Friday, February 18, 2011

Menjaga Aqidah Umat dalam Kehidupan Plural

Menjaga Aqidah Umat dalam Kehidupan Plural


Daulah Islam tak menolerir sama sekali upaya perusakan aqidah umat Islam. Di sisi lain negara sangat menjaga keberadaan non muslim.

Islam menempatkan negara sebagai bagian yang vital dalam mengatur ekspresi keberagamaan warga nega-ranya. Hal ini karena negara di dalam Islam ditegakkan atas dasar Aqidah Islam. Konsekuensinya segala sesuatu yang berhubungan dengan institusi negara, hak dan kewajiban negara dan warga negaranya didasarkan pada Islam. Aqidah Islam juga menjadi asas undang-undang dasar, undang-undang dan segala peraturan yang berlaku. Intinya tak satu pun bagian yang lepas dari Aqidah Islam dan hukum-hukum yang terpancar darinya.

Peran Negara menjaga Aqidah

Salah satu tanggung jawab negara adalah membina dan menjaga kemurnian aqidah umat Islam. Negara menerapkan berbagai kebijakan yang saling mendukung bagi terciptanya aqidah yang bersih, kuat dan berpengaruh pada diri kaum muslimin. Pada saat yang sama negara berupaya agar aqidah tersebut dapat tersiar ke seluruh dunia agar Islam sebagai rahmatan lil alamin dapat dirasakan kenikmatannya. Rasulullah SAW bersabda: “Saya diperintahkan untuk meme-rangi manusia hingga mereka mengucapkan kalimat Lailaha illallah muhammadun rasulullah. Apabila mereka melakukan hal tersebut maka harta, darah dan kehor-matannya akan terpelihara dariku kecuali ada hak Islam atasnya dan hisab mereka di tangan Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Di dalam negara Khilafah Islamiyah sejumlah pilar sistemik ditegakkan untuk membentuk dan menjaga aqidah umat. Pertama, negara berkewajiban untuk mendidik warga negaranya dengan kuri-kulum yang berbasis aqidah Islam. Kurikulum pendidikan, materi pelajaran yang diajarkan di seluruh lembaga pendidikan baik negeri ataupun swasta harus sesuai dengan aqidah Islam dan tidak boleh bertentangan sedikit pun darinya.

Kedua, negara melarang setiap bentuk penyebaran dan propaganda ide-ide dan perilaku yang bertentangan dengan aqidah Islam. Individu dan organisasi apa pun dilarang untuk menyebarkan ide-ide pemi-kiran dan ideologi kufur, seperti program kristenisasi, kapitalisme, sosialisme, pemi-kiran yang meragukan kebenaran risalah Islam, serta pemikiran yang dapat meng-akibatkan kemunduran umat. Pelakunya tak akan dibiarkan melenggang namun akan diseret ke meja hijau dan dikenakan sanksi ta'zir yang kadarnya ditetapkan oleh qadhi.

Salah contoh ketegasan khalifah men-jaga Aqidah Islam adalah hukuman mati yang dijatuhkan kepada Ghilan ad-Dimasyqy oleh Khalifah Hisyam bin Abdul Malik. Bukan itu saja jasadnya juga disalib di pintu kota Damsyiq (al-Milal wa al-Nihal, hal. 48). Hal itu lantaran ia terus menyebarkan paham yang menafikan takdir Allah meski telah dipatah-kan argumentasinya.

Demikian pula sikap khalifah al-Mu'tashim, ketika seorang wanita muslimah di Umuriyyah yang bernama Syurah al-'Alawiyah meminta tolong padanya akibat penghinaan yang dilakukan oleh orang-orang Romawi kepada kaum Muslim dan pemaksaan kepada mereka untuk masuk Kristen. Beliau langsung mengirimkan pasukan untuk menumpas dan menguasai wilayah tersebut (Târikh al-Dawlah al-'Âliyah al-Utsmâniyyah, hal 46).

Ketiga, seluruh media massa baik cetak ataupun elektronik tidak diperkenankan untuk menyiarkan berita dan program apa pun yang bertentangan dengan aqidah Islam. Program-program yang berbau klenik dan porno misalnya tidak akan pernah ditolerir oleh negara.

Keempat, negara melarang setiap partai politik, organisasi atau lembaga apapun yang berdiri atas asas selain Islam seperti sekularisme dan komunisme. Membiarkan kelompok seperti di atas tumbuh sama saja dengan memberikan peluang bagi mereka untuk mengacak-acak aqidah umat Islam. Belum lagi mereka dapat menjadi perpan-jangan tangan negara-negara kafir untuk menghancurkan umat Islam. Pengalaman pahit gerakan misionaris di Lebanon pada akhir keruntuhan Daulah Utsmaniyah menjadi pelajaran yang sangat berharga.

Kelima, negara khilafah juga akan menjatuhkan hukuman mati kepada orang muslim yang murtad. Namun sebelumnya mereka diminta untuk bertaubat setidaknya selama tiga hari. Jika ia murtad karena menganggap ajaran Islam lemah, maka ia akan diberikan penjelasan tentang kebenaran Islam oleh ulama yang ahli di bidang tersebut.

Non Muslim dalam Negara Islam
Penjagaan negara terhadap aqidah umat bukan berarti melarang keberadaan non Muslim dalam daulah Islam. Pemeluk agama selain Islam diberikan kesempatan untuk eksis dengan syarat dia bersedia tunduk kepada hukum Islam. Di sisi lain, negara diwajibkan menerapkan hukum Islam kepada seluruh warga negaranya, baik muslim maupun nonmuslim.

Khusus bagi nonmuslim, yang dikenal dengan sebutan ahlu al-dzimmah, diper-lakukan sejumlah hukum. Beberapa di antaranya, adalah: Pertama, mereka dibiarkan untuk menganut keyakinan mereka dan menjalankan kegiatan ibadah mereka. Mereka tidak boleh sama sekali dipaksa masuk ke dalam agama Islam. Diriwayatkan dari 'Urwah bin Zubair, ia berkata, “Rasulullah SAW pernah menulis surat kepada penduduk Yaman, ”Siapa saja yang tetap memeluk agama Nashrani dan Yahudi, mereka tidak akan dipaksa untuk keluar dari agamanya, mereka hanya wajib membayar jizyah.”[HR. Ibnu 'Ubaid]. Meski demikian dakwah kepada mereka tetap dilakukan.

Kedua, ahlu al-dzimmah wajib taat dan patuh pada seluruh hukum syara' yang diterapkan dalam kehidupan publik seperti dalam bidang politik, ekonomi dan sanksi. Sementara dalam urusan yang berkaitan dengan kehidupan privat, mereka diberi keleluasaan untuk mengkonsumsi makanan dan minum, termasuk babi dan khamar. Tentu saja, dalam melakukannya tidak boleh dilakukan dalam kehidupan umum. Demikan pula dengan pakaian, kaum wanitanya tidak dipaksakan untuk memakai jilbab meski tetap diatur agar tidak merusakan tatanan sosial masyarakat Islam yang mewajibkan wanita menutup auratnya. Urusan perni-kahan dan perceraian di antara mereka juga diatur berdasarkan agama mereka.

Ketiga, kaum muslim wajib meng-hormati dan menjaga hak-hak mereka selama mereka melaksanakan kewajiban mereka sebagai ahlu dzimmah. Harta dan darah mereka wajib dijaga. Diriwayatkan al-Khathib dari Ibnu Mas'ud, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Barangsiapa menyakiti dzimmiy, maka aku berperkara dengannya, dan barangsiapa berperkara dengan aku, maka aku akan memperkarakannya di hari kiamat.” (al-Jâmi' al-Shaghîr, hadits hasan].

