•MENGENAL HIZBUT TAHRIR, KENALILAH PENDIRINYA (AL-'ALLAMAH SYAIKH TAQIUDDIN AN-NABHANI)
_____________________________________________
Oleh: Arief B. Iskandar
.....
Ada pepatah berhikmah mengatakan:
العالم لا يعرفه الا العالم
Ulama hanya bisa dimengerti oleh ulama.
Artinya, yang betul-betul bisa memahami keulamaan seseorang hanyalah ulama.
Siapa ulama? Selain seseorang yang mumpuni dalam keilmuan Islam, yang lebih penting, ulama adalah orang yang paling memiliki rasa takut kepada Allah SWT (Lihat: QS Fathir [35]: 28).
Lalu apa hubungannya dengan urusan mengenal Hizbut Tahrir (HT)?
Tidak lain karena HT didirikan oleh seorang ulama, bahkan seorang ulama besar, yakni Al-'Allamah Syaikh Taqiyyuddin an-Nabhani, yang juga memiliki rasa takut yang luar biasa kepada Allah SWT, yang sanggup menghilangkan rasa takutnya kepada para penguasa lalim dan keji.
Kebesaran keulamaan Syaikh Taqi tidak hanya diakui oleh murid-murid dan para pengikut beliau di HT, tetapi juga oleh para ulama lain yang sejawat dan sezaman dengan beliau. Bahkan ada ulama yang menilai Syaikh Taqi sebagai seorang mujaddid dan mujtahid zaman kini. Hal ini tidak aneh. Ulama manapun yang mukhlis dan jujur yang meneliti karya-karya Syaikh Taqi yang lebih dari 30 kitab, akan menemukan betapa karya-karya Syaikh Taqi sangat luar biasa, sangat mendalam dan luas pembahasannya, yang mencerminkan kecemerlangan pemikirannya.
Wajar saja karena, sebagaimana dituturkan oleh putranya, beliau menamatkan lebih dari 30 ribu kitab, trmasuk tentu buku-buku karya para pemikir Barat yang banyak beliau kritik secara mendasar. Seluruh karya dan pemikiran beliau inilah yang diwarisi oleh HT yang beliau dirikan. Karena itulah, seluruh pemikiran mutabannat HT nyaris merupakan buah karya pemikiran Syaikh Taqi, pendiri sekaligus amir pertamanya.
Karena kedalaman, keluasan dan kecemerlangan pemikirannya yang di atas rata-rata, sebagai seorang mujtahid dan sekaligus mujaddid, tidak jarang Syaikh Taqi suka disalahpami, terutama oleh orang-orang yang juga disebut "ulama" tetapi kualitas pemikirannya masih sangat jauh di bawah Syaikh Taqi, terutama yang tidak memahami ijtihad, apalagi oleh orang-orang kebanyakan meskipun mungkin ia digelari "ustadz" di masyarakat.
Karena itu pula, untuk bisa memahami HT, tentu harus dipahami dulu seluruh pemikiran Syaikh Taqi. Tanpa itu, siapapun akan gagal memahami HT. Tidak aneh jika kemudian muncul banyak tudingan pada HT--yang berarti secara tidak langsung mengarahkan tudingannya kepada Syaikh Taqi sebagai pendirinya--sebagai sesat atau menyimpang. Padahal sang penuduh sendiri gagal memahami hakikat pemikiran-pemikiran HT (baca: Syaikh Taqi).
Namun demikian, tulisan berikut tidak hendak memaparkan hakikat pemikiran HT atau Syaikh Taqi. Sebabnya, siapapun yang memang tulus dan berniat lurus hendak memahami hakikat pemikiran HT tinggal mendalami puluhan kitab-kitabnya sekaligus mengklarifikasinya kepada--atau mendialogkannya dengan--pihak-pihak yang paling memahami kitab-kitab tersebut di kalangan para aktivisnya. Tanpa itu, siapapun bisa dipastikan akan gagal memahami HT karena pasti "berbicara tanpa ilmu".
Tulisan berikut--sebagaimana pernah dinukil dan ditulis oleh Ustadz Dodiman Muhammad Ali--hanya ingin menukil sebagian kecil komentar dari para ulama yang memahami betul kredibilitas Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani sebagai pendiri dan sekaligus amir pertama HT.
