Thursday, February 16, 2012

Kapitalisme Demokrasi Gagal Melindungi Kaum Wanita!

Kapitalisme Demokrasi Gagal Melindungi Kaum Wanita!


[Al Islam 593] Wanita di negeri ini masih rentan menjadi korban berbagai tindak kejahatan seperti pencabulan, pemerkosaan, penganiayaan hingga pembunuhan. Diantara kasus paling tragis adalah yang dialami seorang mahasiswi Bina Nusantara yang diperkosa beramai-ramai oleh supir angkot dan kawan-kawannya di Jakarta, lalu dibunuh dan jasadnya dibuang ke Tangerang.


KOMNAS Perempuan dalam siaran pers Hari Ibu tahun 2011 menyebutkan, pada tahun 2010 terjadi 105.103 kasus kekerasan terhadap wanita yang tercatat, 101.128 (96 %) nya adalah kasus KDRT. Komnas Perempuan mendokumentasikan, pada periode 1998-2010 sebanyak 93.960 kasus (25%) adalah kasus kekerasan seksual berupa perkosaan, pelecehan seksual, perdagangan wanita untuk tujuan seksual, eksploitasi seksual, penyiksaan seksual, dsb. Bila dirata-ratakan maka setiap hari ada 28 wanita menjadi korban kekerasan seksual di Indonesia.


Wanita Indonesia juga rentan menjadi korban trafficking atau perdagangan manusia. Indonesia berada dalam kategori “Tier 2” (menengah) dalam laporan tahunan mengenai trafficking yang disusun Deplu Amerika Serikat. Mengutip data dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Migrant Care, laporan tersebut menyebutkan bahwa 43 persen atau sekitar tiga juta warga Indonesia yang bekerja di mancanegara merupakan korban perdagangan manusia -yang digolongkan PBB sebagai perbudakan moderen (vivanews.com, 14/6/2010). Sebagian dari korban trafficking itu tragisnya dipekerjakan sebagai pelacur. Angka-angka itu bisa jadi hanya seperti puncak gunung es. Jumlah sebenarnya jauh lebih besar.


Faktor Penyebab


Banyaknya kasus kejahatan terhadap wanita itu tidak lain akibat sistem Kapitalisme, liberalisme dan gaya hidup bebas yang berlaku di negeri ini. Kapitalisme gagal mendistribusikan kekayaan secara merata dan adil, dan hanya terkonsentrasi pada sebagian kecil kapitalis. Penghasilan seorang suami yang menjadi kepala keluarga tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan. Akibatnya wanita yang seharusnya lebih fokus dalam kehidupan mengurus keluarga dan mendidik anak-anaknya, dipaksa untuk keluar rumah bekerja dan bergulat mencari nafkah. Tak sedikit dari mereka mengalami eksploitasi dan harus bekerja hingga larut malam.


Selain itu dengan dorongan ide liberalisme dan kesetaraan yang salah kaprah, sebagian wanita terpedaya hingga lebih memilih mengejar karir dan bekerja meski banyak mengeksploitasi feminitas dan sensualitas mereka. Tak jarang pula mereka harus pulang malam hari. Dengan kondisi keamanan yang minim, maka kaum wanita menjadi target empuk para pelaku kriminal. Sejumlah kasus pemerkosaan di angkutan umum yang marak belakangan ini terjadi saat kaum wanita beraktifitas di malam hari.


Himpitan ekonomi juga menjadi penyebab maraknya kasus trafficking di tanah air. Banyak wanita dari keluarga miskin yang tergiur dengan tawaran kerja hingga akhirnya terperangkap sindikat trafficking.


Tindak kejahatan terhadap kaum wanita, khususnya kekerasan seksual, juga sering dipicu oleh maraknya pornografi di negeri ini. Konten pronografi dengan mudah ditemui di dunia maya, lapak pinggir jalan, media cetak, beredar lewat HP, dsb. Ditambah lagi maraknya pergaulan bebas makin mendorong dan memperbesar peluang terjadinya berbagai kejahatan terhadap wanita itu.


Disamping itu, tidak bisa disangkal bahwa sebagian wanita juga membiasakan diri mengumbar aurat dan sensualitasnya di ruang publik. Mereka tidak malu lagi mempertontonkan lekukan tubuhnya dalam pakaian ketat atau terbuka. Iklan dan tayangan film di televisi turut mendorong kaum Hawa untuk tidak risih lagi mempertontonkan aurat mereka di muka umum. Padahal sebuah studi oleh Georgia Gwinnett College, AS, memperlihatkan bahwa pada otak lelaki terjadi efek seperti saat seseorang meminum miras atau obat-obatan bila melihat lekuk tubuh wanita yang ramping dan seksi (kompas.com, 26/2/2010).


Peluang terjadinya kejahatan terhadap wanita makin besar oleh minimnya jaminan rasa aman bagi masyarakat. Kejahatan terhadap wanita mudah terjadi tempat umum, di angkutan umum, terminal, dsb. Keberadaan aparat keamanan belum mampu memberikan jaminan rasa aman, terlebih bagi kaum wanita.


Rasa keadilan bagi kaum wanita juga semakin sulit diperoleh. Hukuman yang dijatuhkan pada pelaku kejahatan tidak memberi efek jera. Hukumannya terlalu ringan dan tidak berempati pada korban. Vonis hukuman terhadap pelaku pemerkosaan, misalnya, terbilang rendah. Dalam Pasal 285 KUHP, hukuman bagi pelaku pemerkosaan paling lama dua belas tahun. Hukuman ini dianggap masih terlalu ringan. Apalagi di pengadilan para pemerkosa sering mendapat vonis yang ringan. Pelaku tindak pemerkosaan di Bekasi yang terjadi pada tahun 2010, misalnya, hanya divonis 4 tahun penjara (detiknews.com, 27/1/2010).


Islam Melindungi Wanita


Syariat Islam telah menempatkan wanita sebagai mitra yang kedudukannya setara dengan kaum pria. Di dalam al-Quran, seruan untuk beriman dan melaksanakan hukum Allah diberikan sama kepada pria maupun wanita. Kaum wanita bukanlah warga kelas dua yang boleh ditindas oleh kaum pria, termasuk oleh suami mereka. Nabi saw. bersabda:


إنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ آلرِّجالِ
Sesungguhnya wanita itu adalah saudaranya para pria (HR. Ahmad)
Lebih dari itu, syariat Islam juga memberikan perlindungan kepada wanita secara menyeluruh. Islam menutup peluang terjadinya kejahatan terhadap wanita. Islam menghalangi apa saja yang bisa mendorong dan memicu hal itu.


Diantaranya, Islam mewajibkan masyarakat untuk menjaga interaksi sosial di antara mereka. Antara pria dan wanita tidak boleh bercampur baur. Pria dan wanita wajib menutup aurat, saling menjaga pandangan dan menghindari khalwat. Islam mewajibkan wanita untuk berkerudung dan berjilbab ketika beraktifitas di kehidupan umum. Islam pun melarang wanita bertabarruj menampakkan kecantikan dan perhiasan kepada pria bukan mahramnya. Islam menghalangi semua bentuk pornografi dan pornoaksi. Siapa saja yang melanggarnya berarti melakukan kriminal dan harus dijatuhi sanksi ta’zir.
Disamping itu, Islam mewajibkan pria menanggung nafkah bagi wanita. Wanita tidak beri beban mencari nafkah. Allah SWT. berfirman:


وَعَلَى ٱلْمَوْلُودِ لَهُۥ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِٱلْمَعْرُوفِ
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara makruf. (QS. Al-Baqarah: 233).


Dengan begitu para wanita tidak akan banyak menghabiskan waktu mereka di ruang publik dengan bercampur baur dengan pria yang bukan mahram, yang membuka peluang terjadinya kejahatan seksual pada mereka.


Syariat Islam tidak mentolerir adanya warga yang terlantar akibat ketiadaan pencari nafkah. Negara berkewajiban menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat. Jika tidak ada pria atau kerabat yang bisa menanggungnya, maka nafkah seseorang, termasuk wanita dan anak-anak, menjadi tanggungan baitul mal (negara). Hal itu telah dicontohkan oleh Nabi saw. Beliau bersabda:


« أَنَا أَوْلَى بِكُلِّ مُؤْمِنٍ مِنْ نَفْسِهِ مَنْ تَرَكَ مَالاً فَلأَهْلِهِ وَمَنْ تَرَكَ دَيْنًا أَوْ ضَيَاعًا فَإِلَىَّ وَعَلَىَّ »
Aku lebih berhak dengan setiap mukmin dari dirinya sendiri, siapa yang meninggalkan harta maka untuk keluarganya, dan siapa yang meninggalkan hutang atau keluarga yang terlantar, maka datanglah kepadaku dan menjadi tanggunganku (HR Muslim, Abu Dawud, an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibn Majah dan Ahmad)


Dengan semua itu, peluang terjadinya kejahatan terhadap wanita terutama kejahatan seksual, bisa dikatan benar-benar ditutup oleh Islam. Jika dengan itu masih terjadi kejahatan itu, maka Islam menjatuhkan sanksi hukum yang keras yang bisa memberikan efek jera mencegah orang lain melakukan kejahatan itu. Bagi para pemerkosa, dia akan dijatuhi sanksi jilid 100 kali bagi pelaku yang belum menikah dan rajam hingga mati bagi yang telah menikah. Dan jika pelaku juga membunuh korbannya maka terhadapnya juga dijatuhkan had pembunuhan sesuai dengan jenisnya. Yaitu ia diqishash (di balas bunuh), kecuali dimaafkan oleh ahli waris korban. Namun pelaku itu harus membayar diyat kepada ahli waris korban sebesar 100 ekor unta atau 1000 dinar (4.250 g) emas atau 12.000 dirham (35.700 g) perak, atau dengan uang yang senilai yang untuk saat ini jika diasumsikan harga emas Rp. 500 ribu maka diyat untuk satu korban pembunuhan Rp 2,125 miliar.