Kaum muslim sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Al-Qarafi juga dituntut untuk bersikap baik kepada mereka seperti menolong mereka dari kesulitan, memberi makanan ketika mereka lapar dan berbicara kepada mereka dengan sopan. Mereka juga dinasehati dengan tulus dalam berbagai urusan mereka. Di samping itu juga harus dibela dari pihak mana pun yang berupaya untuk menyakiti mereka, mencuri harta mereka atau merampas hak-hak mereka. Dengan demikian ahlu al-dzimmah dapat merasakan keadilan dan kesejahteraan hidup di bawah naungan Islam dan pada akhirnya dapat mendorong mereka untuk masuk Islam secara sukarela. Wal-Lâh a'lam bi al-shawâb.[] muhammad ishak

http://www.mediaumat.com/content/view/97/65/

Belajar dari Kasus Mesir, AS Terus Membendung Kebangkitan Ummat Islam

Belajar dari Kasus Mesir, AS Terus Membendung Kebangkitan Ummat Islam


HTI Press. Gejolak Timur Tengah masih menjadi issu terhangat yang dibicarakan di negeri ini. Setelah Tunisia terjadi peristiwa penggulingan rezim, dalam perkembangannya, massa di Mesir telah mendorong perubahan rezim dan juga berhasil membuat rezim Mubarak tumbang. Dunia kemudian bertanya-tanya bagaimana keadaan konstalasi politik di Timur Tengah setelah terjadi penggulingan rezim ? apakah sejarah akan mencatat revolusi di Tunisia dan mesir akan membawa perubahan bagi nasib warga Negara disana ? lalu bagaimana dengan dunia islam pada umumnya ? atau sebaliknya, justeru ada kemungkinan nyata bahwa seruan perubahan ini dibajak oleh kekuatan-kekuatan asing ? sejumlah pertanyaan ini cukup menggelitik untuk kemudian di bahas, sembari mendiskusikan peta skenario potensial untuk konstalasi politik Timur Tengah dan dunia Islam pada umumnya.

Atas pemikiran tersebut, DPD I HTI sulsel sebagai bagian terintegra dengan ummat Islam mencoba untuk memberikan pandangan politiknya terkait krisis di Timur Tengah. Dalam diskusi rutin yang diadakan setiap bulan yakni HALQOH ISLAM DAN PERADABAN, pada tanggal 12 Februari 2011 , DPD I HTI sulsel mengangkat tema “Gejolak mesir dan masa depan dunia Islam”. Adapun narasumber yang dihadirkan diantaranya Drs. Aspiannor masrie (Pakar Hubungan Internasional dari Universitas Hasanuddin), Mustajab al Musthafa, S.IP (pemerhati dunia Islam), dan Muhammad Kemal Shodiq (DPD I HTI Sulsel). Acara HIP ini dimulai tepat pukul 09.00 Wita, bertempat di Aula Kementrian Agama Kota Makassar Jl. Rappocini Raya)

Dalam sambutan di awal acara, Humas DPD I HTI sulsel kembali menegaskan tentang latar belakang kegiatan Halqah Islam dan Peradaban ini, menurutnya bahwa Hizb menginginkan terwujudnya sebuah tatanan peradaban baru. Peradaban yang dimaksud tersebut tentunya adalah peradaban yang berdasarkan Islam. Adapun gejolak politik yang terjadi di Timur Tengah juga sangat penting untuk dicermati karena sangat berkaitan dengan sebuah peristiwa politik yang mengindikasikan adanya upaya perubahan. Masalahnya adalah apakah hanya sampai sebatas itu saja (gantii rezim red).


Bapak Apiannor Masrie berpendapat bahwa sebelum berbicara tentang gejolak politik dii Timur Tengah, hal yang perlu dipahami terlebih dahulu adalah adanya kepentingan Negara barat (AS) disana. Sehingga secara otomatis bisa dikatakan bahwa setiap peristiwa politik yang terjadi di Timur Tengah ada campur tangan AS didalamnya. Lebih jauh lagi beliau menjelaskan tentang tiga hal yang menjadi domain kepentingan AS di Timur Tengah. Yang pertama adalah masalah minyak, kedua adalah eksistensi Negara Israel, dan yang ketiga yang jarang diungkap oleh pengamat adalah upaya pembendungan barat terhadap kebangkitan Ummat Islam.

dalam kasus Mesir misalnya beliau menyebut Mesir dijadikan benteng pertahanan bagi kepentingan AS di Timur Tengah. Posisi Mesir secara geopolitik sangatlah strategis. Keberadaan Terusan Suez yang berfungsi sebagai jalur distribusi minyak mentah dunia dan senjata nuklir membuat AS merasa berkepentingan untuk tetap mempertahankan pengaruhnya di Mesir. Hal lain yang tak kalah pentingnya adalah AS berkeinginan untuk mengamankan eksistensi Israel di Palestina. ” Jika Mesir dikuasai oleh Kelompok Islam yang anti AS, maka jalur gaza akan terbuka, yang menyebabkan akses ke Palestina akan semakin besar, dan ini berbahaya bagi Israel” ungkap beliau.

Contoh lain yang diberikan adalah kasus di Sudan selatan. “AS sangat mendukung upaya referendum yang terjadi disana. Faktanya, Sudan Selatan telah merdeka. Artinya apa, Sudah selatan yang menjadi pintu masuk ke Afrika, telah dikuasai orang non muslim. Dimana 70 % penduduk disana adalah Kristen. Jelas ini upaya AS untuk membendung pengaruh Islam ke benua Afrika” jelas pakar hubungan Internasional Universitas Hasanuddin ini.


Hal senada juga di ungkap oleh Mustajab al Muthafa. Bahkan menurutnya gejolak yang terjadi di Mesir hanyalah riak-riak politik belaka. Yakni gerakan rakyat yang sudah “muak” dengan rezim korup dan orotiter, yang ujung dari gejolak ini hanya berhenti pada turunnya rezim, jadi salah besar jika dikatakan sebagai sebuah revolusi Islam yang membawa angin segar bagi dunia Islam.

Namun demikian, beliau tetap berpesan agar kita menyikapi peristiwa politik ini secara benar. Sebab menurut beliau krisis yang terjadi di Timur tengah adalah pertarungan politik kepentingan Barat dan Islam. ”jika Negara Islam lemah, maka itu masalah bagi bagi ummat Islam. Sebaliknya jika Negara Islam kuat, maka itu akan menjadi masalah bagi AS. Makanya, barat berusaha untuk terus menjaga kepentingannya untuk tetap menjadi Domain dalam konstalasi politik di timur tengah. Yakni diantaranya memastikan siapapun yang menjadi pemimpin di Negara-negara timur tengah haruslah agen AS” lanjut beliau.


Adapun Muhammad Kemal Shodiq mengawali penjelasannya dengan mengutip terjemahan surah Al Hasyr ayat 2 ” Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran . Hai orang-orang yang mempunyai pandangan “.

Menanggapi gejolak yang terjadi di mesir yang hanya berakhir pada pergantian rezim, beliau mengatakan bahwa langkah tersebut bukanlah sesuatu yang dikatakan sebagai ” perubahan “, yakni yang terjadi di hanyalah pergantian agen baru AS di Mesir. Yang jika dicermati, hampir seluruh kalangan menuntut agar perubahan yang terjadi bermuara pada pelaksanaan pemerintahan yang lebih demokratis. Padahal, menurut beliau demokrasi adalah akar masalah dari rezim yang korup dan diktator yang ditentang oleh masyarakat Mesir. ” Karena demokrasi adalah sistem kufur, maka tidak layak untuk dijadikan sebagai ide perubahan. Yang harus dijadiikan landasan perubahan adalah Islam ” pungkas beliau.


