Sunday, January 4, 2015

Sejarah khilafah itu berdarah darah dan mengerikan, benarkah?

Choirul Anam

SEJARAH KHILAFAH ITU BERDARAH-DARAH DAN MENGERIKAN,
BENARKAH?

Banyak orang yang mengatakan bahwa pihak yang menyuarakan Khilafah
tak mengerti sejarah. Kemudian dikatakan bahwa sejarah Khilafah itu
berdarah-darah. Dalam Khilafah itu isinya hanya perang dan perang,
konflik dan konflik, pembunuhan dan pembunuhan. Bahkan, para Khalifah
yang disebut sebagai Khulafa’ur Rosyidin saja wafat terbunuh.
Benarkah semua itu?
Untuk membahas ini, agar pembahasan tidak subyektif, maka akan
ditunjukkan pernyataan para sejarawan. Tentu saja para sejarawan sendiri
ada yang obyektif dan ada yang subyektif. Sebab para sejarawan sendiri
juga memiliki kepentingan dan sudut pandang tertentu dalam melihat
suatu fenomena. Namun, biasanya para sejarawan yang berbeda dengan
maisntream lebih obyektif, daripada mereka yang mengikuti mainstream.
Sebab, para pengikut maisntream biasanya dibayar dan dikontrol oleh
kekuasaan.
*****
Benarkah dalam Khilafah itu tidak ada keamanan dan kesejahteraan, serta
sejarah Khilafah itu berdarah-darah? Will Durant, dalam The Story of
Civilization, vol. XIII, hal 151 menyampaikan: "Para Khalifah telah
memberikan keamanan kepada manusia hingga batas yang luar biasa
besarnya bagi kehidupan dan kerja keras mereka. Para Khalifah itu juga
telah menyediakan berbagai peluang untuk siapapun yang
memerlukannya dan memberikan kesejahteraan selama berabad-abad
dalam wilayah yang sangat luas, dimana fenomena seperti itu belum
pernah tercatat (dalam sejarah) setelah zaman mereka.”
Apakah masa Khilafah adalah masa yang suram ataukah masa dengan
kemajuan yang mengagumkan? Durant menyampaikan: “Kegigihan dan
kerja keras mereka (para Khalifah) menjadikan pendidikan tersebar luas,
hingga berbagai ilmu, sastera, filsafat dan seni mengalami kemajuan luar
biasa, yang menjadikan Asia Barat sebagai bagian dunia yang paling
maju peradabannya selama lima abad".
Apakah Khilafah itu hanya sibuk dalam perang sehingga tidak sempat
mengembangkan saians dan tenologi serta perdaban? Tentang ini, Paul
Kennedy menulis dalam The Rise and Fall of The Great Powers: Economic
Change an Military Conflict from 1500 to 2000, ”Dalam beberapa abad
sebelum tahun 1500, Dunia Islam telah jauh melampaui Eropa dalam
bidang budaya dan teknologi. Kota-kotanya demikian luas, rakyatnya
terpelajar, perairannya sangat bagus. Beberapa kota di antaranya memiliki
universitas-universitas dan perpustakaan yang lengkap dan memiliki
masjid-masjid yang indah. Dalam bidang matematika, kastografi,
pengobatan dan aspek-aspek lain dari sains dan industri, kaum Muslim
selalu berada di depan."
Terkait dengan non-Muslim dalam Khilafah, Durant dalam The Story of
Civilization, menyampaikan: “Orang-orang Non-muslim, seiring dengan
perjalanan waktu telah menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa
mereka, padahal mereka bukan bangsa Arab, puncaknya dengan
ketundukkan mereka kepada syari'at al-Quran dan memeluk Islam.
Padahal, Belanda tidak mampu lagi mempertahankan tonggak
kekuasaannya setelah berhasil selama seribu tahun. Begitu juga pasukan
Romawi terpaksa meninggalkan tanah air pemberian Tuhan dan tidak
dapat lagi mempertahankannya, termasuk di negeri-negeri tempat
munculnya sekte Kristen di luar sekte resmi negara Byzantium.”
Apakah masyarakat dipaksa dan diintimidasi dalam urusan agama, Durant
menuturkan: “Di seluruh daerah tersebut telah tersebar luas aqidah serta
tatacara ibadah agama Islam. Penduduk daerah itu telah beriman kepada
agama baru dan mereka semua ikhlas menerimanya. Mereka berpegang
teguh kepada akidahnya dengan ikhlas dan serius, hingga dalam waktu
singkat mereka telah melupakan Tuhan mereka yang lama.
Islam telah menguasai hati ratusan bangsa di negeri-negeri yang
terbentang mulai dari China, Indonesia, India hingga Persia, Syam,
Jazirah Arab, Mesir bahkan sampai Maroko dan Spanyol.
Islam pun telah menguasai cita-cita mereka, mendominasi akhlaknya,
membentuk kehidupan-nya dan membangkitkan harapan di tengah-
tengah mereka, yang meringankan masalah maupun duka mereka. Islam
telah mewujudkan kejayaan dan kemuliaan bagi mereka, sehingga jumlah
orang yang memeluknya dan ber¬pegang teguh kepadanya pada saat ini
(1926) sekitar 350 juta jiwa. Agama Islam telah menyatukan mereka dan
melunakkan hati¬nya walaupun ada perbedaan pendapat dan latar
belakang politik di antara mereka”.
Sementara tentang posisi non Muslim dalam bidang sains dan teknologi,
disampaikan oleh Dr. William Draper, seorang sejarawan American English
dan seorang saintis menyampaikan “During the period of the Caliphs the
learned men of the Christians and the Jews were not only held in great
esteem but were appointed to posts of great responsibility, and were
promoted to the high ranking job in the government....He (Caliph Haroon
Rasheed) never considered to which country a learned person belonged
nor his faith and belief, but only his excellence in the field of
learning.” (Selama masa kekhilafahan, orang-orang terdidik dari kalangan
Kristen dan Yahudi, tidak hanya mendapatkan penghargaan besar, tetapi
juga ditunjuk untuk menempati pos-pos dengan tanggung jawab yang
besar dan dipromosikan untuk menempati posisi pekerjaan kelas atas
dalam pemerintahan... Dia (Khalifah Harun Arrosyid) tidak pernah melihat
asal kebangsaan mereka, juga keimanan dan kepercayaan mereka, tetapi
hanya melihat keistimewaan mereka dalam bidang keilmuan).
Apakah Khilafah tersebar luas itu hanya semata-mata karena penaklukan
dengan pedang dan peperangan? Mari kita simak penjelasan Henry S.
Lucas dalam bukunya yang berjudul Sejarah Peradaban Barat: “Orang-
orang Barat sering keliru memahami sifat-sifat penaklukan yang
dilakukan orang-orang Islam. Mereka menyangka bahwa keberhasilan
aksi-aksi militer itu karena prajurit-prajurit Islam melakukan keganasan
untuk menakut-nakuti musuh. Persangkaan mereka (orang-orang Barat
itu) bahwa orang-orang Islam memaksakan dua pilihan kepada pihak
yang ditaklukkan: Alquran atau pedang. Yang benar adalah bahwa orang-
orang Islam tidak pernah membasmi orang-orang Kristen. Mereka hanya
memungut upeti (maksudnya jizyah) dari kaum Kristen sebagai
kompensasi atas kemuliaan yang diterima kaum Kristen di bawah
