Tuesday, December 30, 2014

10 kiat menghadapi JIL


10 KIAT MENGHADAPI JARINGAN ISLAM LIBERAL
Ala NU
Disajikan dalam kegiatan Multaqo Tsanawy Haiatus sofwah
1.Memahami bahwa Liberalisme adalah kesesatan berpikir, bukan sebuah
ritual, sekalipun demikian tetap berdampak pada perilaku pengusungnya.
Jadi sudah seharusnya kita terus mencermati tulisan-tulisan JIL
(Jaringan Islam Liberal), dari koran Jawa Pos pada kolom KIUK (Kajian
Islam Utan Kayu), atau buku-buku terbitan JIL, El-KiS, Paramadina,
internet, dll. Kemudian meletakkannya sebagai ‘musuh’ untuk diintai.
Maka dengan ketelitian dan ketekunan, akan kita temui banyaknya upaya
JIL dalam pemelesetan dan pembelotan kata-kata, pemahaman serta
pembahasan materi yang menjurus kepada pengkaburan hingga
pelecehan terhadap agama Islam
2.Membuka ulang tafsir ayat, atau makna hadits, dan fatawa ulama salaf
sesuai dengan tema yang dipelesetkan. Biasanya kita temukan kalimat-
kalimat yang dinukil oleh JIL ternyata hanya sepotong-sepotong,
kemudian dipergunakan untuk memperkuat argumentasi dan
pendapatnya, maka kita harus mengungkap ketidak-benaran itu dengan
mengembalikannya kepada asli permasalahnya. Sering pula kita temui
kelompok JIL menggunakan Tafsir Hermeneutika dalam tulisan-tulisan
nya. Tafsir Hermeneutika adalah metode penafsiran Al-Quran dengan
menggunakan standar penafsiran Injil Bibel, antara lain menggunakan
kritik historis (sejarah), artinya tidak ada seorangpun di dunia ini yang
kebal terhadap kritik, dan menganggap bahwa selagi penafsiran terhadap
kitab suci masih dilakukan oleh manusia, termasuk oleh Nabi Muhammad
SAW, maka sangat mungkin terjadi kesalahan, karena menurut mereka
adanya keterbatasan akal manusia. Sehingga mereka meyakini bahwa
tidak satupun tafsir Al-Quran di dunia ini yang mutlak kebenarannya.
Dengan demikain, menurut mereka, siapapun orangnya, selagi dalam
konteks sebagai manusia, berhak menfsirkan Al-Quran sesuai dengan
pemahaman masing-masing.
3.Sebaiknya dalam menghadapi JIL, kita lebih mengutamakan nash-nash
qath’i dari Al-Quran dan Hadits-hadits sharih dengan menerangkan
ashbabun nuzul/wurud. Penguraian semacam itu termasuk paling jitu,
karena kita mampu menerangkan kepada umat islam duduk permasalahan
yang sesungguhnya, dan secara otomatis dapat menelanjangi pemikiran
sesat kelompok JIL.
4.Kita hadapkan pemikiran JIL dengan pemikiran ulama salaf, dengan
rujukan Al-Quran, hadits, serta realita sejarah, dan kita tawarkan kepada
umat: Apakah di dalam memahami ilmu agama, kita memlilh pemahaman
ulama salaf, misalnya Imam Syafii, yang telah berabad-abad dikenal
dunia Islam, atau memilih model pemahaman JIL, yang baru muncul
dengan referensi pemahaman Barat atau tafsir Hermeneutika?
5.Kita ungkap bagaimana keuntungan barat/kafir terhadap tema-tema
yang dimunculkan oleh JIL ke permukaan, misalnya dampak Fiqih Lintas
Agama, adalah memuluskan program pembauran dan pemurtadan umat
Islam secara pelan-pelan. Untk mengasah kejelian, tentunya kita harus
banyak membaca atau mencari informasi tentang dunia pergerakan JIL,
sehingga saat menghadapi mereka, kita tahu dengan pasti atas kesesatan
pemikirannya.
6.Kita rajin berkomunikasi dengan tokoh-tokoh yang berseberangan
dengan JIL, sekalipun bukan se-ormas dengan kita. Karena jalinan
dengan tokoh-tokoh ini dapat memperkuat lini-lini perjuangan, dalam
menghadang lajunya liberalisme. Kita juga harus selalu mewaspadai
besarnya pengaruh liberalisme yang kini telah menyeluruh di hampir
setiap bidang dan semua kalangan. Membangun jaringan sesama tokoh-
tokoh anti liberalism, adalah sangat penting untuk memperkaya
informasi, sehingga dapat menjadikan JIL sebagai musuh bersama.
Tokoh-tokoh anti JIL yang saat ini terhitung produktif dalam menerbitkan
buku-buku counter terhadap JIL antara klain : 1). Adian Husaini, MA. 2).
Henry salahuddin, MA. 3). Adnin Armas, MA. 4). Nu’im Hidayat. 5). Dr.
Daud Rasyid, MA. Dan lain sebagainya.
7.Kita sampaikan pemahaman kita kepada umat tentang kesesatan JIL,
melalui tulisan, ceramah, mimbar Jumat, dialog antar teman, dialog
terbuka, sampai berhadapan langsung dengan tokoh-tokoh JIL. Praktek
yang sering terjadi, saat kita serius melawan mereka untuk dialog
terbuka, maka di lapangan mayoritas umat Islam lebih condong kepada
aqidah ulama salaf, dibanding mengikuti pemikiran sesat JIL.
8. Apabila mengadakan dialog langsung dan terbuka dengan tokoh-tokoh
JIL, yang paling efektif adalah membawa satu tema dari tulisan mereka,
dan kita terangkan kesesatan-kesesa tan tulisan itu. Hal ini perlu,
dikarenakan umumnya mereka pandai bersilat lidah, dan kita akan diseret
kepada permasalahan lain untuk mengelabui dan mencari simpati dari
kita dan simpati hadirin, yang pada akhirnya akan mereka arahkan
kepada situasi ‘bersepakat’ untuk menerima pemikiran-pemikiran mereka.
Tapi dengan bukti kesesatan yang ada pada tulisan mereka, maka kita
tidak terjebak dengan permainannya.
9.Bagi yang mampu menulis dan ada kesempatan, maka dapat
menuangkan ‘pemikiran’ melawan liberalisme di media cetak/mansyurat/
SMS/dll. Hal ini sangat membantu umat untuk kembali kepada jalan
Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah yang benar. Bagi para dai mimbar,
pengasuh majelis taklim, pengasuh pesantren, dan pendidikan Islam
lainnya, sebisa mungkin saat membahas tema bahaya liberalisme, dapat
merekamnya lewat apa saja dan disebarkan kepada masyarakat. Bagi para
pemangku pesantern, sebaiknya terus membekali para santrinya untuk
memehami bahaya liberalisme, minimal mengisi perpustakaan pesantren
dengan buku-buku kontra JIL. Hal ini sangat diperlukan karena banyak
terjadi di kalangan alumni pondok pesantren yang justru terjerumus
dalam pemikiran liberalisne, karena ketidaksiapan mental saat tamat dari
pendidikan di pesantren. Kendala yang akan kita hadapi saat
menyampaikan counter terhadap pemikiran JIL, umumnya masyarakat
awam yang belum mengetahui benar-benar ‘BAHAYA BESAR’ yang akan
ditimbulkan oleh liberalisme, masyarakat akan mereaksi negatif terhadap
misi dan dakwah kita, tapi dengan kegigihan dan keihlasan dalam
mengusung kebenaran melawan liberalisme, lambat laun masyarakat yang
semakin ‘cerdas’ dan akan ikut berjuang bersama kita, sesuai
kemampuan dan kesempatan masing-masing.
10.Rajin merangkul aparat setempat dengan memberi pemahaman kepada
mereka tentang bahaya kesesatan JIL. Jika aparat sudah satu baris
dengan kita, suatu saat kita membutuhkan langkah aparat, maka tinggal
berkoordinasi. Sebagai contoh adalah kerjasama kita dengan aparat saat
mencekal dan memulangkan dari Air port Juanda, pada akhir tahun 2007,
seorang tokoh liberal asal Mesir, Doktor Nasr Hamid Abu Zayd, penghina
dan penghujat Al-Quran, yang akan tampil seminar di UNISMA-Malang.
Tulisan-tulisan Nasr Hamid Abu Zayd juga banyak menghujat Imam
Syafii, Imam Hambali, dan para ulama salaf lainnya. Yang
memperihatinkan kita, bahwa tulisan-tulisan Nasr Hamid Abu Zayd yang
berbahasa arab sudah banyak diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia,
dan digandrungi oleh penganut Liberalisme di kampus-kampus berbasis
Islam tanpa kita mampu mencegahnya. Lantaran di Negara kita menganut
kebebasan berekspresi, berkarya dan melindungi hak asasi manusia. —