1. Komentar Al-Ustadz (Profesor) Zahir Kahalah-Direktur Administratif Fakultas al-'llmiyah al-lslamiyah (Al-Azhar asy-Syarif).
Beliau ini selalu menemani Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani sejak menginjakkan kakinya di dunia fakultas. Beliau menceritakan tentang sifat Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Kata beliau:
Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah seorang yang jujur, mulia, bersih, ikhlas, bersemangat, bergelora dan merasa pedih atas apa yang menimpa umat Islam akibat dari ditanamnya institusi Israel di dalam jantung mereka.
Beliau adalah seorang yang sedang perawakannya, kuat fisiknya, penuh semangat, berapi-api, pandai dalam perdebatan, yang jika berargumentasi mematikan, dan tegas dengan sesuatu yang diyakininya benar. Beliau berjenggot sedang bercampur uban serta selalu berpakaian dengan pakaian para ulama: jubah, qufthan (pakaian panjang dipakai di atas jubah), dan sorban.
Beliau seorang yang berkepribadian kuat, bicaranya menyentuh, dan argumentasinya menyakinkan. Beliau sangat benci dengan perbuatan yang sia-sia, kurangnya percaya diri, serta ketidakpedulian terhadap kemaslahatan umat. Beliau juga sangat membenci seseorang yang hanya sibuk dengan kepentingannya sendiri dan tidak beraktivitas untuk kebaikan umat. Beliau mengkritik para ulama Syam yang hanya tenggelam dengan emosi-emosi keagamaan dan tidak bergerak dalam lingkaran aktivitas-aktivitas politik Islam (Lihat. Hizb at-Tahrir al-lslami, hlm. 51)
2. Komentar Syaikh Muhammad Mutawali asy-Sya’rawi.
Sebagaimana dikutip oleh salah seorang anggota Hizbut Tahrir Sudan, dalam tayangan Youtube yang diupload oleh Mazin Abdul Adhim, Syaikh Asy-Sya'rawi memberikan komentar yang positif tentang Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Cuplikannya diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris sebagai berikut:
When he was asked, ”What do you know about Taqiyuddin An Nabhani?” “He said, ”He was a Sahabi who was delayed to an era that was not his.” “He had long silences, and if he spoke, his words were pearls.” “His proofs were powerful, he was convincing and was firm in the opinions he believed in”. ”This sheikh, Taqiyuddin An Nabhani, while we reviewed our studies in Al Azhar, he would be reading news about the Muslims and their affairs.” “So he had those characteristics.”
(Ketika beliau ditanya, “Apa yang Anda ketahui tentang Taqiyuddin An Nabhani?” Beliau menjawab, ”Dia adalah sahabat [Nabi saw.] yang tertunda ke masa yang bukan miliknya. Beliau banyak diam dan jika bicara, kata-katanya adalah mutiara. Hujjahnya kuat, meyakinkan dan tegas pada pendapat yang beliau yakini. Syaikh ini, Taqiyuddin an-Nabhani, sementara kami persiapan ujian pelajaran di Al Azhar, ia akan membaca berita tentang kaum Muslim dan urusan mereka. Itulah karakteristik dia).”
Dalam kitab Ahbabullah (Para Kekasih Allah), seorang aktivis senior Hizbut Tahrir, Muhammad Hatim Mishbah Nashiruddin, menulis memoar dakwahnya sebagai berikut:
Saya menyebutkan di awal tulisan “Seorang laki-laki Alma’iy Mujaddid Abad Kedua puluh”. Terhadap kata “Alma’iy” ini ada kisah terkenal yang diketahui oleh sahabat Syaikh Taqiyuddin saat belajar di Al-Azhar yang sezaman pada saat itu, di antaranya Syaikh Mutawali asy-Sya’rawi. Syaikh asy-Sya'rawi berkata: "Sungguh, Syaikh Taqiyuddin mengumpulkan kertas dari berbagai surat kabar dan menyimpannya. Beliau memperhatikan apa yang tertulis di dalamnya mengenai masalah politik. Ajaib, sungguh kedudukan dia paling utama di antara kami."