kekuasaan Islam.” Dalam bukunya tersebut, Henry Lucas tidak pernah
menyebut kekuasaan Islam sebagai kerajaan, tetapi kekhalifahan.
Misalnya: kekhalifahan Umayyah dan kekhalifahan Abbasiyah.
Apakah Khilafah itu hanya mesin perang? Kennedy mengungkapkan
dalam dalam The Rise and Fall of The Great Powers: Economic Change an
Military Conflict from 1500 to 2000, bahwa Khilafah (khususnya Khilafah
Utsmaniyah) bukan sekedar mesin perang sebagaimana yang dipahami
oleh kebanyakan orang. Dia menyampakan: "Imperium Utsmani lebih dari
sekadar mesin militer; ia telah menjadi penakluk elit yang telah mampu
membentuk satu kesatuan iman, budaya dan bahasa pada sebuah area
yang lebih luas dibandingkan dengan yang pernah dimiliki oleh Imperium
Romawi...”
Kehebatan dan keagungan Khilafah Islam bukan hanya pada masa Turki
Utsmani, tetapi juga pada masa-masa Kekhilafahan sebelumnya, baik
Abbasiyah, Umayah dan tentu saja masa Khulafa’ur Rosyidin, yaitu kira-
kira sekitar 1200 tahun. Hal ini disampaikan oleh Carleton S, seorangh
Chairman and Chief Executive Officer Hewlett-Packard Company
berkomentar terhadap peradaban Islam sejak tahun 800-1600 masehi. Dia
menyatakan: “Peradaban Islam merupakan peradaban yang paling besar
di dunia. Peradaban Islam sanggup menciptakan sebuah negara adidaya
kontinental (continental super state) yang terbentang dari satu samudra
ke samudra lain; dari iklim utara hingga tropik dan gurun, dengan ratusan
juta orang tinggal di dalamnya, dengan perbedaan kepercayaan dan suku
bangsa. Tentaranya merupakan gabungan dari berbagai bangsa yang
melindungi perdamaian dan kemakmuran yang belum dikenal
sebelumnya.” Hal ini diambil dari ceramahnya tanggal 26 September 2001
dengan judul Technology, Business, and our Way of Life: What Next?
Maka tak mengherankan jika para sejarawan, tidak saja menilai Islam
sebagai sebuah agama, tetapi juga sebagai sebuah negara dan budaya
yang sangat mengagumkan. Hal ini disampaikan oleh sejarawan Philip K.
Hitti dalam History of Arab. Dia mengatakan, “The term Islam may be
used in three sense: originally a religion, Islam later became a state, and
finally a culture.” (Istilah Islam dapat digunakan dalam tiga hal: Pada
awalnya Islam adalah agama, lalu Islam menjadi negara, dan terakhir
sebagai sebuah budaya).
Islam dengan Khilafahnya berhasil menyatukan umat manusia dalam
kesatuan yang hakiki. Perasaan rasial benar-benar hilang dalam naungan
Islam dan Khilafahnya. Hal ini diungkapkan oleh Arnold J. Toynbee,
sejarawan Inggris dalam The Rise and Fall of Civilizations ‘A Study of
History’ menyimpulkan bahwa “The extinction of race consciousness as
between Muslims is one of the outstanding achievements of Islam, and in
the contemporary world there is, as it happens, a crying need for the
propagation of this Islamic virtue.” (Hilangnya perasaan ras diantara
Muslim adalah capaian Islam yang sangat istimewa. Dan dalam dunia
kontemporer ini sungguh sangat membutuhkan penyebaran ajaran-ajaran
Islam ini).
Itulah gambaran tentang Islam dan Khilafah dari para sejarawan. Apakah
Khilafah itu berdarah-darah dan mengerikan? Kita dapat menjawab
sendiri.
*****
Tentu saja dalam beberapa waktu tertentu pada masa kekhilafahan
memang ada masalah, misalnya konflik dan pembunuhan, tetapi
melakukan generalisasi suatu fenomena bukan merupakan tindakan
ilmiah. Adanya konflik, rebutan keuasaan, dan kasus pembunuhan itu
sebenarnya hanya terjadi pada waktu tertentu dan hanya dilakukan oleh
oknum tertentu. Sehingga tidak bisa digeneralisasi bahwa Khilafah
sepanjang sejarahnya seperti itu. Terus terang, kasus-kasus seperti ini
biasanya menjadi catatan penting para sejarawan Muslim, misalnya Imam
Ath Thabary atau Imam Ibnu Katsir.
Kita memang tidak bisa mengabaikan adanya penyimpangan seperti ini.
Namun, yang patut disayangkan, kita sering keliru dalam membaca kitab-
kitab para ulama tersebut, karena kebodohan dan ketidak-cermatan kita.
Saat para ulama menjelaskan suatu kasus untuk dijadikan pelajaran,
tetapi karena kedangkalan ilmu kita, kita menyimpulkan seakan-akan
kasus itu terjadi sepanjang sejarah Khilafah Islam.
Jika bicara kasus, dalam demokrasi juga terjadi. Dalam demokrasi juga
terjadi konflik, peperangan, pembantaian dan pembunuhan. Apakah dapat
disimpulkan bahwa sepanjang sejarah demokrasi isisnya hanya
peperangan dan pembunuhan?
Bahkan jika kita mau melihat secara jujur, terjadinya konflik, peperangan
dan pembunuhan serta rebutan kekuasaan, dalam demokrasi jauh lebih
mengerikan. Dr. Yusuf Qardhawi dalam Umat Islam Menyongsong Abad
21, mencatat bahwa semenjak keruntuhan Khilafah, terjadi peperangan
besar dengan korban manusia yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Perang Dunia I tercatat korban meninggal sekitar 9 juta orang. Sedangkan
Perang Dunia II menelan 61 juta jiwa. Jumlah tersebut dihitung hanya dari
6 negara. Pada masa demokrasi ini juga, bom atom telah dibuat dan
dijatuhkan pada suatu kota dan membunuh ratusan ribu manusia.
Sedangkan korban pembunuhan yang dilakukan oleh berbagai
pemerintahan selama abad 20 saja sekitar 170 juta orang. Perang Irak dan
Afganistan yang dilakukan oleh Soko Gurunya demokrasi (Amerika) telah
membunuh jutaan orang. Itu belum termasuk yang cacat dan meninggal
karena dampak peperangan.
Dr Qardhawi menyimpulkan bahwa korban perang ganas pada abad 20
dan 21 (pada zaman demokrasi) lebih banyak dibanding korban dari
mulai awal kehidupan hingga abad ke 19. Padahal Khilafah itu hanya dari
abad 7 hingga awal abad 20. Sementara pada abad tersebut terdapat
banyak peradaban yang suka membantai dan perang seperti Peradaban
Barat. Jadi, korban akibat Khilafah (karena penyimpangan beberapa
orang), tidak ada apa-apanya dibanding korban akibat kebiadaban
manusia dalam sistem demokrasi.
Jadi, siapa bilang dalam demokrasi itu tidak ada perang dan konflik.
Dalam demokrasi peperangan dan konflik itu sangat mengerikan, karena
didorong nafsu untuk berkuasa dan nafsu untuk mendapatkan kenikmatan
sensasi jasadiah.
Tapi, sayangnya konflik dan peperangan dalam demokrasi itu seperti
gajah di depan pelupuk mata. Bagi mereka “semut konflik” yang terjadi
pada masa Khilafah itu lebih tampak dan lebih seksi dibanding “gajah
konflik” pada masa demokrasi..
Wallahu a’lam.