TTP dan pembantaian fi army public school filihat dari sudut pandang pembunuh

TTP dan Pembantaian di Army Public School: Dilihat dari Sudut Pandang
Pembunuh

Selasa (16/12), publik Inggris (terutama warga Pakistan di Inggris)
dikejutkan oleh peristiwa horor yang terjadi di Peshawar, Pakistan. Di
antara serangan paling berdarah dan mengejutkan yang dilakukan oleh
Tehreek-e-Taliban Pakistan (TTP) dalam beberapa tahun ini, sekelompok
orang memasuki Army Public School di ibukota provinsi Khyber Phaktun
Khuwa (KPK) dan melepaskan tembakan secara membabi buta.
Tembak menembak terjadi beberapa saat setelah Komando Militer tiba di
sana. Akibatnya, anak-anak sekolah berlarian ketakutan untuk
menyelamatkan hidup mereka. Adegan ini pun disiarkan langsung oleh
saluran televisi Pakistan. Pengepungan itu berakhir beberapa jam
kemudian dengan jumlah korban tewas 141 orang, sebagian besar di
antaranya adalah anak-anak sekolah yang tidak bersalah.
Tidak ada kata-kata yang dapat membenarkan hal ini dan kebencian
terhadap tragedi ini layak dinyatakan dengan tegas. Tidak ada pula
wacana kontekstual yang dapat melegitimasi tindakan ini dan mereka
yang bertanggung jawab harus diseret ke pengadilan.
Sayangnya, peristiwa tersebut dibutuhkan untuk memfokuskan perhatian
media dunia dan masyarakat atas realitas kehidupan sehari-hari
penduduk Pakistan Utara. Nasib para pengungsi Pakistan—mengingat
akronim IDP (Internally Displaced Persons atau Pengungsi Dalam Negeri)
yang dipakai oleh media Pakistan—tidak pernah diberitakan oleh media
dunia dan para ahli karena sikap kemarahan moral yang pilih kasih.
Angkatan Bersenjata Pakistan memulai operasi pembersihan besar-
besaran yang dinamakan Zarb-e-Azb—ironisnya adalah nama pedang
Nabi Muhammad SAW—dengan menyerang Wilayah Utara untuk
melenyapkan orang-orang yang diduga teroris TTP. Operasi ini telah
mengakibatkan mengungsinya ratusan ribu orang, perusakan tanah dan
rumah mereka, dan pembunuhan ratusan orang, yang mengejutkan tidak
satupun dari mereka dilaporkan sebagai warga sipil yang tidak bersalah.
Setiap orang waras akan bisa melihat keburukan yang dialami penduduk
setempat.
Sayangnya, hal ini merupakan realitas yang dapat dihindari. Pemerintah
Pakistan, yang dipimpin oleh tentara, adalah penyebab utama rantai
peristiwa yang mengarah kepada pembantaian ini. Mereka melakukan
operasi atas perintah dan tekanan yang berulang dari AS, yang terjebak
dalam lumpur di Afghanistan. Amerika telah menandai tahun 2014 sebagai
tahun penarikan militer mereka dari Afghanistan, setelah gagal
mengalahkan gerakan perlawanan Taliban di sana. Mereka telah
menghadapi meningkatnya serangan dan tekanan dari kekuatan-kekuatan
itu, yang dianggap telah dikalahkan pada tahun 2002 dengan “deklarasi
kemenangan” oleh George Bush. Seperti AS dan para sekutunya yang
telah ketahui, ada kenyataan pahit mengapa wilayah ini disebut “Kuburan
bagi para Imperium (Graveyard of Empires)”. Penyerang demi penyerang,
penakluk demi penakluk, dan tentara demi tentara telah mencoba
memadamkan semangat gigih rakyat Pakhtun, namun gagal. Selama dua
abad terakhir ini saja, Kerajaan Inggris, Uni Soviet, dan sekarang AS
gagal melakukan upaya ini. Dalam konteks ini, AS memerintahkan tentara
Pakistan untuk melakukan beberapa tekanan yang mereka hadapi, dengan
menyerang wilayah itu dan rute pasokan serta fasilitas pelatihan Timur
Taliban dari perbatasan Pakistan-Afghanistan. Operasi ini adalah bentuk
pelaksanaan proposal Amerika, dengan menyewa tentara Pakistan untuk
bisa menyerang tepat pada waktunya sehingga dapat mengatur opini
publik dalam mendukung langkah itu.
Akan tetapi, dampak yang ada sangat dirasakan rakyat Pakistan, terutama
wanita dan anak-anak yang dipandang sebagai target balasan sah oleh
tentara Pakistan. Apakah pemerintah Pakistan tidak menyadari sejarah
wilayah ini dan rakyat Pakhtun? Mengapa mereka menempatkan
penduduk lokal dalam melakukan tawar-menawar berbahaya dengan
pasukan NATO? Yang mengherankan, mengapa tidak ada yang siap untuk
membahas kenyataan ini? Konteksnya dapat ditarik kembali kepada
pengkhianatan Musharraf yang memungkinkan Amerika mendapatkan
akses tidak terbatas ke tanah Pakistan, pangkalan militer, infrastruktur,
dan individu, termasuk orang-orang seperti Dr. Afia Siddiqui. Ini seperti
menabur benih yang telah tumbuh menjadi sebuah pohon yang besar
