang muslim seharusnya mengerti makna Dienul Islam...dan tidak mengambil dien selain Islam, atau berganti – ganti di antara keduanya; semisal sesorang yang pagi hari berangkat dari rumahnya masih beriman, kemudian sore harinya menjadi kafir karena menjadikan dirinya sebagai Arbab (tuhan – tuhan selain Allah), atau kafir karena memutuskan berbagai perkara dengan menggunakan selain hukum Allah dan Rasul-Nya. Kemudian sore hari selepas Ashar atau Magrib bersyahadat lagi dan (barangkali) bertaubat sehingga kembali beriman.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda: “Mendekati kiamat akan terjadi fitnah-fitnah seolah-olah kepingan-kepingan malam yang gelap-gulita. Seorang yang pagi hari beriman maka pada sore harinya menjadi kafir, dan orang yang pada sore harinya beriman maka pada pagi harinya menjadi kafir, dia menjual agamanya dengan (imbalan) harta-benda dunia. (HR. Abu Dawud). (Lihat juga tafsir Ibnu Katsir QS At-Taubah : 31, QS Al-An ‘aam: 121, QS Al-Maidah : 44, QS An-Nisa : 59 )


Jangan Mengikuti Orang Kebanyakan


Perhatikan firman Allah SWT pada QS Yusuf : 106 dan QS Ar-Ruum : 42


æóãóÇ íõÄúãöäõ ÃóßúËóÑõåõãú ÈöÇááøåö ÅöáÇøó æóåõã ãøõÔúÑößõæäó

Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain). QS Yusuf : 106


Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)." QS Ar-Ruum : 42


Dari hadis yang panjang, diriwayatkan dari Imran bin Hushain,...Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda, “Tahukah kamu sekalian, hari apakah itu? Hari dimana Adam dipanggil. Ia dipanggil Tuhan-Nya, “Ya Adam, kirimkan delegasi neraka!” Adam bertanya, “Apa itu delegasi neraka?” Allah menerangkan, “Dari setiap seribu orang, kirimkan sembilan ratus sembilan puluh sembilan ke neraka, dan satu orang ke surga.” (Mendengar itu), para sahabat merasa kecut hatinya dan tidak ada yang tertawa, walau hanya menampakkan satu gigi. ...dst. (HR. At-Tirmidzi 2 / 200, Bab Tafsir Surat Al-Hajj.)


Hadis yang senada di atas juga diriwayatkan oleh Imam Muslim.

...Perumpamaan kalian di tengah-tengah umat lain, adalah bagaikan sehelai rambut putih pada kulit sapi hitam, atau seperti belang pada betis khimar. (Shahih Muslim No.327)


Mencampur Antara Yang Haq dan Batil


Jangankan hukum buatan manusia, kitab (suci) umat lain saja diperintahkan agar dibuang! Padahal di kitab itu ada syariat-syariat dari Allah SWT.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam menegur Umar r.a, ketika ia membaca al-Qur’an dan Taurat secara berganti-ganti untuk memperbandingkan, kata beliau SAW pada sahabatnya itu : “Buanglah itu! Demi DZAT yang jiwa Muhammad berada ditangan-NYA, seandainya Musa as masih hidup sekarang, maka tidak halal baginya kecuali harus mengikutiku, akulah penghulu para nabi dan akulah penutup para nabi..” (HR Ahmad, III/387, di-hasan-kan oleh Albani dlm Al-Irwa’ VI/34 & Al-Misykah I/38)


Ibnu Katsir dalam tafsirnya (Tafsir Al-Qur’anul Azhim) mengatakan :..Dan Ilyasiq adalah sebuah kitab yang berisi hukum – hukum yang diambil dari berbagai syariat seperti Yahudi, Nasrani, ajaran Islam dan yang lain. Dan di dalamnya banyak hukum yang mereka ambil murni dari pemikiran dan hawa nafsu. Lalu hukum-hukum tersebut menjadi syariat yang dianut di kalangan mereka yang lebih mereka utamakan daripada menggunakan hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Maka barangsiapa melakukan hal itu dia telah kafir, dan wajib diperangi sampai dia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya sehingga dia tidak memutuskan perkara baik sedikit maupun banyak dengan selainnya.