Menjawab keraguan

Muhammad Sands Al Fatih
MENJAWAB KERAGUAN (45 PERTANYAAN SUMBING)

1. Sebelumnya, kalau Alquran diterapkan, agama yang lain juga bisa
menerapkan kitab mereka donk? | Becanda kamu, agama lain mana ada
system politik, ekonomi, social, pendidikan, dalam dan luar negeri.
2. Maksudnya? | Hanya ada system politik Islam, tidak ada system politik
Kristen, politik Budha, hindu dan lainnya. Begitu pula untuk system
pendidikan, ekonomi, sosial…
3. Jadi? | ya hanya Islam yang sempurna, berasal dan diridloi Allah serta
wajib diterapkan.
4. Kalau diterapkan, gimana dengan agama yang lainnya?| Ya ga giamna-
gimana, kan Islam rahmatan lilalamain, rahmat bagi setiap mahluk
termasuk mahluk di alam lain.
5. ‘…………. (loading)’ | Jangan ragu, Alquran bukan kitab yang diragukan,
tidak ada keraguan didalamnya. Makanya, harus diterapkan oleh institusi
atau negera yang bener-bener ngerti tentang Islam.
6. Saya sepakat Syariah, Alquran itu wajib diterapkan, apa iya harus
dengan Khilafah? | Khilafah satu-satunya konstitusi yang bisa
nemerapkan syariah dengan kaffah, selain itu tidak ada lagi yang bisa.
7. Tapi, apa khilafah wajib? | Khilafah adalah sarana untuk menerapkan
syariah sebagai kewajiban, dan setiap sarana yang akan menghantarkan
kewajiban itu terpenuhi maka wajib pula hukumnya.
8. Masih ga paham… | Wudlu hukumnya sunnah, menjadi wajib ketika
hendak melakukan sholat. Khilafah menjadi wajib untuk terapkan syariah.
9. Tapi Khilafah kan banyak perdebatan | Benar, tapi bukankah setiap
perbedaan harus dikembalikan kepada Quran dan Sunnah?
10. Apa ada literatur tentang kewajiban Khilafah? | Banyak, ulama salaf,
termasuk imam 4 madhzab sepakat, khilafah wajib.
11. Apa mungkin di Indonesia diterapkan syariah dengan Khilafah? |
Ulama dulu sudah pernah memperjuangkan Khilafah, namun menemui
kegagalan karena Khilafah yang runtuh 1924 sudah tidak memiliki
kekuatan lagi.
12. Tapi, Indonesia kan sudah ada UUD 45 dan Pancasila? | Mau
berhukum dengan hukum Allah dengan quran hadits atau hukum
manusia? Pinter mana Allah dengan DPR MPR Presiden itu?
13. Apa mungkin hukum di Indonesia berubah? | Indonesia sudah
berubah hukum berapa kali? Amandemen sudah berapa kali? Sistem
parlementer ke presidensil dan bolak-balik, termasuk dari feudal RIS
menjadi RI, jadi kalau diganti yang lebih baik, kenapa tidak mungkin?
14. Ada yang ngomong, kalau mau terapkan Islam jangan di Indonesia, di
Arab aja! | Lha, Indonesia milik siapa? Bumi ini milik siapa? kita mau
menerapkan hukum Allah di bumi Allah, loe aja yang pindah bumi kalau
ga mau tinggal di bumi Allah dengan hukum Allah.
15. Ada juga yang ngomong NKRI harga mati! | Timor Timur udah lepas,
loe ga mati? Dengan Khilafah justru Indonesia akan bergabung dengan
Malaysia, Brunei, Timor-Timur, dan seluruh Negara Islam lainnya bahkan
seluruh dunia.
16. Apa mungkin? | Pesimis amat, Allah yang janji, terbukti mana Janji
Allah atau janji kampanye?
17. Oke saya sepakat dengan Ide Khilafah, terus kalau hizbut tahrir? |
ngopi dulu, apanya yang hizbut tahrir?
18. Kan ada banyak tuh yang ngomong hizbut tahrir khawarij, syiah,
antek wahyudi, sesat? | ente pinter, nanya langsung ke sumbernya,
bukan gossiper yang cuma katanya dan dari sumber ga jelas, ente liat
ane kan? Apa ada yang menyimpang? Di Indonesia sendiri sudah ada izin
legal buat berdakwah, ditambah, ada jutaan orang bergabung apa iya
semua dari mereka sesat?
19. Tapi, apa cuma hizbut tahrir yang mau menegakkan Khilafah? |
banyak, tapi yang konsisten sampai sekarang dan nanti cuma HT, yang
lebih tidak konsisten banyak kan?
20. Kenapa harus hizbut tahrir? | ente mau ikut yang konsisten langsung
ketujuan atau mampir-mampir ga jelas sampai-sampai malah ga sampai?
21. Kata mereka, hizbut tahrir cuma bisa ngomong doang | Dakwah itu ya
ngomong, Rosul dan sahabat dakwah juga ngomong, masa diem.
22. Bukan, maksudnya hizbut tahrir di mana-mana di bilang TOA, ga ada
bukti | kang, hizbut tahrir punya 3 tahapan, pembinaan, interaksi dengan
umat dan penerapan hukum, sekarang ada di tahap kedua, interaksi
dengan umat, ya jadi namanya interaksi ya harus dengan ngomong, nanti
kalau udah di tahapan ketiga, syabab hizbut tahrir bisa lebih garang dari
singa.
23. Kapan itu? | pertannyaan ente sudah diarah yang tidak ane tahu,
kalau ane tanya, kapan ente mati? Kapan kiamat? Bisa jawab? Sama, hizb
dakwah natural, alami, kalau allah berkehendak ya datang waktunya.
24. OK, kalau jihad kapan juga? Kan wajib tuh | Bener, jihad wajib bagi
individu, untuk tegakkan khilafah harus dengan metode dakwah
rosulullah. Rosul saat di makkah, tidak pernah melakukan perlawanan
sampai khilafah tegak di Madinah.
25. Jadi? Jihad nunggu khilafah tegak? | bagi syabab diwilayah konflik,
mereka juga berjihad, sedang yang lain tetap pada jalur dakwah sampai
khilafah tegak.
26. Tapi kan lama sekali? | makanya bergabung sekarang jangan banyak
komentar, keburu is dead ente.
27. Lha kalo nunggu Imam Mahdi gimana, kan akan datang? |
Pertannyaan ente sadis, punya berapa nyawa?
28. Ada juga yang bilang kalau kita baik, keluarga baik, maka Negara baik
dan seluruh negar baik | itu lebih sadis, ente berharap dari system ini
semua orang baik? Ngimpii. Zaman rosul aja masih ada yag kafir dan
jahat. Kalau gitu surga neraka diciptakan untuk apa kalau semua orang
baik?
29. Jadi tidak mungkin ya?| Jelas. Sudah sunnatullah ada baik ada buruk
surga neraka, ada yang berjuang ada yang komentar, ada yang
mendukung ada yang menolak. Rosul aja ditolak, apalagi ente mau ngajak
semua orang baik.
30. Hehe, kalau kita mulai dari diri sendiri gimana? | kapan mulainya
kalau tanya dan komentar terus? Dakwah kagak, facebookan iya.
31. Tapi itu perkataan ulama lho … | sebaik-baiknya ulama, mereka tidak
ma’shum, bisa salah dan berdosa, apalagi ulama bayaran, fatwanya
ngaco dan konyol.
32. Tapi kita harus hormati ulama kan, pewaris nabi lho? | iya kalau
ulama shohih, kalau ulama su’ (buruk) yang tidak berfatwa atas nama
Allah, mau loe ngikut keneraka sama ulama su’?
33. Hehe… nah kalau sumbangsih hizbut tahrir sekarang apa? |
sumbangsih apa nih? Hizb tidak menerima sumbangan dalam bentuk
apapun kecuali dari anggota dan pendukung Hizb saja!
34. Hehe, bukan gitu… sabar, maksudnya apa yang sudah hizbut tahrir
lakukan? | Dakwah.
35. Bukan…. Sekolah, pesantren majlis taklim, kampus gitu tidak ada? |
Hizb itu bukan yayasan, bukan ormas, bukan lembaga social, bukan panti
jompo, bukan panti asuhan.
36. Terus? Apa dong… hehe maaf banyak tanya | iya ga papa, maaf tadi,
karena ane geram tiap kali mendengar orang laing nuduh yang engga’-
engga’, bilang dananya dari Ameriklah, wahyudilah, apalah, padahal
anggota dan pendukung hizb berinfaq dengan ikhlas dijalan Allah. |
Hizbut Tahrir itu partai politik.
37. Jadi hizbut tahrir tidak pernah menolong kaum muslim yang kena
bencana? | salah ente, hizbut tahrir diberbagai wilayah di Indonesia
terjun langsung membuat posko, mengatur pengajian ibu-ibu, bapak-
bapak, remaja, menghidupkan masjid di daerah bencana dan yang
penting lagi, menghalau kristenisasi yang sering datang dengen mi
instan.
38. Ok, kalau tadi partai politik, berarti sama dong kaya partai kepala
banteng sama sapi? | beda donk, mereka imamnya UUD 45 dan pancasila,
mereka liberal, sekuler, pro demokrasi, pro kapitalis.
39. Buktinya? | gunung dijual ke asing, gas, minyak bumi dan semua
yang ente rasain hidup itu susah itu sebab mereka yang berkuasa dzolim
sama rakyatnya, sama ente, sama ane juga…
40. Lalu, kenapa partai politik, bukan brigade jihad atau lascar gitu ? |
bro, semua yang manusia rasain sekarang, termasuk ente dan ane, itu
terkait dengan politik.
41. Kok bisa? | ente lihat baju ente, itu dari mulai tukang kebun kapasnya
sudah terkena kebijakan politik, dari harga bibit, pupuk, lahan, pas di
dibikin, gaji pegawai UMR, pajak masuk pasar, pajak bangungan, pajak
kendaraan, jalan, jembatan, insfrasturktur, harga pasaran, inflasi
semuanya karena urusan politik. Apa yang ente makan, pakai dan
gunakan tidak akan bisa dimakan, dipakai dan digunakan kalau Negara
dengan kebijakan politiknya melarang.
42. Owh gitu, terus kalau demo-demo, hizbut tahrir kan sering demo tuh,
bukannya itu dilarang ngomongin keburuhkan pemimpin? | ente lihat lagi
yang jeli, apa iya kalau kita demo kita ngomongin orangnya, istrinya
berapa, simpanannya dimana, hasil korupsi atau tidak, bukan individunya
yang diserang tapi kebijakan mereka yang harus sesuai syariat Islam.
43. Ngga ada cara lain? | itu salah satu cara berinteraksi dengan umat, ya
ada banyak, seperti konferensi, ta’lim, halaqoh dan besok ada Rapat dan
Pawai Akbar diseluruh Indonesia, ente jangan lupa hadir biar tahu
sekalian.
44. Owh iya, ada yang bilang miras, judi, prostitusi ada dimana-mana,
kenapa hizb tidak datang pas sedang di ratakan? | itu hanya parsial,
cabang saja dari kebijakan Negara yang pro maksiat. Makanya yang
dirubah kebijakannya, negaranya bukan cabang dilapangan.
45. Berarti hizbut tahrir setuju donk ? | bukan begitu kesimpulannya, itu
semua perbuatan maksiat dan dilarang oleh Allah, Hizbut tahrir fokus
pada sumber masalahnya, yaitu Negara. Kalau ada sungai yang tercemar,
ente mau bangun bendungan atau menutup pabrik yang mencemari?
---
Jadi, untuk mengembalikan manusia, khususnya umat Islam kepada
kemuliaan dan menjadi umat yang terbaik sebagaimana ada dalam Al-
quran, Hizbut Tahrir focus pada sumber masalahnya, bukan cabang dari
hasil kebijakan. Sumbernya adalah tidak diterapkannnya syariah Islam;
Quran dan Hadits termasuk ijma dan qiyas, dalam segala urusan
kehidupan. Dan hanya khilafah yang mampu mengemban amanah ini.
Pastikan anda share dan Komentar di tulisan ini..!!! Allahuakbar
www.AlFatih.web.id | Media Pembebasan Umat

Thursday, January 1, 2015

tidak ada makan siang gratis

Kadang aku berpikir bahwa terjadinya sebuah kecelakaan pesawat ( pernah baca blackhand Yg ada di balik tragedi asia) 'lalu pesawat hilang ... kemudian negara negara imperium kapitalisme rame rame menawarkan bantuan untuk ikut mencari pesawat tersebut.

Dibalik semua itu ada keinginan untuk melihat kekayaan SDA dari dekat,untuk berapa kandungannya,..lalu membidik objek, setelah itu baru urusan exploitasi yg sdh ada jalan pd UU migas kita...

Pikiran ini hanya waspada saja, bukan prasangka buruk.. krn saya yakin tidak ada makan siang gratis....

Tuesday, December 30, 2014

suriah, isis dan khilafah

Atus Firdaus
Suriah, ISIS dan Khilafah

Setelah Revolusi Islam di Suriah pecah hampir 4 tahun lalu, keinginan
rakyat Suriah khususnya, dan umat Islam di seluruh dunia umumnya,
untuk menyaksikan tumbangnya rezim kafir Baats masih harus menunggu
waktu. Apa yang terjadi di Suriah sesungguhnya merupakan perang
peradaban dan politik yang melibatkan dua pihak.
Pihak pertama adalah Amerika yang diikuti oleh Eropa, Rusia, para antek
dan pengikutnya. Pihak kedua adalah umat Islam, khususnya rakyat
Syam. Pihak pertama berjuang mati-matian untuk menghalangi tegaknya
Khilafah di bumi Syam; mendirikan rezim sekular, sebagaimana
pendahulunya, yang tunduk dan mengikuti Amerika dan Barat. Pihak
kedua berjuang mati-matian untuk mendirikan Khilafah di Bumi Syam,
sebagai Uqru Dar al-Islam (lubang kembalinya [ular] di negeri Islam).
Kemudian Khilafah itu akan membentang hingga ke negeri kaum Muslim,
yang diperintah oleh sistem Islam; yang memuji dan mengagungkan Allah
SWT, Zat Yang Mahakuat lagi Mahaperkasa.
Hizbut Tahrir Suriah telah menyampaikan Rancangan Politik Kedua
kepada Rakyat Syam. Isinya memaparkan solusi mendasar terhadap
konspirasi global yang berusaha menghancurkan Revolusi Syam, menyia-
nyiakan pengorbanannya, serta menyelamatkan Revolusi, dengan judul,
“Mari bersama-sama Menjatuhkan Taghut Syam dan Mendirikan
Pemerintahan Islam, Khilafah ‘ala Minhaj an-Nubuwwah.”
Maksud dari Rancangan Politik Kedua kepada Rakyat Syam adalah agar
Revolusi Syam tetap berpegang teguh pada tali agama Allah dengan kuat.
Dengan cara seperti itu, Revolusi ini akan mampu menghancurkan
peraduan setan Amerika, Eropa, Rusia dan Cina, yang terus-menerus
melakukan konspirasi untuk menghancurkan revolusi ini.
Mereka semua dengan antek-antek mereka berdiri kokoh bersama
Thaghut Syam. Mereka menopang sang thaghut dengan dana, senjata dan
pasukan untuk membunuh para pemuda umat, mengaborsi aspirasi
mereka serta merebut kemuliaan dan kehormatan mereka. Mereka dibuat
terkejut. Pasalnya, ternyata para pejuang revolusi ini adalah kesatria
yang berpegang teguh pada agama mereka. Mereka adalah para
pahlawan. Anak-anak mereka pun kesatria. Perempuan-perempuan
mereka pun seperti Khansa’. Seluruh umat Islam berdiri di pihak mereka,
dalam revolusi mereka melawan penguasa thaghut.
Hizbut Tahrir, seperti sabda Nabi, “Ar-Ra’id la yakdzibu
ahlahu” (Pemimpin tidak akan pernah membohongi rakyatnya) [Ibn Atsir,
Al-Kamil fi at-Tarikh, I/478].
Hizbut Tahrir mengajukan Rancangan Politiknya untuk Rakyat Syam untuk
mewujudkan kewajiban Khilafah yang agung. Tidak ada lagi harapan,
kehidupan dan masa depan bagi umat Islam ini, kecuali dengan
mendirikan dan mewujudkan Khilafah, dengan izin dan pertolongan Allah
meski ujian dan cobaannya luar biasa dan semakin berat.
Dalam pendahuluan Rancangan Politik tersebut dinyatakan, “Ini adalah
rancangan politik yang kami ajukan kepada keluarga kami yang teguh
berjuang di Syam, setelah 3 tahun meletusnya Revolusi Syam yang penuh
berkah, agar bisa membimbing jalan mereka; membantu mereka
mewujudkan tujuan yang diharapkan sekalipun mereka menghadapi
pembunuhan, tekanan, pemboikotan, blokade…”
Rancangan Politik tersebut selanjutnya menegaskan, “Dalam konteks ini,
yang perlu diingat adalah peringatan untuk keluarga kami di Syam, bahwa
Revolusi Berkah ini tidak mereka lakukan, kecuali sebagai fase akhir
sehingga mereka bisa memetik buahnya, serta menikmati berbagai macam
kebaikannya…Semua harapan mereka telah dihanguskan. Kekayaan
mereka pun telah kering. Sementara itu, di depan mereka ada musuh, dan
di belakang mereka ada lautan. Tidak ada jalan keluar bagi mereka,
kecuali melanjutkan perjalanan untuk menang…Jika tidak, mereka akan
diusir sebelum meraih tujuan. Tentu ini merupakan kerugian dan
penyesalan.”
Revolusi Berkah ini dilakukan untuk mewujudkan perubahan mendasar,
mencabut rezim tiran dan menggantinya dengan sistem yang baik, haq
dan adil. Revolusi Syam telah menegaskan, bahwa revolusi ini merupakan
revolusi untuk mentauhidkan Allah, dan menjadikan Rasulullah saw.
sebagai panutan. Revolusi ini juga mengangkat slogan yang tidak akan
bisa diwujudkan, kecuali dalam sebuah negara, seperti negara Khulafa’
ar-Rasyidin.
Karena itu, agar Revolusi Berkah ini berhasil mewujudkan tujuannya,
yaitu menjatuhkan rezim thaghut, serta mendirikan pemerintahan Islam di
Damaskus Syam, maka:
Semua pihak harus menyatakan dengan tegas, bahwa rancangan kita
adalah Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah.
Menyatakan dengan tegas, bahwa Dewan Nasional, Koalisi Oposisi, dan