Dalam pembahasan selanjutnya Muhammad kemal Shodiq lebih banyak menguraikan tentang arah perubahan yang seharusnya diambil oleh ummat Islam. Yakni mengubah suatu peradaban jahiliyah menuju peradaban Islam. Sebagaimana yang telah di contohkan oleh Rasulullah dan para sahabat dalam membangun peradaban Islam dengan tegaknya Daulah khilafah Islamiyah [ ] Aulia yahya (lajnah I’lamiyah DPD I HTI Sulsel)

Perangi Islam, AS Rangkul Kelompok Modernis, Tradisionalis dan Sufi

Perangi Islam, AS Rangkul Kelompok Modernis, Tradisionalis dan Sufi

http://www.voa-islam.com/counter/intelligent/2011/01/31/13042/perangi-islam-as-rangkul-kelompok-modernis-tradisionalis-dan-sufi/

Isu-isu tentang intoleransi, kekerasan fisik, radikalisme agama, dan deradikalisasi yang digulirkan oleh berbagai LSM liberal, ternyata agenda kampanye anti syariat Islam, adudomba antar kelompok Islam (devide et impera), pelemahan, dan penyesatan akidah.

Hal itu diungkap Direktur An Nasr Institute For Strategic Policy, Munarman SH, dalam sebuah diskusi terbatas dengan sejumlah pimpinan ormas Islam di Jakarta, (12/1/2011). Munarman merujuk data rahasia itu dari sebuah dokumen berjudul “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies,” yang dikeluarkan oleh Rand Corporation, sebuah lembaga riset di AS. Dokumen itu menjabarkan sejumlah strategi untuk menghantam kelompok Muslim fundamentalis.

Munarman juga membeberkan aktor utama, bahasan, agenda, alur isu dan program serta strategi antek-antek AS dan Zionis Yahudi yang selama ini mendiskreditkan kelompok Islam dengan berbagai stigmatisasi, seperti fundamentalis, radikal, intoleran, dan terorisme.

Ada beberapa NGO yang sering mengangkat pokok bahasan soal toleransi, intoleransi, pluralisme, moderasi, radikalisasi agama, terorisme, dan demokrasi. Sebut saja seperti Setara Institute, Moderate Muslim Society (MMS), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Rand Corporation. Keempat NGO ini selalu kompak dalam mengangkat isu yang sama tentang topic tersebut.

BNPT misalnya sering mengangkat pokok bahasan tentang Darul Islam (DI), Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), terorisme, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan Setara Institute, MMS, dan LSM liberal lainnya kerap mengangkat isu tentang intoleransi, kekerasan fisik, radikalisme agama.
Agenda yang mereka gulirkan merupakan satu paket dalam rangka mengkampanyekan anti syariat Islam dan anti formalisasi syariat, membenturkan kelompok Islam (devide et impera), pelemahan, penyesatan dan penghapusan akidah, anti jihad, membelokkan jihad, memusnahkan jihad, pengakuan dan memuliakan agama lain benar, persamaan agama dan kontrol atas Islam dan umat Islam.


Belakangan, program bersama itu disebut-sebut sebagai program deradikalisasi. Sasaran bidiknya adalah ormas Islam, majelis taklim, para kiai dan ustadz/ustadzah, berbagai institusi perguruan tinggi, dan masyarakat. Untuk jangka panjang, program deradikalisasi yang dikembangkan oleh BNPT bekerjasama dengan LSM liberal, bisa menghasilkan pola pandang yang bisa melemahkan dan merapuhkan akidah umat Islam. Sehingga yang muncul adalah pimpinan ormas Islam, ustadz, kiai, mahasiswa, dan masyarakat Muslim yang anti syariat Islam, anti jihad, bersikap plural, sekuler dan liberal. Bahkan bukan tidak mungkin, murtad dengan sendirinya.

Adapun proses alur isu dan program yang digulirkan, bermula dari Zionis international, US Government, NGO International (seperti USAID, Asia Foundation dsb), LSM local, hingga kepada Rezim Pemerintah/BNPT.

Perlu juga diketahui, sumber rekrutmen antek-antek AS dan Zionis Yahudi itu biasanya merangkul intelektual dan akademisi muslim yang liberal dan sekuler, ulama muda yang moderat, komunitas-komunitas aktivis, kelompok-kelompok perempuan yang terlibat dalam kampanye kesetaraan, penulis dan jurnalis moderat.

Munarman juga membeberkan actor utama yang selama ini mengebiri Islam dan kelompok Islam di dunia internasional. Dari Rand Corporation terdapat actor utama, seperti: Angel Rabasa, Cheryl Bernard, Lowell H. Schwartz, Peter Sickle, Kim Cragin. Kemudian ada Ross Johnson dari CIA, Steven Cook dari Council on Foreign Religion, Micahel Whine dari British Jews, lalu ada J. Scott Carpenter dan Alberto Fernandez dari US State Secretary (Deplu AS). Aktor utama ini dikendalikan oleh kekuatan Zionis Internasional.

Lebih jauh Munarman juga membongkar alokasi dana untuk menyudutkan Islam di belahan dunia. Dari Smith Richardson Foundation disebarkan melalui NGO internasional lainnya, seperti NDI (National Democracy Institute), NED (National Endowment For Democracy), IRI (International Republican Institute), Asia Foundation, USAID, CSID (Center For The Study of Islam and Democracy).

Dana internasional (founding agency) itu kemudian dialokasi lagi kepada LSM-LSM local di Tanah Air atau yang disebut antek-antek local. Sebut saja seperti: Setara Institute (Hendardi, Bonar TN, Azyumardi Azra), Moderate Muslim Society/MMS (Zuhairi Misrawi), Yayasan Fahmina Cirebon, Maarif Institute, Wahid Institute, ICIP, Satgas BOM (Gorries Merre dan Petrus Gplose), BTPT (Ansyad Mbai), JIL (Ulil Absar Abdalla), Media (Kompas, Tempo, Jawa Pos).


Ada beberapa strategi dan taktik yang direkomendasikan Rand Corporation untuk kemudian diteruskan kepada LSM local berpaham Sepilis. Strategi itu, meliputi:
Melawan interpretasi mereka tentang Islam dan menampakkan ketidakakuratannya
Mengungkap hubungan mereka dengan kelompok dan tindakan yang illegal.
Mempublikasikan konsekuensi tindak kekerasan mereka.
Mendemonstrasikan ketidakmampuan mereka dalam memimpin untuk meraih pembangunan yang positif bagi negara dan komunitas mereka.

Menyebarkan pesan khususnya kepada generasi muda, penduduk tradisionalis yang saleh, kelompok minoritas di Barat dan kepada perempuan.
Mencegah memperlihatkan penghormatan dan kekaguman terhadap kekerasan kaum fundamentalis ekstremis dan teroris.

Menstigma mereka sebagai pihak perusak dan pengecut dan bukan sebagai pahlawan.
Mendorong para jurnalis untuk menginvestigasi isu-isu korupsi, sikap hipokrit dan tindakan amoral kelompok fundamentalis dan teroris


MAKAR JAHAT ANTEK-ANTEK AS

Untuk mendukung kelompok modernis guna melawan kaum fundamentalis, di antaranya: mempublikasikan dan mendistribusikan hasil kerja mereka dengan biaya yang disubsidi. Mendorong mereka menulis untuk massa dan untuk pemuda memasukkan pandangan-pandangan mereka ke dalam kurikulum pendidikan Islam

Kemudian, memberikan mereka platform public, menyediakan opini dan sikap mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang agama sebagai tandingan kaum fundamentalis dan tradisionalis yang memiliki website, rumah produksi, sekolah, institute dan berbagai kendaraan lain dengan tujuan untuk menghambat pemikiran kaum fundamentalis dan tradisionalis.