Sebagai ilustrasi, pelaku pemerkosa dan pembunuh mahasiswi Bina Nusantara, dia bisa dijerat pasal berlapis; penculikan, penganiayaan, pemerkosaan hingga pembunuhan. Sanksi yang akan mereka dapatkan adalah penculikan yang disertai penyiksaan yakni penjara hingga 5 tahun, sanksi jilid 100 kali atau rajam tergantung status pernikahan pelakunya, dan hukuman mati bila keluarga korban menuntut qishash, atau membayar diyat 1000 dinar (4250 g) emas atau Rp 2,125 miliar kepada keluarga korban.


Wahai kaum muslim!


Sudah nampak jelas kebatilan dan kerusakan sistem kapitalisme demokrasi. Sistem ini telah gagal melindungi kaum wanita. Bahkan sistem kapitalisme demokrasi itu justru menjadi sebab mendasar dari berbagai kejahatan terhadap wanita. Karena itu sudah selayaknya sistem itu segera kita tinggalkan.


Juga sudah nampak jelas bahwa kemuliaan, kehormatan, harkat dan martabat kaum wanita hanya bisa dipelihara dan dijaga melalui penerapan syariah Islam. Maka kesedihan dan kegeraman kita karena banyaknya kejahatan dan ancaman terhadap kaum wanita; dan besarnya harapan kita agar kaum wanita yang merupakan ibu, saudari, anak perempuan kita terjaga kemuliaan, kehormatan, harkat dan martabatya; maka semua itu hendaknya kita wujudkan dengan bersungguh-sungguh berjuang mewujudkan penerapan syariah Islam secara utuh di negeri ini dalam bingkai Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah. [Wallâh a'lam bi ash-shawâb].


Komentar Al Islam:


Hasil penelitian LP3E Kadin menunjukkan selama ini perusahaan terbebani biaya siluman cukup besar. Akibat biaya siluman itu, pengusaha kemudian membebankan biaya produksi ke upah buruh yang minim (Media Indonesia, 4/2)


1. Pangkal masalah itu adalah sistem politik demokrasi yang mahal biaya.
2. Menambah bukti demokrasi menjadi ancaman bagi penguasa dan buruh sekaligus.
3. Terapkan sistem Islam, niscaya penguasa dan buruh sama-sama sejahtera.


Indonesia Saraswati, dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas: “Kelompok multietnis lebih terikat dengan budaya-budaya partikularnya dibandingkan dengan Indonesia sebagai satu kesatuan dari budaya-budaya tersebut”. (Kompas.com, 4/2).


1. Ikatan nasionalisme adalah ikatan yang lemah dan rendah mutu ikatannya, terbukti ia sering menciptakan konflik antar suku bangsa dan antar negara.
2. Rasul saw menyebut ashabiyah adalah muntinah (menjijikkan) dan harus ditinggalkan.
3. Hanya Islam satu-satunya ikatan yang sanggup menghilangkan perbedaan suku bangsa, ras, bahasa dan warna kulit.

Para Pemimpin Islam Moderat Lebih Menyakini Demokrasi Daripada Islam

Para Pemimpin Islam Moderat Lebih Menyakini Demokrasi Daripada Islam

Rabu, 08 Februari 2012 02:15

Redaksi



Syabab.Com - Para pemimpin “Islam moderat” yang menggantungkan kekuasaan di punggung demokrasi memperlihatkan betapa senangnya mereka dalam permainan demokratis. Mereka sangat antusias memperlihatkan hal itu di depan Barat dengan tampilan sebagai para sekuler, yang menampakkan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki hubungan apapun dengan Islam.



Pada Forum Ekonomi Dunia (WEF) Davos yang diselenggarakan di Swiss pekan lalu, Perdana Menteri Tunisia Hamadi Jebali memimpin delegasi Tunisia di Forum tersebut. Bahkan dalam kesempatan itu ia tampil seakan pemimpin liberalis Barat. Sehingga dunia Barat sangat puas dengan orientasi negara Tunisia yang demokratis. Ia menyerukan investasi untuk pariwisata melalui peran para pemandu wisata, serta memberikan jaminan kepada Barat dengan segala orientasi kecuali orientasi Islam. Ia pun mengemis pada perusahaan dan pengusaha asing untuk berinvestasi di negara yang disebutnya negara demokratis Tunisia.



Bahkan ia menegaskan bahwa rezim baru di Tunisia melepas dari semua hubungan dengan Islam, sekalipun hanya sekedar nama. Ia berkata: “Saya tidak ingin menyebut sistem yang baru dengan nama Islam politik. Kita harus hati-hati dalam memilih istilah.”

Ia menambahkan: “Kami sangat mengandalkan dukungan teman-teman kami di Eropa dan Amerika Serikat . Ingat, Tunisia adalah negara yang terbuka untuk semua negara tetangga, khususnya negara-negara Eropa.”



Begitu pula orang-orang seperti Abdullah bin Kiran Perdana Menteri Maroko, Abdul Mun’im Abul Futuh calon presiden Mesir dan Amr Khalid yang lebih bangga mempromosikan demokrasi dari pada Islam. Masing-masing mereka menunjukkan di Davos tentang sejauh mana keyakinan mereka pada demokrasi, dan ketidakpercayaan mereka pada Islam. [al-aqsa.org/htipress/syabab.com]


http://syabab.com/akhbar/dunia/2358-para-pemimpin-islam-moderat-lebih-menyakini-demokrasi-daripada-islam.html

Pangdam Jaya Tempatkan Buruh Sebagai Musuh

Pangdam Jaya Tempatkan Buruh Sebagai Musuh

Rabu, 08/02/2012 10:18 WIB

Pernyataan Pangdam Jaya Mayjen TNI Waris yang mewakafkan diri untuk menghadapi aksi buruh merupakan bentuk nyata pelanggaran terhadap konstitusi, Sapta Marga, dan Sumpah Prajurit. Pernyataan itu menunjukkan TNI menjaidikan buruh sebagai musuh dengan pilihan, membunuh atau dibunuh.

Demikian mengemuka pada diskusi bertema "Penggunaan TNI untuk Menghadapi Demo; Pelanggaran UUD 45” yang diselenggarakan Rumah Perubahan 2.0, Selasa (7/2). Diskusi menghadirkan praktisi hukum Johnson Panjaitan, Mantan Kaster TNI Mayjen (Purn) Saurip Kadi, Pengamat Politik Universitas Paramadina, Herdi Sahrasad, pengamat konflik internasional Teguh Santosa, dan WakilKetua DPD Laode Ida sebagai pembicara. Diskusi dipandu Adhie M Massardi.

“Pernyataan Waris itu telah menempatkan buruh dan rakyat sebagai musuh.Terhadap musuh, kemungkinannya hanya dua, membunuh atau dibunuh. Namun karena tentara punya senjata, maka sudah pasti yang terbunuh adalah rakyat. Bukankah konstitusi menyebutkan tugas TNI adalah mempertahankan,memelihara, dan melindungi keutuhan dan kedaulatan negara? Kenapa justru buruh yang mereka jadikan musuh?” tukas Johnson.

Pernyataan yang lebih keras datang dari Saurip. Menurut dia, Waris telahnyata-nyata melanggar konstitusi. Apa yang dikatakannya itu, lanjut dia,merupakan bagian dari bentuk kekerasan negara terhadap rakyat. “Waris harus tahu, buruh dan rakyat bukanlah musuh negara. Ini harus dihentikan. Kitajangan takut dituduh anarkis. Bahkan kudeta pun sah saja, kalau yangdiperjuangkan adalah kepentingan rakyat,” ujar Saurip dengan geram.

Penyakit lama tentara

Sementera itu, Teguh menilai pernyataan Pangdam Jaya mengisyaratkan kambuhnya penyakit lama tentara, yaitu ingin kembali ke panggung politik.Lewat pernyataan itu, opini rakyat sedang digiring seolah-olah negara dalam keadaan darurat, sehingga perlu pemerintahan yang kuat dan tindakan tegastentara.