Dewan Jenderal, tidak mewakili sedikit pun revolusi ini.
Para politikus dan militer yang ikhlas harus memutus semua hubungan
dengan negara-negara Barat dan antek-anteknya.
Melepaskan diri secara total dari dana politik yang najis.
Menganggap siapa saja yang menghalangi Proyek Khilafah sebagai
pengkhianat Allah, Rasul dan orang Mukmin.
Bagi orang-orang yang ikhlas harus melepaskan kepemimpinan mereka
dari pihak luar, dan menggantikannya dengan kepemimpinan yang bersih.
Para pemimpin Revolusi dan Ahlul al-Quwwah memberikan nushrah
kepada Hizbut Tahrir dan kepemimpinannya; mengumpulkan Ahl al-Halli
wa al-‘Aqd baik para qadhi, ulama’ maupun tokoh masyarakat agar
mereka mendukung Hizbut Tahrir dan kepemimpinannya dengan jujur dan
ikhlas. Hizbut Tahrir mempunyai Rancangan Negara yang jelas,
bersumber pada Kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. Hizbut Tahrir juga
paling mampu membongkar berbagai konspirasi yang dialamatkan kepada
umat Islam, selain pengalaman Hizb dalam politik global dan
perjalananya di belakang kepemimpinanya ini dengan teguh mendirikan
Proyek Khilafah yang agung ini, Proyek Negara Islam, Khilafah Rasyidah.
Mereka selayaknya meneladani Aus dan Khazraj ketika mereka membaiat
Rasulullah saw. dengan baiat nushrah dan perang. Dengan itu Allah
memuliakan mereka, dengan menyatukan hati mereka, dengan berdirinya
Negara Islam melalui tangan mereka…
ISIS
Amerika telah melakukan monsterisasi “Khilafah Rasyidah”, dengan
mengeksploitasi “ISIS” yang diproklamasikan tanggal 1 Ramadhan 1435 H
dengan entengnya. Tujuannya tentu meraih keuntungan sebesar-besarny
a dalam menjalankan rancangannya di kawasan ini. ISIS sendiri
melakukan pembantaian demi pembantaian atas nama Islam. Padahal
tindakannya itu sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam.
Dalam konteks inilah, Thalib Hadi al-Bahrah, Ketua Koalisi Oposisi
(Amerika), tanggal 16/08/2014 lalu meminta kepada masyarakat
internasional untuk secepatnya melakukan intervensi di Suriah, dengan
mengatakan, “Saya, atas nama kemanusiaan, menyerukan kepada PBB
dan semua negara yang meyakini kebebasan, agar mereka terlibat
mengatasi kondisi di Suriah, sebagaimana keterlibatan mereka di
Kurdistan, Irak. Akibatnya sama, musuhnya sama, maka tidak boleh
menggunakan dua standar yang berbeda.”
Thalib al-Bahr memenuhi harapan tuannya, Amerika, dan selaras dengan
Resolusi DK PBB no 2170 tanggal 15/08/2014 yang menjatuhkan sanksi
kepada ISIS.
Siapa saja yang memperhatikan seruan ini pasti akan tahu, bahwa ini tak
lebih dari pengkhianatan terhadap Revolusi Syam. Seperti diketahui,
Amerika dan negara-negara Eropa, Rusia, Cina dan antek-anteknya,
membutuhkan justifikasi untuk melakukan intervensi di Suriah. Targetnya
bukan untuk menolong rakyat Suriah, tetapi untuk menghancurkan
Revolusi dan Proyek Khilafah.
Intervensi dengan alasan memerangi terorisme sama sekali tidak
meringankan penderitaan kaum Muslim, sebaliknya justru semakin
membuat mereka menderita. Pasalnya, serangan ini tidak lagi memilah
sipil dan militer. Serangan yang dilakukan oleh pesawat Amerika di
Yaman, Pakistan, Afganistan dan terakhir di Irak adalah bukti yang tak
terbantahkan. Intervensi ini juga menambah legalitas Barat kapitalis kafir
dan penjajah itu untuk menyerang negeri kaum Muslim secara langsung
dan memberi ruang kepada mereka untuk menguasai wilayah tersebut. Ini
jelas bertentangan dengan firman Allah SWT (yang artinya): Sekali-kali
Allah tidak akan memberikan jalan kepada kaum afir untuk menguasai
orang Mukmin (TQS an-Nisa’ [4]: 141).
Masyarakat internasional, yang dipimpin Obama, berkali-kali
mengumumkan bahwa mereka hanya memikirkan kepentingannya sendiri.
Mereka tidak pernah sedikit pun peduli terhadap kepentingan kita.
Bahkan bisa dikatakan dengan tegas, bahwa masalah dan penderitaan
yang kita alami juga merupakan buah mereka. Harus dicatat, kepentingan
Amerika hari ini bukan menjatuhkan Bashar, tetapi justru
mempertahankan dia. Karena itu Amerika melarang Koalisi Oposisi,
setelah dipersentajai oleh Rusia dan Iran atas restu Amerika, untuk
menjatuhkan Bashar. Bahkan Amerika diam terhadap pembantaian Bashar
yang sangat biadab.
Kepentingan Amerika khususnya dan negara-negara Barat umumnya di
Suriah dan kawasan ini, fokus untuk menghancurkan Proyek Islam yang
sesungguhnya dan menyeluruh. Proyek itu tak lain adalah Khilafah
Rasyidah ‘ala Minhaj Nubuwwah. Karena itu mereka memainkan
Rancangan Khilafah (ISIS) ini untuk menjatuhkan Khilafah, bersama-sama
mereka dalam permainan ini. Buntut mereka adalah para penguasa kaum
Muslim yang bodoh, termasuk Hadi al-Bahrah ini.
Ketakutan Barat, yang tak tampak, khususnya Amerika, terhadap apa
yang dinyatakan oleh Revolusi Umat di Syam adalah Proyek Khilafah
Rasyidah. Inilah yang menjadi alasan atas lahirnya konspirasi jahat ini.
Memperhatikan dahsyatnya konspirasi ini, maka tidak ada jalan untuk
menghadapi dan menghancurkan konspirasi ini, kecuali umat Islam
mengadopsi Proyek Khilafah ini melalui metode Rasulullah saw. bersama
para pejuang untuk mewujudkan kabar gembira Rasulullah saw.,
“Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian.” (HR
Ahmad)