Selanjutnya, memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai pilihan counterculture bagi pemuda muslim yang belum terpengaruh. Memfasilitasi dan mendorong kesadaran terhadap budaya dan sejarah pra-Islam dan yang tidak islami melalui media dan kurikulum di negara-negara yang relevan. Membantu pembangunan organisasi sipil yang independen untuk mempromosikan budaya sipil dan mendorong penduduk lokal untuk mendidik diri mereka tentang proses politik dan mengartikulasikan pandangan-pandangan mereka.

Adapun, strategi untuk kaum tradisionalis adalah sebagai berikut: Mempublikasikan kritik terhadap kekerasan fundamentalis dan kaum ekstremis, mendorong munculnya pertentangan antara tradisionalis dan fundamentalis, menghambat aliansi antara kaum tradisionalis dan fundamentalis, mendorong kerjasama antara kelompok modernis dan tradisionalis yang lebih dekat dengan kelompok modernis, mendidik kelompok tradisionalis untuk memberikan bekal kepada mereka agar dapat berdebat melawan kelompok fundamentalis karena kelompok fundamentalis dianggap sering memiliki retorika yang lebih superior.

Selanjutnya, meningkatkan citra dan profil kelompok modernis di institusi tradisionalis, membedakan berbagai aliran tradisional dan mendorong mereka agar memiliki persamaan dengan kelompok modernis, mendorong popularitas dan penerimaan kelompok Sufi.

Sementara itu strategi untuk melawan kelompok fundamentalis, meliputi: Melawan interpretasi mereka tentang Islam dan menampakkan ketidakakuratannya, mengungkap hubungan mereka dengan kelompok dan tindakan yang illegal, mempublikasikan konsekuensi tindak kekerasan mereka, mendemonstrasikan ketidakmampuan mereka dalam memimpin untuk meraih pembangunan yang positif bagi negara dan komunitas mereka.
Lalu, menyebarkan pesan khususnya kepada generasi muda, penduduk tradisionalis yang saleh, kelompok minoritas di Barat dan kepada perempuan, mencegah memperlihatkan penghormatan dan kekaguman terhadap kekerasan kaum fundamentalis ekstremis dan teroris, menstigma mereka sebagai pihak perusak dan pengecut dan bukan sebagai pahlawan, mendorong para jurnalis untuk menginvestigasi isu-isu korupsi, sikap hipokrit dan tindakan amoral kelompok fundamentalis dan teroris, mendorong perpecahan di antara kelompok fundamentalis. [desastian]

sumber : http://www.voa-islam.com/counter/intelligent/2011/01/31/13042/perangi-islam-as-rangkul-kelompok-modernis-tradisionalis-dan-sufi/

FPI: Agar Tidak Murtad, Kenali Kafir Liberal dan Ciri-cirinya

FPI: Agar Tidak Murtad, Kenali Kafir Liberal dan Ciri-cirinya

Jakarta (Voa-Islam) Musuh Islam paling besar dan berbahaya abad ini adalah kelompok Kafir Liberal. Mereka adalah antek iblis nomor satu yang sangat membenci Islam. Sekali-kali jangan menyebut kelompok ini Islam Liberal, sebab Islam tidak berpaham liberal, dan liberal bukanlah Islam Agar tidak terjangkit virus liberal, maka kenalilah ciri-cirinya.

Demikian lembaran maklumat yang dikeluarkan Dewan Pimpinan Pusat Front Pembela Islam (DPP-FPI) saat menggelar Maulid Nabi Muhammad Saw, 15 Februari 2011 (12 Rabi’ul Awwal 1432 H).

Bukan rahasia umum lagi, jika kelompok liberal di Indonesia senantiasa menolak segala bentuk Formalisasi Syariat Islam, bahkan mereka selalu membela berbagai kebatilan dan kemunkaran, seperti pornografi, pornoaksi, legalisasi judi, legitimasi minuman keras, lokalisasi pelacuran, seks bebas, perkawinan sejenis, homo dan lesbi, kafir Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya, termasuk perdukunan, penodaan agama dan pemurtadan.

Pertarungan yang haq dan batil dalam perkembangan terakhir semakin kencang saja. Terbukti, kaum liberal kerap memberi stigamatisasi kepada kelompok Islam yang istitiqomah dengan sebutan preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan teroris. Bahkan, dengan menggebu-gebu, kaum liberal selalu bernafsu untuk membubarkan ormas Islam yang selama ini giat memerangi kemungkaran dengan berbagai cara.

Tuduhan yang dilontarkan Setara Institut dan konco-konco liberalnya, terhadap kelompok Islam istiqomah ditunjukkan lewat laporan penelitian yang tidak valid, tidak objektif, sangat tendensius, hanya ingin menyenangkan tuannya, Amerika Serikat (USAID – lembaga donasi AS ) yang telah berbaik hati mendanai riset pesanan tersebut. Bisa ditebak, ujung-ujungnya adalah menyudutkan Islam dan mengkambinghitamkan ormas Islam tertentu.


Virus Liberal

FPI menilai liberal adalah jenis kanker pemikiran yang paling berbahaya. Liberal merupakan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran yang disebabkan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh iman. Ada beberapa virus yang selama ini ditebar musuh Islam. Nah agar virus itu tidak terjangkit dan menyebar kemana-mana, maka kenali virus itu.

Pertama, relativisme, yaitu virus liberal yang memandang semua kebenaran relative (tidak pasti), sehingga tidak ada kebenaran mutlak, termasuk kebenaran agama. Virus ini menimbulkan penyakit pluralisme yang memandang semua agama sama dan benar. Sehingga tidak boleh suatu umat beragama mengklaim agamanya saja yang paling benar, tapi juga harus mengakui kebenaran agama lain. Penyakit ini disebut juga inklusivisme atau mulkulturaslisme. Ini adalah kanker pemikiran stadium satu.
Kedua, Skepstisisme, yaitu virus liberal yang meragukan kebenaran agama dan menolak universalitas dan komprehensivitas yang mencakup semua sektor kehidupan, sehingga agama hanya mengatur urusan ritual ibadah saja, tidak lebih. Virus ini menimbulkan penyakit sekularisme yang memisahkan urusan agama dari semua urusan negara, baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, industri maupun teknologi. Ini adalar kanker pemikiran stadium dua.

Ketiga, Agnostisisme, yaitu virus liberal yang melepaskan diri dari kebenaran agama dan bersikap tidak tahu menahu tentang kebenaran agama, sehingga agama tidak lagi menjadi standar ukur kebenaran. Virus ini menimbulkan penyakit Materialisme yang mengukur segala sesuatu dengan materi, termasuk mengukur kebenaran agama. Ini adalah kanker pemikiran stadium tiga.

Keempat, Atheisme, yaitu virus liberal yang menolak semua kebenaran, khususnya kebenaran agama, dan memandang Tuhan hanya sebagai Faith Identity (Identitas kepercayaan) yang menjadi mitos (takhayul) suatu agama yang harus dirumus ulang berdasarkan Rasionalitas. Virus ini menimbulkan penyakit Rasionalisme, yaitu segala sesuatu hanya diukur dengan akal semata, sehingga akal dipertuhankan. Ini adalah kanker pemikiran stadium empat.

Seorang liberal adalah orang yang pemikirannya sudah terserang keempat virus. Itulah sebabnya, kaum liberal di seluruh dunia dengan aneka sektenya memiliki karakter pemikiran yang sama, sehingga semua kelompok liberal sepakat dan bersatu dalam aneka kesesatan antara lain.