dengan buah yang pahit yang kita sekarang dipaksa untuk merasakannya.
TTP tidak ada sebelum Pakistan bergabung dengan Perang Melawan
Teror. Tidak ada bom bunuh diri, penembakan di sekolah, masjid, dan
serangan terhadap para imam atau penargetan terhadap infrastruktur
militer yang dilakukan oleh kelompok-kelompok ini. Lalu mengapa kita
tidak menyalahkan para penjahat ini karena memicu Pakistan masuk ke
dalam api ini, bukan hanya secara sempit berfokus kepada para
pembunuh ceroboh yang melakukan tindakan keji?
Tahun lalu, dalam beberapa minggu, drone-drone Amerika menyerang
dua Madrasah, yang menewaskan 70 hingga 80 anak-anak dalam dua
serangan. Diduga target serangannya adalah Ayman Al-Zwahiri, kepala
Al-Qaeda. Tidak mengherankan, dia bukan salah satu dari korban itu. Di
mana media Barat dengan kemarahan yang serempak atas kekejaman ini?
Mengapa pembunuhan orang-orang tidak berdosa ini tidak mendapat
tanggapan keras dari tentara Pakistan atau pernyataan dari pemerintah?
Apakah mereka adalah makhluk yang lebih rendah dari manusia, tidak
merasa bersalah bahkan kepada anak-anak? Adalah suatu kebodohan
untuk percaya bahwa media Barat peduli tentang kematian anak-anak
Muslim, hingga yang benar pun adalah sikap politis.
Anak-anak Palestina dibunuh, dipukuli, dipenjara, namun dibantah
memilik martabat sebagai manusia. Akan tetapi, Barat dan juga medianya
mendukung pendudukan sang pembunuh, Israel, atas pernyataan “hak
untuk membela diri”. Media barat juga mendukung para biksu Buddha
yang telah melakukan kekejaman yang jauh lebih besar dan kematian
terhadap umat Islam Rohingya yang tidak bersalah di Burma selama
beberapa bulan. Ketika banyak anak-anak Muslim yang menjadi syahid
dan terdapat jutaan pengungsi di Suriah, media Barat lebih fokus pada
ISIS.
Tentara Pakistan terus menjadi “sekutu kuat” dari Amerika meskipun
bukti tersebar luas atas keterlibatan CIA, Blackwater, dan lain-lain dalam
operasi dengan panji-panji kebohongan, kematian, kehancuran dan
pendanaan yang licik di seluruh Pakistan selama beberapa tahun.
Ada banyak sudut pandang untuk wacana ini. Luka terbuka yang
ditimbulkan oleh para penjahat keji di APS dapat memberikan saat yang
tepat untuk melakukan introspeksi dan analisa. Haruskah Pakistan terus
menanggung beban perang yang dimulai, suatu malapetaka yang
dieksekusi oleh imperium Amerika Serikat, ketika mereka relatif aman
karena letaknya yang ribuan mil jauhnya? Mengapa rakyat Pakistan
merasa diteror dan takut di jalan-jalan hanya untuk memastikan bahwa
pasukan pendudukan NATO dapat tidur dengan tenang di Afghanistan?
Haruskah pemerintah Pakistan memulai operasi pembalasan untuk
menargetkan orang-orang yang tidak puas yang melakukan serangan ini?
Padahal operasi terakhir menjadi penyebab langsung dari kekejaman
yang terjadi?
Para penyerang itu menyatakan bahwa mereka menargetkan sekolah itu
karena sekolah tersebut dijalankan oleh dan untuk militer Pakistan,
sebagai pembalasan atas “kegiatan kriminal” mereka di Pakistan Utara.
Namun, hari ini tentara Pakistan telah melancarkan serangan udara yang
baru di daerah yang sama, yang menewaskan 57 “teroris”. Hebatnya,
mereka begitu tepat melakukan pembunuhan yang ditargetkan, bahkan
dari udara, bahwa tidak satupun dari para korban yang telah dilaporkan
sebagai warga sipil yang tidak bersalah oleh media Pakistan. Tidak ada
media Barat, pemerintah, atau komentator jaringan sosial yang akan
meratapi hilangnya nyawa dan pertumpahan darah. Adalah tidak masuk
akal untuk menolak mengambil pelajaran dari sejarah. Amerika akan
meninggalkan wilayah itu. Pakistan akan harus berurusan dengan
akibatnya. Berhentilah menyerang orang-orang yang tidak akan lupa atau
memaafkan kejadian ini selama beberapa generasi. Mengutip pernyataan
Albert Einstein berkenaan dengan tindakan yang menyesatkan seperti itu,
“Kegilaan: melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan
hasil yang berbeda”. Hentikan pertumpahan darah atau kita akan, dan
saya harap saya salah, bisa mengutuk kekejaman lain dan melupakan
pemerintahan Pakistan sebagai arsitek dari respon tersebut.
(rz)
Sumber :
http://politicalideology1985.wordpress.com/2014/12/17/ttp-and-the-
army-public-school-carnage-the-murderous-context/

profil dan biografi sultam sulaiman al qanuni

Profil dan Biografi Sultan Sulaiman Al Qanuni.