10 kiat menghadapi JIL


10 KIAT MENGHADAPI JARINGAN ISLAM LIBERAL
Ala NU
Disajikan dalam kegiatan Multaqo Tsanawy Haiatus sofwah
1.Memahami bahwa Liberalisme adalah kesesatan berpikir, bukan sebuah
ritual, sekalipun demikian tetap berdampak pada perilaku pengusungnya.
Jadi sudah seharusnya kita terus mencermati tulisan-tulisan JIL
(Jaringan Islam Liberal), dari koran Jawa Pos pada kolom KIUK (Kajian
Islam Utan Kayu), atau buku-buku terbitan JIL, El-KiS, Paramadina,
internet, dll. Kemudian meletakkannya sebagai ‘musuh’ untuk diintai.
Maka dengan ketelitian dan ketekunan, akan kita temui banyaknya upaya
JIL dalam pemelesetan dan pembelotan kata-kata, pemahaman serta
pembahasan materi yang menjurus kepada pengkaburan hingga
pelecehan terhadap agama Islam
2.Membuka ulang tafsir ayat, atau makna hadits, dan fatawa ulama salaf
sesuai dengan tema yang dipelesetkan. Biasanya kita temukan kalimat-
kalimat yang dinukil oleh JIL ternyata hanya sepotong-sepotong,
kemudian dipergunakan untuk memperkuat argumentasi dan
pendapatnya, maka kita harus mengungkap ketidak-benaran itu dengan
mengembalikannya kepada asli permasalahnya. Sering pula kita temui
kelompok JIL menggunakan Tafsir Hermeneutika dalam tulisan-tulisan
nya. Tafsir Hermeneutika adalah metode penafsiran Al-Quran dengan
menggunakan standar penafsiran Injil Bibel, antara lain menggunakan
kritik historis (sejarah), artinya tidak ada seorangpun di dunia ini yang
kebal terhadap kritik, dan menganggap bahwa selagi penafsiran terhadap
kitab suci masih dilakukan oleh manusia, termasuk oleh Nabi Muhammad
SAW, maka sangat mungkin terjadi kesalahan, karena menurut mereka
adanya keterbatasan akal manusia. Sehingga mereka meyakini bahwa
tidak satupun tafsir Al-Quran di dunia ini yang mutlak kebenarannya.
Dengan demikain, menurut mereka, siapapun orangnya, selagi dalam
konteks sebagai manusia, berhak menfsirkan Al-Quran sesuai dengan
pemahaman masing-masing.
3.Sebaiknya dalam menghadapi JIL, kita lebih mengutamakan nash-nash
qath’i dari Al-Quran dan Hadits-hadits sharih dengan menerangkan
ashbabun nuzul/wurud. Penguraian semacam itu termasuk paling jitu,
karena kita mampu menerangkan kepada umat islam duduk permasalahan
yang sesungguhnya, dan secara otomatis dapat menelanjangi pemikiran
sesat kelompok JIL.
4.Kita hadapkan pemikiran JIL dengan pemikiran ulama salaf, dengan
rujukan Al-Quran, hadits, serta realita sejarah, dan kita tawarkan kepada
umat: Apakah di dalam memahami ilmu agama, kita memlilh pemahaman
ulama salaf, misalnya Imam Syafii, yang telah berabad-abad dikenal
dunia Islam, atau memilih model pemahaman JIL, yang baru muncul
dengan referensi pemahaman Barat atau tafsir Hermeneutika?
5.Kita ungkap bagaimana keuntungan barat/kafir terhadap tema-tema
yang dimunculkan oleh JIL ke permukaan, misalnya dampak Fiqih Lintas
Agama, adalah memuluskan program pembauran dan pemurtadan umat
Islam secara pelan-pelan. Untk mengasah kejelian, tentunya kita harus
banyak membaca atau mencari informasi tentang dunia pergerakan JIL,
sehingga saat menghadapi mereka, kita tahu dengan pasti atas kesesatan
pemikirannya.
6.Kita rajin berkomunikasi dengan tokoh-tokoh yang berseberangan
dengan JIL, sekalipun bukan se-ormas dengan kita. Karena jalinan
dengan tokoh-tokoh ini dapat memperkuat lini-lini perjuangan, dalam
menghadang lajunya liberalisme. Kita juga harus selalu mewaspadai
besarnya pengaruh liberalisme yang kini telah menyeluruh di hampir
setiap bidang dan semua kalangan. Membangun jaringan sesama tokoh-
tokoh anti liberalism, adalah sangat penting untuk memperkaya
informasi, sehingga dapat menjadikan JIL sebagai musuh bersama.
Tokoh-tokoh anti JIL yang saat ini terhitung produktif dalam menerbitkan
buku-buku counter terhadap JIL antara klain : 1). Adian Husaini, MA. 2).
Henry salahuddin, MA. 3). Adnin Armas, MA. 4). Nu’im Hidayat. 5). Dr.
Daud Rasyid, MA. Dan lain sebagainya.
7.Kita sampaikan pemahaman kita kepada umat tentang kesesatan JIL,
melalui tulisan, ceramah, mimbar Jumat, dialog antar teman, dialog
terbuka, sampai berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh JIL. Praktek
yang sering terjadi, saat kita serius melawan mereka untuk dialog
terbuka, maka di lapangan mayoritas umat Islam lebih condong kepada
aqidah ulama salaf, dibanding mengikuti pemikiran sesat JIL.
8. Apabila mengadakan dialog langsung dan terbuka dengan tokoh-tokoh
JIL, yang paling efektif adalah membawa satu tema dari tulisan mereka,
dan kita terangkan kesesatan-kesesa tan tulisan itu. Hal ini perlu,
dikarenakan umumnya mereka pandai bersilat lidah, dan kita akan diseret
kepada permasalahan lain untuk mengelabui dan mencari simpati dari
kita dan simpati hadirin, yang pada akhirnya akan mereka arahkan
kepada situasi ‘bersepakat’ untuk menerima pemikiran-pemikiran mereka.
Tapi dengan bukti kesesatan yang ada pada tulisan mereka, maka kita
tidak terjebak dengan permainannya.
9.Bagi yang mampu menulis dan ada kesempatan, maka dapat
menuangkan ‘pemikiran’ melawan liberalisme di media cetak/mansyurat/
SMS/dll. Hal ini sangat membantu umat untuk kembali kepada jalan
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang benar. Bagi para dai mimbar,
pengasuh majelis taklim, pengasuh pesantren, dan pendidikan Islam
lainnya, sebisa mungkin saat membahas tema bahaya liberalisme, dapat
merekamnya lewat apa saja dan disebarkan kepada masyarakat. Bagi para
pemangku pesantern, sebaiknya terus membekali para santrinya untuk
memehami bahaya liberalisme, minimal mengisi perpustakaan pesantren
dengan buku-buku kontra JIL. Hal ini sangat diperlukan karena banyak
terjadi di kalangan alumni pondok pesantren yang justru terjerumus
dalam pemikiran liberalisne, karena ketidaksiapan mental saat tamat dari
pendidikan di pesantren. Kendala yang akan kita hadapi saat
menyampaikan counter terhadap pemikiran JIL, umumnya masyarakat
awam yang belum mengetahui benar-benar ‘BAHAYA BESAR’ yang akan
ditimbulkan oleh liberalisme, masyarakat akan mereaksi negatif terhadap
misi dan dakwah kita, tapi dengan kegigihan dan keihlasan dalam
mengusung kebenaran melawan liberalisme, lambat laun masyarakat yang
semakin ‘cerdas’ dan akan ikut berjuang bersama kita, sesuai
kemampuan dan kesempatan masing-masing.
10.Rajin merangkul aparat setempat dengan memberi pemahaman kepada
mereka tentang bahaya kesesatan JIL. Jika aparat sudah satu baris
dengan kita, suatu saat kita membutuhkan langkah aparat, maka tinggal
berkoordinasi. Sebagai contoh adalah kerjasama kita dengan aparat saat
mencekal dan memulangkan dari Air port Juanda, pada akhir tahun 2007,
seorang tokoh liberal asal Mesir, Doktor Nasr Hamid Abu Zayd, penghina
dan penghujat Al-Quran, yang akan tampil seminar di UNISMA-Malang.
Tulisan-tulisan Nasr Hamid Abu Zayd juga banyak menghujat Imam
Syafii, Imam Hambali, dan para ulama salaf lainnya. Yang
memperihatinkan kita, bahwa tulisan-tulisan Nasr Hamid Abu Zayd yang
berbahasa arab sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
dan digandrungi oleh penganut Liberalisme di kampus-kampus berbasis
Islam tanpa kita mampu mencegahnya. Lantaran di Negara kita menganut
kebebasan berekspresi, berkarya dan melindungi hak asasi manusia. —

TTP dan pembantaian fi army public school filihat dari sudut pandang pembunuh

TTP dan Pembantaian di Army Public School: Dilihat dari Sudut Pandang
Pembunuh

Selasa (16/12), publik Inggris (terutama warga Pakistan di Inggris)
dikejutkan oleh peristiwa horor yang terjadi di Peshawar, Pakistan. Di
antara serangan paling berdarah dan mengejutkan yang dilakukan oleh
Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) dalam beberapa tahun ini, sekelompok
orang memasuki Army Public School di ibukota provinsi Khyber Phaktun
Khuwa (KPK) dan melepaskan tembakan secara membabi buta.
Tembak menembak terjadi beberapa saat setelah Komando Militer tiba di
sana. Akibatnya, anak-anak sekolah berlarian ketakutan untuk
menyelamatkan hidup mereka. Adegan ini pun disiarkan langsung oleh
saluran televisi Pakistan. Pengepungan itu berakhir beberapa jam
kemudian dengan jumlah korban tewas 141 orang, sebagian besar di
antaranya adalah anak-anak sekolah yang tidak bersalah.
Tidak ada kata-kata yang dapat membenarkan hal ini dan kebencian
terhadap tragedi ini layak dinyatakan dengan tegas. Tidak ada pula
wacana kontekstual yang dapat melegitimasi tindakan ini dan mereka
yang bertanggung jawab harus diseret ke pengadilan.
Sayangnya, peristiwa tersebut dibutuhkan untuk memfokuskan perhatian
media dunia dan masyarakat atas realitas kehidupan sehari-hari
penduduk Pakistan Utara. Nasib para pengungsi Pakistan—mengingat
akronim IDP (Internally Displaced Persons atau Pengungsi Dalam Negeri)
yang dipakai oleh media Pakistan—tidak pernah diberitakan oleh media
dunia dan para ahli karena sikap kemarahan moral yang pilih kasih.
Angkatan Bersenjata Pakistan memulai operasi pembersihan besar-
besaran yang dinamakan Zarb-e-Azb—ironisnya adalah nama pedang
Nabi Muhammad SAW—dengan menyerang Wilayah Utara untuk
melenyapkan orang-orang yang diduga teroris TTP. Operasi ini telah
mengakibatkan mengungsinya ratusan ribu orang, perusakan tanah dan
rumah mereka, dan pembunuhan ratusan orang, yang mengejutkan tidak
satupun dari mereka dilaporkan sebagai warga sipil yang tidak bersalah.
Setiap orang waras akan bisa melihat keburukan yang dialami penduduk
setempat.
Sayangnya, hal ini merupakan realitas yang dapat dihindari. Pemerintah
Pakistan, yang dipimpin oleh tentara, adalah penyebab utama rantai
peristiwa yang mengarah kepada pembantaian ini. Mereka melakukan
operasi atas perintah dan tekanan yang berulang dari AS, yang terjebak
dalam lumpur di Afghanistan. Amerika telah menandai tahun 2014 sebagai
tahun penarikan militer mereka dari Afghanistan, setelah gagal
mengalahkan gerakan perlawanan Taliban di sana. Mereka telah
menghadapi meningkatnya serangan dan tekanan dari kekuatan-kekuatan
itu, yang dianggap telah dikalahkan pada tahun 2002 dengan “deklarasi
kemenangan” oleh George Bush. Seperti AS dan para sekutunya yang
telah ketahui, ada kenyataan pahit mengapa wilayah ini disebut “Kuburan
bagi para Imperium (Graveyard of Empires)”. Penyerang demi penyerang,
penakluk demi penakluk, dan tentara demi tentara telah mencoba
memadamkan semangat gigih rakyat Pakhtun, namun gagal. Selama dua
abad terakhir ini saja, Kerajaan Inggris, Uni Soviet, dan sekarang AS
gagal melakukan upaya ini. Dalam konteks ini, AS memerintahkan tentara
Pakistan untuk melakukan beberapa tekanan yang mereka hadapi, dengan
menyerang wilayah itu dan rute pasokan serta fasilitas pelatihan Timur
Taliban dari perbatasan Pakistan-Afghanistan. Operasi ini adalah bentuk
pelaksanaan proposal Amerika, dengan menyewa tentara Pakistan untuk
bisa menyerang tepat pada waktunya sehingga dapat mengatur opini
publik dalam mendukung langkah itu.
Akan tetapi, dampak yang ada sangat dirasakan rakyat Pakistan, terutama
wanita dan anak-anak yang dipandang sebagai target balasan sah oleh
tentara Pakistan. Apakah pemerintah Pakistan tidak menyadari sejarah
wilayah ini dan rakyat Pakhtun? Mengapa mereka menempatkan
penduduk lokal dalam melakukan tawar-menawar berbahaya dengan
pasukan NATO? Yang mengherankan, mengapa tidak ada yang siap untuk
membahas kenyataan ini? Konteksnya dapat ditarik kembali kepada
pengkhianatan Musharraf yang memungkinkan Amerika mendapatkan
akses tidak terbatas ke tanah Pakistan, pangkalan militer, infrastruktur,
dan individu, termasuk orang-orang seperti Dr. Afia Siddiqui. Ini seperti
menabur benih yang telah tumbuh menjadi sebuah pohon yang besar
dengan buah yang pahit yang kita sekarang dipaksa untuk merasakannya.
TTP tidak ada sebelum Pakistan bergabung dengan Perang Melawan
Teror. Tidak ada bom bunuh diri, penembakan di sekolah, masjid, dan
serangan terhadap para imam atau penargetan terhadap infrastruktur
militer yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ini. Lalu mengapa kita
tidak menyalahkan para penjahat ini karena memicu Pakistan masuk ke
dalam api ini, bukan hanya secara sempit berfokus kepada para
pembunuh ceroboh yang melakukan tindakan keji?
Tahun lalu, dalam beberapa minggu, drone-drone Amerika menyerang
dua Madrasah, yang menewaskan 70 hingga 80 anak-anak dalam dua
serangan. Diduga target serangannya adalah Ayman Al-Zwahiri, kepala
Al-Qaeda. Tidak mengherankan, dia bukan salah satu dari korban itu. Di
mana media Barat dengan kemarahan yang serempak atas kekejaman ini?
Mengapa pembunuhan orang-orang tidak berdosa ini tidak mendapat
tanggapan keras dari tentara Pakistan atau pernyataan dari pemerintah?
Apakah mereka adalah makhluk yang lebih rendah dari manusia, tidak
merasa bersalah bahkan kepada anak-anak? Adalah suatu kebodohan
untuk percaya bahwa media Barat peduli tentang kematian anak-anak
Muslim, hingga yang benar pun adalah sikap politis.
Anak-anak Palestina dibunuh, dipukuli, dipenjara, namun dibantah
memilik martabat sebagai manusia. Akan tetapi, Barat dan juga medianya
mendukung pendudukan sang pembunuh, Israel, atas pernyataan “hak
untuk membela diri”. Media barat juga mendukung para biksu Buddha
yang telah melakukan kekejaman yang jauh lebih besar dan kematian
terhadap umat Islam Rohingya yang tidak bersalah di Burma selama
beberapa bulan. Ketika banyak anak-anak Muslim yang menjadi syahid
dan terdapat jutaan pengungsi di Suriah, media Barat lebih fokus pada
ISIS.
Tentara Pakistan terus menjadi “sekutu kuat” dari Amerika meskipun
bukti tersebar luas atas keterlibatan CIA, Blackwater, dan lain-lain dalam
operasi dengan panji-panji kebohongan, kematian, kehancuran dan
pendanaan yang licik di seluruh Pakistan selama beberapa tahun.
Ada banyak sudut pandang untuk wacana ini. Luka terbuka yang
ditimbulkan oleh para penjahat keji di APS dapat memberikan saat yang
tepat untuk melakukan introspeksi dan analisa. Haruskah Pakistan terus
menanggung beban perang yang dimulai, suatu malapetaka yang
dieksekusi oleh imperium Amerika Serikat, ketika mereka relatif aman
karena letaknya yang ribuan mil jauhnya? Mengapa rakyat Pakistan
merasa diteror dan takut di jalan-jalan hanya untuk memastikan bahwa
pasukan pendudukan NATO dapat tidur dengan tenang di Afghanistan?
Haruskah pemerintah Pakistan memulai operasi pembalasan untuk
menargetkan orang-orang yang tidak puas yang melakukan serangan ini?
Padahal operasi terakhir menjadi penyebab langsung dari kekejaman
yang terjadi?
Para penyerang itu menyatakan bahwa mereka menargetkan sekolah itu
karena sekolah tersebut dijalankan oleh dan untuk militer Pakistan,
sebagai pembalasan atas “kegiatan kriminal” mereka di Pakistan Utara.
Namun, hari ini tentara Pakistan telah melancarkan serangan udara yang
baru di daerah yang sama, yang menewaskan 57 “teroris”. Hebatnya,
mereka begitu tepat melakukan pembunuhan yang ditargetkan, bahkan
dari udara, bahwa tidak satupun dari para korban yang telah dilaporkan
sebagai warga sipil yang tidak bersalah oleh media Pakistan. Tidak ada
media Barat, pemerintah, atau komentator jaringan sosial yang akan
meratapi hilangnya nyawa dan pertumpahan darah. Adalah tidak masuk
akal untuk menolak mengambil pelajaran dari sejarah. Amerika akan
meninggalkan wilayah itu. Pakistan akan harus berurusan dengan
akibatnya. Berhentilah menyerang orang-orang yang tidak akan lupa atau
memaafkan kejadian ini selama beberapa generasi. Mengutip pernyataan
Albert Einstein berkenaan dengan tindakan yang menyesatkan seperti itu,
“Kegilaan: melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan
hasil yang berbeda”. Hentikan pertumpahan darah atau kita akan, dan
saya harap saya salah, bisa mengutuk kekejaman lain dan melupakan
pemerintahan Pakistan sebagai arsitek dari respon tersebut.
(rz)
Sumber :
http://politicalideology1985.wordpress.com/2014/12/17/ttp-and-the-
army-public-school-carnage-the-murderous-context/