“Ini penyakit lama militer yang merasa superior. Mereka merasa seolah-olah militer lah yang menentukan ada-tidaknya negara. Padahal gagasan kebangsaan tidak dibangun oleh militer. Badan Keamanan Rakyat/BKR dan Tentara KeamananRakayat/TKR baru muncul setelah tahun 1945. Bangsa ini dibangun oleh tokoh-tokoh sipil, seperti Soekarno, Hatta, Natsir, Cipto Mangunkusumo, KiHajar Dewantoro, dan lain-lain. Seharusnya Pangdam menilai para koruptor itulah musuh negara yang telah berlaku anarkis lewat Banggar, korupsi, jualbeli pasal dan lainnya. Silakan Pangdam habisi mereka, bukan justrumemusuhi buruh,” papar Teguh.

Perjuangkan hak dasar

Menurut Herdi, tidak sepatutnya tentara menjadikan buruh sebagai musuh yangharus dimusnahkan. Para buruh yang berdemo itu, semata-mata berjuang karena upah yang diterima sangat rendah. Pernyataan Waris semakin menguatkan kesan, bahwa tentara berprinsip maju tak gentar membela yang bayar.

“Di zaman revolusi, tentara hidup dari bantuan dan partisipasi rakyat.Setelah gerilya, mereka ke desa-desa minta makan nasi, ketela, dan lainnya dari rakyat. Rakyat adalah air dan tentara ikannya. Kenapa sekarang tentara mau membasmi rakyat. Ini membuktikan bahwa sistem kita masih menggunakan sistem kolonial,” kata Herdi.

Laode ida menyebut wajar dan sudah seharusnya bila buruh memperjuangkan hak-haknya. Lagi pula, buruh hanya minta tambahan upah Rp 200.000/bulan. Sementara para anggota DPR, pejabat, dan petinggi militer minum jus yang harganya Rp 75.000/gelas. Ini jelas ketimpangan yang sangat berlebihan. Tragis dan ironisnya, justru tentara akan memusuhi rakyat yang memperjuangkan hak-hak dasarnya.

“Waris ingin cari muka ke SBY dengan melanggar konstitusi, Sapta Marga, danSumpah Prajurit. Kita harus mendesak SBY agar mencopot waris. Pers harusterus-menerus menyuarakan desakan ini. TNI berasal dari rakyat, dibayardengan uang rakyat. Tidak ada alasan bagi TNI untuk melawan dan berhadapan dengan rakyat,” ujar Laode.

“Bersyukur”

Berbeda dengan para pembicara lain, Johnson justru merasa bersyukur dengan adanya pernyataan Pangdam. Dia menilai Waris justru telah jujur menunjukkan jati dirinya sebagai tentara yang menindas. Sikap itu juga kian menegaskan dominannya demokrasi transaksional di semua lini. Bukan hanya melibatkan para eksekutif, yudikatif, dan legislatif, tapi juga aparat kemananTNI-Polri.

“Kapolri jelas-jelas mengakui anggota Polri yang menjaga Freeportmemperoleh Rp 1,250 juta dari Freeport. Bagaimana kalau sekarang rakyatmengumpulkan uang, dan membayar tentara atau polisi Rp 2 juta, lalu kita minta mereka menangkap dan menembaki koruptor? Bukankah bayaran dari rakyatlebih besar dibandingkan yang mereka terima dari para cukong kapitalisitu?” tukas Johnson.

Sehubungan dengan itu, pengacara senior ini menilai tidak cukup hanya mendesak agar Waris dicopot. Harus ada evaluasi total terhadap TNI.Pernyataan Pangdam Jaya itu sekali lagi menunjukkan tidak berjalannya reformasi di tubuh aparat, baik TNI maupun Polri. MZS

http://www.eramuslim.com/berita/nasional/pangdam-jaya-tempatkan-buruh-sebagai-musuh.htm

Gerakan Anti FPI JIL Direspon Pengguna Twitter Dengan Gerakan Indonesia Tanpa JIL

Gerakan Anti FPI JIL Direspon Pengguna Twitter Dengan Gerakan
Indonesia Tanpa JIL

Diposting Senin, 13-02-2012 | 13:36:22 WIB

Merespon gerakan aktivis Jaringan Islam Liberal (JIL), yang mengusung
Gerakan Indonesia Tanpa FPI, di twitterland justru muncul kontra
gerakan itu bertajuk Gerakan Indonesia Tanpa JIL (Jaringan Islam
Liberal_red).

Sebelumnya, entah mendapat ide darimana, puluhan aktivis JIL berencana
mengadakan perayaan Hari Valentine (Valentine's Day) dengan membuat
aksi di bundaran HI. Rencana aksi tersebut kemudian disebarluaskan
oleh para aktivis JIL melalui media jejaring sosial twitter .

Bukannya memperoleh dukungan luas dari twitterland , kicauan-kicauan
dari para aktivis JIL itu justru memperoleh reaksi berlawanan dari
banyak pengguna twitter . Beberapa dari mereka memberikan kode hastag
#indonesiatanpaJIL sebagai respon kode hastag #indonesiatanpaFPI .

Reaksi beberapa pengguna twitter itu kemudian menjadi kicauan yang
diikuti oleh banyak pengguna twitter lain. Beberapa diantara mereka
merasa jengah membaca kicauan-kicauan dari para JIL yang memenuhi TL.

Berdasarkan pantauan redaksi Muslimdaily.net, hastag
#indonesiatanpaJIL pun mulai banyak di- retwit para pengguna twitter .
Menariknya, ketika ada salah seorang pengguna twitter menyampaikan
twit berisi, "Apakah anda setuju INDONESIA TANPA JIL (Jaringan Islam
Liberal)? " gerakan #indonesiatanpaJIL di twitter pun makin seru
karena banyak yang merespon setuju.

Berikut beberapa jawaban mereka yang terpantau redaksi dalam hastag
#indonesiatanpaJIL .

@Im_Hanif_A : sangat setuju karena hanya meresahkan bangsa indonesia
@Cempaka_Ry : Yeah. Yeesss setuju akuh....
@isroorson : sangat setuju
@vannjoo : setoedjoe..!!
@gatse8 : dukungan SEJUTA CINTA #IndonesiaTanpaJIL
@Yukosiswanto dukung #IndonesiaTanpaJIL
@ojih_theXmen dukung SEJUTA CINTA #IndonesiaTanpaJIL
@bayuprioko berkah
@Gatz_Raditya dukung #IndonesiaTanpaJIL
@sayaryan SETUJU!!
@teguh_h84 dukungan SEJUTA CINTA #IndonesiaTanpaJIL
@masadisutrisno BANGET
@fauzibaadilla merespon dengan me-retwit bersama pengguna twitter lainnya.
dll.


Sebelumnya, Gerakan Indonesia Tanpa FPI yang didukung hanya oleh
puluhan orang aktivis itu menyatakan penolakan segala bentuk
penggunaan kekerasan yang dianggap biasa dilakukan oleh FPI dalam
penyelesaian kasus dalam pertemuan mereka di kawasan Cikini, Ahad
(12/2/2012).

Kemudian sebagai kelanjutan, aktivis JIL berencana mengadakan aksi
massa pada 14 Februari 2012, tepat pada Hari Valentine. Aksi mereka
akan berlangsung di bundaran HI pada pukul 16.00.

Mereka ingin merayakan Valentine dengan mengusung tema anti-FPI.
Menurut mereka hari Valentine yang dianggap 'Hari Kasih Sayang' adalah
hari anti FPI yang dianggap suka kekerasan dan tidak punya kasih
sayang.

Gerakan Menutup Aurat

Jauh sebelum bergulirnya agenda JIL mengadakan aksi di bundaran HI,
aktivis muslim di Indonesia sudah merencanakan Gerakan Menutup Aurat
di bundaran HI pada tanggal 14 Februari 2012. Gerakan Menutup Aurat
juga diikuti oleh sejumlah aktivis Islam di seluruh Indonesia dan di
beberapa negara. (baca beritanya di Lawan Hari Valentine Dengan
Gerakan Menutup Aurat )

http://muslimdaily.net/berita/lokal/gerakan-anti-fpi-jil-direspon-pengguna-twitt\
er-dengan-gerakan-indonesia-tanpa-jil.html

Innalillahi, di hadapan 128 Dubes SBY Nyatakan Tak Larang Ahmadiyah

Innalillahi, di hadapan 128 Dubes SBY Nyatakan Tak Larang Ahmadiyah

JAKARTA (voa-islam.com) - Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memaparkan situasi dan perkembangan isu kepada seluruh duta besar di Indonesia.

Di hadapan 128 perwakilan negara tersebut, SBY membahas berbagai isu, termasuk agama. Dengan berdiplomasi SBY mengungkapkan keanekaragaman budaya, agama, dan etnis, menjadi ciri bangsa ini.

Namun sayangnya SBY kembali menegaskan pembelaannya terhadap Ahmadiyah, dimana pemerintah tidak pernah melarang bahkan mengakomodir kebebasan rakyat untuk beribadah sesuai dengan keyakinannya termasuk bagi rakyat Indonesia penganut Ahmadiyah. Lebih dari itu SBY menyatakan pemerintah berjanji akan memfasilitasinya. "Ahmadiyah, negara tidak melarang tetapi negara mengatur," ujar SBY di Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, Jakarta, Rabu (15/2/2012).