Kenali Tanda Islamphobi

Lebih lanjut, FPI mengimbau umat Islam untuk mengenai tanda-tanda kelompok Islamphobi yang selama ini berkedok penelitian untuk menyudutkan Islam. Inilah laporan menyesatkan Setara Institute cs: Pemberantasan aliran sesat disebut intoleransi, Al Qur’an sebagai pedoman dicap fundamentalisme, tafsir ulama salaf dituduh penyebab kekerasan.

Apalagi? Kasus Maluku dan Poso disebabkan radikalisme Islam, UU dan Perda Syariat lahir dianggap ancaman dan diskriminatif, penamaan organisasi dari Al Qur’an mendapat stigma radikal, Fatwa MUI, NU dan Muhammadiyah adalah justifikasi kekerasan.

Ormas Islam seperti FPI, FUI, HTI, MMI dan JAT, oleh kaum liberal disebut ormas radikal. Tuduhan lainnya adalah anggota ormas Islam difitnah sebagai preman berjubah, sedangkan murtad dan atheis dianggap kebebasan beragama. Penegakan syariat Islam disebut penyebab terorisme, ormas Islam yang mendesak bubarkan Ahmadiyah dicap intolernasi. Ciri-ciri Islam garis keras, menurut kelompok liberal adalah yang menegakkan syariat Islam, memerangi kemaksiatan, anti pemurtadan dan memberantas aliran sesat.
Karakter musuh Islam lainnya adalah menyampaikan gagasan Tuhan dan semua yang gaib hanya mitos, agama dianggap hanya produk budaya dan sejarah, semua kitab suci adalah buatan manusia, semua agama sama dan benar, iman dan kafir hanya merupakan pilihan, taat dan maksiat harus sama diberi ruang, manusia memiliki kebebasan mutlak, HAM diatas segalanya, aliran sesat hanya perbedaan penafsiran, murtad dianggap kebebasan beragama.

Musuh Islam ”Kafir liberal” yang juga harus dikenali adalah setiap orang bebas untuk mengaku nabi, poligami dituduh sebagai syariat syahwat, homo-lesbi hanya orientasi seksual biasa, perkawinan sejenis dilegalkan. Lalu syariat Islam pun dibilang bias gender, pemasung kebebasan, diskriminatif, tidak relevan, sudah kadaluarsa, harus dimodernkan, ancaman, dan agama harus dipisah dari negara.
Menjadi jelas, bahwa liberal adalah kelompok anarkis pemikiran, perusak agama dengan mengatasnamakan agama. Pengasong liberal adalah musuh syariat Islam, preman intelektual, koruptor dalil dan manipulator hujjah, serta tidak diragukan lagi sebagai antek iblis.

Itulah sebabnya, manusia liberal adalah musuh besar Islam yang paling berbahaya, jauh lebih berbahaya dari segala kemunkaran dan kesesatan yang ada. Genderang perang antara haq dan batil sudah dimulai. Inilah perang abadi yang tidak akan pernah berhenti sampai hari kiamat. Maka kenalilah musuh Islam, tandai ciri-cirinya, agar umat Islam, tidak ikut-ikutan munafiq dan menjadi bagian dari mereka: kafir liberal. (Desastian)

http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/02/15/13342/fpi-agar-tidak-murtad-kenali-kafir-liberal-dan-ciricirinya/

Penjaga Camp David Yang Kedua pun Jatuh!

Seruan Hizbut Tahrir kepada Dewan Agung Militer Mesir

Penjaga Camp David Yang Kedua pun Jatuh!

Tiga puluh tahun lalu, Anwar Sadat dijatuhkan dengan keras oleh para aktivis mukmin Mesir. Itu sebagai balasan kejahatan yang dilakukannya berupa penandatanganan perjanjian Camp David yang khianat dengan entitas Yahudi perampas Palestina, bumi Isra’ da Mi’raj, bumi kiblat yang pertama …

Hari ini jatuh dan terusir pula lah Hosni Mubarak, pewaris Sadat dalam menjaga Camp David, yang memelihara pasal-pasalnya, dan yang melaksanakannya sebagai pengkhianatan kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin …

Dua orang itu jatuh akibat perbuatan tangan keduanya setelah keduanya membangun istana, memiliki harta yang banyak, kemudian mereka tinggalkan di belakang mereka!
{ فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ وَمَا كَانُوا مُنْظَرِينَ }
Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh. (QS ad-Dukhan [44]: 29)

Dua orang itu jatuh setelah keduanya mengabdi kepada Amerika, selain Allah. Amerika menguasai lisan dan jari jemari keduanya. Maka Amerika tidak berguna sedikitpun bagi keduanya di hadapan Allah.
وَلَنْ تُغْنِيَ عَنْكُمْ فِئَتُكُمْ شَيْئًا وَلَوْ كَثُرَتْ وَأَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُؤْمِنِينَ
Dan angkatan perangmu sekali-kali tidak akan dapat menolak dari kamu sesuatu bahayapun, biarpun dia banyak dan sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang beriman. (QS al-Anfal [8]: 19)

Dua orang itu jatuh dan tidak meraih kebaikan apa-apa bahkan sebaliknya mendapatkan kehinaan di dunia.

وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَخْزَى وَهُمْ لَا يُنْصَرُونَ
Dan sesungguhnya siksaan akhirat lebih menghinakan sedang mereka tidak diberi pertolongan. (QS Fushshilat [41]: 16)


Dua orang itu jatuh … dan itulah kesudahan bagi setiap pengkhianat, meski telah berkuasa dalam jangka waktu tertentu. Yaitu pengkhianat yang tidak tidak menghukumi dengan Islam. Tidak memberikan loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya, sebaliknya justru loyal kepada kaum kafir penjajah dan berkonspirasi dengan kaum kafir penjajah terhadap negeri kaum muslim …

Dua orang itu jatuh … lalu tidakkah orang-orang zalim merenungkan perkara mereka, sebelum Allah mendatangi mereka dari arah yang tidak mereka sangka-sangka?
وَلَا تَحْسَبَنَّ اللَّهَ غَافِلًا عَمَّا يَعْمَلُ الظَّالِمُونَ إِنَّمَا يُؤَخِّرُهُمْ لِيَوْمٍ تَشْخَصُ فِيهِ الْأَبْصَارُ
Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak. (QS Ibrahim [14]: 42)

Para penguasa yang menandatangani perjanjian khianat dengan entitas Yahudi, atau menormalisasi hubungan dengan entitas Yahudi, atau berunding dengan mereka, tidakkah mereka paham bahwa kesudahan mereka adalah hitam gelap di dunia sebelum nanti di akhirat? Ataukah mereka itu tuli, bisu, dan buta, sehingga karenanya mereka tidak mengerti …

Mesir Kinanah dan warganya telah melakukan perlawanan terhadap kezaliman. Tahrir Square berubah menjadi masjid (tempat sujud), yang dari sana bertolak takbir mereka yang mendeklarasikan fajar baru … Lalu tidakkah fajar itu menjadi benar-benar fajar Khilafah di bumi Kinanah. Fajar penghapusan perjanjian khianat, fajar kemenangan kembali di Palestina, dan fajar pembebasannya dari najis Yahudi dan penghapusan entitas Yahudi, -yang urusannya mulai makanan sampai senjata ditangani Amerika, dengan disksikan dan didengar oleh para penguasa khianat di negeri-negeri kaum Muslim, bahkan atas koordinasi dan kerelaan mereka!