profil dan biografi sultam sulaiman al qanuni

Profil dan Biografi Sultan Sulaiman Al Qanuni.

Film King Suleiman yang diputar di ANTV menuai protes lantaran
mendiskreditkan Daulah Islam dan menampilkan Sultan Sulaiman Al
Qanuni sebagai sosok yang angkuh, suka berganti-ganti pasangan dan
bobrok moral.
Bertolak belakang dari fakta sejarah. Seperti apa profil Sultan Sulaiman Al
Qanuni yang sebenarnya? Berikut ini rangkuman dari buku ad Daulah al
Utsmaniyah karya Syaikh Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi dan Sejarah Para
Khalifah karya Hepi Andi Bastoni:
Kelahiran dan Masa Kecil
**-----------------------**
Sulaiman Al Qanuni lahir di kota Trabzun pada tahun 926 Hijriyah
(1520Masehi). Ayahnya yang tak lain adalah gubernur di wilayah tersebut
sangat sayang dan peduli terhadapnya. Pada usia 7 tahun, ia dididik
dengan ilmu sastra, sains, sejarah, teologi dan taktikperang. Pendidikan
yang baik dan terpadu sejak kecil itu membuat Sulaiman tumbuh dalam
suasana keilmuan, menyukai sastra dan dekat dengan para ulama. Ia
dikenal tenang dan mampu melahirkan keputusan-keputusan matang.
Menjadi Sultan & Tantangan Awal Pemerintahan
**---------------**----------------**
Sulaiman Al Qanuni diangkat menjadi Sultan Daulah Utsmaniyah pada
usia 26 tahun. Ia menjadi khalifah kesepuluh dalam Khilafah Ustmaniyah
setelah Utsman, Orkhan, Murad I, Bayazid I, Muhammad I, Murad II,
Muhammad Al Fatih, Bayazid II, dan Salim I. Meski masih muda, Sulaiman
dikenal bijak dan tegas dalam mengambil keputusan. Keputusan yang
telah diambilnya, pantang ditarik kembali. Di masa awal pemerintahannya,
Daulah Utsmaniyah diuji dengan empat pemberontakan sekaligus.
Gubernur-gubernur yang ambisius mengira Sulaiman adalah pemimpin
yang lemah. Mereka mengira saat itu adalah saat yang tepat untuk
melepaskan diri dari Kekhilafahan Turki Utsmani. Tapi mereka keliru.
Pemberontakan pertama dilakukan Gubernur Syam Jan Bardi Al Ghazali. Ia
menyatakan membangkang pada pemerintah Sultan dan berusaha
menguasai Aleppo. Sulaiman Al Qanunisegera memerintahkan pasukan
untuk membungkam gerakan separatis tersebut. Jan Bardi dapat
ditumpas.
Pemberontakan kedua dilakukan oleh Gubernur Mesir Ahmad Syah pada
tahun 1524 M. Tamak kekuasaan membuatnya berambisi memegang
tampuk kekuasaan. Ia yang dulunya minta bantuan Sulaiman untuk
dijadikan Gubernur Mesir malah berkhianat dengan menghimpun
dukungan warga Mesir dan menyatakan diri sebagai penguasa
independen. Namun pengkhianatannya tak bertahan lama. Sultan berhasil
menghanguskannya.
Pemberontakan ketiga datang dari kaum Syiah di bawah pimpinan Baba
Dzunnun pada tahun 1526 M. Baba mengumpulkan sekitar empat ribu
pemberontak dan mewajibkan pajak di wilayah Yugazhad. Semakin lama
posisi Baba semakin kuat, jumlah pasukannya pun meningkat.
Pemberontakan itu berakhir dengan terbunuhnya Baba, setelah jatuh
korban beberapa komandan Daulah Ustmaniyah.
Pemberontakan terbesar juga datang dari kaum syiah Rafidhah di wilayah
Qawniyah dan Mar’asy yang dipimpin oleh Qalandar Jalabi. Ini
merupakan pemberontakan terkuat karena pengikutnya mencapai 30.000
orang Syiah. Bahram Pasya yang diutus Sultan untuk mengakhiri
pemberontakan ini dibunuh mereka.
Pemberontakan baru bisa digulung ketika Sultan mengutus Ibrahim Pasya
yang memiliki kemampuan persuasif yang luar biasa. Ia berhasil
membujuk orang-orang Qalandar berbalik arah. Akhirnya Qalandar Jalabi
terbunuh dan pemberontakan pun lumpuh. Masa Ekspansi Ditumpasnya
empat pemberontakan tersebut menandai masa stabil Daulah Utsmaniyah.
Selanjutnya, Sultan Sulaiman Al Qanuni pun melakukan langkah ekspansi
untuk memperluas dakwah. Rhodesia saat itu merupakan wilayah
sengketa yang dikuasai pasukan Kardinal Johannes. Mereka menghalangi
jamaah haji dari arah Turki juga melakukan kejahatan di jalur transportasi
laut. Sultan Sulaiman Al Qanuni pun mengambil langkah jihad
membebaskan Rhodesia. Peperangan hebat terjadi, dan Rhodesia berhasil
ditaklukkan ke wilayah Turki Utsmani pada pertengahan tahun 1522 M.
Hampir bersamaan dengan itu, Sultan Sulaiman Al Qanuni juga mengirim
pasukan dalam jumlah besar ke Hungaria. Pasalnya, Raja Philadislave II
berupaya merusak seluruh perjanjian dengan Daulah Utsmaniyah dan
membunuh utusan Sultan. Hungaria pun dapat ditaklukkan pada tahun
1526 M. Wilayah Daulah Utsmaniyah terus meluas pada masa Sulaiman Al
Qanuni.
Selain itu, Al Qanuni juga berhasil membangun aliansi dengan Perancis
yang dinilai pakar sejarah sebagai salah satu kebijakan politik luar negeri
yang monumental.
Undang-Undang Berbasis Syariat Selain menebarkan dakwah ke wilayah
yang lebih luas, jasa terbesar Sultan Sulaiman adalah menyusun Undang-
Undang modern berbasis nilai-nilai Syariat dan mengimplementasikan
Undang-Undang itu secara teratur. Inilah yang membuatnya mendapat
gelar Al Qanuni.
Melihat komitmennya pada dakwah dan syariat ini, sungguh
penggambaran film King Suleiman terhadap dirinya sangatlah jauh. Tak
heran jika umat Islam curiga bahwa film yang menggambarkan Sultan
sebagai sosok yang angkuh, suka berganti-ganti pasangan dan dikelilingi
wanita tak berjilbab, bahkan cenderung zalim merupakan film yang
sengaja dilahirkan dalam rangka merusak citra daulah Islam. [Muchlisin
BK]