Ketika ajaran agama masuk ke Tanah Air dan diyakini oleh sekelompok masyarakat, kata SBY, maka tugas negara mengakomodir dan menjamin hak-hak tiap warga negara untuk menjalankan ajaran keyakinan yang dianutnya.

"Ketika ada ajaran yang berbeda, itu harus mendapatkan keyakinan dan itu tugas negara menata dan mengaturnya agar tidak terjadi benturan. Jadi saya mengatakan we do regulate, semua untuk kebaikan," kata SBY.

SBY yang tak sepatah kata pun mengakomodir penolakan umat Islam terhadap kesesatan Ahmadiyah justru menyatakan kendala Ahmadiyah hanyalah permasalahan perizinan sarana ibadah dan distorsi pemahaman dengan masyarakat sekitar. "Ini sebetulnya masalah perizinan, masalah dengan masyarakat lokal. Kami terus mengelola dengan pendekatan hukum dan sosial," kata SBY.

Seperti diketahui bahwa penolakan umat Islam terhadap aliran sesat Ahmadiyah sudah berlangsung bertahun-tahun. Dari mulai MUI Pusat hingga ulama dunia pun telah mengeluarkan fatwa sesat terhadap Ahmadiyah.

Di Indoensia sendiri sudah pernah diterbitkn SKB tentang Ahmadiyah, namun menurut Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab SKB tersebut banci, hal inilah yang mendorong FUI yang memayungi ormas-ormas Islam di Indonesia meminta Presiden SBY menelurkan Kepres pembubaran aliran sesat Ahmadiyah, FUI bahkan pernah menyerukan “Bubarkan Ahmadiyah atau Revolusi.”

Hingga detik ini Kepres tersebut tak pernah terbit, bahkan SBY terang-terangan membela Ahmadiyah, akankah FUI kembali menyerukan revolusi?” (widad/inl)

http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2012/02/16/17766/innalillahi-di-hadapan-128-dubes-sby-nyatakan-tak-larang-ahmadiyah/

Jubir HTI: Yang Lebih Anarkis dari FPI Kok Tidak Dibubarkan?

Jubir HTI: Yang Lebih Anarkis dari FPI Kok Tidak Dibubarkan?

Pemerintah dan gerombolan liberal kembali mewacanakan pembubaran ormas anarkis
pasca tindak anarkis yang dilakukan sekelompok orang yang menentang kedatangan
ormas Islam Front Pembela Islam (FPI) ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Anehnya, wacana tersebut mengarah pada pembubaran FPI saja, tidak kepada
kelompok anarkis yang menolak FPI tidak pula pada ormas atau pun orpol yang jauh
lebih anarkis bila dibanding dengan FPI.

Bukti pemerintah diskriminatif ? Dan bagaimana pandangan Islam terkait
kekerasan? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan mediaumat.com Fatih
Mujahid dengan Juru Bicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto.
Berikut petikannya.

Apa motif sebenarnya dari aksi penolakan kelompok tertentu kepada FPI di
Palangkaraya?

Kalau yang tersurat artinya apa yang mereka sampaikan dan diberitakan oleh media
adalah mereka menolak kedatangan FPI. Mereka beralasan, "kehadiran FPI di
Palangkaraya ataupun Kalimantan Tengah dapat memicu konflik horizontal,
mengingat FPI sering bertindak anarkis". Itu yang terbaca di media massa.

Tapi kita meragukan hal tersebut kalau yang mereka persoalkan anarkisme FPI,
maka sesungguhnya ada banyak ormas di Indonesia banyak melakukan tindakan
anarkisme yang jauh lebih parah dari yang diperbuat FPI. Bahkan sejumlah parpol
lebih parah lagi. Lihat saja, bila parpol tersebut kalah dalam Pilkada, tidak
sedikit yang bertindak anarkis.

Kalau FPI dikatakan bertindak anarkis, bukankah tindakannya pun sudah sudah
diproses secara hukum. Ditangkap pelakunya, diadili bahkan dimasukkan dalam
penjara. Proses hukumnya sudah berjalan dan selesai. Mengapa harus dirisaukan?
Karenanya kami meragukan motif itu.

Jadi, kami mengecam tindak anarkis yang menolak kedatangan FPI ke Palangakraya,
Kalimantan Tengah itu. Karena tindakan itu sama sekali tidak mendasar apalagi
kenyataannya, FPI datang untuk membuka cabang dan untuk menghadiri Perayaan
Maulid Nabi. Artinya, kegiatan itu adalah kegiatan dakwah. Jadi, bagaimana
mungkin orang yang hendak berdakwah ditindak seperti itu melalui kekerasan dan
semena-mena? Saya kira itu tidak beradab.

Kalau mereka persoalkan anarkisme FPI, apa bedanya dengan yang mereka lakukan
itu? Mereka berdemo di bandara dan itu kan dilarang oleh undang-undang apalagi
sampai masuk ke airport, mengacungkan senjata tajam dan mengancam ingin
membunuh. Itu sendiri sudah merupakan anarkisme.

Dan setelah delegasi FPI diterbangkan ke Banjarmasin, mereka kemudian bergerak
dan membakar panggung yang bakal dipakai acara Maulid lalu merusak toko-toko
yang mereka sangka milik pendukung acara Maulid itu. Ini anarkisme!

Mereka persoalkan anarkisme yang dilakukan FPI, lalu mereka melakukan anarkisme
itu sendiri. Apa maksudnya itu? Kemudian, bahwa ini negeri mayoritas Muslim dan
kewajiban Muslim itu berdakwah di mana pun dan tidak boleh ada hambatan dalam
dakwah. Dan tidak boleh menghalangi rakyat Indonesia untuk datang kemana pun.

Coba bayangkan, kalau ada satu orang atau sekelompok yang tidak suka orang itu,
kemudian menolak kehadiran orang yang tidak disuka itu maka akan merembet ke
mana-mana, misalkan ketika orang Betawi merasa tersinggung dan Teras Narang
datang ke sini (Jakarta) dan ditolak di Jakarta bagaimana coba? Jadi akan timbul
kekacauan ini akan menjadi bibit anarkisme yang akan lebih besar nantinya.

Lantas mengapa kelompok Dayak melakukan itu?

Kami menolak kalau itu dikatakan kelompok Dayak. Karena pada faktanya Dayak
Muslim dan FPI datang ke sana itu justru untuk membantu orang-orang Dayak yang
bersengketa lahan dengan sejumlah perusahaan sawit. Jadi FPI datang untuk
menolong mereka. Saya kira ini ada orang-orang tertentu yang memprovokasi dan
memanfaatkan sentimen ras untuk mengadu domba antar warga masyarakat.

Gerombolan liberal merespon insiden itu dengan kampanye "Indonesia tanpa FPI".
Komentar Anda?

Apa urusan mereka begitu, kalau memang mereka anti FPI karena FPI sering
bertindak anarkisme mestinya mereka juga mempersoalkan gerombolan yang masuk ke
Bandara dan membakar panggung dan merusak toko lalu mengancam membunuh! Kalau
betul mereka ingin Indonesia katanya tanpa kekerasan, berarti harus juga tanpa
ada orang-orang yang melakukan anarkisme di sana dan juga tanpa Ormas dan Orpol
yang terbukti melakukan tindakan anarkisme!

Apakah mereka berani mengatakan Indonesia tanpa PDI P misalkan.

Memang PDI P kenapa?

Kan PDI P pada waktu Pilkada di Tuban kalau tidak salah juga melakukan tindakan
anarkisme, membakar gedung pemerintahan di sana. Atau ketika Megawati kalah
melawan Gus Dur, kan massa PDI P dulu mereka juga membakar rumah orang tua Pak
Amien Rais. Kalau mereka konsisten menolak anarkisme mestinya hal begini juga
dipersoalkan! Tapi kan mereka tidak pernah mempersoalkan itu. Jadi mereka hanya
menunggangi saja isu ini untuk mendiskreditkan kelompok Islam dalam hal ini FPI.

Saya bukan bermaksud mendukung tindakan anarkisme, tetapi marilah kita
profesional. Kalau FPI melakukan tindakan kekerasan dan sudah melanggar hukum
maka itu saja dipersoalkan, saya kira ini sudah dilakukan, dan FPI sudah
menerima itu. Jadi apa urusannya kaum liberal mempersoalkan organisasinya? Kalau
orang-orang liberal ini konsisten harusnya menyerukan siapa saja yang melakukan
tindakan kekerasan harus dibubarkan. Jadi mengapa hanya FPI saja yang
dipermasalahkan?

Bukan hanya gerombolan liberal, pemerintah pun nampak diskriminatif terhadap
FPI. Benarkah?

Kalau pemerintah selalu menunjuk hidung persoalan anarkisme pada FPI, tapi tidak
pada yang lain, dalam hal ini orang-orang yang menolak kedatangan delegasi FPI,
maka pemerintah diskriminatif.

Apakah akan dihubung-hubungkan dengan revisi UU ormas?