Amerika telah mengintervensi Mesir Kinanah dalam jangka waktu yang lama. Bahkan yang lebih dari intervensi itu, penguasa Mesir memberikan kemudahan, tanpa memiliki rasa malu kepada Allah, Rasul-Nya dan kaum Mukmin … Hal itu masih terus berlangsung, hingga dalam peristiwa-peristiwa paling akhir ini. Amerika tetap saja mengenduskan batang hidungnya dan melibatkan dirinya dalam perkara dan urusan Mesir melalui lisan Obama, wakil, dan para penasihatnya … Belum tibakah saatnya batang hidung Amerika itu dipatahkan, pelibatan dirinya dibinasakan, dan lisannya dipotong, sehingga Mesir kembali bebas dan mulia sebagai Kananah Allah di muka bumi ini?

Kami Hizbut Tahrir menyampaikan seruan kepada orang-orang yang jujur di Dewan Agung Militer Mesir. Sungguh Allah telah memberinya kekuasaan. Hendaklah ia menjadikan loyalitasnya kepada Allah, Rasul-Nya, dan kaum Mukmin; dan memutus total loyalitas kepada selainnya. Hendaklah ia menegakkan Khilafah dan memerintah dengan apa yang telah diturunkan oleh Allah, berjihad di jalan Allah, mengembalikan Palestina, meneladani pembebas Palestina terdahulu dari najis pasukan salib dan Tatar, sehingga ia bisa membebaskan bumi yang diberkahi itu dari najis Yahudi dan memupus segala upaya kaum penjajah …

وَلَيَنْصُرَنَّ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ إِنَّ اللَّهَ لَقَوِيٌّ عَزِيزٌ
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama) -Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS al-Hajj [22]: 40)
09 Rabiul Awal 1432 H Hizbut Tahrir
12 Februari 2011

Pelajaran Dari Arus Perubahan

Perubahan sudah terjadi di negeri ini, Pakistan, Bangladesh, Turki dan negeri Islam lainnya. Sekarang, arus perubahan sedang mengaliri Tunisia, Mesir, lalu Aljazair, Yaman, Yordania, Suriah, dan Saudi; dan menunggu negeri-negeri muslim lainnya. Dari semua itu bisa kita ambil beberapa pelajaran berikut:

Pertama, Para penguasa kaum muslim saat ini memiliki banyak kesamaan. Mereka mengkhianati berbagai permasalahan umat, menelantarkan kemaslahatan umat, dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjual kekuasaan dan kedaulatan negerinya, menggadaikan negeri kepada musuh-musuh Allah dan menjadikannya arena pertarungan internasional. Mereka mengangkangi kekayaan negerinya dan dibagi-bagi diantara pemimpin rezim, orang-orang dekatnya, para kroni dan pengikutnya. Bahkan mereka menyerahkan dan menggadaikan kekayaan umat kepada barat imperialis. Mereka sama-sama memberikan loyalitas kepada barat kapitalis terutama AS dan Inggris. Mereka pun menjelma menjadi sosok zalim, rusak dan merusak serta menyebarkan kerusakan di muka bumi. Mereka lupa, kezaliman dan penindasan akan melahirkan “letusan,” dan tirani pasti akan berakhir dan dilindas zaman! Kesudahan bagi para penguasa zalim dan tiran pasti datang.

إِنَّ اللَّهَ لَيُمْلِي لِلظَّالِمِ حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفْلِتْهُ
Allah sungguh membiarkan orang yang zalim hingga jika Dia mengambilnya, Dia tidak akan melepaskannya (HR al-Bukhari dan Muslim)

Kedua, para penguasa itu berupaya memupuk kekuasaan, menghimpun harta, mengguritakan jaringan kroninya dan bersandar serta loyal kepada barat. Mereka lupa, bahwa semua itu tidak berguna sedikitpun dan tidak bisa menyelamatkan nasib mereka dari umat dan sanksi Allah SWT. Sekuat apapun loyalitas dan sebesar apapun pengabdian mereka kepada barat imperialis, jika tiba saatnya, mereka akan dicampakkan oleh barat. Mereka hanya akan mendapat kehinaan di hadapan umat di dunia dan sanksi yang pedih di akhirat.

Ketiga, Perubahan akan terjadi jika rakyat bergerak menuntut perubahan. Saat itu, tidak ada pihak manapun, termasuk barat kafir dengan segala kekuatannya, yang bisa menghalangi perubahan. Sayang, perubahan yang terjadi belum berupa perubahan hakiki, baru sebatas perubahan orang dan pribadi penguasa. Rezim yang satu jatuh dan diganti oleh penguasa yang lain, yang tetap loyal kepada barat imperialis dan mengadopsi sistem sekular.

Keempat, perubahan hakiki yang seharusnya diwujudkan adalah perubahan yang dicontohkan oleh Rasul saw dan para sahabat. Yaitu perubahan menuju Allah, menuju Islam, akidah dan syariahnya sebagai pandangan hidup dan sistem yang diterapkan untuk mengatur urusan masyarakat.

Kelima, perubahan hakiki akan terwujud jika umat bergerak menuntut perubahan hakiki itu. Untuk itu umat harus sadar dan paham tentang: Rusak dan bobroknya sistem yang sedang eksis; Rusak dan buruknya para pengusung dan penjaga sistem itu. Umat harus sadar dan paham tentang sistem Islam dan bahwa syariah Islam merupakan sistem yang terbaik dan diridhai Allah dan Rasul-Nya, serta hanya mungkin sempurna diterapkan dalam bingkai Khilafah Rasyidah ‘ala minhaj an-Nubuwah. Umat juga harus sadar dan paham, mewujudkan perubahan hakiki dengan menerapkan syariah Islam adalah tuntutan keimanan mereka. Kesadaran itu yang akan melahirkan gerakan umat menuntut dan merealisasi perubahan hakiki itu.

Semua itu hanya bisa diwujudkan melalui gerakan penyadaran, dakwah yang terus menerus. Itulah aktivitas perjuangan yang riil dan serius mewujudkan perubahan yang hakiki. Yang harus kita lakukan adalah turut andil seoptimal mungkin dalam upaya mewujudkan kesadaran-kesadaran itu dalam diri umat dengan segenap komponennya terutama ahlul quwah, para tokoh dan ulama. Setiap kita bisa melakukannya. Tidak ada sesuatupun yang membuat kita tidak bisa. Sebesar apapun andil kita dalam hal itu akan kita petik buahnya di akhirat kelak di hadapan Allah SWT. Mau?? WalLâh a’lam bi ash-shawâb.

Komentar Al-Islam:

Nabi Muhammad perlu dicontoh dan dipedomani kepemimpinan dan kebijaksanaannya yang mampu mengubah kehidupan masyarakat majemuk yang penuh kemungkaran menuju masa depan lebih baik. -Presiden SBY dalam peringatan Maulid Nabi di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa, 15/2/2011- (inilah.com, 15/2)


1. Kebijaksanaan Nabi adalah al-Quran dan as-Sunnah. Sistem kepemimpinan yang Nabi saw wariskan adalah Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah, bukan sistem jahiliyah buatan manusia, baik kapitalisme demokrasi ataupun sosialisme komunisme
2. Meneladani kepemimpinan dan kebijaksanaan Nabi saw adalah dengan menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai sumber kebijaksanaan yaitu sumber hukum, dan menerapkan syariah Islamiyah dalam bingkai Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwah. Niscaya, masyarakat yang lebih baik tidak lagi sekedar mimpi.

Abu Bakar Ba'asyir Melawan Proyek 'Perang Melawan Terorisme' Amerika

Abu Bakar Ba'asyir Melawan Proyek 'Perang Melawan Terorisme' Amerika
Oleh: Ali Mustofa Akbar

Persidangan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir sudah mulai digelar. Tentu kita mengharapkan keadilan bagi sosok ulama kharismatik asal Ngruki ini. Jangan hanya karena tekanan dari berbagai pihak, terutama asing dalam rangka War On Terrorism (WOT), kemudian pengadilan kembali mendzalimi beliau.