Film King Suleiman yang diputar di ANTV menuai protes lantaran
mendiskreditkan Daulah Islam dan menampilkan Sultan Sulaiman Al
Qanuni sebagai sosok yang angkuh, suka berganti-ganti pasangan dan
bobrok moral.
Bertolak belakang dari fakta sejarah. Seperti apa profil Sultan Sulaiman Al
Qanuni yang sebenarnya? Berikut ini rangkuman dari buku ad Daulah al
Utsmaniyah karya Syaikh Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi dan Sejarah Para
Khalifah karya Hepi Andi Bastoni:
Kelahiran dan Masa Kecil
**-----------------------**
Sulaiman Al Qanuni lahir di kota Trabzun pada tahun 926 Hijriyah
(1520Masehi). Ayahnya yang tak lain adalah gubernur di wilayah tersebut
sangat sayang dan peduli terhadapnya. Pada usia 7 tahun, ia dididik
dengan ilmu sastra, sains, sejarah, teologi dan taktikperang. Pendidikan
yang baik dan terpadu sejak kecil itu membuat Sulaiman tumbuh dalam
suasana keilmuan, menyukai sastra dan dekat dengan para ulama. Ia
dikenal tenang dan mampu melahirkan keputusan-keputusan matang.
Menjadi Sultan & Tantangan Awal Pemerintahan
**---------------**----------------**
Sulaiman Al Qanuni diangkat menjadi Sultan Daulah Utsmaniyah pada
usia 26 tahun. Ia menjadi khalifah kesepuluh dalam Khilafah Ustmaniyah
setelah Utsman, Orkhan, Murad I, Bayazid I, Muhammad I, Murad II,
Muhammad Al Fatih, Bayazid II, dan Salim I. Meski masih muda, Sulaiman
dikenal bijak dan tegas dalam mengambil keputusan. Keputusan yang
telah diambilnya, pantang ditarik kembali. Di masa awal pemerintahannya,
Daulah Utsmaniyah diuji dengan empat pemberontakan sekaligus.
Gubernur-gubernur yang ambisius mengira Sulaiman adalah pemimpin
yang lemah. Mereka mengira saat itu adalah saat yang tepat untuk
melepaskan diri dari Kekhilafahan Turki Utsmani. Tapi mereka keliru.
Pemberontakan pertama dilakukan Gubernur Syam Jan Bardi Al Ghazali. Ia
menyatakan membangkang pada pemerintah Sultan dan berusaha
menguasai Aleppo. Sulaiman Al Qanunisegera memerintahkan pasukan
untuk membungkam gerakan separatis tersebut. Jan Bardi dapat
ditumpas.
Pemberontakan kedua dilakukan oleh Gubernur Mesir Ahmad Syah pada
tahun 1524 M. Tamak kekuasaan membuatnya berambisi memegang
tampuk kekuasaan. Ia yang dulunya minta bantuan Sulaiman untuk
dijadikan Gubernur Mesir malah berkhianat dengan menghimpun
dukungan warga Mesir dan menyatakan diri sebagai penguasa
independen. Namun pengkhianatannya tak bertahan lama. Sultan berhasil
menghanguskannya.
Pemberontakan ketiga datang dari kaum Syiah di bawah pimpinan Baba
Dzunnun pada tahun 1526 M. Baba mengumpulkan sekitar empat ribu
pemberontak dan mewajibkan pajak di wilayah Yugazhad. Semakin lama
posisi Baba semakin kuat, jumlah pasukannya pun meningkat.
Pemberontakan itu berakhir dengan terbunuhnya Baba, setelah jatuh
korban beberapa komandan Daulah Ustmaniyah.
Pemberontakan terbesar juga datang dari kaum syiah Rafidhah di wilayah
Qawniyah dan Mar’asy yang dipimpin oleh Qalandar Jalabi. Ini
merupakan pemberontakan terkuat karena pengikutnya mencapai 30.000
orang Syiah. Bahram Pasya yang diutus Sultan untuk mengakhiri
pemberontakan ini dibunuh mereka.
Pemberontakan baru bisa digulung ketika Sultan mengutus Ibrahim Pasya
yang memiliki kemampuan persuasif yang luar biasa. Ia berhasil
membujuk orang-orang Qalandar berbalik arah. Akhirnya Qalandar Jalabi
terbunuh dan pemberontakan pun lumpuh. Masa Ekspansi Ditumpasnya
empat pemberontakan tersebut menandai masa stabil Daulah Utsmaniyah.
Selanjutnya, Sultan Sulaiman Al Qanuni pun melakukan langkah ekspansi
untuk memperluas dakwah. Rhodesia saat itu merupakan wilayah
sengketa yang dikuasai pasukan Kardinal Johannes. Mereka menghalangi
jamaah haji dari arah Turki juga melakukan kejahatan di jalur transportasi
laut. Sultan Sulaiman Al Qanuni pun mengambil langkah jihad
membebaskan Rhodesia. Peperangan hebat terjadi, dan Rhodesia berhasil
ditaklukkan ke wilayah Turki Utsmani pada pertengahan tahun 1522 M.
Hampir bersamaan dengan itu, Sultan Sulaiman Al Qanuni juga mengirim
pasukan dalam jumlah besar ke Hungaria. Pasalnya, Raja Philadislave II
berupaya merusak seluruh perjanjian dengan Daulah Utsmaniyah dan
membunuh utusan Sultan. Hungaria pun dapat ditaklukkan pada tahun
1526 M. Wilayah Daulah Utsmaniyah terus meluas pada masa Sulaiman Al
Qanuni.
Selain itu, Al Qanuni juga berhasil membangun aliansi dengan Perancis
yang dinilai pakar sejarah sebagai salah satu kebijakan politik luar negeri
yang monumental.
Undang-Undang Berbasis Syariat Selain menebarkan dakwah ke wilayah
yang lebih luas, jasa terbesar Sultan Sulaiman adalah menyusun Undang-
Undang modern berbasis nilai-nilai Syariat dan mengimplementasikan
Undang-Undang itu secara teratur. Inilah yang membuatnya mendapat
gelar Al Qanuni.
Melihat komitmennya pada dakwah dan syariat ini, sungguh
penggambaran film King Suleiman terhadap dirinya sangatlah jauh. Tak
heran jika umat Islam curiga bahwa film yang menggambarkan Sultan
sebagai sosok yang angkuh, suka berganti-ganti pasangan dan dikelilingi
wanita tak berjilbab, bahkan cenderung zalim merupakan film yang
sengaja dilahirkan dalam rangka merusak citra daulah Islam. [Muchlisin
BK]

kala penguasa menabrak fatwa


Atus Firdaus

Kala Penguasa Menabrak Fatwa

“Sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme itu pada hakikatnya adalah
berpaling dari petunjuk Allah SWT. Dan itu bukanlah jalan selamat.”
Majelis Ulama Indonesia telah memfatwakan keharaman pluralisme,
liberalisme, dan sekulerisasi agama. Ini bukan fatwa baru. Fatwa itu lahir
pada Munas VII MUI Juli 2005.
Nyatanya, fakta menunjukkan yang sebaliknya. Penguasa tak menggubris
fatwa tersebut. Ada yang agak takut-takut, tapi ada yang terus terang
melabrak fatwa tersebut seperti yang terjadi di rezim baru ini.
Padahal MUI sebenarnya telah memberikan penjelasan yang gamblang
tentang definisi isme-isme tersebut. Berikut penjelasan tersebut:
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua
agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif,
oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa
hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.
Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan
masuk dan hidup berdampingan di surga.
Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah
tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara
berdampingan.
Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan
Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya
menerima doktrin-doktrin agama yang sesuaid engan akal pikiran
semata.
Sekulerisme agama adalah memishkan urusan dunia dari agama, agama
hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan,
sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan
kesepakatan sosial.
Berdasarkan hal itu, MUI menetapkan ketentuan hukum sebagai berikut:
Pluralisme, Sekulerisme, dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud
pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran
agama Islam.
Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekulerisme dan
Liberalisme agama.
Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif,
dalam arti haram mencampuradukkan akidah dan ibadah umat Islam
dengan akidah dan ibadah pemeluk agama lain.
Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain lain
(pluralitas agama), dalam maslah sosial yang tidak berkaitan dengan
akidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap
melakukan pergaulan sosial dengan agama lain sepanjang tidak saling
merugikan.
“Sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme itu pada hakikatnya adalah
berpaling dari petunjuk Allah SWT. Dan itu bukanlah jalan selamat.
Sebaliknya merupakan jalan kebinasaan dan menuju kesempitan hidup,”
kata Yahya Abdurrahman.
Ia mengutip firman Allah SWT: “dan siapa saja yang berpaling dari
peringatan-Ku maka baginya kehidupan yang sempit…” (TQS Thaha [20]:
124)
Ibn Katsir menjelaskan di dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim: “yakni
menyalahi perintah (ketentuan)-Ku dan apa yan telah aku turunkan
kepada rasul-Ku, ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil
yang lain sebagai petunjuknya. “Maka baginya kehidupan yang sempit”
yakni di dunia, tidak ada ketenteraman baginya dan tidak ada kelapangan
untuk dadanya …”
Kontrol dan Koreksi Umat
Ibarat gunung, proses sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme sudah
hampir mencapai puncaknya. Selama ini penguasa masih agak ragu-ragu
untuk membuka kran liberalisasi, dan sekulerisasi karena terhalang oleh
reaksi umat Islam.
Nah, rezim yang baru tampaknya sedang melakukan ‘test the water’—
menguji kembali reaksi umat—terhadap proses tersebut. Ini bisa dilihat
dari pernyataan yang berubah-ubah yang dikatakan oleh para pejabat
negara.
“Di sini, umat itu diuji kepeduliaannya,” kata Yahya. Jika, rakyat
melakukan kontrol dengan ketat, maka niat pemerintah bisa dihalangi.
Sebaliknya, jika rakyat tak peduli maka pemerintah akan semaunya
sendiri.
”Kontrol dari publik sangat penting. Juga betapa penting dan
strategisnya aktivitas mengoreksi penguasa sehinga harus terus
dilakukan oleh umat Islam. Semua itu mestinya makin memotivasi umat
untuk terus melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengoreksi
penguasa,” jelasnya.
Ia menjelaskan, kerusakan dan bencana itu bisa dicegah dan dihindari
dengan jalan umat melakukan amar makruf dan nahi mungkar, apalagi jika
umat mampu menjaga agar penguasa dan aparaturnya terus berada di
atas kebenaran. Dan itulah aktivitas yang diperintahkan oleh Islam.
Nah, jika umat tidak melaksanakannya maka bencana akan menimpa umat
seluruhnya, sebagaimana sabda Rasul SAW: “Tidak, Demi Allah, sungguh
kalian harus memerintahkan yang makruf dan sungguh kalian melarang
yang mungkar dan sungguh kalian menindak orang yang zalim dan
sungguh kalian membelokkannya menuju kebenaran dan sungguh kalian
menahannya dia di atas kebenaran, atau Allah membuat hati kalian saling
membenci satu sama lain kemudian sungguh Dia melaknat kalian seperti
Dia telah melaknat Bani Israil” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Ia mengingatkan, amar makruf nahi mungkar, mengoreksi penguasa dan
menghentikan kemungkaran dan kezaliman itu pada dasarnya merupakan
bentuk kasih sayang dan untuk membantu pihak yang zalim agar
menghentikan tindakan zalimnya dan pihak yang dizalimi agar terbebas
dari kezaliman.
Tujuannya, untuk menyelamatkan semuanya dari kehancuran. Pada
hakikatnya, aktivitas itu merupakan aktivitas menyelamatkan masyarakat
dari kebinasaan. Rasul saw melukiskan itu: “Perumpamaan orang yang
menegakkan ketentuan Allah dan orang yang melanggarnya ibarat satu
kaum yang sama-sama naik perahu, sebagian di bagian atas dan
sebagian di bagian bawah. Mereka yang di bawah jika ingin mengambil
air melewati orang yang diatas. Lalu mereka berkata, “andai kita lubangi
tempat kita dan kita tidak menyusahkan orang diatas kita”. Maka jika
mereka membiarkan mereka dan apa yang mereka inginkan itu maka
niscaya mereka binasa seluruhnya dan jika mereka menindak mereka,
niscaya mereka selamat dan selamatkan mereka seluruhnya” (HR al-
Bukhari)
Butuh Islam
Selama negeri ini menganut asas liberalisme dan sekulerisme, maka
selamanya pula Islam akan disingkirkan. Orang-orang kafir akan leluasa
berkuasa, baik secara langsung atau mengendalikan kaum Muslim yang
duduk sebagai penguasa.
Maka, kata Yahya, tidak bisa tidak harus ada perubahan sistem. Sebab,
pangkal kerusakan itu ada pada sistem yang menjadi pondasi bagi
berlangsungnya pengelolaan negara. Sistem inilah yang akan
menghentikan para penguasa kafir dan isme-isme dunia untuk menguasai
kaum Muslim.
“Jadi koreksi penguasa saja tak cukup. Harus dilengkapi dengan aktivitas
dakwah dalam rangka mewujudkan penerapan syariah Islam secara total
di tengah kehidupan. Dan itu hanya sempurna di awah sistem khilafah
rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian,” tandas Yahya.
Jika hal itu terwujud, jelasnya, itulah manifestasi dari keimanan dan
ketakwaan penduduk negeri ini. Dan ketika itu maka keberkahan akan
dibukakan dari langit dan bumi. Allah SWT berjanji: “Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (TQS al-A’raf [7]: 96)
[Humaidi] Mediaumat.com

Adakah kebebasan di dalam khilafah

Choirul Anam

ADAKAH KEBEBASAN DI DALAM KHILAFAH?

Mungkin satu hal yang paling ditakutkan orang dari Khilafah adalah
tentang hilangnya kebebasan. Digambarkan bahwa di dalam Khilafah,
masyarakat hidupnya akan terkekang dan terbelenggu. Diimajinasikan
bahwa Khilafah Islamiyah adalah negara totaliter. Itulah yang
digambarkan oleh media massa mainstream dan tokoh-tokoh liberal.
Diopinikan bahwa masyarakat harus begini dan begitu, tidak boleh
melakukan ini dan itu. Tidak boleh berpendapat, tidak boleh kritis, tidak
boleh kreatif, tidak boleh kaya, tidak boleh menguasai teknologi dan tidak
boleh-tidak boleh yang lain. Yang laki-laki harus berjenggot dan berbaju
kumel. Yang perempuan tidak boleh keluar rumah dan dilarang sekolah
atau mencari ilmu.
Benarkah Khilafah seperti itu?
******
Khilafah adalah sistem pemerintahan yang disyari’ahkan Allah. Jadi
semua peraturan yang diterapkan adalah peraturan Allah, Yang Maha
Tahu. Peraturan Allah itu tercirman pada hukum yang lima (ahkam al
khamsah). Hukum Allah itu tidak hanya wajib (fardlu) dan haram
(mahdzur), namun ada hukum-hukum lain. Diantaranya adalah hukum
mubah atau dalam bahasa awam disebut bebas. Kita bebas melakukan
atau tidak. Tidak ada yang maksa kita dalam wilayah ini.
Mubah adalah bebas dalam kerangka hukum syara’. Sekedar contoh,
memakai baju untuk menutup aurat adalah wajib, membuka aurat di
tempat umum adalah haram. Sementara warna-warni baju yang
digunakan hukumnya adalah mubah. Seseorang bebas (mubah atau
boleh) memakai baju warna putih, kuning, merah, hijau, atau warna-
warna apapun. Inilah yang dimaksud bebas dalam kerangka hukum
syara’.
Contoh lain, riba hukumnya haram, sementara mencari nafkah pagi laki-
laki hukumnya wajib. Jika ditanyakan pekerjaan apakah yang boleh
dilakukan oleh seseorang? Jawabnya bebas. Mau jadi petani boleh, mau
berdagang boleh, mau wirausaha boleh, mau kerja kepada seseorang
boleh, mau jadi ahli fisika boleh, mau ahli kimia boleh dan lain-lain.
Intinya bekerja apa saja boleh, selama diijinkan oleh syariah. Inilah bebas
dalam kerangka hukum syara’.
Jumlah hukum mubah (bebas) ini jumlahnya nyaris tak terbatas.
Jadi, semestinya seseorang tidak perlu khawatir kreativitasnya tidak bisa
dikembangkan di dalam Khilafah. Islam hanya membingkai bahwa yang
terpenting adalah kreativitas itu harus berada dalam koridor syariah.
Sebenarnya jika ada orang yang khawatir kreativitasnya dimatikan oleh
Islam, itu tanda bahwa orang tersebut tidak kreatif. Ya, tidak kreatif!
Kreativitas itu bersemanyam di dalam diri seseorang, sehingga kreativitas
tidak akan pernah dapat dimatikan oleh lingkungan, apalagi lingkungan
Islam yang justru mendorong kreativitas. Tetapi, memang tidak dipungkiri
bahwa banyak sekali orang tak kreatif, tetapi sok kreatif. Orang tipe inilah
yang biasanya berteriak-teriak menentang syariah dan Khilafah.
Sementara terkait dengan sikap kritis terhadap negara, apakah
dibolehkan? Atau dalam bahasa lain, bolehkah kita mengkritik kebijakan
Khalifah dan para pejabat yang lain?Bukan hanya boleh, jika memang
Khalifah itu melakukan kemaksiyatan atau kedazaliman kepada rakyat,
maka mengkritik dan menasehati mereka sangat didorong oleh Islam.
Bahkan Rasulullah menggambarkan seseorang yang meninggal karena
terbunuh saat mengkritik penguasa yang dzalim termasuk pemimpin
syuhada (sayyid asy syuhada’). Sungguh luar biasa!.
Dalam sejarah Islam yang sangat panjang, tentu diantara Khalifah dan
para pejabat lainnya ada yang menyimpang dari hukum syara’ dan
melakukan kedzaliman. Sejarah telah mencatat bahwa saat ada Khalifah
dan para pejabat lainnya yang menyimpang, rakyat pasti akan menasehati
dan mengoreksi mereka tanpa perasaan takut, terutama para ulama. Para
ulama paham betul tanggung-jawabnya bahwa mengoreksi penguasa
yang menyimpang adalah tugas utama mereka. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali: “Sesungguhnya, kerusakan rakyat
disebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa
disebabkan kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan oleh
kerusakan cinta harta dan kedudukan, dan barangsiapa dikuasai oleh
ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat, apalagi
penguasanya.” (Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, Juz II, hal. 381).
Memberi nasihat, muhasabah dan kritik sama sekali bukan barang mewah
di dalam Khilafah Islamiyah.
Berikut ini sekedar contoh surat nasihat dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
dan Mu'adz bin Jabal, kepada Umar bin Al-Khaththab. “Kesejahteraan
semoga dilirnpahkan kepadamu. Amma ba'd. Kami nasihatkan kepadamu,
sehubungan dengan tugasmu yang amat penting ini. Kini engkau sudah
menjadi pemimpin umat ini, apa pun warna kulitnya. Di hadapanmu akan
duduk orang yang mulia dan yang hina, musuh dan teman. Masing-
masing harus engkau perlakukan secara adil. Maka pikirkan kedudukanmu
dalam hal ini wahai Umar. Kami ingin mengingatkan kepadamu tentang
suatu hari yang pada saat itu wajah-wajah manusia akan mengisut dan
mengering, serta hujah-hujah akan terputus karena ada hujah Sang
Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk
akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan siksa-Nya.
Kami juga ingin memberitahukan bahwa keadaan umat ini akan muncul
kembali pada akhir zaman, yang boleh jadi mereka akan menjadi saudara
di luarnya saja, padahal mereka adalah musuh dalam selimut. Kami
berlindung kepada Allah agar surat kami ini tiba di tanganmu bukan di
suatu tempat seperti yang turun pada hati kami. Kami perlu menulis surat
ini sekedar untuk memberikan nasihat kepadamu. wassalamu
alaika." (Ath-Thabrany di dalam Al-Majma', 5:214)
Contoh lainnya adalah kritik Dirwas bin Habib al-Ajali kepada Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik, salah seorang khalifah Bani Umayyah, saat
rakyat tertimpa kelaparan dan paceklik.
Dirwas berkata, “Ya Amirul Mukminin. Tiga tahun berturut-turut, kami
para rakyat memikul beban berat dan sulit. Tahun pertama memakan