Iya itu sama, bahwa itu tidak relevan karena persoalannya itu bukan pada
pengaturan di level undang-undang tapi di level setting sistem politik yang ada.
Kalau UU Ormas ini diperbaharui maka tidak akan menyelesaikan masalah.

Terlepas dari itu semua, bagaimana Islam mensikapi kekerasan?

Islam agama yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasulullah SAW sebagai rahmat.
Rahmat itu adalah seluruh kebaikan, ketentraman, kesejahteraan, kemudiaan
kedamaian. Selain mengatur soal-soal seperti itu, Islam pun mengatur pula
masalah kekerasan. Islam bukan tidak setuju dengan "kekerasan" dan juga tidak
setuju bila kita "selalu bertindak dengan kekerasan".

Islam mengatur kapan kita melakukan kekerasan dan kapan kekerasan itu tidak
boleh dilakukan. Ketika itu kita dalam rangka mendidik anak umur 10 tahun. Dia
tidak mau juga melakukan sholat, maka boleh dipukul dengan pukulan yang tidak
menyakitkan. Itukan salah satu bentuk kekerasan dalam rangka mendidik.

Ketika kita diserang maka kita harus melawan. Dan melawan itu dengan jihad dan
pasti melakukan kekerasan. Jadi kekerasan itu ada pada tempatnya, kita tidak
boleh menolak tapi juga kita tidak boleh serampangan melakukannya. Jadi kalau
kita kembali pada Islam maka kita akan tahu kapan kekerasan itu harus dilakukan
dan kapan kekerasan itu tidak boleh dilakukan.(mediaumat.com, 16/2/2012)


http://hizbut-tahrir.or.id/2012/02/16/jubir-hti-pemerintah-diskriminasi-terhadap\
-fpi/

Sunday, January 29, 2012

PEMBEBASAN YERUSALEM

PEMBEBASAN YERUSALEM Di ambil dari kitab : Al futuhat Al -islamiyah ( abdul Aziz as shinnawiy ) Sebelumnya kota tersebut di kenal dengan nama Iliya'. Dzul Ishba' mengatakan ''Ya Rasulullah. A pabila kami masih hidup setelah engkau wafat , kemana engkau perintahkan kami pergi?'' Rasulullah saw menjawab, ''Pergilah ke Baitul Maqdis . Mungkin Allah akan memberi kalian keturunan yang datang dan pergi ke sana.'' Dalam riwayat lain di katakan, ''Mungkin engkau akan mempunyai anak-anak yang pergi ke masjid itu dan datang darinya “ ( HR . Ibnu Zanjawih dan Ibnu Nafi '. Thabrani dalam Al-Kabir dan Ibnu an-Najjar Abu Dzar al-Ghifari berkata ''Wahai Rasulullah, manakah yang lebih baik, shalat di masjidmu ini atau shalat di (masjid) Baitul Maqdis ''Rasulullah saw menjawab ''Shalat di masjidku adalah lebih baik daripada shalat empat kali di Baitul Maqdis, sekalipun ia adalah tempat yang paling baik untuk shalat karena ia adalah tanah kebangkitan. Akan tiba waktunya, manakala seseorang dapat melihat Baitul maqdis melalui jerat tempat ia menggantungkan cambuknya (maksudnya amat dekat denganya) dan hal itu lebih baik daripada segala kenikmatan di dunia ini.'' Maimunah, pembantu Rasulullah saw, pernah bertanya kepada Rasulullah ''Wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang Baitul Maqdis ''Rasulullah saw menjawab ''Negeri kebangkitan dan tempat berkumpul. Pergilah ke sana dan shalatlah di sana, karena shalat di tempat tersebut seribu kali lebih utama dari pada shalat di masjid-masjid lainnya.'' Maimunah kembali bertanya ''Bagaimana jika seseorang tidak dapat pergi ke sana? ''Rasulullah menjawab, ''Orang yang tidak dapat pergi kesana dapat mendermakan sebuah lampu minyak untuk meneranginya, karena siapa saja yang mendermakannya sama halnya dengan orang yang shalat di sana.'' (HR Abu Dawud, Imam Ahmad , dan Ibnu Zanjawih dari Maimunah, pembantu Rasulullah saw)