(Kata al-alma’iy, merujuk kembali ke Kamus Al Muhith [III/82] al alma’a – al alma’iy – al yalma’iy = adz-dzakiy al-mutawaqqid =orang yang cerdas dan bersinar... yakni seorang pemikir cerdas dan berpikir cepat. Terletak di dinding Al-Azhar asy-Syarif lembaran yang tertulis, “Seorang yang cerdas dan bersinar sejak tiga ratus tahun adalah Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani”. Namun, tulisan tersebut dihilangkan sama sekali oleh penguasa Mesir saat itu, Gamal Abdul Nasser, setelah
Syaikh Taqi mendirikan Hizbut Tahrir).
3. Komentar Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Masari.
Syaikh Muhammad bin Abdullah al-Masari, tokoh ulama, pendiri Tanzhim At-Tajdid al-Islamiy dalam halaman persembahan kitab, “Tha’atu Ulil Amri”, memberikan apresiasi khusus kepada Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Beliau menyatakan:
“Kepada Mujaddid abad ini dan teladan ulama aktivis: Al-'Alim Al-Mujahid al-Imam ar-Rabbaniy Abu Ibrahim Taqiyuddin an-Nabhani, pendiri “Hizbut Tahrir” yang telah meletakkan batu pondasi bagi pemikiran Islam kontemporer yang agung dan pergerakan yang mukhlish dan berkesadaran tinggi. Semoga Allah mengangkat derajatnya bersama para nabi, shiddiqiin, syuhada dan orang-orang shalih.”
4. Komentar Asy-Syahid Sayyid Qutb (Tokoh Terkemuka Ikhwanul Muslimin).
Al-Ustadz Ghanim Abduh – salah seorang anggota Hizbut Tahrir senior yang terkenal – menceritakan bahwa Sayyid Qutb rahimahullah menyanjung dan memuji Syaikh Taqiyudin an-Nabhani di salah satu forum ilmiyah yang beliau pimipin.
Sanjungan dan pujian beliau ini merupakan bentuk penolakan atas sikap banyak orang yang mulai menyerang dan merendahkan Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani. Di antara pernyataan Sayyid Qutub terkait Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, “Sesungguhnya Syaikh ini – yakni Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani—dengan kitab-kitabnya telah sampai pada derajat ulama-ulama kita terdahulu.” (Muhammad Muhsin Rodhi, Tsaqofah dan Metode Hizbut Tahrir dalam Mendirikan Negara Khilafah, hlm. 81).
5. Komentar Syaikh Yusuf Badarani.
Dalam buku Ahbabullah (Kekasih-kekasih Allah) karya Syaikh Thalib Awadallah, Syaikh Yusuf al-Badarani mengungkapkan sosok Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani sebagai berikut:
"Allah SWT telah mengistimewakan kaum Mukmin dengan karunia sehingga kita mengetahui sistematika kaidah-kaidah tersebut sebagai bagian dari karunia Allah yang diberikan kepada kita melalui tangan seorang jenius, faqih luar biasa. Seorang yang huruf dan kata-kata tidak cukup untuk memujinya atau menggambarkan pribadinya. Oleh karena itu, cukup aku tunjukkan orang itu, seseorang yang aku panggil 'Abu Ibrahim' yaitu asy-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani rahimahullah.”
6. Komentar Syaikh Hasan al-Bana (Pendiri Ikhwanul Muslimin).
Pendiri Ikhwanul Muslimin ini memberikan komentar kepada Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani: “Sungguh saya mendapatkan as-Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani seorang yang alim, cerdas, serius dan bersungguh-sungguh.”
7. Komentar Syaikh Muhammad Dawud Audah (Anggota Majlis Palestina).
Muhammad Dawud Audah menceritakan bahwa Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani adalah seorang yang fakir dan beliau wafat dalam keadaan fakir. Beliau tinggal di lantai lima pada sebuah apartemen. Beliau dengan rendah hati menaiki apartemennya dengan jalan kaki, sebab di apartemen itu masih belum ada lift.
(Lihat. Program Syahid 'ala al-Ashr, channel al-Jazirah, pada Sabtu sore 16 April 2005).