daging kami. Tahun kedua mencairkan lemak kami. Dan tahun ketiga
menghisap tulang kami. Padahal di tangan kalian terdapat harta yang
melimpah. Jika harta itu milik Allah maka sayangilah hamba-hambaNya
dengannya. Jika harta itu milik rakyat mengapa engkau menahannya dari
mereka sementara kalian membelanjakannya secara cepat dan berlebih-
lebihan, padahal Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebiha
n. Dan jika harta itu milik kalian, maka bersedekahlah kepada mereka.
Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bersedekah.”
Jadi, nasihat, muhasabah dan kritik, itu bebas dilakukan dalam Khilafah.
Tentu saja semuanya dilakukan dalam kerangka syariah. Inilah nasihat
dan kritik yang membangun. Sementara kritik yang dilakukan asal-asalan,
tanpa koridor yang jelas, seperti dalam demokrasi hanya akan membuat
kegaduhan dan kehebohan.
Lihatlah fenomena kritik dalam demokrasi saat ini. Kritik asal kritik.
Rezim A mengkritik rezim B sampai berbusa-busa. Pada saat lain, saat
rezim A berkuasa, sebaliknya rezim B mengkritik rezim A juga sampai
berbusa-busa. Padahal isi kritiknya sama. Coba perhatikan bagaimana
dahulu PDIP mengkritik kenaikan BBM. Namun saat mereka berkuasa,
semua kritiknya dahulu justru dijilat sendiri. Inilah kritik abal-abal! Kritik
tanpa standar yang jelas.
*****
Islam tidak akan mengekang manusia. Islam hanya mengatur manusia
sehingga kehidupan manusia berjalan dengan harmoni dan membawa
kebahagian serta keberkahan hidup. Islam memberi kebebasan yang
sehat, yaitu kebebasan dalam koridor syariah. Bukan kebebasan yang
merusak, yaitu kebebasan semata-mata karena nafsu.
Apakah Islam memperbolehkan kita jadi orang kaya? Tentu saja sangat
boleh. Bahkan sangat dianjurkan. Tetapi, semuanya harus dengan cara
yang dibenarkan oleh syara’ (halal). Lihatlah sahabat Abdur Rahma bin
Auf. Beliau adalah seorang pebisnis sukses pada zaman Rasulullah
dahulu, yang asetnya triliyunan rupiah (jika dikonversi ke rupiah). Apakah
Rasulullah pernah melarang bisnisnya? Tidak. Justru Rasulullah sangat
memuji beliau, karena bisnisnya dijalankan sesuai dengan syariah dan
hasilnya digunakan untuk mencari ridlo Allah.
Lalu, mengapa para aktivis Islam selalu mengkritik kapitalisme?
Bukankah kapitalisme adalah wujud penghargaan terhadap bisnis dan
modal (kapital)?
Jika kita jeli, kapital dengan kapitalisme itu dua hal berbeda. Kapital
adalah modal (ra’sul mal). Siapapun orang yang mau berbisnis tentu
butuh modal (kapital), dalam Islampun juga sama. Itulah kapital.
Sementara kapitalisme (kapital dengan tambahan isme) adalah sebuah
ideologi dengan doktrin dan praktik yang sangat bertentangan dengan
Islam. Kapitalisme merupakan paham yang mengharuskan segala sesuatu
harus mengikuti pasar bebas, dan melarang campur tangan negara dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kapitalisme adalah paham yang
menuntut bahwa negara harus memberikan semua SDA yang menguasai
hajat hidup orang banyak kepada swasta, baik domestik atau asing.
Kapitalisme adalah paham, dimana halal dan haram ditentukan
berdasarkan profit dan selera pasar. Kapitalisme adalah paham yang
memaksa bahwa orang fakir-miskin harus bersaing bebas dengan para
konglomerat. Kapitalisme adalah paham dimana kemuliaan sesorang
dinilai dari besarnya modal (kapital) yang dimiliki seseorang. Kapitalisme
inilah yang telah menjerumuskan manusia saat ini hingga ke derajat yang
lebih rendah dari hewan. Manusia memakan manusia, hanya demi
mengejar profit. Itulah kapitalisme. Sebuah ideologi yang sangat
bertentangan dengan Islam.
Kembali kepada kebebasan. Apakah dalam Khilafah boleh makan enak?
Silahkan aja, yang penting halal dan thoyyib. Apakah dalam Khilafah
wanita boleh berpendidikan tinggi? Tentu saja. Bahkan mencari ilmu itu
kewajiban semua orang, baik laki-laki atau perempuan. Apakah dalam
Khilafah kita boleh mengembangkan sains dan teknologi? Tentu. Bukan
hanya boleh, tetap pengembangan sains dan teknologi adalah fardlu
kifayah. Imam Al Ghazali pernah menyampaikan, bahwa jika sains dan
teknologi Umat Islam kalah dibanding orang kafir, maka kita semua
berdosa. Sebab, umat terbaik (khoiru ummah) itu harus nomer satu dalam
penguasaan sains dan teknologi. Apakah di dalam Khilafah dibolehkan
memakai pakai yang modis? Tentu saja. Yang penting pakaian yang
syar’i.
Singkatnya, silahkan melakukan apapun selama dalam kerangka syariah.
Hal-hal yang mubah itu jumlahnya nyaris tak hingga. Silahkan berkreasi
dalam area tersebut.
Jika demikian, mengapa sering dijelaskan tidak ada kebebasan dalam
Islam? Sebetulnya, yang dimaksud dengan pernyataan itu adalah
kebebasan model liberalisme, yaitu kebebasan tanpa batas. Mubah dalam
Islam tidak sama dengan liberalisme, karena liberalisme adalah bebas
tanpa batas atau bebas tanpa batasan yang jelas.
Sebenarnya konsep kebebasan tanpa batas, adalah konsep yang utopis.
Itu tidak mungkin. Sebab, di dunia ini, semuanya pasti ada batasnya.
Akan hancur dunia ini kalau kebebasan tidak ada batasnya. Dalam
liberalisme sendiri sebenarnya kebebasan juga dibatasi, yaitu dengan
ungkapan "selama tidak mengganngu kebebasan orang lain". Secara
filosofis, kebebasan yang terbatas sebenarnya bukanlah bebas.
Kebebasan dalam liberalisme justru sangat relatif, karena batasnya tidak
jelas. Karenanya batas kebebasan sering ditetapkan oleh para kapitalis
dan para pejabat, sesuai dengan kepentingan mereka. Liberalisme
memang memberi kebebasan kepada manusia, apakah mau pilih masuk ke
mulut singa atau buaya!?! Pilih pemimpin ndeso yang menaikkan BBM
atau pemimpin moderen (wajah kota) yang juga menaikkan BBM?!?
Memilih pemimpin itu pilihan bebas, tetapi kenaikan BBM itu bukan
pilihan. Itu keputusan IMF dan World Bank!.
Jadi, kebebasan dalam Islam jauh lebih definitif, yaitu kebebasan dalam
koridor syariah. Kebebasan dalam Islamlah yang akan mengantarkan
kepada kebahagiaan dan keharmonisan. Sementara kebebasan model
liberalisme justru akan mengantarkan kekisruhan di masyarakat.
Wallahu a’lam.