Tentu kita masih ingat beberapa waktu yang lalu, Amir JAT ini harus “mondok” di rutan Salemba selama 4 tahun, cuma gara-gara soal identitas paspor. Di pengadilan, terbukti bahwa beliau tidak terlibat dengan aktivitas terorisme. Kita juga masih ingat, perlakuan semena-mena Densus 88 terhadapnya saat penangkapan di Banjar Patroman, Agustus tahun lalu, padahal seyogianya tidak perlu diperlakukan seperti itu, cukup dipanggil, beliau pasti datang. Asal tahu saja, beliau tidak sedang dalam pelarian.

Seperti diketahui bersama, kali ini pengasuh Ponpes Al Mukmin ini kembali dikait-kaitkan dengan aktivitas terorisme di Indonesia. Sesuatu yang bertolak belakang dengan pernyataan-pernyataan ulama yang terkenal begitu mukhlis ini, di mana beliau di beberapa kesempatan mengatakan tidak sepakat dengan tindakan ‘terorisme’ (pemboman di Indonesia, dll). Menurutnya, Indonesia sekarang ini bukan bumi Jihad, bukan daerah konflik. Terus pertanyaannya, apa mau mereka?


Perang Ideologi

Penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir merupakan salah satu bagian dari War on Terrorist. Sedangkan WOT sendiri sejatinya hanyalah topeng untuk memerangi Islam, hal ini terbukti dari beberapa fakta yang terekam di lapangan, bahwa AS lebih banyak menginvasi ke negeri-negeri Islam, daftar teroris mayoritas adalah umat Islam. Sangat aneh ketika Israel yang jelas-jelas melakukan tindakan teror terhadap warga Palestina tidak dicantumkan ke daftar teroris, sedangkan Hamas dalam mempertahankan negerinya untuk mengusir penjajah Zionis dimasukkan dalam daftar teroris mereka. Bukti lain, mayoritas korban adalah masyarakat Islam, mereka juga sering menggunakan istilah; teroris Islam, militan Islam, Radikal Islam. Hal yang tidak disematkan kepada teroris Yahudi (Israel), teroris Hindu (Macan Tamil), bahkan kalau mereka mau jujur, mereka sangat layak menyandang gelar teroris Kristen.

Pasca runtuhnya komunis yang dipimpin Uni Soviet, satu-satunya ancaman terhadap dominasi Amerika Serikat terhadap dunia dengan Ideologi kapitalismenya, otomatis hanyalah tinggal Islam, dengan catatan Islam diterapkan sebagai sebuah Ideologi. Samuel P hatington dalam bukunya “who are you?” mengatakan ” bagi barat, yang menjadi musuh utama bukanlah fundamentalis Islam, tapi Islam itu sendiri”. Sedangkan menurut mereka Ideologi Islam memiliki beberapa kriteria, yakni seperti yang diungkap Mantan PM Inggris Tony Blair saat kongres buruh (16/ Juli/2006). Ia menjelaskan ”Islam sebagai Ideologi Iblis: ingin mengeliminasi Israel, menjadikan syariat sebagai sumber hukum, menegakkan khilafah dan bertentangan dengan nilai-nilai liberal.”

Maka dari itu, untuk membendung potensi pesaing ini, Amerika Serikat melakukan berbagai cara guna menaggulanginya. Bermacam kebijakan mereka tempuh, salah satunya dengan melakukan invasi militer secara langsung terhadap negeri-negeri Islam, selain itu, mereka juga melancarkan perang pemikiran (ghazwul fikri) secara masif sehingga terbukti lumayan ampuh membuat umat Islam sendiri meninggalkan Ideologinya, termasuk menanamkan antek-anteknya di berbagai negara untuk memuluskan niat jahat mereka.
Kebijakan perang fisik mereka gunakan untuk melumpuhkan seteru-seteru Ideologi mereka dikawasan Timor tengah dan lainnya, sedangkan kebijakan perang non fisik (perang pemikiran) ditempuhnya di seluruh negeri Islam, baik yang diduduki secara militer maupun tidak.

Di Indonesia, pemikiran Amerika (barat) telah berhasil merengsek masuk ke berbagai sendi kehidupan ( ekonomi, sosial, budaya, politik, dan seterusnya). Untuk menyukseskan upayanya ini mereka juga menciptakan kader-kader intelektual dari tubuh kaum Muslim itu sendiri yang telah di cuci otaknya sehingga mindset berpikirnya pun telah berubah menjadi mindset berpikir yang bukan lagi Islam, melainkan pro terhadap Amerika dan bahkan cenderung memusuhi Ideologi Islam.

Saking pentingnya perang pemikiran ini, sekretaris menteri pertahanan AS Wolfowitz merekomendasikan: ”saat ini, kita sedang bertempur dalam perang melawan teror, perang yang akan kita menangkan. Perang yang lebih besar yang kita hadapi adalah perang pemikiran, jelas suatu tantangan. Tetapi yang (ini) juga harus dimenangkan”. Bermacam sarana dan prasarana mereka gunakan, di antaranya dengan mengintervensi pendidikan, yakni mengatur kurikulum pendidikan yang berbasis sekulerisme, termasuk kurikulum-kurikulum pesantren yang sudah banyak digembosi melalui dana-dana bantuan yang mereka salurkan.


Stigma Teroris

Apa kaitannya penangkapan Abu Bakar Ba’asyir dengan War On Terrorism?. Sifat setiap ideologi yang berkuasa adalah mempertahankan kekuasannya, maka ia tidak akan membiarkan apabila ada potensi Ideologi lain yang akan merongrongnya. Jika dikolerasikan dengan Indonesia, negeri berpenduduk muslim terbesar ini pastinya dipandang menjadi ancaman serius terhadap Ideologi kapitalisme pimpinan Amerika apabila Ideologi Islam bangkit di negeri ini.


Karena itu, perlu dihalangi siapa saja baik individu maupun jamaah Islam yang jelas-jelas memperjuangkan tegaknya Ideologi Islam. Salah satunya adalah memberikan stigma teroris padanya agar umat menjauhinya, yang kemudian diharapkan menjauhi apa saja yang disuarakannya.

Dalam kasus ini, kita tahu Ustadz Abu Bakar Ba’asyir adalah sosok yang begitu lantang menyuarakan agar syariah Islam diterapkan secara kaffah dalam seluruh aspek kehidupan. Maka sudah sewajarnya jika pihak yang tidak senang dengan hal itu perlu untuk menjebaknya, berusaha mengaitkannya dengan aktivitas terorisme.
Mendambakan media yang objektif

Media massa punya kontribusi besar dalam mempengaruhi hati dan pemikiran masyarakat, kebanyakan media massa sekarang ini mayoritas dikuasai oleh kaum sekuler dan seringkali dalam pemberitaannya menyudutkan Islam dan kaum Muslim.

Columbus dan Wolf dalam tulisannya (Pengantar hubungan Internasional hal.186-187) mengatakan ” salah satu fungsi bisnis propaganda adalah memonitor, mengklasifikasi, mengevaluasi, dan mempengaruhi media massa. Para wartawan, kolumnis, komentator, dan pembuat opini yang dianggap bersahabat biasanya diundang ke kedutaan besar. Pihak kedutaan besar biasanya memberikan informasi eksklusif, bila perlu menawarkan bonus. Di negara-negara barat, peran dinas propaganda luar negeri sangat luar besar. Hal ini mengingat opini publik, kelompok penekan, dan media massa terlibat terus menerus untuk mempengaruhi kebijakan sebuah negara”.