Ibnu Katsir rahimahullah berkata : “Siapa yang meninggalkan syariat paten yang diturunkan kepada Muhammad bin Abdullah penutup para nabi, dan dia malah merujuk hukum kepada yang lainnya berupa hukum – hukum (Allah) yang sudah dinasakah (dihapus), maka dia kafir. Maka apa gerangan dengan orang yang berhukum kepada Ilyasa / Ilyasiq dan lebih mengedepankannya atas hukum Allah? Siapa yang melakukannya maka dia kafir dengan Ijma kaum muslimin [Al-Bidayah Wan Nihayah: 13 / 119]


Dalih Bahwa Orsospol Atau Parpol Berbeda Dengan Ormas


Ada sebagian orang yang membolehkan demokrasi dengan alasan bahwa ‘hidup-matinya’ suatu orsospol atau parpol adalah bergantung dari banyaknya suara, sehingga jangan disamakan dengan ormas (jamaah).


Pertama, suatu kelompok, berapa pun anggotanya, entah cuma dua orang, ratusan atau jutaan orang TETAP saja merupakan kumpulan orang. Dimana tiap – tiap anggotanya terikat oleh aturan atau kewajiban individu. Semisal tidak boleh menuhankan dirinya atau melakukan kesyririkan (semisal menjadikan dirinya atau orang lain sebagai Arbab / tuhan selain Allah, tidak boleh keluar dari Dien Islam dengan mengikuti Dien Demokrasi, tidak berhukum dengan hukum Allah yang menyebabkan kekafiran, bersumpah kepada thaghut dst. Tiap – tiap individu juga terikat syariat seperti tidak boleh berdusta, bersumpah palsu, bila berjanji harus ditepati dst.


Kedua, suatu perbuatan dosa atau bahkan perbuatan kekafiran tidak akan pernah menjadi halal karena niatnya.

Contoh, seorang pencuri tetap dihukumi sebagai pencuri meskipun niatnya baik semisal agar bisa memberi makan keluarganya. Meskipun pencuri tadi tidak berniat buruk supaya korbannya mengalami kerugian atau menjadi sedih, tetap saja mencuri adalah perbuatan haram dan berdosa bila melakukannya.


Begitu juga selingkuh yang disertai zina, meskipun tidak berniat menyakiti pasangan dan anak – anaknya, berzina tetaplah merupakan perbuatan dosa besar. Meskipun mungkin niatnya cuma melakukan sekali – kali.


Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam misalnya, beliau juga tidak menyembunyikan QS Al-Lahab dengan alasan demi kemaslahatan dakwah. Supaya pengikut beliau banyak, supaya tidak mendapat penolakan dari kaummnya dsb.


Begitu juga, menyetujui demokrasi berarti menyetujui hukum itu tergantung, relatif. Kalau kebanyakan manusia setuju yang haram dihalalkan ya tidak apa – apa, atau sebaliknya. Menyetujui demokrasi, apalagi menjadikan dirinya sebagai Arbab (tuhan – tuhan selain Allah), atau melakukan perbuatan kafir karena memutuskan berbagai perkara dengan menggunakan selain hukum Allah dan Rasul-Nya. ). (Lihat tafsir Ibnu Katsir QS At-Taubah : 31, QS Al-An ‘aam: 121, QS Al-Maidah : 44, QS An-Nisa : 59 )


Ketiga, perhatikan firman Allah SWT yang artinya:

Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka (Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat bencana". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang mereka rahasiakan dalam diri mereka. (QS. Al-Maidah : 52)


Penganut agama demokrasi di manapun memiliki persamaan. Yaitu lebih menampakkan wala (loyal) kepada orang – orang kafir, orang – orang musyrik dan orang – orang sesat daripada loyal (membela) kepada kaum Muslim. Setiap kali ada yang mengingatkan bahwa demokrasi itu di luar Islam, maka selalu saja ada yang berusaha menutup-nutupi, menyamarkan, mencari persamaan – persamaanya dengan Islam dst.


Sebaliknya, mereka lebih bara’ (berlsepas diri, memusuhi) kepada Muslim yang berusaha mengingatkan bahwa demokrasi itu haram daripada bara’ mereka terhadap orang – orang nasionalis, pluralis dan sekuler, wallahul musta’an.


Keempat, konsekuensi keislaman seseorang memang berat, karena Islam ditegakkan dengan Dakwah dan Jihad. Kita juga jangan bodoh, hanya mau berislam secara benar dengan menunggu masyarakat berislam dulu. Atau menunggu masyarakat siap menerima Islam. Karena di Yaumul Hisab kelak, pertanggungjawaban kepada Allah Subhanahu Wa Ta ‘ala kita lakukan sendiri – sendiri, bukan diwakilkan ke kepala suku atau presiden atau ustadz kita.


Vonis Tidak Beriman Bagi Orang Yang Keluar Dari Hukum Allah


Di dalam Al Quran dijelaskan bahwa setiap perkara yang diperselisihkan wajib dikembalikan kepada al-Quran dan as-Sunnah.

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ ÃóØöíÚõæÇ Çááøóåó æóÃóØöíÚõæÇ ÇáÑøóÓõæáó æóÃõæáöí ÇáúÃóãúÑö ãöäúßõãú ÝóÅöäú ÊóäóÇÒóÚúÊõãú Ýöí ÔóíúÁò ÝóÑõÏøõæåõ Åöáóì Çááøóåö æóÇáÑøóÓõæáö Åöäú ßõäúÊõãú ÊõÄúãöäõæäó ÈöÇááøóåö æóÇáúíóæúãö ÇáúÂóÎöÑö Ðóáößó ÎóíúÑñ æóÃóÍúÓóäõ ÊóÃúæöíáðÇ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya (QS an-Nisa’ [4]: 59).


Menurut Ibnu Katsir ayat ini menunjukkan bahwa barangsiapa yang tidak berhukum merujuk kepada Al Quran dan as-Sunnah dan merujuk pada keduanya dalam perkara yang diperselisihkan maka ia tidak beriman kepada Allah dan Hari Akhir (Tafsir Ibnu Katsir, vol. 2 hal, 346).


Hal senada dinyatakan oleh al-Khazin bahwa ulama ayat ini menjadikan ayat ini sebagai dalil orang-orang yang tidak meyakini wajibnya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, mengikuti sunnah dan hukum yang berasal dari Nabi saw bukanlah orang yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir (Tafsir al-Khazin vol.2 hal.120)



Vonis Kafir Bagi Orang Yang Keluar Dari Hukum Allah


ÃóÝóÍõßúãó ÇáúÌóÇåöáöíøóÉö íóÈúÛõæäó æóãóäú ÃóÍúÓóäõ ãöäó Çááøåö ÍõßúãðÇ áøöÞóæúãò íõæÞöäõæäó

Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ? (QS. Al Maidah : 50)


Ayat ini merupakan penutup ayat-ayat tentang peristiwa orang-orang Yahudi yang merubah hukum Allah terhadap muhshan yang berzina. Ibnu Katsir berkata mengenai ayat tersebut: "Allah SWT mengingkari orang yang keluar dari hukum Allah SWT yang mengandung segala kebaikan yang melarang segala kejelekkan dan berpaling kepada yang lain yang berupa pemikiran, hawa nafsu dan istilah-istilah buatan manusia tanpa bersandar kepada syariat, sebagaimana hukum yang digunakan oleh orang-orang jahiliyah yang berupa kesesatan dan kebodohan yang mereka buat berdasarkan pemikiran dan hawa nafsu mereka. Dan sebagaimana hukum yang digunakan Tartar yang berupa politik kerajaan yang diambil dari raja mereka Jenghis Khan yang membuat Ilyasiq (Al-Yasiq) untuk mereka. Dan Ilyasiq adalah sebuah kitab yang berisi hukum – hukum yang diambil dari berbagai syariat seperti Yahudi, Nasrani, ajaran Islam dan yang lain. Dan di dalamnya banyak hukum yang mereka ambil murni dari pemikiran dan hawa nafsu. Lalu hukum-hukum tersebut menjadi syariat yang dianut di kalangan mereka yang lebih mereka utamakan daripada menggunakan hukum dari Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam. Maka barangsiapa melakukan hal itu dia telah kafir, dan wajib diperangi sampai dia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya sehingga dia tidak memutuskan perkara baik sedikit maupun banyak dengan selainnya.

Allah SWT berfirman (yang artinya):

Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki"

Artinya: yang mereka harapkan dan yang mereka inginkan sedangkan dari hukum Allah SWT mereka berpaling.

"Dan siapakah yang lebih baik hukumnya daripada Allah bagi kaum yang yakin"


(Tafsir Ibnu Katsir)


Di sini Ibnu Katsir menerangkan bahwa vonis kafir itu jatuh bagi orang yang keluar dari hukum Allah dan berpaling kepada pemikiran manusia, dalam hal ini beliau memberikan dua contoh, salah satunya adalah orang-orang jahiliyah dan yang satu lagi adalah bangsa Tartar, kemudian menyatakan hukum itu berlaku umum yaitu dengan mengatakan: "...Maka barangsiapa melakukan hal itu dia kafir...".


Dan beliau tidak mengatakan: Barangsiapa meyakini hal itu atau; Barangsiapa juhuud (ingkar) terhadap hukum Allah SWT, karena meskipun sikap tersebut mukaffir (menyebabkan kafir) akan tetapi menggantungkan kekafirannya berarti mengesamping-kan manaathul hukmi (sebab munculnya sebuah hukum) yang terdapat dalam firman Allah SWT yang artinya :

"Dan barangsiapa tidak memutuskan perkara dengan apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir. "


Sedangkan manaath yang terdapat dalam ayat ini adalah sengaja meninggalkan hukum Allah dan menggunakan hukum yang lain.


Seorang muslim semestinya tahu tujuan diciptakannya dirinya dan jin itu untuk apa?

Seorang muslim wajib menghindari menyekutukan Allah SWT


Ibnul Qayyim berkata dalam kitabnya Thariqul Hijrataian halaman 542 dalam thabaqah yang ketujuh-belas, “Islam adalah mentauhidkan Allah dan beribadah kepada-Nya tanpa menyekutukan-Nya sedikit pun, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, serta mengikuti apa yang dibawanya. Maka bila seorang hamba tidak membawa ini, berarti dia bukan seorang muslim; jika dia bukan orang kafir mu’anid (membangkang) maka dia adalah orang kafir yang jahil dan tidak mu’anid (membangkang). Namun, ketidak-membangkangan itu tidak mengeluarkan mereka dari status sebagai orang – orang kafir.”


Menutup perjumpaan kali ini, Allah berfirman yang artinya, Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (QS. 2 : 257)


...zhulumati ila alnnuuri...

Oleh karena itu, Allah SWT menyebutkan kata an-nuur (cahaya) dalam bentuk tunggal dan menyebutkan kata azh – zhulumat (kegelapan) dalam bentuk jama’, karena kebenaran itu hanyalah satu sedangkan kekufuran mempunyai jenis yang beragam dan semuanya adalah bathil.


Wallahu a'lam

Generasi Ghuraba

NB:

Ukuran kebenaran itu bukan dari banyaknya pengikut.

Tetapi yang sedikit pengikutnya itu juga belum tentu benar.

Kebenaran adalah apa yang berasal dari Kitabullah dan As-sunnah..





Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS 2 : 147)



Hadist Abdillah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah pada suatu hari dan kami bersama beliau, "Artinya : Beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba) ditanya Rasulullah siapakah Al-Ghuraba itu ? Beliau menjawab orang-orang shalih diantara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada mentaatinya" [H.R Ahmad]



Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba)" (H.R. Muslim)



Hadits Abdillah bin Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah, "Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, mereka berlindung diantara dua masjid sebagaimana ular berlindung dalam lubangnya" (H.R. Muslim)



Generasi Ghuraba






Satu-persatu peringatan Rasulullah SAW mengenai keadaan penghujung zaman sudah menampakkan diri di depan mata. Sayangnya ia tidak cukup dilihat dengan hanya mata lahir bila hati tidak dipakai untuk melihat. Hakikat dunia memang sibuk dan menyibukkan bagi penghuni yang larut dengan segala hiruk-pikuknya. Kesibukan ini membuat manusia sulit mendapatkan waktu hanya untuk sekedar berpikir dan merenung, “Adakah jalan yang kutempuh bersesuaian dengan kalimat syahadatku?”



Sayangnya, tanda-tanda dari ALLAH hanya mampu ditangkap oleh mereka yang berpikir, mereka yang merenung, mereka yang menggunakan akalnya, dan mereka yang mengambil pelajaran. Di luar itu, sesibuk apa pun manusia dengan amalnya, bila mengabaikan tanda-tanda dari ALLAH, maka mereka adalah orang-orang yang lalai, heedless.



“Islam bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang yang diasingkan “ (HR. Muslim, At Tirmizi, Ibnu Majah, At Tabarani).



Cukup mudah mengetahui sejauh mana tingkat 'keasingan' Islam saat ini. Bukalah pintu dan melangkahlah ke luar, adakah kita temukan Islam sebagaimana yang didefinisikan oleh Al Quran dan As Sunnah ? Bahkan ketika di masjid sekalipun, seberapa yakin hati kita untuk sekedar mengatakan “Inilah Islam!” ? Islam menjadi asing bukan karena umatnya yang sedikit. Bahkan bila dilakukan pemisahan antara Katolik Roma dan Umat Nasrani lainnya, maka jumlah Umat Islam adalah yang terbesar di dunia saat ini.



Islam dan tauhid adalah satu definisi. Tidak mungkin seseorang berserah diri sepenuhnya kepada apapun yang diatur ALLAH kecuali jika ia sudah bersaksi dengan hati, lisan, tangan, dan kakinya bahwa ia sudah merelakan dirinya untuk Satu Ilah saja. Besar maupun kecil yang tergolong pada selain dari definisi ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, maka ia sudah termasuk syirik. Islam dan tauhid yang didefinisikan oleh Al Quran adalah Islam dan tauhid yang dicontohkan oleh generasi awal di Madinah ketika mereka langsung memutar badan mereka seketika itu juga tatkala mendapatkan berita bahwa ALLAH telah memerintahkan rasul-Nya untuk memalingkan kiblat dari semula di Baitul Maqdis menjadi Ka'bah di Masjidil Haram. Aturan ALLAH adalah sesuatu yang segera, tidak ditunda, dan bukan untuk dicari-cari alasannya.



Bukan syirik terang-terangan yang dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW akan menimpa umatnya, tetapi syirik yang samar, seperti samarnya semut hitam di atas batu hitam pada malam yang gelap. Syirik yang membuat pelakunya tenang dan terlelap dalam kemusyrikan. Dahulu, zaman yang berlaku adalah zaman syirik, walaupun lisan mereka juga sudah menyebut ALLAH.



Zaman sekarang pun, lisan basah dengan nama ALLAH, tetapi amat sulit melepaskan diri dan mungkin tidak mau melepaskan diri dari berbagai berhala yang tidaklah tetap menjadi sandaran melainkan dengan alasan untuk mempertahankan penyembahan kepada ALLAH. Jadi fenomena keasingan Islam sebenarnya merupakan sisi lain dari sebuah fenomena besar yang mengiringi awal dan akhir perjalanan sejarah umat manusia, yaitu kemusyrikan.



Mencoba sedikit memahami persoalan sebenarnya yang mengiringi perjalanan Islam saat ini tidak bisa tidak harus mengacu pada pelajaran yang diberikan oleh Al Quran dan Al Hadits. Rasulullah SAW sudah mengingatkan akan fitnah terbesar, yang belum pernah ada sebelumnya, bahkan terbesar sejak dari penciptaan Nabi Adam a.s. hingga Hari Kiamat nanti, yaitu fitnah Al Masih Ad Dajjal. Tidaklah setiap nabi diutus melainkan mereka selalu mengingatkan mengenai fitnah Dajjal ini.



Amat disayangkan bila kebanyakan kaum muslimin lalai dengan Hari Akhir beserta berbagai huru-haranya dengan beralasan bahwa hanya ALLAH Yang Tahu waktu terjadinya. Yang aneh adalah sikap mereka. Betul bahwa hanya ALLAH Yang Tahu mengenai waktunya tetapi ALLAH tidak membiarkan peristiwa ini terjadi kecuali Dia telah mengirimkan peringatan mengenai tanda-tandanya. Kaum muslimin pun sudah abai dan lalai untuk mewaspadai Akhir Sejarah yang dalam Al Quran dan Al Hadits rasanya sudah lebih dari cukup peringatan yang gamblang mengenai Peristiwa Dahsyat ini beserta berbagai pengantarnya. Akhirnya yang terjadi adalah kelalaian (heedlessness) bahwa Hari Akhir itu masih jauh.



Sungguh kelalaian yang bukan pada tempatnya terjadi pada seorang mukmin jika Rasul mereka sendiri menyatakan bahwa jarak antara kehadiran dirinya dan datangnya Akhir Zaman itu seperti dua jarinya yang dirapatkan. Seharusnya seorang muslim mewaspadai kedatangan Hari-Nya itu seperti mereka mewaspadai datangnya maut yang sudah di ubun-ubun mereka. Tanpa disadari, Umat Islam terbawa arus membuat skenario sendiri mengenai zaman yang sedang mereka arungi berikut kesudahannya. ALLAH Yang Telah Membuat Skenario pun terlupakan.



Zaman Dajjal adalah zaman ketika semakin banyak saja definisi Islam yang sebelumnya fenomena ini tidak pernah terjadi. Apa yang tidak ada dalam Islam bisa menjadi ada dalam Islam dengan menambah label Islam di belakangnya. Apa yang bukan karakter dari Islam bisa dijadikan karakter dari Islam dengan menambah label Islam di depannya. Saat ini, bukankah yang lebih 'bersemangat' mendefinisikan Islam adalah mereka yang bukan tergolong dalam Islam. Fenomena yang aneh tetapi diterima di dunia Islam.



Musuh Islam sedang merumuskan dan mengajak Umat Islam untuk memakai definisi mereka, yaitu Islam yang bersahabat dan mengikuti kemauan musuhnya sendiri. Tidak heran jika kita melihat penguasa negeri muslim bisa begitu akrab dengan penguasa kaum kuffar yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin. Memang terlalu besar fitnah Dajjal ini. Seorang muslim yang berusaha istiqamah layaknya sedang memegang bara api. Seorang muslim yang berusaha istiqamah harus memilih api ketimbang air. Ya, air yang dibawa oleh Dajjal sebenarnya adalah api, dan api yang dibawa olehnya sebenarnya adalah air.



Ada kejadian menarik dalam World Economic Forum lalu di Davos, Swiss. Ada sesi khusus yang pada saat itu benar-benar dikhususkan untuk membicarakan sesuatu yang sama sekali tidak berkaitan erat dengan agenda forum itu lazimnya, yaitu mencoba mengetahui lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi dari Agresi biadab Israel terhadap Palestina di penghujung tahun itu. Peristiwa ini membuka mata dunia karena media internasional juga tidak lagi mampu menyembunyikan kebiadaban Israel yang sudah kelewat batas dan dilakukan begitu terang-terangan, mengabaikan bahwa segenap penduduk dunia menjadi saksi mata atas kekejaman mereka.



Ketika itu yang menjadi pembicara adalah Perdana Menteri Turki yang akhirnya walk out, Shimon Peres, Sekjen PBB, dan Sekjen Liga Arab. Mendapat kesempatan terakhir untuk memberikan pendapat setelah ketiga pembicara lainnya jelas-jelas menyudutkan Israel, maka Shimon Peres mengawali bicaranya dengan mengutip sebuah hadits yang dikatakan menjadi landasan piagam berdirinya Hamas di Palestina.



“Tidak akan terjadi Hari Kiamat hingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon.” Sayang ia tidak meneruskan hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim ini hingga “Namun batu atau pohon berkata,”Wahai Muslim, wahai hamba ALLAH, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja! Kecuali pohon Gharqad, karena termasuk pohon Yahudi.” Ia berusaha membela diri dengan langsung menyentuh permasalahan mendasar yang melatarbelakangi semua peristiwa besar dunia yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi, yaitu perang eksistensi antara Islam dan Yahudi. Ia langsung menyodorkan perkataan langsung dari Rasulullah SAW untuk menantang Umat Islam, apakah umat tetap mengikuti hadits ini atau mencari jalan lain yang menurut mereka lebih baik ketimbang apa yang diutarakan oleh hadits tersebut. Lalu apa tanggapan Umat Islam kebanyakan saat ini ?



Jawabannya bisa dilihat dari bagaimana kebanyakan Umat Islam menanggapi perjuangan saudara-saudaranya di berbagai negeri Islam. Saudara-saudaranya yang berjuang membebaskan tanahnya dari cengkraman kaum kuffar disebut teroris dan musuh bersama, dan makar serta propaganda yang dilakukan oleh musuh dituduhkan pada saudaranya sendiri. Mungkin ada benarnya pepatah yang mengatakan sesuatu yang salah bila terus diulang-ulang bisa menjadi sesuatu yang dianggap benar. Cukuplah ini menunjukkan bahwa kebanyakan Umat Islam saat ini bukan lagi di persimpangan jalan, malah sudah mengambil jalan seberang yang arahnya berlawanan. Bila demikian, semakin dekat atau jauhkah dengan tujuan ?



Muslim yang heedless akan sulit membedakan kenyataan dan penglihatan. Ketika penglihatan menunjukkan bahwa sekelompok orang di dunia ini sedang berkoar-koar untuk perdamaian dunia, maka kenyataan hanya menceritakan bahwa tidaklah tumbuh gerakan untuk menegakkan kalimat tauhid di penjuru dunia ini melainkan ia akan menjadi target penumpasan oleh mereka yang berkoar-koar. Ketika penglihatan menunjukkan betapa musuh selalu membuka pintu negosiasi, maka kenyataan hanya menunjukkan bahwa perampasan tanah terus berlangsung.



Masjidil Aqsa yang sekarang masih tegak entah apakah tetap tegak beberapa tahun ke depan. Pengungsi Palestina yang sekitar 7 juta entah siapa yang mau menampungnya. Israel Raya pun mungkin tinggal menunggu waktu implementasinya. Dan Umat Islam pun mungkin menjadi saksinya.



Musuh Islam selalu punya rencana dan skenario, dan ALLAH adalah Sebaik-baik Penyusun Rencana dan Skenario. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Seekor semut yang merayap di telapak kaki pun adalah skenario-Nya. Sungguh terlalu abai dan lalai bila kita menganggap bahwa terjadinya Perang Dunia I, lepasnya Yerusalem dari kaum Muslimin, runtuhnya khilafah, terbentuknya Saudi, beralihnya predikat negara adidaya dari Inggris ke Amerika Serikat secara misterius, Perang Dunia II, penyeragaman mata uang acuan dunia menjadi Dollar, pembentukan PBB, peristiwa Nakba dan pembentukan paksa serta sepihak Negara Israel tahun 1948, peristiwa WTC, invasi ke Afghanistan dan Irak, krisis ekonomi AS yang menjadi tanda besar runtuhnya negara AS untuk menjadi jalan Israel yang selama ini di belakang layar menjadi penguasa berikutnya, perluasan wilayah rampasan Israel yang terus berlangsung hingga saat ini, dan penggalian bawah tanah di Baitul Maqdis yang terus berlangsung, tidak berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.



Mereka yang merencanakan sedang melihat target mereka tercapai satu persatu, dan mereka yang heedless sedang bingung bersikap menghadapi perubahan zaman yang sudah sulit diikuti dengan akal sehat.



Lalu bagaimana Islam akan bangkit dengan keadaannya yang asing ini ? Sederhana jawabannya. Justru inilah sunnah-Nya untuk membangkitkan Islam. Dalam situasi keasingan seperti ini, akan terpisah mereka yang shiddiq, dan mereka yang fasik dan munafik. Dalam situasi asing ini akan terbedakan mereka yang berjihad dan mereka yang enggan dan lebih memilih duduk-duduk saja. Dalam situasi asing ini akan terpilih mereka yang layak menjadi tentara-Nya dan mereka yang tanpa sadar telah menjadi budak musuh-Nya.



Tidaklah ruh jihad akan berkumpul kecuali dalam kumpulan ruh jihad pula. Pada akhirnya, dalam situasi asing seperti ini, hanya akan ada dua golongan dari umat ini, mereka yang tergolong dalam generasi ghuraba, dan selainnya adalah golongan yang tanpa sadar sedang menuju lubang biawak !



“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Alkitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. “ (Al Baqarah 146)



“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti milah mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk ALLAH itulah petunjuk (yang sebenarnya).“ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari ALLAH. “ (Al Baqarah 120)





Penulis : Ibnu Kahfi Bachtiar



http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/ibnu-kahfi-alumni-universitas-oldenburg-jerman-generasi-ghuraba.htm