Di luar itu, Syaikh Taqi memiliki sejumlah kejeniusan yang luar biasa.
Beliau, sebagaimana pernah dinukil oleh Ustadz Irvan Abu Naveed, memiliki kemampuan intelektual antara lain sebagai berikut:
• Syaikh Taqiyuddin telah dikaruniai hapalan Eidetic yang membuat beliau bisa mengingat kembali semua yang beliau inginkan, dengan sekali membaca buku.
• Putra beliau, Syaikh Ibrahim an-Nabhani berkata, “... Hapalan beliau yang luar biasa membuat beliau sanggup menghapal banyak hal.”
• Al-Soori berkata, “... Ingatan yang sangat luar biasa yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata...”
• Kebanyakan buku-buku beliau dikarang/ditulis dari ingatan beliau tanpa satu pun rujukan di tangan (hanya mengandalkan hapalan).
• Syaikh Sabri al-Aroori berkata, “Kebanyakan buku beliau telah dihasilkan dengan rujukan yang sedikit.”
• Putra beliau, Syaikh Ibrahim berkata, “Beliau pernah menghapal segala-galanya (dan menggunakan itu).”
• Jumlah fatwa, Soal-Jawab, dan analisis yang beliau keluarkan mencapai ribuan.
• Syaikh Sabri al-Arouri meriwayatkan, Syaikh Taqiyuddin mengarang “Mafahim Hizbut Tahrir” dari ingatannya.
• Putra beliau, Syaikh Ibrahim meriwayatkan, “... Saya tidak akan sampai separo halaman, sampai saya diberi halaman berikutnya..."
• Syaikh Sabri al-Aroori meriwayatkan, “... Beliau menulis selama dua jam tanpa henti untuk menulis kitab Mafahim Hizbut Tahrir itu...”
• Kitab Syakhsiyyah Islamiyyah Juz III (salah satu masterpiece beliau di bidang Ushul Fiqih), ditulis hanya dalam waktu 3 hari.
Al-’Allamah Prof. Muhammad Mutawalli asy-Sya’rawi memberikan pengakuan:
• “Beliau adalah seorang sahabat [Nabi] dari zaman yang berbeda ...”
• “Informasi ini tidak mengherankan, karena kami pernah belajar di Universitas al-Azhar pada masa itu... “
• “Beliau banyak diam, tetapi ketika beliau bercakap, bicaranya adalah mutiara; hujah yang kuat, meyakinkan, tegar pada pendapat yang beliau yakini.”
Suatu ketika, Syaikh Ahmad Da’oor berkata:
• “Kami telah mencari ulama dalam bahasa Arab, dan yang lain dalam Usul, dan yang lain dalam fiqh atau politik atau di seluruh bidang ilmu yang berbeda, tetapi mempunyai seorang yang merangkumi semua itu sekaligus mengetahui realitas politik.., kita tidak menemukan yang lain seperti Abu Ibrahim (Syaikh Taqiuddin) yang merangkumi semua itu.”
Syaikh Sayyid Sabiq:
• “... Beliau berkata dan banyak memuji kecerdasannya, dan mengatakan, bahwa beliau mengunjunginya di Palestina setelah tahun 40-an, ketika Syaikh Taqiuddin menjadi Qadhi ...”
• “... Bagi Syaikh Sayid Saabiq, beliau memuji Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani sebagai orang yang jenius, yang mahir dan banyak mengambil perhatian tentang Islam ketika beliau menyedarinya hanya 5 tahun sebelum beliau mendirikan HT itu.”
Khatimah
Itulah sekelumit komentar dari sedikit ulama tentang kekagumannya pada sosok Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani, seorang ulama besar abad ini.
Karena itu siapapun yang merendahkan dan melontarkan ragam tudingan palsu pada HT yang Syaikh Taqi dirikan--yang mewarisi seluruh pemikiran beliau--hendaknya membuktikan kebenaran tudingannya. Jika tidak, hendaknya ia segera memohon ampunan kepada Allah SWT karena kebodohannya tentang HT dan tentang Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani sebagai pendiri sekaligus amir pertamanya.
Wa ma tawfiqi illa bilLah. []