Ariel Cohen Ph.d (pengamat) juga pernah merekomendasikan ”AS harus menyediakan dukungan kepada media lokal untuk membeberkan contoh-contoh negatif dari aplikasi syariah)”. Sedangkan ide-ide yang harus terus menerus diangkat ialah menjelekkan citra Islam: perihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita, kebolehan suami untuk memukul istri. (Cheril Benard, Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies, the Rand Corporation, halaman 1-24). Kami berharap, semoga saja media segera tersadarkan akan hal ini
.
Umat Islam sudah seharusnya mengambil langkah-langkah strategis untuk meminimalisir dampak-dampak negatif dari war on teroris yang dilancarkan Amerika Serikat dan sekutunya ini.

Pula harus bersama berjuang menegakkan dienul Islam. Amerika dan sekutunya merupakan kekuatan yang global, oleh sebab itu harus dihadapi dengan kekuatan yang global pula. Harapan bagi umat Islam masih ada ketika pertolongan dari Allah datang melalui perjuangan kita dalam membentuk kekuatan yang luar biasa, yang mampu menandingi adidaya Amerika. Apalagi kalau bukan Khilafah? Wallahu a’lam bi ash shawab
.
http://www.voa-islam.com/news/citizens-jurnalism/2011/02/18/13395/abu-bakar-baasyir-melawan-proyek-perang-terorisme-amerika/

Timur Tengah Tak Pernah Akan Kembali

Timur Tengah Tak Pernah Akan Kembali


Pernah membayangkan saat berlangsung KTT Liga Arab, agenda yang pertamanya adalah perkenalan. Perkenalan antara para pemimpin Arab. Siapa yang masih akan bertahan saat KTT Liga Arab, yang akan berlangsung tahun 2012 nanti?

Mungkin KTT Liga Arab akan dihadiri oleh para pemimpin Arab yang baru, dan para pemimpin yang ada sekarang sudah tidak ada lagi. Mereka sudah disingkirkan rakyatnya. Para raja, presiden yang ada sekarang ini, mungkin sudah hidup dipengasingan. Bahkan, ada 'joke', Raja Abdullah akan membangun komplek yang amat luas, di Tabuk, Arab Saudi, yang akan menjadi tempat tinggal para mantan raja dan presiden yang sudah digulingkan oleh rakyatnya.

Para raja dan presiden, mereka akan tinggal di Arab Saudi, dan mendapatkan jaminan dari kerajaan. Bukan hanya itu. Pemerintah juga akan membangunkan komplek yang dikhususkan untuk para mantan raja dan presiden yang sudah 'dipensiunkan' secara paksa oleh rakyatnya. Mereka menghabiskan sisa-sisa hidupanya di komplek para raja dan presiden. Inilah sebuah 'joke' yang sekarang dikalangan dunia Arab. Karena, Raja Abdullah, sangat besar dukungannya terhadap para otokrat (tiran), sewaktu mereka berkuasa.
Bukan hanya itu. Arab Saudi juga akan membangun tempat 'pekuburan' atau 'peristirahatan terakhir' bagi para raja dan presiden. Sehingga, para sanak familinya, keluarganya, anaknya, dan kroninya akan dapat mengunjungi dan tetirah ke makam mereka yang sudah dibuang dan dibenci oleh rakyatnya.

Mulai dari Jenderal Ja'far Numaeri (Sudan) menghabiskan umurnya di Saudi, sesudah pemimpin Sudan itu digulingkan oleh sebuah kudeta militer. Idi Amin pemimpin Uganda itu, juga menghabiskan umurnya di Arab Saudi. Banyak mereka yang dahulu sangat berkuasa, meninggalkan negerinya sesudah digulingkan, dan Arab Saudi melindunginya sampai mati.

Lalu, Zein El Abidin (Tunisia), Hosni Mubarak (Mesir), Ali Abdullah Saleh (Yaman), Qaddafi (Libia), Abdel Aziz Bouteflika (Aljazair), Raja Hasan IV (Maroko), Raja Abdullah (Yordan), Raja Abdullah (Arab Saudi), dan sejumlah pemimpin negara-negara Teluk, yang sekarang menghadapi hari-hari akhir kekuasaannya. Mereka semua akan pergi dari kekuasaannya, dan tak akan kembali lagi.

Revolusi di dunia Arab mulai pada bulan Januari. Berawal dari sebuah negara kecil, tetapi mempunyai dampak yang begitu penting. Kemudian protes menyebar ke negara yang mempunyai posisi yang sangat penting secara geopolitik, yaitu Mesir. Negara yang terbesar dan yang paling penting di Timur Tengah. Rezim yang nampak begitu kuat, akhirnya jatuh. Rakyat Mesir menjatuhkan rezim yang mempunyai dukungan begitu kuat. Terutama dari militer. Kehidupan rakyat mulai dipenuhi dengan pembicaraan tentang kebebasan dan kebebasan.Protes berlangsung di mana-mana, menentang kekuasaan para otokrat dan raja-raja, di mana mereka melihat dari istana dengan ketakutan.

Peristiwa di Tunisia dan Mesir sebuah 'Revolusi' yang 'telah menginspirasi seluruh rakyat Timur Tengah. Seakan mengulang kembali peristiwa pemberontakan yang populer 162 tahun yang lalu, dan dimulai dari Sisilia dan Perancis. Revolusi tahun 1848, sebagaimana mereka disebut, adalah sangat mirip dengan apa yang terjadi sekarang di Timur Tengah.

Latar belakang terjadinya 'Revolusi', seperti sekarang, adalah akibat resesi yang menyebabkan harga pangan naik dan mahal. Para monarki dan presiden yang sudah tua dan tidak mau mendengarkan lagi rakyatnya. Pemberontakan yang sekarang ini terjasdi dimotori oleh kaum muda, dan mereka berada di garis paling depan.Teknologi informasi baru - koran yang mirip koran yang massal — menghubungkan begitu orang banyak.
Pusat krisis Timur Tengah adanya jumlah pemuda yang begitu besar, sekitar 60% dari populasi di wilayah itu, dan umur mereka rata-rata berada di bawah 30 tahun. Jutaan orang muda memiliki aspirasi yang harus dipenuhi, tetapi rezim yang berkuasa tidak pernah mau mengenal aspirasi para pemuda.

Tuntutan para pengunjuk rasa turunnya rezim yang berkuasa, baik itu dari kalangan fundamentalis atau kalangan sekuler yang berpendidikan Barat. Protes itu sering membuat sekutu lama Barat gelisah, karena itu mereka terguncang.
Sebuah survei terbaru terhadap pemuda Timur Tengah, nomor satu keinginan kaum muda di sembilan negara adalah untuk hidup di negara mereka dengan bebas. Inilah yang menjadi tuntutan mereka di seluruh Timur Tengah. Mereka sudah tidak ingin lagi diperintah oleh rezim diktator.

Ada dua model kontrol: represi dan penyuapan. Mungkin yang terakhir, yang digunakan di negara-negara Teluk, terbukti lebih efektif - meskipun di Bahrain, rezim menghadapi tantangan-tantangan khusus, di mana minoritas Sunni berkuasa atas mayoritas Syiah.

Barangkali terlalu sederhana untuk mengatakan apa yang terjadi di Tunisia dan Mesir dampak dari Facebook. Tetapi teknologi - satelit televisi, komputer, ponsel dan internet - telah memainkan peran yang kuat dalam menginformasikan, mendidik dan menghubungkan orang-orang di kawasan Timur Tengah.

Mungkin Timur Tengah tidak akan pernah kembali ke zaman otokrasi dan diktator, rakyat di kawasan, khususnya kaum mudanya sudah tidak menginginkan kehidupan politik seperti. Revolusi di Mesir telah mengubah segalanya. (mhi/tm)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/timur-tengah-tak-pernah-akan-kembali.htm