 Pemberangkatan Pasukan Menuju Yerusalem Abu ' Ubaidah bin Jarrah ra memberangkatkan tujuh pasukan yang masing masing di komandani oleh seorang panglima. Beliau menugaskan lima ribu pasukan berkuda pada masing-masing pasukan tersebut dan memberikan sebuah panji-panji kepada setiap komandannya. Dengan demikian keseluruhan pasukan berjumlah tigapuluh lima ribu tentara berkuda. Para panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Yazid bin Abi Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, Mirqal bin Hasyim bin 'Utbah bin Abi Waqash, Qais bin Hubairah al-Muradi, Musayyab bin Najiyah al-Fazazi, dan 'Urwah bin Muhalhil bin Zaid al-Khail. Pasukan berkuda yang dikomandani Syurahbil berangkat dari Yaman. Abu 'Ubaidah bin Jarrah memerintahkan Mirqal bin Hasyim untuk langsung menuju benteng pertahanan, dan ia pun segera berangkat. Ketujuh panglima beserta pasukannya bergerak sendiri-sendiri. Setiap hari ,seorang panglima dan pasukannya bergerak untuk menakut-nakuti dan membuat bingung musuhnya. Pasukan yang pertama yang bergerak dengan membawa panji-panjinya adalah pasukan Khalid bin Walid , yang selalu meneriakkan '' Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! '' takkala datang menyerang . Pasukan Kalid bin Walid menyaringkan suara mereka saat berseru 'Allahu Akbar!' Ketika orang- orang Yerusalem mendengar suara riuh-rendah yang ditimbulkan oleh seruan tersebut, mereka merasa takut dan kebingungan. Lalu mereka menaiki dinding kota dan mencari tahu sumber keributan itu; ternyata mereka mendapati bahwa pasukan yang ada di balik dinding kota mereka hanya sedikit jumlahnya. Maka mereka pun menganggap remeh pasukan Muslim itu. Orang-orang Bizantium mengira bahwa pasukan yang ada di balik dinding kota itu semuanya adalah Muslim. Kemudian, Khalid dan pasukannya berkemah di dekat Ariha. Pada hari kedua, Yazid bin Abi Sufyan dan pasukanya bergerak maju. Pada hari ke tiga, pasukan Syurabil bin Hasanah pun maju kedepan; menyusul kemudian pasukan Mirqal bin Hasyim maju kedepan pada hari keempat. Pada hari kelima mereka menyaksikan kedatangan pasukan Musayyab bin Najiyah; sedangkan pada hari keenam datanglah Qais bin Hubairah dan pasukanya. Terakhir, pada hari ketujuh, datanglah pasukan, Urwah bin Muhalhil bin Zaid al-Khail dari jalan menuju Ramallah. Pergerakan Pasukan Pasukan Muslim berkemah di sekitar Yerusalem selama tiga hari tanpa bertempur atau menyerang. Pasukan Muslim tidak menemui atau berbicara dengan orang-orang Bizantium. Namun, orang-orang Bizantium itu sudah bersiap mempertahankan dinding kotanya dengan manjaniq, pedang, perisai, dan baju besi yang paling bagus. Musayyab bin Najiyah meriwayatkan, ''Kami belum pernah pergi ke suatu kota di Syam dan melihat perhiasan dan persiapan sebagaimana yang kami saksikan di Yerusalem. Kami belum pernah mengepung penduduk suatu kota, kecuali mereka meminta belas kasihan kepada kami akibat ketakutan dan kengerian yang mereka rasakan. Tetapi tidak demikian dengan penduduk Yerusalem. Kami berkemah di dekat mereka selama tiga hari tetapi tidak seorangpun yang berbicara dengan kami atau meninggalkan kota tersebut.'' Pada hari kemepat, salah seorang Badwi berkata kepada Syurahbil bin Hasanah, ''Wahai panglima! Nampaknya orang-orang ini tuli, bodoh, atau buta. Mari kita serbu saja mereka.” Pada hari kelima, setelah kaum Muslim selesai melaksanakan sholat Shubuh, salah seorang panglima pasukan Muslim, Yazid bin Abi Sufyan, mengendarai kudanya untuk berbicara dengan penduduk Yerusalem. Ia mengeluarkan pedang dari sarungnya, dan berjalan mendekati dinding benteng. Ia diiringi seorang penerjemah yang bertugas menerjemahkan dan menyampaikan seruanya. Yazid berdiri menghadap dinding benteng agar mereka dapat mendengar ucapanya, tetapi mereka tetap diam takkala penerjemah tersebut menyampaikan kata-kata Yazid bin Abi sufyan. Kepda penerjemahnya, Yazid berkata, ''Katakan kepada mereka, bahwa para pemimpin Arab menyeru kepada kalian semua: 'Agar kalian menyambut seruan untuk masuk Islam dan untuk menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah . Dengan pernyataan ini, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian yang terdahulu dan dengan demikian kalian dapat menyelamatkan jiwa kalian. Kalau kalian menolak dan tidak mau mengikuti seruan ini, maka berdamailah dengan kami atas nama kota kalian, sebagaimana yang dilakukan orang-orang selain kalian, yang lebih kuat daripada kalian. Kalau kalian menolak kedua tawaran ini, maka kalian akan hancur binasa dan neraka akan menjadi tempat tinggal kalian.'' Si penerjemah maju ke depan dan menyeru kepada mereka, “Panglima ini menyeru kalian untuk memilih salah satu di antara tiga tawaran yang diajukan: masuk Islam, membayar Jizyah, atau perang. “Kemudian, salah seorang pendeta menjawab, “Kami tidak akan meninggalkan agama yang mulia ini. Membunuh kami adalah lebih baik bagi kami daripada hal itu.” Yazid bin Abu Sufyan lembali dan menemui para panglima yang lain, lalu menyampaikan jawaban dari pendeta tersebut. Yazid bertanya, “Apa yang membuat kita harus menunggu lebih lama?” Panglima yang lain menjawab, “Abu 'Ubaidah tidak memerintahkan kita untuk menyerang atau berperang dengan orang-orang ini. Sebaiknya kita menulis surat kepada 'Pelindung Umat Abu 'Ubaidah. “Maka, setelah itu, Yazid bin Abi Sufyan menulis surat kepada Abu 'Ubaidah untuk menyampaikan jawaban orang-orang Yerusalem dan meminta petunjuk tentang langkah berikutnya. Abu 'Ubaidah membalas surat tersebut dengan perintah untuk maju menyerang, dan memberitahukan bahwa beliau akan segera menyusul setelah surat itu dikirimkan. Ketika para panglima membaca surat Abu 'Ubaidah itu, mereka merasa senang, berharap penuh, dan menunggu-nunggu datangnya pagi hari. Masing-masing tentara Muslim berharap agar futuhat dapat diwujudkan melalui tangan-tangan mereka, sehingga mereka bisa segera melaksanakan shalat di Yerusalem dan menyaksikan peninggalan para nabi. Ketika adzan shubuh dikumandangkan, para tentara Muslim segera melaksanakan shalat; Yazid membacakan firman Allah Swt: Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”. (TQS. Al-Maidah (5): 21) Ketika shalat shubuh selesai dilaksanakan, mereka segera berseru, “Persenjatai diri kalian! Persenjatai diri kalian! Kuda-kuda Allah, majulah!” Kelompok pertama yang melakukan penyerangan adalah pasukan Muslim dari Himyar dan Yaman. Kaum Muslim bertempur habis-habisan seperti singa-singa yang gagah berani. Orang-orang Yerusalem menyaksikan kaum Muslim yang datang menyerang dengan penuh semangat. Mereka pun menghujani pasukan Muslim dengan perisai kulit. Pertempuran itu berlangsung dari terbit fajar hingga senja. Ketika matahari terbenam, kedua belah pihak mundur ke posisi mereka masing-masing. Sementara itu, kaum Muslim menjalankan ibadah shalat yang mereka tinggalkan pada hari itu. Kedatangan Pasukan Abu 'Ubaidah Pasukan Muslim menggunakan waktu malam hari untuk memulihkan kondisinya; mereka makan, beristirahat, dan tidur secukupnya. Keesokan harinya, pasukan panah maju ke depan dan kemudian menghujani penduduk Yerusalem dengan anak panah sembari memuji kebesaran Allah dan memohon rahmat-Nya. Peperangan seperti itu berlangsung terus selama beberapa hari. Pada hari ke sebelas, Abu 'Ubaidah dan pasukannya tiba; panji-panji pasukan dibawa oleh pembantunya, Salim. Pasukan berkuda mengelilingi beliau dari segala sisi dengan panji-panji merej\ka masing-masing. Para perempuan dan uang juga tiba bersama pasukan Abu 'Ubaidah. Pasukan Muslim yang berada di tempat itu bersorak kegirangan. Kegembiraan pasukan Muslim dalam memuji dan bersyukur kepada Allah Swt ternyata membuat penduduk Yerusalem merasa ngeri. Pendeta Shopronius menaiki dinding yang persis berada di tempat Abu 'Ubaidah berada, akan tetapi dinding itu terlalu tinggi. Salah seorang yang mendampingi sang oendeta berseru, “Wahai pasukan Muslim! Hentikanlah serangan, agar kami dapat berbicara kepada kalian dan menjelaskan sejumlah perkara.” Pasukan Muslim menghentikan serangan. Salah seorang di antara penduduk Yerusalem berbicara kepada pasukan Muslim dengan Bahasa Arab yang fasih, “Kalian lebih mengenal sifat-sifat orang yang akan menaklukan kota kami, Yerusalem; dan kami mengenal seluruh negeri yang berada di bawah kekuasaan kami. Kalau kami mendapati sifat-sifat tersebut pada diri panglima kalian, maka kami akan menyerah kepada kalian dan berhenti berperang. Bila tidak, maka kami tidak akan pernah menyerah dan akan terus melanjutkan peperangan.” Mendengar kata-kata tersebut, beberapa tentara muslim menemui Abi 'Ubaidah dan menyampaikan kata-kata yang mereka dengar. Lalu, Abu Ubaidah mendekati orang-orang Bizantium itu. Pendeta Sophronius memandangi Abu 'Ubaidah kemudian berkata, “Dia bukan orang yang kumaksud.” Selanjutnya, ia melihat ke arah pasukannya, dan berseru, “Bersemangatlah dan berperanglah demi kota, agama, dan perempuan-perempuan kalian!” Maka, mereka kembali melanjutkan peperangan. Sophronius pergi meninggalkan Abu 'Ubaidah tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Kaum Muslim bertempur habis-habisan melawan orang-orang Bizantium itu. Peperangan yang dahsyat itu berlanjut dari hari ke hari, hingga berlangsung selama empat bulan penuh. Kaum Muslim sempat mengalami musim dingin yang berat, hujan salju, dan juga hujan yang sangat deras. Ketika orang-orang Yerusalem menyadari betapa kokohdan kuatnya tekad pasukan muslim yang mengepung mereka, maka mereka mendatangi pendeta Sophronius dan menceritakan kesulitan yang mereka hadapi; mereka juga memintanya untuk berunding dengan pasukan Muslim dan mendengarkan tuntutan mereka. Pemuka Yerusalem itu pun menaiki dinding benteng bersama beberapa penduduk Yerusalem dan mamandangi tempat dimana Abu 'Ubaidah berada. Salah seorang penduduk Yerusalem berseru, “Wahai orang-orang Arab! Pemuka Nasrani dan pelaksana hukum-hukumnya datang untuk berbicara dengan kalian. Maka, panggillah pemimpin kalian untuk maju ke depan!” Abu 'Ubaidah diberitahu pasukan Muslum apa yang diinginkan oleh orang-orang Bizantium itu, lalu beliau menjawab, “Aku akan pergi menemuinya.' . Kemudian, Abu 'Ubaidah bersama para panglima, pengawal, dan seorang penerjemah berdiri berhadapan dengan pendeta Sophronius. Penerjemah dari kalangan penduduk Yerusalem berkata, “Apa sesungguhnya yang kalian inginkan dari kami atas kota suci ini, sehingga orang yang merencanakan hal ini akan menghadapi kemurkaan Tuhan.' Abu 'Ubaidah menjawab, “Benar, ini adalah kota yang mulia, tempat di mana nabi kami diangkat ke surga. Kami lebih layak menguasai kota ini daripada kalian, dan kami akan memerangi kalian sampai Allah memberikan pertolongan kepada kami untuk menguasai kota ini, sebagaimana pertolongan yang Ia berikan kepada kami untuk menguasai kota-kota lainnya.' Sang pendeta bertanya, “Apa yang kalian kehendaki dari kami?” Abu 'Ubaidah menjawab, “ Yang pertama, kami menyeru kalian untuk mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Bila kalian menyatakan demikian, mka kalian akan mendapatkan hak sebagaimana yang kami miliki dan mempunyai tanggung jawab sebgaimana yang kami miliki.” Pendeta Sophronius menjawab, “Itu adalah pernyataan yang sangat besar. Kami akan menyatakan hal itu, namun kami belum percaya bahwa nabi kalian Muhammad adalah seorang rasul. Alternatif ini tidak akan kami pilih. Apa alternatif kedua?” “Hendaklah kalian berdamai dengan kami atas nama kota kalian, membayar jizyah, baik secara sukarela maupun terpaksa, sebgaimana yang dilakukan orang-orang Syam,” kata Abi “Ubaidah. Kemudian Sophronius mengatakan, “Dinyatakan dalam kitab kami bahwa orang yang akan menaklukkan kota Yerusalem ini adalah seorang sahabat Muhammad yang bernama 'Umar, atau dikenal dengan sebutan al-Faruq, yaitu orang yang mampu membedakan yang haq dan yang bathil. Dia dikenal sebagai orang yang tegas, yang tidak pernah takut menyalahkan orang lain dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan Allah. Namun, kami tidak melihat orang dengan sifat-sifat seperti itu di antara kalian.” Ketika Abu 'Ubaidah Jarrah mendengar kata-kata tersebut, beliau tersenyum dan berkata, “kalau begitu, kami membebaskan kota ini atas kehendak Tuhannya Ka'bah.' kemudian beliau mendekati Sophronius dan bertanya, “Dapatkah engaku mengenali jika engkau melihatnya?” Pendeta itu menjawab, “Tentu saja. Bagaimana mungkin aku keliru, padahal aku sangat mengetahui kemuliaan, kehidupan, dan jasa-jasanya.' Abu 'Ubaidah berkata, “Dia adalah Khalifah kami dan merupakan salah seorang sahabat nabi kami. Dalam hal ini aku bersumpah dengan nama Allah.” “ Kalau memang benar begitu kata-katamu, maka itu berarti engkau memahami kesungguhan kata-kata kami. Selamatkanlah darah kami dan datangkan Kalifah kalian kepada kami. Bila kami melihat dan mengenalinya, serta dapat memastikan sifat-sifat dan kemuliaannya, kami akan membuka kota ini baginya tanpa sedikitpun kesulitan dan penderitaan, dan kami akan membayar jizyah.' Abu 'Ubaidah menjawab, “Kami lebih memilih untuk berperang, atau apakah kalian menghendaki gencatan senjata?” Sophronius menjawab, “ Hai kalian orang-orang Arab! Tidak bisakah kalian menghentikan sikap keras kalian? Bagaimana kami dapat meyakinkan kalian bahwa kami percaya dengan kata-katamu dan menghendaki gencatan senjata, sementara tidak ada yang kalian inginkan kecuali berperang?” Abu “Ubaidah menjawab, 'Memang begitu, sebab hal itu lebih berharga bagi kami daripada hidup ini. Karena, inilah jalan dimana kami dapat memohon ampunan dari Tuhan kami.” Kemudian, Abu ' Ubaidah mmerintahkan pasukannya untuk menghendikan pertempuran melawan orang-orang Yerusalem dan membiarkan pendeta Sophronius pergi dari tempat itu. Surat Abu 'Ubaidah kepada Khalifah 'Umar bin Khaththab Abu 'Ubaidah bin Jarrah menulis surat kepada 'Umar , Amirul Mukminin sebagai berikut: “Bismillahirrahmanirrahim. Kepada hamba Allah, Amirul Mukminin, 'Umar bin Khaththab, dari panglima yang ditugaskan olehnya, Abu 'Ubaidah bin Jarrah. Assalamu”alaikum. Aku bersyukur kepada Allah -tiada tuhan selain Dia- dan shalawat untuk nabi-Nya, Muhammad saw. Perlu kami sampaikan kepada Amirul Mukminim, bahwa kami telah empat bulan bertempur melawan orang-orang Yerusalem. Setiap hari kami menyerang mereka; dan mereka pun menyerang kami. Sebelum aku menulis surat ini, pendeta mereka -yang sangat mereka hormati- telah datang menemui kami dan mengatakan bahwa dalam kitab mereka disebutkan bahwa tidak ada orang yang akan membebaskan kota mereka, kecuali sahabat nabi kita, yang bernama “Umar. Pendeta itu menambahkan bahwa ia mengenal sifat-sifat dan ciri-ciri orang tersebut, yang dinyatakan dalam kitab mereka. Pendeta itu meminta kami menghentikan pertumpahan darah. Maka, datanglah kepada kami dan selamatkan kami. Semoga Allah berkenan membebaskan kota ini melalui tanganmu.” Abu 'Ubaidah menandatangani surat tersebut dan menyegelnya, kemudian Maisarah bin Masruq al-Abbasi membawanya kepada Khalifah 'Umar bin Khaththab. Khalifah Bermusyawarah dengan Sahabat-sahabatnya Ketika Khalifah 'Umar ra menerima surat Abu 'Ubaidah bin Jarrah, beliau bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya. 'Utsman bin Affan ra berkata, “Amirul mukminin, janganlah engkau pergi ke Syam. Aku berpendapat sebaiknya kita meneruskan pertempuran.” 'Ali bin Abi Thalib ra mempunyai pandangan yang berbeda, “Wahai Amirul Mukminin, pergilah, dan semoga engkau dikaruniai kemuliaan dan berkah.” Khalifah 'Umar bin Khaththab ra menerima pendapat 'Ali, dan memetintahkan sebagian kaum Muslim untuk pergi bersamanya. Khalifah 'Umar pergi ke Masjid Nabawi dan melaksanakan shalat empat rakaat. Setelah itu, beliau pergi ke makam Rasulullah saw dan menyampaikan salam kepada beliau saw dan Abu Bakar ra. Selanjutnya, beliau mewakilkan kepemimpinan sementara Negara Khilafah kepada 'Ali bin Abi Thalib. Khalifah 'Umar meninggalkan Madinah diiringi oleh tatapan mata para penduduknya. Beliau mengendarai seekor unta merah yang juga membawa dua buah karung, satu berisi gandum dan yang satunya lagi berisi kurma. Di depan tempat duduk 'Umar terdapat sekantong air minum, sedangkan di belakang beliau terdapat sebuah kantong berisi roti. Khalifah 'Umar dan rombongannya bergerak menuju Yerusalem. Setiap kali beliau beristirahat di suatu tempat, beliau tidak meninggalkannya kecuali setelah menjalankan shalat Shubuh. Setelah selesai menunaikan shalat Shubuh, beliau memandangi kaum Muslim yang menyertai beliau, lalu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menaikkan derajat kita semua dengan islam, yang memuliakan kami dengan keimanan, dan mengistimewakan kita dengan Rasul-Nya saw. Allah yang Maha Kuasa telah membimbing kita setelah kita melakukan kesalahan, menyatukan kita dengan kalimat takwa meski sebelumnya kita saling bermusuhan, menyingkirkan kebencian dari hati-hati kita, menganugerahkan kemenangan kepada kita atas musuh-musuhkita, mengkaruniakan kekuasaan di negeri-negeri kita, serta menjadikan kita saling bersaudara, saling mencintai, dan saling menjaga antar satu dengan yang lain. Maka, bersyukurlahkepada Allah, wahai hamba-hamba Allah, atas rahmat dan karunia yang tak terhitung banyaknya, karena Allah akan melipatgandakan pahala orang-orang yang berjuang di jalan-Nya, serta akan menyempurnakan rahmat-Nya atas orang-orang yang mau bersyukur kepada-Nya.” Khalifah 'Umar Tiba di Syam Ketika Abu 'Ubaidah mendapatkan informasi bahwa Khalifah 'Umar hampir sampai ke Syam, beliau pergi untuk menyambut kedatangannya bersama sejumlah prang Muhajirin dan Anshar. Ketika khalifah 'Umar dan rombongannya bertemu dengan rombongan Abu 'Ubaidah , beliau menatap Abu 'Ubaidah, yang pada saat itu mengenakan baju besi, dengan pakaian dari katun, dan sedang memegang busur panah di atas punggung untanya. Sesaat mereka saling berpandangan, lalu mereka menghentikan untanya, turun dari punggung unta, dan kemudian saling mendekat. Abu 'Ubaidah mengulurkan tangannya untuk menyalami 'Umar bin Khaththab; setelah itu, keduanya saling berpelukan. Pasukan Muslim yang menyertai Abu 'Ubaidah satu persatu memberikan salamnya kepada Khalifah 'Umar bin Khaththab. Kemudian mereka semua mengendarai unta dan kudanya masing-masing menuju perkemhan pasukan Muslim. Di sepanjang perjalanan, Khalifah 'Umar dan Abu 'Ubaidah saling bercakap-cakap hingga sampai Yerusalem. Setelah mereka tiba di sana, Khalifah 'Umar memimpin kaun Muslim melaksanakan shalat Shubuh. Kesederhanaan dan kecermatan Khalifah 'Umar bin Khaththab Khalifah 'Umar mengendarai untanya dengan mengenakan sehelai baju yang mempunyai empat belas tambalan; beberapa tambalan di antaranya terbuat dari kulit. Kaum Muslim berkata kepada beliau, “ Wahai Amirul Mukminin, bagaimana jika engkau mengendarai kuda sebagai ganti unta merah anda itu; demikian pula, bagaimana jika engkau mengenakan baju putih ini sebagai ganti baju yang penuh tambalan itu?” Khalifah 'Umar menerima saran tersebut dan berkenan memakai sehelai baju putih. Zubair bin Awwam meriwayatkan, “Aku mengira baju putih itu milik seseorang dari Mesir yang berharga lima belas dirham.” Khalifah 'Umar mengenakan sehelai selendang di atas pudaknya; selendang yang tidak lagi baru, tetapi juga belum terlalu tua. Seekor kuda berwarna abu-abu yang sebelumnya milik orang Romawi dibawa ke hadapan beliau. Ketika beliau menaikinya, kuda itu mulai menggoyangkan tubuhnya sementara Khalifah 'Umar berada di atas punggungnya. Secepat kilat Khalifah 'Umar melompat turun, lalu berkata, “Naikkan aku setelah kejatuhanku! Semoga Allah mengangkatmu dari kejatuhanmu di Hari Kebangkitan, karena pemimpin kalian akan dihancurkan oleh kesombongan dan keangkuhan yang menembus hatinya. Aku mendengar Rasulullah bersabda: Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya teerdapat kesombongan walau hanya seberat sebutir debu. (HR. Muslim dari Ibnu Mas'ud) Kemudian Khalifah 'Umar memukul kepala kuda itu sambil berkata, “Semoga orang yang mengajarkan kepadamu kesombongan seperti itu akan hancur.' Beliau berkata lagi, “Pakaian putihmu dan kuda yang bergoyang ini dapat menghancurkan aku.” Maka Khalifah 'Umar melepas baju putih itu dan mengenakan kembali pakaian beliau yang penuh tambalan dan compang-camping itu. Kemudian, beliau pergi menuju 'Aqaba dan dari sana beliau berangkat menuju Yerusalem. Dalam perjalananya, Amirul Mukminin, 'Umar al-Faruq bertemu dengan sekelompok Muslim mengenakan pakaian dari sutera. Beliau memerintahkan agar wajah mereka dilempari debu dab pakaian mereka di cabik-cabik. Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya hingga sampai di kota yerusalem. Beliau memandangi kota tersebut dan berkata, “Allahu Akbar! Ya Allah, bebaskanlah kota ini dengan mudah dan anugerahkan kepada kami kemenangan dan kekuasaan dari-Mu.' Kemudian beliau meneruskan perjalananya dan bertemu dengan para pemuka-pemuka kabilah serta pasukan Muslim lainnya. Beliau beristirahat di tempat Abu 'Ubaidah berkemah. Sebuah tenda dari kain wool didirikan untuk beliau, dimana beliau duduk di atas sehelai alas duduk yang berdebu. Kemudian beliau berdiri dan melaksanakan shalat empat rakaat. Khalifah 'Umar Menemui Pendeta Sophronius Ketika Amirul Mukminin tiba di Yerusalem, kaum muslim bversorak-sorai dan berteriak dengan suara keras, “La ilaha illa Allah!Allahu Akbar!” Sorak-sorai dan teriakan itu didengar oleh orang-orang Yerusalem. Pendeta bertanya, “Apa yang menyebabkan keributan itu?” Ada yang menjawab, “Umar, Amirul Mukminin telah tiba dari Madinah ke Yerusalem.” Pada hari berikutnya, Khalifah “Umar mengimami pasukan Muslim pada saat shalat Shubuh. Selesai menunaikan shalat Shubuh, Khalifah 'Umar berkata kepada Abu 'Ubaidah, “Pergilah menemui orang-orang Yerusalem, dan sampaikan kepada mereka perihal kedatanganku.” Abu 'Ubaidah maju ke depan dan berteriak, “Wahai penduduk Yerusalem! Pemimpin kami telah tiba. Apa yang akan kalian lakukan berkaitan dengan pengakuan kalian?.” Sang pendeta meninggalkan gerejanya diiringi banyak orang. Ia memanjat dinding benteng dan memandang ke arah Abu 'Ubaidah yang berkata, “Amirul Mukminin, yang tidak ada 'agi pemimpin di atasnya, telah tiba.” Pendeta Sophronius menyatakan keinginannya untuk bertemu dengannya. Khalifah 'Umar hendak menemui pendeta tersebut, akan tetapi beberapa orang sahabat menghentikan langkahny. Mereka berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau akan pergi sendirian tanpa senjata, kecuali dengan pakaian yang penuh tambalan ini? Kami merasa khawatir jikalau mereka mengkhianati atau menipumu. Khalifah 'Umar menjawab dengan menyitir ayat al-Qur'an: Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia-lah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (TQS. At-T aubah (9) : 51) Sahabat Muhammad bin 'Abdullah Unta milik Khalifah 'Umar dibawa kepada pemiliknya; lalu beliau pun menaikinya. Saat itu beliau masih mengenakan pakaian yang penuh tambalan itu. Ini semata-mata karena kesederhaan beliau radiyallahu'anhu; mengingat sebagaiseorang pemimpin Negara Khalifah beliau mampu mengenakan pakaian yang paling yang paling bagus dan paling mewah, mengendarai kuda yang paling baik, serta memakai perhiasan yang paling indah. Namun, beliau meninggalkan itu semua karena ingin mengikuti teladan yang deberikan Rasulullah saw. Kembali kami sampaikan di sini bahwa Khalifah 'Umar bin Khaththab ra saat itu hanya mengenakan sehelai pakaian yang penuh dengan tambalan dan mengikat kepalanya dengan sepotong kain. Tidak ada yang mengawal beliau, kecuali Abu 'Ubaidah yang berjalan bersama beliau hingga sampai di dekat dinding benteng dan berdiri di sana. Pendeta Sophronius memandangi Khalifah 'Umar bin Khaththab secara seksama; ternyata sang pendeta langsung mengenali beliau, dan kemudian berkata kepada penduduk Yerusalem, “Buatlah perjanjian dan kesepakatan dengannya, karena sesungguhnya dia adalah sahabat Muhammad bin 'Abdullah.” Maka dari itu, penduduk Yerusalem membuka pintu gerbang benteng dan segera menemui Khalifah 'Umar bin Khaththab untuk mengajak beliau membuat perjanjian damai. Mendapati kejadian ini, Khalifah 'Umar bin Khaththab menyampaikan pujian kepada Allah Swt, merendahkan diri di hadapan-Nya, serta membungkukkan badannya di atas punggung untanya. Kemudian beliau turun dari punggung untanya dan berkata kepada orang-orang Yerusalem, “Kembalilah ke kota kalian. Kalian akan mendapatkan perjanjian damai dan jaminan keamanan bila kalian menghendakinya serta bersedia membayar jizyah.” Penduduk Yerusalem kembali ke kotanya tanpa menutup pintu grbangnya. Khalifah 'Umar kembali kepada pasukannya dan menghabiskan malam di tengah-tengah mereka. Khalifah 'Umar bin Khaththab di Yerusalem Ketika memasuki kota Yerusalem, Khalifah 'Umar berkata, “Inilah aku, ya Allah, siap melaksanakan amanat-Mu!” dari 'Abbad bin 'Abdullah bin Zubair). Pada hari berikutnya, Khalifah 'Umar memasuki Yerusalem tanpa menimbulkan rasa takut di hati para penduduknya. Waktu itu hari Senin, dan beliau tetap berada di Iliya' pada saat ibadah Jum'at dilaksanakan. Pada hari Jum'at beliau menetapkan mihrab -yang menunjukkan arah kiblat- di bagian Timur, yang merupakan lokasi masjidnya; kemudian bersama-sama para sahabatnya, beliau menunaikan ibadah Jum'at. Pasukan Muslim tidak mengambil sedikit sedikit pun harta milik penduduk Yerusalem. Khalifah 'Umar berada di Yerusalem selama sepuluh hari. Beliau menetapkan perjanjian damai dengan penduduk Yerusalem, yang diakhiri dengan kalimat, “Saksi-saksi dalam perjanjian ini adalah Khalid bin Walid, 'Amr bin 'Ash, 'Abdurrahman bin 'Auf, dan Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Perjanjian ini dinyatakan dan dilaksanakan pada tahun ke lima belas setelah Hijrah.” Kemudian, Khalifah 'Umar bertanya kepada Ka'ab al-Akbar, pemuka agama Yahudi, “Menurut kalian, dimana aku dapat melaksanakan shalat?” Ka'ab menjawab, “Kalau engkau mau mendengar pendapatku, shalatlah di belakang kubah batu; dengan demikian engkau akan menyaksikan seluruh Yerusalem di depan matamu.” Khalifah 'Umar berkata, “Kalau begitu engkau melampaui orang-orang Yahudi. Tidak . Aku akan shalat dimana Rasulullah saw menjalankan shalat.” Lalu beliau menuju mihrab dan menjalankan shalat. Setelah itu beliau membentangkan jubahnya dan memunguti sampah yang ada di tempat tersebut, dan orang-orang pun mengikuti apa yang beliau lakukan. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab ad-Dhiya' al-Maqdisi, yang dipilih dari 'Ubaid bin Adam). Setelah itu, beliau kembali ke Madinah -kota Rasulullah saw- setelah membuat perjanjian damai dengan penduduk Yerusalem yang bersedia membayar jizyah . Beliau menempuh perjalanan bersama pasukan Muslim yang mengiringinya sampai Jabiyah, dimana beliau bermalam selama bebrapa waktu. Di tempat tersebut beliau membagi Syam menjadi dua wilayah. Abu 'Ubaidah bin Jarrah mendapatkan tugas untuk memimpin wilayah yang membentang dari Huran hingga ke Halab. Beliau juga memerintahkan Abu 'Ubaidah untuk bergerakmenuju Halab dan memerangi penduduknya hingga Allah Swt menganugerahkan kemenangan kepadanya. Sementara itu wilayah Palestina, Yerusalem, dan daerah pesisir ditempatkan di bawah kepemimpinan Yazid bin Abi Sufyan.