kenapa mereka begitu benci dan dendam kepafa khalifah sulaiman al qanuni



Kenapa mereka begitu benci dan dendam kepada Khalifah Sulaiman al-
Qonuni (King Sulaiman the Magnificentl)???
Simak kisah singkat ini :
Pernahkah anda mendengar tentang perang Mohacs?
Sesungguhnya itu bukanlah perang..tapi pembantaia. Peristiwa ini terjadi
pada 21/11/932 hijriyah.
Ringkas cerita :
utusan khalifah utsmani Sulaiman al-Qonuni berangkat untuk mengambil
jizyah dari raja Hongaria dan pemimpin Eropa ketika itu luis II.
Maka atas saran paus di Vatikan raja Hongaria membunuh utusan
Sulaiman al-Qonuni.
Mendengar berita itu bersiap-siaplah
Sulaiman al-Qonuni untuk menyerang Eropa.
Begitu juga gereja dan eropa menyiapkan pasukannya.
Sulaiman al-Qonuni menyiapkan pasukan yang terdiri dari 100.000
prajurit, 350 meriam dan 800 kapal perang.
Sedangkan kekuatan eropa 200.000 pasukan berkuda. 35 ribu diantaranya
bersenjata lengkap dengan baju besi.
Sulaiman dan pasukannya menempuh jarak 1000 kilo meter dan berhasil
merebut benteng-benteng sepanjang perjalanannya guna mengamankan
jalan ketika menarik pasukannya mundur jika terjadi kekalahan.
Beliau dan pasukannya melewati sungai....yang terkenal dan menunggu
di lembah Mohacs selatan Hongaria dan timur Rumania menanti pasukan
Eropa yg terdiri dari Hongaria, Rumania, Kroasia, Buhemia, Kekaisaran
Romawi, negara kepausan dan Polandia.
Masalah yang dihadapi Sulaiman adalah banyaknya pasukan berkuda
Romawi dan Hongaria yg tertutup penuh oleh baju besi yang sulit
ditembus panah atau peluru.
Lalu apa yang ia lakukan?
Setelah selesai sholat subuh ia berdiri dihadapan pasukannya yang
menatap pasukan Eropa yg banyak yang tidak terlihat ujungnya.
Kemudian ia berkata disertai tangisan (sesungguhnya Ruh Nabi
Muhammad melihat kalian dengan kerinduan dan cinta) maka
menangislah semua pasukan kaum muslimin.
Kemudian...
Kedua pasukan saling berhadapan...
Taktik perang Sulaiman adalah sebagai berikut :
Ia membagi pasukannya menjadi tiga barisan sepanjang 10 km.
Dan pasukan Inkisyaariah di garis depan, mereka ini adalah prajurit
pilihan.
Kemudian di barisan kedua pasukan berkuda dengan senjata ringan dan
pasukan pejalan kaki (invanteri) diantara mereka adalah relawan.
Adapun barisan ketiga adalah beliau dan pasukan meriam.
Pasukan Eropa menyerang setelah sholat ashar. Maka Sulaiman
memerintahkan pasukan Inkisyaariyah bertahan selama satu jam saja.
Kemudian ia memerintahkan mereka lari...
Dan ia perintahkan pasukan lapis kedua untuk membuka jalan pelarian ke
kiri dan ke kanan bukan ke belakang.
Sesuai arahan sulaiman para pahlawan pasukan Inkisyaariah bertahan
dengan gagah berani. Dan berhasil menghancurkan kekuatan eropa
dengan sempurna pada dua penyerangan bertubi-tubi yang dipancarkan
eropa.
Dalam satu serangan saja habis 20 ribu pasukan eropa.
Kemudian kekuatan inti pasukan eropa serempak menyerang...tibalah saat
melarikan diri dan dibukalah jalan untuk lari..maka mundurlah pasukan
Inkisyaariah ke sisi kiri dan kanan diikuti pasukan infantri, sehingga
jantung pasukan Utsmani benar-benar terbuka..maka masuklah 100 ribu
pasukan eropa sekaligus menuju (jebakan) jantung pasukan kaum
muslimin.
Dan inilah awal pembantaian itu...
Mereka langsung berhadapan dengan meriam-meriam pasukan
Utsmaniyah tanpa mereka sadari.
Meriam-meriam itu langsung menyalak menyambut 100 ribu pasukan
eropa yang tidak sadar telah masuk jebakan.
Tidak sampai satu jam musnahlah pasukan eropa semua dihantam
meriam dari segala arah..menjadi kenangan hitam orang2 kafir sampai
saat ini.
Sisa-sisa pasukan eropa di garis belakang berusaha lari menyeberangi
sungai..apa daya karena ketakutan dan berdesak-desakan ribuan prajurit
tenggelam di sungai.
Akhirnya pasukan eropa hendak menyerah. Dan keputusan Khalifah
Sulaiman al Qonuni yang tidak pernah dilupakan Eropa sampai sekarang
dan mereka mengingatnya dengan penuh dendam.
Sulaiman memutuskan : Tidak ada tawanan!
Maka pasukan Utsmaniyyun menyerahkan kembali senjata kepada
pasukan eropa yang ditawan agar mereka berperang lagi atau dibunuh!
Akhirnya mereka kembali berperang dengan putus asa.
Berakhirlah perang dengan tewasnya
raja Hongaria Louis II beserta para uskup yang tujuh orang mewakili
nasrani dan utusan paus dan 70 ribu pasukan.
Disamping itu 25 ribu ditawan dalam keadaan terluka.
Pasukan Utsmaniyyah melakukan parade militer di ibukota Hongaria.
Setelah dua hari mengurus urusan kenegaraan di sana Khalifah Sulaiman
kembali pulang ke Turki.
Pasukan Utsmaniyyah yang gugur dalam perang itu hanya 150 orang saja
dan tiga ribu terluka.
Selebihnya pasukan masih sempurna tanpa kurang suatu apapun
walhamdulillah..
Diringkas dari web dr. Roghib Sirjani.

Saturday, December 6, 2014

pemimpin yg di gulirkan

 Ust Dr. Fahmy Lukman:

Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu
Bakr Al 'Awawidah, Wakil Ketua Rabithah 'Ulama Palestina. Kami katakan
pada beliau, "Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan
Palestina ini takkan selesai sampai bangsa 'Arab bersatu. Bagaimana
pendapat Anda?"

Beliau tersenyum. "Tidak begitu ya Ukhayya", ujarnya lembut.
"Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa
yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-
syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu."
"Pada kurun awal", lanjut beliau, "Allah memilih Bangsa 'Arab. Dipimpin
RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah 'Umawiyah,
agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para
punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu
dari mereka."

"Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan
mereka datang menyokong Daulah 'Abbasiyah. Maka penyangga utama
Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga
panglima, bahkan banyak 'Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari
kalangan orang Persia."

"Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah
itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya
Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya."
"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-
bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz,
Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk."
"Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu
P
pada Bangsa Turki; 'Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya
Muhammad Al Fatih."
"Ketika Daulah 'Aliyah 'Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah
itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain
lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini."
Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya
yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami
lalu berkata. "Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima
Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi
berhidung pesek", katanya sedikit tertawa, "Yang belum pernah ditunjuk
Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini."
"Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir
zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam
mereka? Dulu para 'Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah 'Abbasiyah
sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka
menggulingkan Daulah 'Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini
membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke", ujar beliau
terkekeh.
"Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah
kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah
menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban
Islam."
"Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para
pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan.
Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian
datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang
merdeka insyaaLlah."
Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan
mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami..