Sunday, February 4, 2018

Mengenal virus LIBERAL



Konotasi ASWAJA (8)
oleh Abulwafa Romli

MENGENAL VIRUS LIBERAL

Yang saya kehendaki dengan Virus Liberal adalah berbagai ide, pemikiran, pemahaman dan system yang memancar dari ide liberalisme [paham serba bebas]. Liberalisme sendiri tida
k berdiri sendiri, tetapi telah lahir dari rahim akidah sekularisme [pemisahan agama dari kehidupan kemudian dari negara], yaitu akidah produk kompromi di antara umat kristiani, yaitu di antara para pemikir [yang terdiri dari para pemeluk agama Kristen] disatu sisi dan para agamawan [yang terdiri dari para pemuka agama Kristen] disisi yang lain, pada abad pertenghan, dan tersebut terjadi di tengah-tengah masyarakat Kristen di Eropa. Liberalisme juga tidak berdiri sendirian, tetapi selalu berdiri, melangkah dan berjalan bersama dengan sejumlah ide, pemikiran, pemahaman dan sistem yang semuanya telah lahir dari rahim akidah sekularisme. Seperti:

1- Demokrasi dengan kedaulatan rakyatnya yang membuang atau menjadikan opsi hukum Allah SWT lalu menggantinya dengan hukum buatan manusia [rakyat], atau dengan memilih hukum rakyat dan mengalahkan hukum Allah.

2- HAM dengan empat kebebasannya, yaitu; kebebasan berakidah, kebebasan berpendapat, kebebasan bertingkah laku dan kebebasan kepemilikan, padahal empat kebebasan itu tidak ada dalam Islam dan sangat kontradiksi dengan Islam, jadi empat kebebasan tersebut hanya dibenarkan bagi orang kafir, tidak bagi orang Islam. Oleh karena itu HAM adalah ide kufur dan hanya untuk orang kafir.

3- Pluralisme dan sinkretisme, yang menganggap semua agama itu benar dan pemeluk-pemeluknya akan masuk surga asalkan beriman dan beramal shaleh sesuai agamanya, dan yang berikutnya mencampur-adukkan semua agama laksana nasi dan lauk-pauknya atau laksana es campur, sebagai konsekuensi dari pluralisme.

4- Kemudian dialog antar agama dan doa bersama lintas agama sebagai bukti penghayatan dan pengamalan dari ide pluralisme dan sinkretisme.

5- Sampai kemudian menjadi Pancasila Pinal dan NKRI Pinal.[1] Kedua ide ini saya masukan kedalam jajaran Virus Liberal karena melihat pakta para pengusungnya yang selama ini berafiliasi dan berkolaborasi dengan arang-orang liberal, bahkan mereka adalah orang-orang liberal sejati, dimana mereka adalah para propagandis peradaban barat. Mereka sangat anti dan menentang bahkan melakukan penggembosan terhadap dakwah menuju kebangkitan Islam yang hakiki melalui penegakan Daulah Khilafah Rasyidah sebagai institusi politik Aswaja [Ahlus Sunnah Wal Jama'ah] yang selama ini sangat getol dilakukan oleh Hizbuit Tahrir. Jadi pakta sebenarnya mereka adalah kepanjangan dari tangan-tangan Barat dalam mempropagandakan ideologi kapitalisme dengan seperangkat ide dan sistemnya. Sedangkan term Pancasila Pinal dan NKRI Pinal hanya dibuat tameng untuk menangkis serangan dari kaum muslim yang anti peradaban barat, karena kalau sudah menyangkut Pancasila Pinal dan NKRI Pinal sipenyerang akan berpikir seribu kali atau akan maju mundur sebelum menyerangnya karena kedua term itu sangat sacral.

6- Kemudian menjadi Menjaga NU, menjaga NKRI dan Memperkuat NU, Memperkuat NKRI.[2] Kedua term ini saya masukan kedalam barisan virus liberal juga berdasarkan pakta para pengusungnya yang berafiliasi dan berkolaborasi dengan orang-orang liberal. Mereka menjadikan NU dan NKRI sebagai wasilah untuk menolak pendirian Daulah Khilafah Rasyidah. Padahal tidak ada pertentangan diantara Madzahibul Arba'ah yang diklaim sebagai madzhab NU dan Daulah Khilafah, karena semua madzhab tersebut telah sepakat atas wajibnya khilafah dan pengangkatan seorang khalifah. Juga dengan NKRI, maka harus dipandang sebagai usaha maksimal dari para pendahulu kita dalam mendirikan sebuah Negara, dan bukan batas maksimal. Karena seandainya mereka mampu, pasti Malaysia dan sekitarnya menjadi bagian dari NKRI. Sedang yang tidak boleh dilakukan dan yang bertentangan dengan semangat NKRI adalah memisahkan diri dari NKRI atau memecah NKRI menjadi dua Negara atau lebih.

Padahal Daulah Khilafah yang sedang diperjuangkan oleh Hizbut Tahrir justru akan mengokohkan NKRI, akan mengembalikan Timor Timur kepangkuan NKRI, bahkan akan memperluas wilayah NKRI, karena khilafah adalah sistem yang universal, bahkan akan menggabungkan Negara-negara Barat dan Timur ke pangkuan NKRI. Maka ketika itu nama NKRI akan berubah menjadi Daulah Khilafah. Ini juga tidak bertentangan dengan NU, karena para tokoh NU juga telah berpandangan akan Apa Arti Sebuah Nama, Nama Itu Tidak Perlu Yang Penting Substansinya, Ismun Itu Tidak Perlu Yang Penting Musammanya, seperti pandangan KH Ahmad Shidiq dll. Jadi nama itu tidak dipersoalkan, boleh NKRI dan boleh Khilafah, yang penting substansinya, yaitu kedaulatan, keamanan, keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat. Jadi yang tepat adalah term Menjaga NU, Menjaga Khilafah dan Memperkuat NU, Memperkuat Khilafah.

7- Kemudian menjadi Tidak Apa-apa Negaranya Kafir, Yang Penting Nilai-nilainya Islam.[3] Saya memasukan pandangan ini kedalam barisan virus liberal juga karena penggagasnya sangat anti dan menolak bahkan melakukan penggembosan terhadap dakwah pendirian Negara Islam, Daulah Khilafah Rasyidah dan formalisasi syariat Islam dalam bermasyarakat dan bernegara. Apalagi gagasan itu termasuk gagasan utopis yang tidak ada paktanya sama sekali dan tidak akan dapat dipaktakan sama sekali, karena mustahil ada nilai Islam di selain penerapan syariat Islam. Jadi nilai-nilai Islam itu ada ketika syariat Islam diterapkan. Contohnya dalam keadilan, nilai keadilan Islam apa ketika ada orang mencuri barang yang telah mencapai nishab sariqah dan sanksi hukumannya hanya dipenjara beberapa minggu. Maka sama sekali tidak ada nilai Islam, sedang yang ada hanyalah nilai hukum jahiliyah. Tetapi ketika sanksi Islam diterapkan, yaitu potong tangan, maka terdapat nilai Islam, yaitu tujuan dari sanksi itu, yaitu menjadi jawabir [tebusan] dosa bagi pencuri yang telah di jatuhkan sanksi potong tangan kepadanya di akhirat kelak, dan jawazir [pencegah] bagi orang lain dari melakukan tindakan serupa, juga dengan kasus kasus criminal yang lain, baik yang terkait dengan hak-hak Allah maupun hak-hak adami [sesama manusia].

Oleh karena itu dalam khazanah fikih Islam para ulama tidak hanya membahas bab shalat dan puasa, tetapi sampai pada pembahasan jinayat, hudud, jihad dlsb. Jadi ketika syariat Islam di formalkan dan diterapkan, maka nilai-nilai Islam dapat dirasakan dan dibuktikan, baik di dunia maupun di akhirat kelak. Bahkan pengusung pandangan tersebut sering sekali di berbagai ceramah dan diskusinya menyentil potongan ayat waman lam yahkum bimaa anzalallohu faulaaika humul kaafiruun [dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum sesuai yang telah diturunkan Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir]. Dia mengatakan bahwa man adalah orang, bukan Negara. Jadi tidak apa-apa negaranya kafir asalkan orangnya Islam…….". Memang benar man itu artinya orang, tetapi harus di ketahuai bahwa Negara itu di tinggali dan diatur oleh orang, dan Allah telah menyuruh agar orang yang mengatur Negara harus mengaturnya dengan hukum [syariat]-Nya, karena yang diatur juga orang. Dan orang yang tidak mengatur Negara dengan hukum-Nya adalah orang kafir. Jadi ayat tersebut menunjukkan atas wajibnya memformalkan dan menerapkan hukum Allah dalam kehidupan bernegara.

8- Sampai propaganda yang terus menerus disuarakan oleh tokoh-tokoh liberal termasuk oleh tokoh-tokoh jam'iyyah yang mengklaim paling Aswaja bahwa ; "Rasulullah SAW Tidak Pernah Mendirikan Negara Islam Di Madinah". Propaganda ini sangat keliru dan menyesatkan. Karena kalau kita menelaah hadis berikut ;
Dari Nu'man Ibn Basyir barkata; Rasulullah SAW bersabda ;

تكون النبوة فيكم ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكا عاضا فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون ملكا
جبرية فتكون ما شاء الله أن تكون، ثم يرفعها الله إذا شاء أن يرفعها، ثم تكون خلافة على منهاج النبوة ثم سكت. رواه أحمد

"Di tengah kalian ada kenabian, yang dengan izin Allah ia akan tetap ada, kemudian Allah mangangkatnya, ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian ada khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian, yang dengan izin Allah ia akan tetap ada, kemudian Allah mangangkatnya, ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada pemerintahan zalim, yang dengan izin Allah ia akan tetap ada, kemudian Allah mangangkatnya, ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada pemerintahan diktator, yang dengan izin Allah ia akan tetap ada, kemudian Allah mangangkatnya, ketika Dia berkehendak untuk mengangkatnya. Kemudian akan ada khilafah yang mengikuti tuntunan kenabian". Kemudian belaiu diam". HR Ahmad.

Ketika kita menelaah hadis tersebut, maka secara tektual benar bahwa pada masa Nabi SAW hanya ada nubuwah [kenabian], tidak ada negara khilafah ditengah-tengah kaum muslim, juga tidak ada pemerintahan zalim dan dictator, bahkan tidak ada negara demokrasi dan Pancasila. Kalau kita menolak negara khilafah, karena Nabi SAW tidak pernah mendirikannya, maka kita harus lebih menolak Negara Demokrasi dan Pancasila, karena tidak ada pada masa Nabi SAW, sahabat, tabi'in dan tabi'it-tabi'in, bahkan sampai tahun 1924 M.

Akan tetapi ketika kita menelaah pakta yang ada pada masa Nabi SAW, dengan menelaah sunnah serta siroh Nabi SAW secara menyeluruh, maka kita menemukan pakta berdirinya Negara Islam di Madinah. Di sana Nabi SAW telah mengangkat para wali [jabatan setingkat gubernur], para amil [jabatan setingkat bupati], para katib [skretaris], para panglima dan komandan prajurit, para qadhi [hakim], bahkan mengangkat dua mentri, yaitu Abu Bakar dan 'Umar. Jadi dengan sejumlah pakta itu, kalau bukan Negara, namanya apa?

Demikian juga pada hadis di atas, Nabi SAW telah menyebut khilafah ala minhajin nubuwah, tidak daulah khilafah. Sedangkan pakta khilafah adalah Daulah Islamiyyah [Negara Islam]. Ini adalah indikasi bahwa Nabi SAW telah mendirikan sebuah daulah, yang kemudian menjadi khilafah. Kalau tidak demikian, apa makna sabda Nabi SAW berupa khilafah ala minhajin nubuwah? Padahal kalau khilafah yang mengikuti metode kenabian adalah sebuah Negara, maka yang diikutinya juga harus sebuah Negara, karena pengikut [tabi'] itu harus mengikuti yang diikuti [matbu']. Kalau tidak demikian, maka harus ada pihak yang telah berdusta, yaitu Nabi SAW atau para sahabat yang telah ber-Ijmak atas berdirinya Daulah Khilafah. Lalu ketika kita memustahilkan terjadinya kedustaan di antara dua pihak, maka kita memastikan bahwa Nabi SAW benar-benar telah mendirikan Daulah Islamiyyah di Madinah.

Juga pada hadis tersebut Nabi SAW memakai kata Nubuwwah tidak memakai kata Risalah, padahal yang dominan saat itu adalah Muhammad sebagai Rasulullah yang lebih umum dari pada Muhammad sebagai Nabiyyullah yang bersifat pribadi, lalu kata Nubuwwah di teruskan dengan kata khilafah, mulkan 'adhan, mulkan jabariyyah dan khilafah lagi. Ini adalah indikasi yang sangat kuat yang menunjukkan bahwa nubuwwah pada hadis itu adalah bentuk Negara Islam, karena oleh Nabi SAW telah di sejajarkan dengan bentuk Negara Islam yang lain. Jadi di samping Muhammad SAW sebagai Rasulullah yang membawa risalah Islam secara umum, juga sebagai Nabiyullah yang membawa nubuwah Islam secara khusus, yaitu dalam bentuk Negara. Hal ini di kokohkan oleh hadis berikut;

عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: كانت بنو إسرائيل تسوسهم الأنبياء كلما هلك نبي خلفه
نبي وأنه لا نبي بعدي وستكون خلفاء فتكثر. قالوا فما تأمرنا؟ قال: فوا بيعة الأول فالأول. رواه مسلم

Dari Abu Hurairah ra berkata; Rasulullah SAW bersabda; "Dulu Bani Israil urusan politiknya dipimpin oleh para nabi, setiap satu nabi wafat digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada nabi lagi setelahku, dan akan ada para khalifah lalu mereka banyak". Sahabat berkata; "Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?", beliau bersabda; "Penuhilah baiat khalifah yang pertama lalu yang khalifah pertama". HR Muslim.

Hadis ini berbicara masalah politik para nabi Bani Israil yang silih berganti, lalu Nabi SAW berkata; "Sesungguhnya tidak ada nabi lagi setelahku", tidak berkata; "Sesungguhnya tidak ada Rasul lagi setelahku". Lalu beliau SAW berkata; "Dan akan ada para khalifah ". Ini adalah indikasi bahwa beliau Nabi SAW adalah sosok kepala daulah nubuwwah, yakni sosok nabi yang memegang jabatan politik, karena kalimat yang jatuh sebelum dan setelah kalimat "Sesungguhnya tidak ada nabi lagi setelahku" adalah kalimat yang membicarakan urusan politik. Jadi hadis ini berhubungan dengan hadis sebelumnya dimana keduanya sama-sama membicarakan urusan politik nubuwah. Dan dari keduanya dapat ditarik kesimpulan bahwa Nabi SAW telah menegakkan Negara Islam di Madinah dan Negara itu disebut dengan daulah nubuwwah yang di kemudian hari berganti dengan nama daulah khilafah ala minhajin nubuwah [Negara Khilafah yang mengikuti metode Negara Nubuwah]. Kalau daulah khilafah di pimpin oleh khalifah, maka daulah nubuwah dipimpin oleh nabi.

Pandangan ini juga dikokohkan oleh Ijmak sahabat sebagai dalil syar'iy yang paling kuat, karena ijmak sahabat itu menyingkap dalil. Artinya, para sahabat tidak akan berani ber-Ijmak untuk mendirikan Negara Khilafah dan mengangkat seorang khalifah yang menggantikan kedudukan Nabi SAW dalam menjalankan roda pemerintahan Islam, kalau mereka tidak mengerti dan melihat secara langsung bentuk Negara Islam yang telah dibangun dan dipraktekkan oleh Nabi SAW di Madinah, karena mereka sangat kuat keterikatannya dengan agama Islam yang telah dibawa, disampaikan dan dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.

Dengan demikian kita memastikan bahwa propaganda "Rasulullah SAW Tidak Pernah Mendirikan Negara Islam Di Madinah", adalah virus liberal berkedok Aswaja.

Juga yang saya kehendaki dengan virus liberal adalah individu yang telah terkontaminasi oleh virus liberal dan dia dengan sembunyi-sembunyi atau secara sahasia berupaya menularkan virus liberalnya kepada setiap orang atau komunitas yang dia jumpai atau dia berada di dalamnya. Biasanya individu yang telah menjadi virus liberal itu terdiri dari sosok ustadz atau gus [putra kyai], terutama yang masuk kedalam struktur NU atau yang menjadi NU structural. Dan dalam menyebarkan virusnya tidak secara langsung menyebarkan ide-ide dan pemikiran-pemikiran liberal sebagaimana di lakukan oleh gerombolan liberal tulen seperti JIL [Jaringan Islam Liberal], tetapi dengan memakai kedok seperti kedok Aswaja [Ahlus Sunnah Wal Jama'ah] untuk menyembunyikan ide dan pemikiran liberalnya. Sedangkan ide dan pemikiran Aswaja yang orisinil dan asli di manipulasi dan direkayasa agar terlihat sebagai ide dan pemikiran yang kontradiksi dengan ide dan pemikiran Aswaja kedok..

Setidaknya ada tiga indikasi yang dapat dipakai untuk mendeteksi seseorang yang telah terkontaminasi oleh virus liberal atau seseorang yang telah menjadi virus liberal, yaitu :

Pertama; suka merekayasa, berdusta, memitnah dan memprovokasi, baik melalui tulisan maupun lisan, terhadap perjuangan penerapan Islam kaffah.

Kedua; suka memuja dan menyanjung plus husnuz zhan [baik sangka] kepada segala ide, pemikiran dan sistem yang lahir dari rahim akidah sekularisme, dan kepada orang-orang yang mendakwahkannya, baik melalui tulisan maupun lisan. Dan

Ketiga; suka mencaci, mencela dan su-uz-zhan [buruk sangka] terhadap ide, pemikiran dan sistem yang lahir dari akidah Islam seperti sistem pemerintahan Islam, sistem ekonomi Islam, sistem pergaulan Islam, sistem pendidikan Islam dan sistem yang mengatur sanksi hukuman Islam, dan terhadap orang-orang yang mendakwahkannya, baik melalui tulisan maupun lisan.

Untuk lebih jelasnya tulisan selanjutnya akan menyingkap kedok virus liberal dan akan menampakkan wajah liberal yang sebenarnya yang selama ini bersembunyi di balik kedok Aswaja, karena akan membongkar berbagai rekayasa, dusta, fitnah dan provokasinya terhadap HIzbut Tahrir.

[1] Majalah NU AULA, hal 23, April 2011, Menghidupkan Ruh dan Pemikiran KH Achmad Siddiq, terutama hal 126, PT Gramedia Pustaka Utama Jakarta, 2007.
[2] KH A Hasyim Muzadi, majalah NU AULA, hal 34, April 2011.
[3] KH A Hasyim Muzadi, majalah NU AULA, hal 36, April 2011, juga dalam ceramahnya di berbagai tempat.
 ====================================================

No comments: