Friday, August 20, 2010

[mediaumat] Ismail Yusanto: SBY Tidak Boleh Cuci Tangan, Bebaskan ABB!

Jakarta, mediaumat.com- Jurubicara Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Ismail Yusanto menilai pernyataan Istana Presiden yang mengatakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak pernah memerintahkan Kepala Kepolisian Negara RI Jenderal (Pol) Bambang Hendarso Danuri untuk menangkap Amir Jamaah Anshorut Tauhid Abu Bakar Ba'asyir dengan tuduhan terorisme adalah sebagai bentuk cuci tangan saja.
Ismail menyayangkan, semestinya presiden tidakboleh cuci tangan. Kalau memang tidak memerintahkan, SBY harus memanggil Kapolri dan menginstruksikan pembebasan ABB. "Kan presiden bisa bertindak, kalau memang polisi bertindak tidak pada tempatnya kan bisa dipanggil dan Ust Abu dibebaskan!" ujarnya kepada mediaumat.com Rabu, (11/8) pagi di Jakarta. Karena menurutnya, penangkapan ABB dengan tuduhan terkait terorisme adalah kedzaliman dan penangkapannya pun sangat semena-mena di pinggir jalan lagi padahal tempat tinggal dan kegiatan ABB sangat jelas.
"Ini merupakan tindakan dzalim dan semena-mena di tengah-tengah situasi kepolisian itu gagal total membereskan kasus-kasus yang menjadi sorotan masyarakat!" tegasnya. Masyarakat sedang mengawal penanganan kasus korupsi sampai kasus rekening gendut para perwira polisi yang mengindikasikan persekongkolan jahat dalam berbagai hal, mulai dari penggelapan pajak hingga makelar kasus. Lalu tiba-tiba polisi menangkap seorang ustadz yang sudah sepuh. Apalagi dengan tuduhan mendanai segala macam hanya dengan bukti rekaman video.
Ismail yakin bahwa ABB tidak terlibat tindak teroris apapun. Karena secara prinsip ABB sudah mengulang berkali-kali. Bahwa ia itu tidak setuju dengan berbagai pengeboman di Indonesia termasuk pula bom Bali I dan II itu. Lalu dasarnya apa kalau dikatakan ABB itu mendanai aktivitas terorisme? Apalagi tuduhan itu hanya berdasarkan rekaman video. Memang rekaman video itu ada, tetapi tidak ada hubungannya dengan teror.
"Karena rekaman itu adalah merupakan dokumentasi kegiatan untuk persiapan jihad ke Palestina saat Israel menyerang Gaza pada awal 2009 lalu!" tegasnya. Tetapi opini dikembangkan sedemikian rupa seolah-olah itu adalah video kegiatan terorisme dan ABB merestui tindak terorisme sehingga ada alasan bagi kepolisian untuk menangkapnya.
ABB itu merupakan figur yang ditakuti Amerika, jadi selama ini Amerika tidak akan pernah puas sampai ABB ditangkap. Makanya dicari-cari alasan untuk menangkapnya, akhirnya ketemu rekaman video itu. Jadi jelaslah pemerintah mengada-ada dan memaksakan diri sekedar untuk melampiaskan nafsu jahat Amerika.[]joko prasetyo
sumber : http://www.mediaumat.com/content/view/1539/28/
__._,_.___

GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat

27/06/2010
GHULUW: Penyakit yang Membahayakan Umat
Oleh: Al Ustadz Zuhair Syarif
Ghuluw atau sikap yang berlebih-lebihan dalam agama merupakan penyakit yang sangat berbahaya dalam sejarah agama-agama samawi (langit). Dengan sebab ghuluw, zaman yang penuh dengan tauhid berubah menjadi zaman yang penuh kesyirikan. Zaman yang penuh dengan tauhid kepada Allah berlangsung sejak zaman Nabi Adam sampai diutusnya Nuh 'alaihis salam sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhu. (Jami'u al-Bayan juz 2 hal. 194. Ibnu Katsir menukilkan penshahihan al-Hakim pada Tafsir beliau juz 1 hal. 237)
Sejak zaman Nabi Nuh inilah syirik tumbuh dengan semarak, padahal kita ketahui bahwa syirik itu adalah dosa yang paling besar dalam bermaksiat kepada Allah. Dengan syirik itu pula akan terhapus pahala-pahala, diharamkan pelakunya masuk ke dalam surga dan dia akan kekal di dalam neraka. Dan pada zaman Nabi Nuh inilah awal mula kesyirikan terjadi.
Allah telah menerangkan dalam Kitab-Nya tentang ghuluw (sikap berlebihan di dalam mengagungkan, baik dengan perkataan maupun i'tiqad) kaum Nabi Nuh terhadap orang-orang shalih pendahulu mereka. Tatkala Nabi Nuh menyeru mereka siang dan malam, baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi agar mereka hanya menyembah Rabb yang satu saja, dan menerangkan kepada mereka akibat-akibat bagi orang yang menentangnya. Tetapi peringatan tersebut tidaklah membuat mereka takut, bahkan menambah lari mereka dari jalan yang lurus, seraya mereka berkata:
وَقَالُوا لاَ تَذَرُنَّ ءَالِهَتَكُمْ وَلاَ تَذَرُنَّ وَدًّا وَلاَ سُوَاعًا وَلاَ يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا. ﴿نوح: ٢۳
Dan mereka berkata: "Janganlah sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan kalian, dan janganlah pula kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan janganlah pula Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nashr." (Nuh: 23)
Di dalam Shahih Bukhari dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, beliau berkata tentang firman Allah Subhanahu wa Ta'ala tersebut: "Mereka adalah orang-orang shalih di kalangan kaum Nabi Nuh, lalu ketika mereka wafat syaithan mewahyukan kepada mereka (kaum Nabi Nuh) agar meletakkan patung-patung mereka (orang-orang shalih tersebut) pada majlis-majlis tempat yang biasa mereka duduk dan memberikan nama patung-patung tersebut dengan nama-nama mereka, maka mereka pun melaksanakannya, namun pada saat itu belum disembah. Setelah mereka (generasi pertama tersebut) habis, dan telah terhapus ilmu-ilmu, barulah patung-patung itu disembah." (lihat Kitab Fathu al-Majid bab "Ma ja`a Anna Sababa Kufri Bani Adama wa Tarkihim Dienahum Huwal Ghuluw fis Shalihin")
Ibnu Jarir berkata: "Ibnu Khumaid berkata kepadaku, Mahran berkata kepadaku dari Sufyan dari Musa dari Muhammad bin Qais: "Bahwa Yaghuts, Ya'uq, dan Nasr adalah kaum yang shalih yang hidup di antara masa Nabi Adam dan Nabi Nuh alaihimus salam. Mereka mempunyai pengikut yang mencontoh mereka dan ketika mereka meninggal dunia, berkatalah teman-teman mereka: "Kalau kita menggambar rupa-rupa mereka, niscaya kita akan lebih khusyu' dalam beribadah." Maka akhirnya mereka pun menggambarnya. Ketika mereka (generasi pertama tersebut) meninggal dunia, datanglah generasi berikutnya. Lalu iblis membisikkan kepada mereka seraya berkata: "Sesungguhnya mereka (generasi pertama) tersebut telah menyembah mereka (orang- orang shalih tersebut), serta meminta hujan dengan perantaraan mereka. Maka akhirnya mereka pun menyembahnya." (Shahih Bukhari dalam kitab tafsir [4920] surat Nuh)
Perbuatan kaum Nabi Nuh yang menggambar rupa-rupa orang-orang shalih yang meninggal di kalangan mereka ini berdasarkan anggapan mereka yang baik dan gambar-gambar ini belum disembah. Tapi ketika ilmu terhapus dengan kewafatan para Ulama dan ditambah dengan merajalelanya kebodohan, maka inilah kesempatan bagi setan untuk menjerumuskan manusia kepada perbuatan syirik dengan cara ghuluw terhadap orang-orang shalih dan berlebih-lebihan dalam mencintai mereka.
Timbullah pertanyaan di dalam benak kita, apa sebetulnya tujuan kaum Nabi Nuh menggambar rupa-rupa orang-orang shalih tersebut? Berkata Imam al-Qurthubi: "Sesungguhnya mereka menggambar orang-orang shalih tersebut adalah agar mereka meniru dan mengenang amal- amal baik mereka, sehingga mereka bersemangat seperti semangat mereka (orang-orang yang shalih), dan mereka beribadah di sekitar kubur-kubur mereka.
Ibnul Qayyim rahimahullah berkata: "Senantiasa syaithan membisikkan kepada para penyembah kuburan bahwa membuat bangunan di atas kubur serta beri'tikaf di atasnya adalah suatu realisasi kecintaan mereka kepada para Nabi dan orang-orang shalih, dan berdoa di sisinya adalah mustajab. Kemudian hal semacam ini meningkat kepada doa dan bersumpah kepada Allah dengan menyebut nama-nama mereka. Padahal keadaan Allah lebih agung dari hal tersebut.." (Lihat Fathul Majid bab Ma Ja'a Anna Sababa Kufri Bani Adama wa Tarkihim Dienahum Huwal Ghuluw fis Shalihin)
Perbuatan semacam ini merupakan suatu kesyirikan yang nyata disebabkan oleh sikap ghuluw mereka terhadap orang-orang shalih. Dan akibat dari perbuatan mereka ini ialah kemurkaan Allah atas mereka dengan menenggelamkan mereka dengan adzab-Nya sehingga tidak tertinggal seorang pun dari mereka termasuk anak dan istri beliau sendiri yang kafir kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Allah berfirman di dalam ayat-Nya:
مِمَّا خَطِيئَاتِهِمْ أُغْرِقُوا فَأُدْخِلُوا نَارًا فَلَمْ يَجِدُوا لَهُمْ مِنْ دُونِ اللهِ أَنْصَارًا. وَقَالَ نُوحٌ رَبِّ لاَ تَذَرْ عَلَى الأَرْضِ مِنَ الْكَافِرِينَ دَيَّارًا. ﴿نوح: ٢٥- ٢٦
Dari sebab kesalahan-kesalahan mereka, mereka ditenggelamkan kemudian dimasukkan ke neraka, maka mereka tidak mendapatkan seorang penolong pun selain Allah. Dan berkata Nuh: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun dari orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. (Nuh: 25-26)
As-Suddi berkata dalam menafsirkan ayat ini: "Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, maka Allah memusnahkan semua orang-orang kafir yang ada di muka bumi termasuk anak beliau sendiri dikarenakan penentangannya kepada ayahnya." (Tafsir Ibnu Katsir tentang surah Nuh)
Maka demikianlah balasan bagi orang-orang yang ghuluw di masa kaum Nabi Nuh.
Sikap ghuluw ini terus terjadi dari zaman ke zaman dan masa ke masa sampai terjadi pula di masa Bani Israil. Kaum Yahudi yang menyatakan bahwa 'Uzair adalah anak Allah sebagaimana terjadi pula pada kaum Nashrani yang menyatakan bahwa al-Masih adalah anak Allah. Allah menjelaskan keadaan mereka di dalam ayat-Nya:
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللهِ وَقَالَتِ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللهِ ذَلِكَ قَوْلُهُمْ بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِئُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ. ﴿التوبة:۳۰ ﴾۰
Dan orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah." Dan orang-orang Nashrani berkata: "Al- Masih itu putera Allah." Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut-mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir terdahulu, dilaknati Allah-lah mereka. Bagaimana mereka sampai berpaling?" (at-Taubah: 30)
Adapun penyebab sikap ghuluw orang-orang Yahudi terhadap 'Uzair adalah karena mereka melihat dari mukjizat-mukjizat yang terjadi pada 'Uzair seperti penulisan kitab Taurat dengan hafalannya setelah Taurat dihapus dari dada-dada orang-orang Yahudi, serta keadaan 'Uzair yang hidup kembali setelah wafat seratus tahun lamanya. Lalu setelah akal mereka sempit untuk membedakan perbuatan dan kekuasaan Allah dengan kemampuan manusia yang terbatas, maka mereka menyandarkan hal tersebut kepada 'Uzair dan mereka menyatakan bahwa 'Uzair adalah anak Allah sebagaimana Ibnu Abbas menyatakan: "Sesungguhnya mereka (Orang-orang Yahudi) menyatakan demikian ('Uzair anak Allah) karena mereka tatkala mengamalkan suatu amal yang tidak benar, Allah menghapus Taurat dari dada-dada mereka. 'Uzair pun berdoa kepada Allah. Tatkala itu kembalilah Taurat yang sudah dihapus dari dada-dada mereka turun dari langit dan masuk ke dalam batin 'Uzair. Kemudian 'Uzair menyuruh kaumnya seraya berkata: "Allah telah memberi Taurat kepadaku." Maka serta merta mereka mereka menyatakan: "Tidaklah Taurat itu diberikan kecuali karena dia anak Allah." Sedangkan di dalam riwayat lain beliau berkata: "Bakhtanshar ketika menguasai Bani Israil telah menghancurkan Baitul Maqdis dan membunuh orang-orang yang membaca Taurat. Waktu itu 'Uzair masih kecil sehingga dia dibiarkan (tidak dibunuh). Dan tatkala 'Uzair wafat di Babil seratus tahun lamanya kemudian Allah membangkitkan serta mengutusnya kepada Bani Israil, beliau berkata: "Saya adalah 'Uzair." Mereka pun tidak mempercayainya seraya menjawab: "Nenek moyang kami mengatakan bahwa 'Uzair telah wafat di Babil, dan jika engkau benar-benar adalah 'Uzair, diktekanlah Taurat kepada kami. Maka 'Uzair pun menuliskannya. Melihat hal itu mereka menyatakan: "Inilah adalah anak Allah." (Zadul Masi'ir Fii 'Ilmi At-Tafsir, oleh Ibnul Jauzi juz 3 hal 423-424)
Riwayat kedua ini menyatakan bahwa 'Uzair adalah seorang Nabi dari para Nabi Bani Israil. Setelah beliau meninggal seratus tahun lamanya, Allah membangkitkannya sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya:
أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَى قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّى يُحْيِي هَذِهِ اللهُ بَعْدَ مَوْتِهَا فَأَمَاتَهُ اللهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَى طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ وَانْظُرْ إِلَى حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِلنَّاسِ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. ﴿البقرة: ٢٥۹
Atau apakah kamu tidak (memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapa lama kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari." Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah, dan lihatlah keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali kemudian Kami membalutnya dengan daging." Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang mati) dia pun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (al-Baqarah: 259)
Demikianlah asal usul orang-orang Yahudi menamakan 'Uzair sebagai anak Allah. Adapun perkataan orang-orang Nashrani bahwa Isa anak Allah atau sebagai Allah, ada dua sebab. Yang pertama karena Isa lahir tanpa bapak. Dan kedua karena dia mampu menyembuhkan orang buta dan bisu serta menghidupkan orang mati dengan izin Allah. (Kitab Mahabbatu ar-Rasul hal. 155)
Yang menyatakan demikian bukanlah shahabat-shahabat Nabi Isa sendiri, melainkan orang- orang yang ghuluw dari kalangan Nashrani setelah wafat beliau. Setelah selang beberapa waktu mereka menjadi musyrik dikarenakan perkataan mereka itu.
Allah telah membantah serta menerangkan sangkaan mereka yang tanpa dalil tersebut, yang menyebabkan mereka kafir. Allah berfirman:
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ هُوَ الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ. ﴿المائدة: ٧٢
Sungguh telah kafir orang-orang yang berkata: Sesungguhnya Allah ialah al-Masih putera Maryam... (al-Maidah: 72)
لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللهَ ثَالِثُ ثَلاَثَةٍ وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلاَّ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ. ﴿المائدة: ٧۳
Sungguh telah kafir orang yang menyatakan: "Bahwasanya Allah salah satu dari yang tiga," padahal sekali-kali tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti orang-orang kafir di antara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih. (al-Maidah: 73)
Siksaan yang pedih di akhirat merupakan balasan orang-orang yang menyatakan bahwa Isa adalah putra Allah atau Isa adalah Allah. Dan mereka termasuk orang-orang kafir dan akan kekal di neraka. Mereka tidak mengetahui bahwa Isa adalah hanyalah seorang Rasul, dan dia hanyalah orang biasa yang dimuliakan dengan beberapa kekhususan, sebagaimana firman Allah Ta'ala:
مَا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلاَّ رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ كَانَا يَأْكُلاَنِ الطَّعَامَ... ﴿المائدة: ٧٥
Al-Masih putra Maryam itu hanyalah seorang Rasul, yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya para Rasul, dan Ibunya seorang yang benar, keduanya biasa memakan makanan..." (al-Maidah: 75)
Demikianlah umat-umat terdahulu terjebak ke dalam jurang dosa yang sangat dalam yaitu kesyirikan disebabkan sikap ghuluw mereka kepada orang-orang shalih.
Kerusakan seperti ini tak kunjung berhenti dan akan terus berulang sebagaimana yang telah disabdakan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa umat ini akan meniru peradaban kaum-kaum sebelumnya. Beliau bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوْهُ قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَ النَّصَارَى؟ قَالَ: فَمَنْ؟! (رواه البخاري ومسلم
Benar-benar kalian akan mengikuti sunnah-sunnah (jalan-jalan) orang-orang sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai kalau mereka masuk ke lubang biawak, niscaya kamu akan mengikuti mereka. Kami (shahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah, Yahudi dan Nashrani?" Beliau menjawab: "Siapa lagi?" (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan kita harus meyakini hadits ini bahwa umat ini akan mengikuti sunnah-sunnah umat-umat sebelum mereka seperti sikap ghuluw Yahudi dan Nashara. Hal ini telah terjadi di masa kekhalifahan Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu yaitu ketika terjadi kekufuran yang bersumber pada sikap ghuluw kelompok Saba'iyah (pengikut Abdullah bin Saba', seorang Yahudi) terhadap Ali bin Abi Thalib sehingga mereka menyatakan bahwa Ali adalah Tuhan dan memiliki sifat ketuhanan. Kelompok ini lebih dikenal dengan sebutan Syi'ah Rafidlah yang pertama kali membuka pintu ghuluw terhadap Ali bin Abi Thalib dan kepada anak cucu beliau radhiallahu 'anhu.
Di antara sikap ghuluw yang ada kita juga bisa menemukan adanya sikap ghuluw yang dilakukan sekelompok dari orang-orang sufi terhadap Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan syaikh- syaikh mereka. Seperti tindakan mereka berdoa kepada Rasul, meminta bantuan (isti'anah), dan pertolongan (istighatsah) dengan memanggil-manggil beliau, atau mengusap-usap kubur beliau atau thawaf di sekelilingnya. Dan terkadang seperti itu pula mereka melakukan terhadap syaikh- syaikh mereka yang telah meninggal.
Di antara mereka ada yang bersikap ghuluw terhadap Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani rahimahullah di Baghdad, Syaikh al-Adawi di Mesir, Para Syaikh (yang dianggap, red) Wali Songo di Indonesia, serta di antara mereka ada pula yang bersikap ghuluw terhadap seorang tokoh yang difiguritaskan seperti Hasan al-Banna di Mesir yang dilakukan oleh sekelompok kaum muslimin dari kalangan firqah Ikhwanul Muslimin sampai di antara mereka ada yang mengatakan bahwa: "Hasan Al-Banna tidak mati, akan tetapi hidup di sisi Allah, akhlaknya adalah Al-Quran", sehingga beliau dijuluki sebagai asy-Syahid. Padahal beliau adalah seorang yang berakidahkan Sufi al- Hashafiyah Asy-Syadziliyah, sebagaimana yang dijelaskan oleh syaikh Farid Ahmad bin Manshur Ali Asy-Syabit di dalam Kitabnya Da'watu Ikhwanil Muslimin fi Mizanil Islam hal. 63. Diterangkan pula di dalam kitab tersebut bahwa Hasan al-Banna telah menolak hadits tentang turunnya Imam Mahdi di akhir zaman, serta akidah beliau yang telah menyimpang dari akidah para salafus shalih.
Demikianlah sikap ghuluw selalu ada di umat ini selama mereka menjauhi Al-Qur`an dan As- Sunnah serta pemahaman para shahabat radhiyallahu 'anhum. Dengan semakin jauhnya mereka dari al-Qur`an dan as-Sunnah, semakin besarlah kerusakan yang mereka lakukan disebabkan sikap ghuluw tersebut. Tidak sedikit dari kalangan muslimin khususnya orang-orang awam yang terjatuh ke dalam perbuatan syirik sebagaimana yang dilakukan di zaman Nabi Nuh 'alaihis salam.
Maka bagi kita haruslah ingat sabda beliau:
إِيَّاكُمْ وَالْغُلُوَّ فِي الدِّيْنِ فَإِنَّمَا هَلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ بِالْغُلُوِّ فِي الدِّيْنِ. (رواه أحمد وابن ماجه والنسائي وقال الشيخ الإسلام ابن تيمية في الإقتضاء ص ١٠٦، إسناده على شرط مسلم و وافقه الألباني في الصحيحة رقم ١٢٨٣
Hati-hatilah kalian terhadap perbuatan ghuluw di dalam agama, karena sesungguhnya hancurnya orang-orang sebelum kalian dikarenakan (sikap) ghuluw di dalam agama." (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Nasa`i, dan berkata Syaikhul Islam di dalam Iqtidha hal. 106: Sanadnya dengan atas syarat Muslim, dan disepakati oleh Al-Albani di dalam ash-Shahihah 1283)
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala agar menjauhkan kita dari sikap berlebih- lebihan di dalam beragama, dan agar Allah menunjuki kita serta kaum muslimin untuk kembali ke jalan-Nya yang lurus. Amin. Wallahu a'lam bis shawab.
Maraji':
1. Al-I'tisham oleh al-Imam asy-Syatibi
2. Al-Qur`an al-Karim
3. Dakwah Ikhwanul Muslimin fi Mizanil Islam oleh Syaikh Farid Ahmad bin Manshur Ali Asy- Syabt.
4. Kasyfus Syubhat oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
5. Kitab Fathul Majid oleh Asy-Syaikh Abdurrahman Ali Asy-Syaikh.
6. Mahabbatur Rasul Bainal Ittiba' Wa al-Ibtida' oleh Asy-Syaikh Abdurrauf Muhammad Utsman.
7. Tafsir Ibnu Katsir jilid 4.
http://www.eramuslim.net/?buka=show_main&id=346

Prinsip Asas Sistem Ekonomi Islam

10/07/2010
Prinsip Asas Sistem Ekonomi Islam
Oleh: ROSMAN MD SHAH
Berbicara tentang sistem ekonomi, lazimnya kefahaman akan jelas terarah kepada konsep asas ekonomi iaitu penawaran dan permintaan. Penawaran yang melebihi permintaan menyebabkan harga barangan jatuh sebaliknya jika permintaan melebihi penawaran, keuntungan pasti dapat dicapai dengan harga barangan yang tinggi.
Perkaitan antara penawaran dan permintaan ini bergantung kepada nilai matawang sesebuah negara tidak kira samada ia dalam bentuk Ringgit Malaysia, Dolar Amerika mahupun Riyal Saudi.
Secara ringkasnya ekonomi adalah aktiviti manusia yang terlibat dengan barangan, buruh, pekerjaan dan pertukaran barangan melalui import dan eksport.
Ekonomi sebenarnya bukan setakat kejayaan dalam bentuk perdagangan import dan eksport, jual beli secara konvensional atau pun sistem barter yang diamalkan oleh tamadun awal manusia. Ekonomi adalah satu sistem yang menyeluruh merangkumi soal kebijaksanaan, etika dan prinsip tertentu untuk menjana ketamadunan manusia dan kekukuhan ekonomi sesebuah negara.
Prinsip asas sistem ekonomi Islam adalah unik berbanding sistem ekonomi lain waima sistem ekonomi British yang diagung-agungkan oleh Barat. Adam Smith, ahli ekonomi Barat pada abad ke-18 menegaskan prinsip asas ekonomi Barat seperti berikut: hak harta persendirian, kuasa individu seperti pemerintah atau raja (pemonopoli mata wang), keyakinan, rasional dan keadaan ekonomi itu sendiri.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya "Ihya Ulumuddin" mentakrifkan ekonomi sebagai `Iqtisad`. Sementara itu, As-Sadr mengulas mengenai `Iqtisad` dengan meletakkan tiga prinsip asas yang digabung jalin secara teoritikal dan praktikal dalam sistem ekonomi Islam. Prinsip-prinsip itu adalah prinsip pemilikan harta bersandarkan bahawa semua harta adalah kepunyaan Allah, prinsip keadilan sosial dan prinsip kebebasan berekonomi dengan batasan tertentu (mengikut syariah Islamiah).
Allah berfirman yang bermaksud:
“Kepunyaan Allah segala apa yang ada di langit dan di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hati atau kamu sembunyikannya, nescaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendakiNya dan menyiksa siapa yang dikehendakiNya. Allah Maha Berkuasa atas segala sesuatu.” (Surah al-Baqarah: 284)
Firman-Nya lagi :
“Kerajaan Allah segala apa yang ada dilangit dan di bumi. Dan Allah Maha Berkuasa ke atas segala sesuatu.” (Surah ali-Imran:189)
Jelas di sini, bahawa Islam meletakkan umat manusia sebagai pengurus, pelaksana segala apa yang diwujudkan oleh Allah di atas muka bumi ini sebagai khalifah. Justeru, dalam ekonomi Islam, pelaku ekonomi adalah khalifah yang memakmurkan, menjana segala sumber alam dalam proses mentadbir jagat raya ini. Ini bermakna manusia bertanggungjawab secara langsung terhadap Allah kerana sumber ekonomi manusia datangnya daripada Allah yang memiliki alam ini.
Oleh yang demikian, tugas pemakmuran ekonomi ini dipertanggungjawabkan kepada pemerintah dan individu itu sendiri bertunjangkan prinsip syariah Islamiah. Soal halal-haram termaktub dalam prinsip ekonomi berlandaskan Islam ini.
Komponen kedua sistem ekonomi Islam adalah prinsip keadilan sosial. Ia boleh dianggap sebagai yang terpenting kerana ekonomi Islam tidak berkonsepkan monopoli hak sehingga menindas pihak lain. Imejan keadilan sosial ini disulami dengan dua tunjang iaitu tanggungjawab secara umum dan keseimbangan sosial masyarakat.
Tabatebaei, seorang penganalisis ekonomi Islam berpendapat, tanggungjawab secara umum itu disimpulkan kepada berpegang kepada tali Allah. Konsep mentauhidkan Allah membantu kecemerlangan ummah khususnya dalam mengurus, menjana dan meningkatkan ekonomi masyarakat. Sebagai umat Islam, wajib untuk mempercayai adanya akhirat. Oleh itu, demi mendapat sejahteraan di alam akhirat kelak, pengurusan ekonomi khususnya dan pekerjaan lain amnya harus dilakukan sebaik mungkin dengan penuh rasa ikhlas, tawadduk dan sempurna tanpa meninggalkan perkara wajib yang dianjurkan oleh Allah dan Rasul.
Sementera itu, keseimbangan sosial yang digariskan dalam sistem ekonomi Islam adalah soal perkara-perkara asas dalam hubungan sesama manusia. Berzakat dan mengelakkan perbuatan riba adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan oleh umat Islam. Dalam ertikata lain, zakat adalah ‘penyucian harta’ setelah cukup nisab dan khaulnya kerana terdapatnya hak kumpulan fakir miskin yang wajib dibantu. Prinsip asasnya di sini adalah Islam tidak menggalakkan kecemburuan sosial dan jurang ekonomi yang luas antara golongan miskin dan kaya.
Firman Allah dalam al-Quran yang bermaksud:
“Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang yang miskin, pengurus-pengurus zakat (amil), para mualaf (golongan baru memeluk Islam), untuk budak (memerdekakan), orang yang berhutang di jalan Allah dan musafir yang sedang dalam perjalanan sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan oleh Allah. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (Surah at-Taubah: 90)
Begitu juga dengan riba. Islam melarang umatnya mengamalkan riba (bunga yang tinggi) kerana ia jelas menindas orang lain terutama mereka yang kurang berkemampuan. Secara logiknya, mengenakan riba ke atas sesuatu barangan memang menguntungkan para peniaga.
Namun dari satu sudut, riba boleh menyebabkan berlakunya ketidakseimbangan ekonomi. Kuasa beli pengguna akan semakin mengecil dan nilai matawang juga akan merosot. Sekiranya keadaan ini berlaku, ekonomi akan menjadi tidak menentu.
Soal halal-haram begini dan impaknya ke atas pihak lain, tidak pernah ada dalam kamus ekonomi Barat. Apa yang dipentingkan adalah sistem ekonomi yang dilaksanakan itu dapat memberikan keuntungan kepada pelaku ekonomi. Dalam ertikata lain ‘matlamat menghalalkan cara’ tidak kira walau apa pun sistem yang dilaksanakan, keuntungan tetap menjadi isu utama bukannya soal keadilan sosial sebagaimana yang dianjurkan oleh Islam.
Umat Islam seharusnya bersyukur dengan wujudnya satu sistem ekonomi Islam yang benar-benar mapan ke arah merealisasikan ummah yang cemerlang daripada aspek sahsiah, jasmani, emosi, rohani dan ekonominya.
Published by Goes Droen
http://www.eramuslim.net/?buka=show_syariah&id=63
__._,_.___

CIRI EKONOMI ISLAM

18/05/2009
CIRI EKONOMI ISLAM
Oleh: Habib Muhammad Rizieq Syihab, MA
Pembeda Utama antara Sistem Ekonomi Islam dan Sistem Ekonomi lainnya adalah sumbernya. Sistem Ekonomi Islam lahir dari sumber wahyu, sedang yang lain datang dari sumber akal. Karenanya, ciri Ekonomi Islam sangat khas dan sempurna, yaitu : Ilahiah dan Insaniah.
Berciri ilahiah karena berdiri di atas dasar aqidah, syariat dan akhlaq. Artinya, Ekonomi Islam berlandaskan kepada aqidah yang meyakini bahwa harta benda adalah milik Allah SWT, sedang manusia hanya sebagai khalifah yang mengelolanya (Istikhlaf), sebagaimana diamanatkan Allah SWT dalam surat Al-Hadiid ayat 7. Dan Ekonomi Islam berpijak kepada syariat yang mewajibkan pengelolaan harta benda sesuai aturan Syariat Islam, sebagaimana ditekankan dalam surat Al-Maa-idah ayat 48 bahwa setiap umat para Nabi punya aturan syariat dan sistem.
Serta Ekonomi Islam berdiri di atas pilar akhlaq yang membentuk para pelaku Ekonomi Islam berakhlaqul karimah dalam segala tindak ekonominya, sebagaimana Rasulullah SAW mengingatkan bahwasanya beliau diutus hanya untuk menyempurnakan kemuliaan-kemuliaan akhlaq.
Berciri insaniah karena memiliki nilai kemanusiaan yang tinggi dan sempurna. Sistem Ekonomi Islam tidak membunuh hak individu sebagaimana Allah SWT nyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 29 bahwa semua yang ada di Bumi diciptakan untuk semua orang. Namun pada saat yang sama tetap memelihara hak sosial dengan seimbang, sebagaimana diamanatkan dalam surat Al-Israa ayat 29 bahwa pengelolaan harta tidak boleh kikir, tapi juga tidak boleh boros.
Di samping itu, tetap menjaga hubungan dengan negara sebagaimana diperintahkan dalam surat An-Nisaa ayat 59 yang mewajibkan ketaatan kepada Allah SWT dan Rasulullah SAW serta Ulil Amri yang dalam hal ini boleh diartikan penguasa (pemerintah) selama taat kepada Allah SWT dan Rasul-Nya.
Dengan kedua ciri di atas, aktivitas Sistem Ekonomi Islam terbagi dua : Pertama, individual yaitu aktivitas ekonomi yang bertujuan mendapatkan keuntungan materi bagi pelakunya, seperti perniagaan, pertukaran dan perusahaan. Kedua, sosial yaitu aktivitas ekonomi yang bertujuan memberikan keuntungan kepada orang lain, seperti pemberian, pertolongan dan perputaran.
Sekurangnya ada 15 (lima belas) aktivitas Ekonomi Islam yang bersifat individual, yaitu: Al-Bai’, As-Salam, Ash-Shorf, Asy-Syirkah, Al-Qiradh, Al-Musaqah, Al-Muzara’ah, Al-Mukhabarah, Al-Ijarah, Al-Ujroh, Al-Ji’alah, Asy-Syuf’ah, Ash-Shulhu, Al-Hajru, dan Ihya-ul Mawat.
Kelimabelas aktivitas ekonomi di atas merupakan pintu mencari keuntungan materi yang dihalalkan Syariat Islam. Setiap individu bebas menjadi pelaku aktivitas ekonomi di atas dan bebas pula mengais keuntungan sesuai dengan rukun dan syarat yang ditetapkan syariat untuk tiap-tiap aktivitas tersebut.
Ada pun aktivitas Ekonomi Islam yang bersifat sosial sekurangnya juga ada 15 (lima belas), yaitu : Ash-Shodaqah, An-Nafaqoh, Al-Hadiyah, Al-Hibah, Al-Waqf, Al-Qordh, Al-Hawalah, Ar-Rahn, Al-‘Ariyah, Al-Wadi’ah, Al-Wakalah, Al-Kafalah, Adh-Dhoman, Al-Luqothoh, dan Al-Laqith.
Dalam kelimabelas aktivitas ekonomi di atas para pelakunya tidak dibenarkan mengambil keuntungan untuk dirinya, melainkan ditujukan untuk memberi keuntungan kepada orang lain. Misalnya, dalam aktivitas Al-Qordh (Utang), si pemilik piutang (yang memberi utang) tidak dibenarkan mengambil ”untung” dengan mensyaratkan ”kelebihan” kepada orang yang berutang dalam pengembalian utangnya, walau satu sen, karena Al-Qordh adalah bentuk bantuan dan pertolongan kepada orang lain, bukan perniagaan, sehingga ”keuntungan” apa pun bagi pemberi utang yang disyaratkan dalam utang menjadi Riba yang diharamkan syariat, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits riwayat Imam Ath-Thabrani rhm dalam Al-Mu’jam Al-Kabir.
Menariknya, dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah rhm disebutkan bahwa Rasulullah SAW melarang pemberi utang untuk menerima hadiah atau memanfaatkan pinjaman barang apa pun dari orang yang berutang sebelum utangnya dilunasi, kecuali jika di antara keduanya sudah sering saling memberi hadiah atau meminjamkan barang dari sebelum adanya utang. Salah satu hikmah pelarangan ini adalah untuk menjaga kemurnian nilai sosial dan memelihara kemuliaan jiwa kepedulian tanpa pamrih yang ada dalam aktivitas Al-Qardh.
Selain itu, dalam rangka melindungi keseimbangan individual dan sosial dalam aktivitas ekonomi umat, maka Sistem Ekonomi Islam membuat proteksi yang tinggi dari segala penyimpangan perilaku ekonomi yang mengancam dan membahayakan keseimbangan tersebut. Untuk itu ada 8 (delapan) perilaku ekonomi menyimpang yang diharamkan syariat, yaitu : Ikrah (Pemaksaan), Ghashb (Perampasan), Gharar (Penipuan), Ihtikar (Penimbunan), Talaqqi Rukban (Pertengkulakan), Qimar (Perjudian), Risywah (Suap), dan Riba (Rente).
Lebih dari itu, Sistem Ekonomi Islam tidak hanya menjaga keseimbangan antara hak individu dan hak sosial, bahkan antara hak Khaliq dan hak makhluq. Karenanya, Ekonomi Islam disebut sebagai Ekonomi Wasathiyah (Ekonomi Pertengahan) yaitu sistem ekonomi yang menjaga tawazun (keseimbangan) antara : Hak Allah dan Hak Manusia, Hak Dunia dan Hak Akhirat, Hak Individu dan Hak Sosial, Hak Rakyat dan Hak Negara.
Berbeda dengan Sistem Ekonomi Barat, baik Kapitalis mau pun Komunis, yang hanya mengenal materi, angka dan untung-rugi, serta hanya bertujuan untuk : Pengendalian Pasar, Mengalahkan Pesaing, Memperkaya Diri dan Merugikan Orang.
Sepintas memang Kapitalis berbeda dengan Komunis. Kapitalis sangat individualisme dimana secara teori hanya fokus kepada : Membela Individu dan Membunuh Sosial. Sedang Komunis sangat sosialisme dimana secara teori hanya fokus kepada : Membela Sosial dan Membunuh Individu. Namun jika diperhatikan lebih mendalam, ternyata keduanya sama bermadzhab Materialisme yang bertujuan materi semata, dan sama berperisai Demokrasi untuk menghalalkan segala cara agar bebas mengais keuntungan, sehingga pada prakteknya, baik Kapitalis mau pun Komunis, tetap saja sama mengorbankan rakyat kecil.
Landasan sosio-ekonomi Barat, baik Kapitalis mau pun Komunis, adalah Riba yang merupakan cerminan dari pengambilan, kekejian, kekikiran, keegoisan dan ketamakan. Sedang landasan sosio-ekonomi Islam adalah Sedekah yang merupakan cerminan dari pemberian, kesucian, kemurahan, kesetia-kawanan dan ketulusan.
Dengan demikian, Sistem Ekonomi Islam tidak bisa disamakan dengan Sistem Ekonomi Kapitalis yang kini tampil dengan Ekonomi Neo Liberal nya dan sering mengklaim sebagai Sistem Ekonomi Modern. Dan Sistem Ekonomi Islam juga tidak bisa disamakan dengan Sistem Ekonomi Komunis atau yang kini tampil dengan Ekonomi Neo Sosialis nya dan sering mengklaim sebagai Sistem Ekonomi Kerakyatan.
Sistem Ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi sempurna yang sudah teruji dan telah membuktikan kesempurnaan sistemnya selama tidak kurang dari 1300 tahun, yaitu sejak dari awal abad ke 7 Miladiyah saat kepemimpinan Rasulullah SAW s/d awal abad ke 20 Miladiyah saat kejatuhan Kekhilafahan Islam. Dan kini, di Millenium ke-3, Sistem Ekonomi Islam mulai bangkit kembali, dan sistem ini pasti berjaya sebagaimana pernah berjaya sebelumnya. Sedang Sistem Ekonomi Barat yang kini dibanggakan, masih sangat muda sekali umurnya dan belum teruji dengan baik, bahkan kini sedang mengalami kebangkrutan global untuk menuju kehancuran.
Kenapa Sistem Ekonomi Islam mampu berjaya sekian lama ? Jawabnya, karena sistem ini berciri ilahiah dan insaniah, dimana selalu menjaga keseimbangan aktivitas ekonominya. Lihat saja, di negeri-negeri Kapitalis pajak tinggi walau cari uang mudah, dan sebaliknya di negeri-negeri Komunis cari uang susah walau pajak rendah. Jadi, tidak pernah seimbang, selalu di posisi sulit bagi pelaku ekonominya. Sedang di Negara Islam yang berekonomi Islam, alhamdulillah, cari uang mudah dan pajak rendah. Itulah yang ditawarkan oleh Sistem Ekonomi Islam.
Ironisnya, di negeri kita yang mayoritas berpenduduk muslim terbesar di dunia : cari uang susah dan pajak tinggi ! Kasihan betul rakyatnya. Solusinya : Tegakkan Sistem Ekonomi Islam ! Allahu Akbar ! (mj/www.suara-islam.com)
http://www.eramuslim.net/?buka=show_syariah&id=55

Sikap Ambigu Presiden SBY Soal “Terorisme”, Aneh!

postingan yang sangat bagus ..... di baca tuntas ya , karena masuk di akal alias nalar dalam benak kita sebagai rakyatnya .....

Sikap Ambigu Presiden SBY Soal “Terorisme”, Aneh!

Oleh: Harits Abu Ulya (Ketua Lajnah Siyasiah DPP-HTI)
Akhirnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono angkat bicara soal terorisme, sebelumnya lewat jubir presiden Julian A Pasha menyatakan bahwa presiden SBY sudah mengetahui perihal penangkapan Abu Bakar Ba’asyir melalui Kapolri di hari Senen (9/8). Plus tepisan kalau penangkapan tersebut bukan intruksi dari SBY. Kemudian saat Presiden SBY rapat kabinet di Sekretariat Negara mengingatkan kasus terorisme tidak bisa dikaitkan dengan agama maupun politik. Ia menegaskan terorisme merupakan kejahatan yang terkait dengan hukum. “Saya tak pernah membawa terorisme ke dalam arena politik, karena bukan politik. Juga tidak membawa terorisme ke arena agama, karena terorisme bukan ajaran agama,” kata SBY di Gedung Sekretariat Negara, komplek Istana Negara, Jakarta, Selasa (10/8).
Dan SBY mempercayakan kepada penegak hukum untuk menangani dengan cara tepat,profesional, akuntabel, dan dapat dijelaskan kepada publik. Bahkan menambahkan bahwa masalah ini sensitif dan sering melahirkan salah paham diantara masyarakat terhadap apa yang dilakukan penegak hukum.
Rasanya kelewat wajar kalau sebagian orang mengkritik sikap SBY, ambigu bahkan ada yang katakan lebay. Dalam kasus terorisme, masih terekam beberapa jejak sikap SBY yang ditampilkan dihadapan publik yang menunjukkan ambiguitasnya. Menjelang Pemilu Presiden di tahun 2009 silam,SBY mengomentari peristiwa bom di JW Marriott dan The Ritz Carlton, 17 Juli 2009. SBY mengatakan secara eksplisit, dirinya termasuk salah satu target incaran penembakan oleh kelompok yang ingin menggagalkan pemerintahan yang demokratis. “Berdasarkan laporan intelijen, ada upaya yang sistematis menggagalkan kelangsungan pemerintahan yang demokratis ini,” ungkap SBY merespon tragedi pengeboman di kawasan Mega Kuningan 17 Juli 2009. Hal yang sama sebelum penangkapan orang-orang yang diduga teroris dan kemudian disusul penangkapan ustad ABB, SBY juga mengeluh menyatakan dirinya menjadi sasaran kelompok teroris. “Saya dapat laporan tadi malam dari jajaran pengamanan, ada di antara anak bangsa yang punya niat tidak baik yang sekarang ada di sekitar Ciwidey,” ujarnya, Sabtu (8/8).
Di tahun 2010, tepatnya di bulan Mei presiden SBY juga mengeluarkan pernyataan terkait kasus terorisme juga. Dalam keterangan persnya di Bandara Halim Perdanakusumah, Senin (17/5/2010) sebelum bertolak ke Singapura dan Malaysia Presiden SBY menegaskan tujuan dari para teroris adalah mendirikan negara Islam. Padahal, menurut SBY, perdebatan tentang pendirian negara Islam sudah rampung dalam sejarah Indonesia. Aksi teroris juga bergeser dari target asing ke pemerintah. Ciri lain, menurut Presiden, para teroris menolak kehidupan berdemokrasi yang ada di negeri ini. Padahal, demokrasi adalah sebuah pilihan atau hasil dari sebuah reformasi. Karena itu menurut presiden keinginan mendirikan negara Islam dan sikap anti demokrasi tidak bisa diterima rakyat Indonesia.
Di satu sisi kita memang bisa menyaksikan keberanian pihak Polri luar biasa untuk menangkap kesekian kalinya ustad ABB, sebagian pihak menganggap tentu langkah ini dengan pertimbangan matang dan tidak gegabah. Terutama ketika Polri merasa memiliki bukti (data) yang meyakinkan untuk kembali menjerat ustad ABB.Dan menjadi beban moral yang sangat besar kiranya kalau kali ini mengulangi kegagalan, tidak bisa membuktikan didepan pengadilan melalui penuntut kejaksaan terbaiknya bahwa ustad ABB terbukti seperti yang disangkakan. Jika mampu untuk itu, tidak menutup kemungkinan ustad ABB akan dikenakan hukuman penjara seumur hidup atau hukuman mati. Dijangkauan pasal berlapis UU Terorisme. Yakni, pasal 14 jo pasal 7, 9, 11, dan atau pasal 11 dan atau pasal 15 jo pasal 7, 9, 11, dan atau pasal 13 huruf a, huruf b, huruf c UU No 15 Tahun 2003 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Terorisme, Ancaman maksimalnya hukuman mati.Jika ini sukses, maka bisa dipastikan pemerintah AS, Australia, Singapura dan sekutu AS lainya mengulum senyum dan memberi warning kalau tugas kontra-terorisme tidak boleh berhenti sampai disitu.
Di sisi lain yang tidak bisa di abaikan, bahwa selama ini narasi tentang terorisme datangnya dari sepihak (polri).Lebih khusus datang dari Den88, dan wabil khusus lagi di sana ada satgas anti teroris di luar “struktur” yang dikendalikan oleh Gories Mere sekalipun saat ini dia ada di BNN (Badan Narkotika Nasional).Dan di sinyalir karena persahatan Gories Mere dengan Karni Ilyas (TV One) yang menyebabkan dalam isu terorisme TV yang satu ini masuk barisan terdepan untuk news update berita.Oleh karena itu, pada konteks ini meniscayakan penanganan kasus terorisme ini diduga sarat rekayasa, seperti pada kasus-kasus besar yang menghantam institusi polri.Misalkan pada kasus rekening gendut beberapa jendral polri, century gate, markus, dan semisalnya.Maka kalau sudah seperti ini, yang salah bisa benar dan sebaliknya serta dalih tuduhanpun bisa direka-reka berdasarkan paradigma subyektif yang dimiliki polri dalam melihat kasus terorisme ini. Lebih-lebih jika kontra-terorisme adalah proyek yang berkelindan didalamnya kepentingan asing dan dijadikan ajang menunjukkan “prestasi” dan mencari dana atau langkah pengalihan isu oleh para “komprador” asing dan kelompok opurtunis lokal.
Oleh karena itu perlu kiranya SBY menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, sekiranya betul bahwa isu terorisme adalah murni kejahatan dan masuk diranah hukum. Dan terorisme bukan persoalan politik, juga bukan masalah agama.
Pertama; kalau ada pernyataan penangkapan ustad ABB bukan intruksi SBY sebagai presiden, maka artinya ada distorsi dalam penegakan hukum. Aneh jika Presiden menyatakan terkejut dengan penangkapan ABB, padahal Densus berada di bawah kendali Polri dan Kapolri bertanggung jawab langsung kepada presiden. Jadi Densus bekerja untuk siapa?,Sementara dari tahun 2003-2009 Polri sudah menangkap lebih dari 500 orang dalam kasus terorisme. Dan dimasa pemerintahan SBY banyak orang mati sekitar 40 orang dieksekusi dengan cara “ekstra judicial killing”. Dan minim sekali suara yang berteriak untuk mengatakan ini adalah “kedzaliman” atau pelanggaran HAM. Para penggiat HAM juga setengah hati, menyikapi soal korban proyek kontra-terorisme ini.
Kedua; bukankah kontra-terorisme telah SBY adopsi menjadi salah satu prioritas 100 hari kerja pemerintahannya? Diupayakan lahirnya blueprint penanganan secara koprehensif, yang terbaru dengan dibentuknya BNPT(Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) melalui Peraturan Presiden no 46 tahun 2010 yang SBY tanda tangani 16 Juli lalu. Sekaligus ini bukti implementasi komitmen SBY yang pernah dibicarakan bersama Obama presiden AS tentang terorisme. Kalau sudah seperti ini, apakah sebagai presiden tidak tahu menahu bagaimana langkah demi langkah, tahapan demi tahapan yang akan dioperasikan institusi terkait yang notabene-nya semua dibawah kendali presiden? Bahkan kita yakin, target-target antara dan puncak target dari proyek kontra-terorisme SBY juga mengetahui. J ika tidak, maka SBY itu presiden atau anak buah siapa?
Ketiga; jika presiden SBY menyatakan kasus terorisme tidak ada relevansinya dengan persoalan politik atau tidak akan menggeret ke ranah politik. Lantas, kenapa juga membicarakan tentang motif “negara Islam” dan terancamnya “demokrasi” dalam konteks ini? Kelompok yang dicap teroris hendak mendirikan negara Islam, dan SBY sendiri memberikan prespektifnya bahwa wacana negara Islam bagi Indonesia sudah menjadi sejarah masa lalu? Begitu juga, tentang ancaman kelompok tersebut terhadap kelangsungan demokrasi, atau di sesi lain SBY menempatkan dirinya sebagai obyek yang terancam dan pernah mengkaitkan kelompok terorisme terhadap kelangsungan pemilu di tahun 2009. Ambigu bukan?atau mungkin ada tafsiran lain tentang politik versi presiden SBY?
Keempat; kalau SBY menjelaskan kasus ini adalah kejahatan dan tidak terkait dengan agama.Maka ada pertanyaan penting, kenapa SBY tidak pernah menegur insan media yang sedemikian rupa membangun opini dan persepsi masyarakat secara kontinyu dan simultan yang menstigmatisasi Islam dengan teroris? Contoh terbaru Upaya membangun stigma negatif terhadap Islam. Salah satunya tampak dari pemberitaan detik.com dengan judul : Penggerebekan Teroris di Bandung, Ditemukan Lembaran Kertas Arab Gundul Soal Hijrah dan Jihad. Detik.com (8/8) melaporkan dalam mobil milik Fahri, yang ditangkap Densus 88 karena diduga teroris, ditemukan ceceran kertas berisi tulisan arab gundul, antara lain soal kumpulan fatwa Ibnu Taimiyyah soal jihad, hijrah, dan dakwah. Lebih lanjut dilaporkan, ceceran kertas itu ada yang berupa tulisan tangan dan berupa print out, dengan beragam ukuran. Semua berisi tulisan arab gundul. Terdapat empat lembar kertas print out arab gundul merupakan kumpulan fatwa Ibnu Taimiyyah soal jihad, hijrah, dan dakwah.Hal ini merupakan upaya membangun citra negatif terhadap syariah Islam. Contoh lain, mantan PM Inggris Tony Blair, di hadapan Konggres Partai Buruh pernah menyatakan Islam sebagai ideologi iblis (BBC News, 16 Juli 2005) dengan ciri-ciri : (1) ingin mengeliminasi Israel ; (2) menjadikan syariat Islam sebagai sumber hukum ; (3) menegakkan khilafah ; (4) bertentang dengan nilai-nilai liberal.Hal senada direkomendasikan Cheryl Benard. Usulannya ada beberapa ide yang harus terus menerus diangkat untuk menjelekkan citra Islam : prihal demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, keadilan Islam, minoritas, pakaian wanita, dan kebolehan suami untuk memukul istri. (Civil democratic Islam, partners , resources, and strategies, the Rand Corporation )
Dan apakah presiden SBY tidak pernah merasa adanya fakta pengkambing hitaman Islam dan kaum muslimin dalam persoalan ini? seharusnya SBY sadar, betapa umat Islam di Indonesia nyaris tidak bisa memberikan pembelaan, bahkan menerima kekalahan (apologis) dengan istilah teroris itu yang identik dengan; orang berjenggot, celana cingkrang, gamis, cadar, jidat hitam, orang yang sering aktif kemasjid, pengajian-pengajian kecil (usroh/halqoh/liqo’), pesantren, atau aktifis yang mengusung penegakkan syariat dalam koridor negara, atau ketika menempatkan AS adalah musuh Islam.Ini peran media, jelas-jelas mengkaitkan agama dengan isu teroris.Lebih jauh, kalau mau jujur, bukankah ketika pihak penegak hukum dan lebih khusus Den88 atau satgas anti teror lainya ketika melakukan pemetaan (maping) tentang ancaman baik dalam kontek global atau lokal (Indonesia) maka kesimpulanya adalah Islam sebagai ancaman?lebih spesifik Islam Ideologis, atau gerakan-gerakan dan kelompok-kelompok yang mengusung Islam sebagai ideologi. Lantas bagaimana bisa SBY mengatakan bahwa perkara terorisme tidak terkait agama? Sangat aneh bukan?
Kelima; di institusi yang terkait dengan proyek kontra-terorisme dibawah kementerian PolHukam terlihat paradigma yang dibangun ketika berbicara tentang terorisme selalu dikaitkan dengan pemahaman agama yang di anggap radikal dan fundamentalis. Karenanya perlu langkah-lengkah de-radikalisasi dengan beberapa strategi yang softh. Misalkan dengan mengarusutamakan tokoh-tokoh Islam moderat, menggalakkan interfaith dialog (dialog antar iman), diterbitkannya buku-buku yang moderat dan merubah kurikulum pesantren atau sekolah, masih banyak strategi lainya yang semuanya dianggap bisa mempertahankan format Indonesia yang pluralis, liberal, demokratis yang berdiri diatas ideologi kapitalis-sekuler. Maka bagaimana SBY menjelaskan ini semua? Rakyat semua ingat, sikap yang ditampilkan SBY dihadapan publik selama ini adalah mengedepankan dialog dalam menyelesaikan persoalan lantas bagaimana dengan persoalan teroris? Beranikah SBY dialog dan debat terbuka dengan kelompok-kelompok yang di cap radikal dan fundamentalis untuk bicara problem kenegaraan dan politik secara fair dalam rangka mencari solusi terbaik untuk Indonesia? Sehingga SBY dan jajaran dibawahnya tidak selalu su’udzan dengan apa yang diperjuangkan oleh kelompok tersebut.
Sekali lagi, wajar kalau akhirnya presiden SBY dianggap sangat ambigu dalam kasus “terorisme” ini atau bahkan terkesan mau “cuci tangan”. Semoga semua pemimpin institusi yang terlibat proyek kontra-terorisme itu kalau mereka orang muslim, maka masih tersisa iman dan Islamnya, hingga sadar tidak ada satupun perkataan yang keluar dari mulut mereka kecuali ada dua Malaikat yang mencatatnya dan hisab Allah SWT adalah seadil-adil hisab.umat Islam Indonesia butuh pemimpin yang bisa melindungi agama dan harga dirinya,dan bukan sebaliknya; pemimpin yang jadi “hamba” dari penguasa negara-negara kafir imperialis dan mendzalimi umatnya. Wallahu a’lam bisshowab.[]
sumber :
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/08/12/sikap-ambigu-presiden-sby-soal-terorisme-aneh/
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/08/12/sikap-ambigu-presiden-sby-soal-terorisme-aneh/

Inilah Kronologi Terorisasi Aceh yang Dipakai untuk Menjerat Ba'asyir

Inilah Kronologi Terorisasi Aceh yang Dipakai untuk Menjerat Ba'asyir
Penangkapan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dikaitkan dengan tudingan terlibat kegiatan terorisme di Aceh. Inilah kronologi terorisasi di Aceh yang didalangi oleh seorang desertir Brimob:
DESEMBER 2008
Israel melakukan agresi terhadap Gaza untuk yang kesekian kalinya tepatnya 27 Desember 2008 sampai 18 Januari 2009. Dalam serangan agresi ini, Israel menggunakan bom phosphor dan senjata kimia lainnya yang melanggar hukum internasional. Atas serangan agresi membabi-buta tersebut dunia merespon dengan mengeluarkan kecaman. Dunia Islam khususnya memberikan reaksi yang keras atas agresi tersebut. FPI sebagai ormas Islam yang berkedudukan di Indonesia merespon dengan mengumumkan membuka posko-posko untuk pendaftaran mujahidin guna dikirim ke Gaza.
JANUARI 2009
FPI Aceh sebagai salah satu ujung tombak dalam organisasi adalah salah satu yang menjadi pelaksana dari program rekruitmen mujahidin tersebut. Secara resmi, DPD FPI Aceh membuka posko pendaftaran pada tanggal 10 Januari 2009, bertempat di Mushola Nurul Muttaqin, desa Bathoh Banda Aceh dan Pondok Pesantren Darul Mujahidin Lhokseumawe.
Dari hasil pendaftaran tersebut berhasil menjaring sebanyak 125 orang mujahidin untuk dilatih dan kemudian bila memenuhi kriteria dan sesuai kemampuan yang dimiliki organisasi akan diberangkatkan ke Gaza. Pelatihan dilaksanakan pada tanggal 23-27 Januari 2009 di pesantren Darul Mujahidin Lhokseumawe. Pelatihan tersebut berlangsung terbuka dan mendapat liputan dari media lokal khususnya.
…Instruktur dalam pelatihan tersebut adalah seorang yang menawarkan diri untuk menjadi pelatih yaitu Sofyan Tsauri, deserter Polisi…
Instruktur dalam pelatihan tersebut adalah seorang yang menawarkan diri untuk menjadi pelatih yaitu Sofyan Tsauri, deserter Polisi yang pernah bertugas di Polda Jabar.
FEBRUARI 2009
Para peserta pelatihan di Aceh, yang berjumlah lebih kurang 15 orang datang ke Jakarta untuk persiapan berangkat ke Gaza.
15 Februari 2009, sebagian peserta pelatihan di Aceh yang tengah berada di Jakarta, secara individual tanpa diketahui pimpinan rombongan pergi ke Depok menemui mantan pelatih mereka yaitu Sofyan Tsauri.
21 Februari 2009, selesai persiapan untuk keberangkatan ke Gaza yang ditunda karena berbagai alasan, salah satunya serangan Israel atas Gaza telah berhenti, para mujahidin diminta untuk pulang terlebih dahulu ke Aceh, menunggu instruksi dan perkembangan situasi di Gaza lebih lanjut.
Dari 15 orang mujahidin yang datang ke Jakarta, 5 orang pulang ke Aceh dan 10 orang secara diam-diam, tanpa pemberitahuan ke DPP FPI, pergi ke Depok, rumah tempat tinggal Sofyan Tsauri, mantan pelatih mereka di Aceh.
10 orang tersebut tinggal selama lebih kurang 1 bulan di rumah Sofyan Tsauri dengan biaya yang sepenuhnya ditanggung oleh Sofyan Tsauri, termasuk uang saku dan biaya makan serta kebutuhan lainnya.
…Selama kurun waktu satu bulan, 10 orang yang berasal dari Aceh tersebut dilatih dan diindoktrinasi oleh Sofyan Tsauri yang membolehkan cara-cara perampokan untuk membiayai jihad…
FEBRUARI-MARET 2009
Selama kurun waktu akhir Februari hingga akhir Maret 2009, 10 orang yang berasal dari Aceh tersebut dilatih dan diindoktrinasi oleh Sofyan Tsauri. Adapun salah satu bentuk indoktrinasi tersebut adalah membolehkan cara-cara perampokan untuk membiayai jihad, menyebarkan kebencian dan permusuhan semata-mata atas dasar orang asing.
Adapun pelatihan yang dilakukan adalah melakukan pelatihan menembak dengan menggunakan peluru tajam (peluru asli) di dalam Markas Komando Brimob Kelapa Dua. Masing-masing peserta pelatihan diberikan sekitar 30 hingga 40 peluru tajam untuk latihan menembak tersebut.
Peserta latih juga diberikan uang saku perminggu selama proses pelatihan tersebut.
…Adapun pelatihan yang dilakukan adalah menembak dengan menggunakan peluru tajam asli di dalam Markas Brimob Kelapa Dua…
Dari informasi yang didapatkan peserta latih, Sofyan Tsauri ini secara sengaja meletakkan surat pemecatan dari kepolisian untuk dibaca oleh peserta latih, yang berisi bahwa yang bersangkutan dipecat karena terlibat dalam kegiatan jihad, melakukan poligami dan jarang masuk kerja.
JANUARI 2010
6 orang dari 10 orang yang mengikuti pelatihan di Depok, kediaman Sofyan Tsauri, ikut serta dalam pelatihan militer di Jantho Aceh Besar. Pelatihan kali ini juga difasilitasi oleh Sofyan Tsauri.
FEBRUARI 2010
Pelatihan militer di Jantho Aceh Besar disergap oleh aparat keamanan.
MEI 2010
Pelatihan Militer di Jantho Aceh Besar dihubungkan dengan penggerebekan kelompok Dulmatin di Pamulang, dan diekspos oleh kepolisian dan media massa sebagai pelatihan untuk persiapan kegiatan terorisme. [taz/SI]
Kirim Tulisan ini ke kawanmu
sumber : http://voa-islam.com/news/indonesia/2010/08/13/9145/inilah-kronologi-terorisasi-aceh-yang-dipakai-untuk-menjerat-ba'asyir/
__._,_.___

Jihad Melawan Kapitalisme

wirawan

NB:
Saya pribadi tidak setuju dengan judul ini. Karena mereduksi makna jihad fisabilillah yang menurut syariat berarti qital (perang). Lebih tepat bila diganti “Bersungguh-sungguh Melawan Kapitalisme”.

Kelantan, Malaysia, 30 Juli 2010
Jihad Melawan Kapitalisme
Umar Ibrahim Vadillo - World Islamic Mint-World Islamic Trading Organization

Banyak orang enggan memikirkan sistem kehidupan yang melingkupi dirinya


Banyak orang enggan memikirkan sistem kehidupan yang melingkupi dirinya. Kesibukan mengejar kesejahteraan hidup telah membuat kita tidak peduli menggugat sistem ekonomi kapitalisme yang terus menjerat kita kepada perbudakan. Tapi tidak dengan Umar Ibrahim Vadillo. Muslim asal Spanyol ini gigih memperjuangkan ide antikapitalisme yang telah membuat umat Islam terpuruk.

"Kapitalisme dan para pelakunya adalah anti-Islam. Makin lama menerapkan sistem kapitalisme dalam kehidupan, kita akan makin menjauh meninggalkan Islam," paparnya kepada Ahmad Taufiq Abdurrahman dan Fathurroji dari Majalah Gontor beberapa waktu lalu di sela-sela kunjungannya ke Indonesia. Berikut petikan wawancara dengan penulis buku The End of Economic itu:
Anda seorang insinyur, mengapa tertarik menekuni ekonomi Islam?
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang paling simpel. Dalam ilmu ekonomi tidak ada hal yang sifatnya ilmiah. Walau ada beberapa bagian yang menuntut kajian ilmiah, tapi itupun hanya kepura-puraan untuk dianggap ilmiah. Seperti andai saya menggali ilmu logika, ilmu ekonomi hanya menjadi bagian paling dasar. Bahkan, ilmu ekonomi dapat dinggap sebagai ilmu yang tidak berlogika, tidak rasional, cenderung salah, atau dalam aspek lain menjadi ortodoks layaknya sebuah agama, seperti saat mereka menggunakan dokumen. Dan ini sangat bertentangan dengan metodologi ilmiah.
Ilmu ekonomi Islam banyak disalahtafsirkan, seperti layaknya menafsirkan komunisme Islam. Kita tidak dapat meletakkan Islam berpaduan dengan ideologi lain untuk diyakini. Yang harus kita lakukan adalah mencari model yang tepat untuk isu ini. Kita harus bisa mencari tahu tentang pemikiran Islam sesungguhnya, baru kemudian kita coba ciptakan model perdagangan dan ekonomi yang dikehendaki Islam. Inilah yang saya lakukan. Saya tidak ingin generasi mendatang mempraktikkan islamisasi kapitalisme, seperti islamisasi perbankan, asuransi, kartu kredit, atau bursa saham untuk menjadi Islam.

Apakah ide ini menghendaki perubahan seluruh sistem yang sudah mapan saat ini?
Ide ini seperti layaknya islamisasi yang telah banyak dilakukan oleh beberapa kalangan kaum modernis, seperti Ikhwanul Muslimin atau Jamaah Islamiah yang saya anggap modernis dalam hal ini. Islamisasi yang dilakukan para praktisi perbankan bukanlah berarti ingin mereformasi kapitalisme dan mendekatkannya kepada Islam. Islamisasi yang mereka maksud adalah justru ingin mereformasi Islam agar dapat didekatkan kepada kapitalisme. Karena baik secara lembaga maupun sistem, dunia perbankan tetaplah kapitalistik. Mereka tidak pernah berusaha menciptakan model ekonomi Islam. Bahkan, menurut mereka, ekonomi Islam itu sebenarnya tidak pernah ada.
Isu tentang dinar, dirham, syirkah tidak pernah didengar oleh generasi kita karena para praktisi perbankan hanya berusaha mengislamkan perbankan, maupun mengislamkan asuransi hanya untuk mencegah ancaman inflasi. Ironisnya, para ulama besar dan tokoh Muslim malah menarik umat Islam ke dalam jerat kapitalisme, seperti Yusuf Qaradhawi, Hasan Al Banna, atau beberapa ulama yang dianggap sebagai modernis sekalipun. Mereka menganggap diri sebagai reformis dan petinggi perubahan dalam Islam, dan apa yang kami lakukan dianggap sebagai gerakan mundur bagi Islam. Tapi sesungguhnya yang mereka lakukan adalah membuat kehancuran Islam hingga akarnya.
Padahal yang seharusnya diterapkan adalah muamalat. Karena muamalat merupakan perilaku ekonomi Islam sesungguhnya dan sudah menjadi patron dalam berbagai aspek ekonomi Islam. Baik dalam jual beli, wakaf, zakat, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Hal yang saya lakukan, malah justru dianggap tradisional, dan benar-benar terhancurkan. Seperti di sini (Jakarta), Anda memiliki supermarket, semua orang dapat begitu mudah menerima kehadiran Carrefour, dan berlapang menerima dolar serta menolak dinar maupun dirham. Semua hal-hal dasar dalam eonomi Islam kini benar-benar telah terlupakan. Bukankah yang diterapkan semua ini adalah kapitalisme, dan para kapitalis adalah kaum kafir? Tapi, merekalah yang mengelola ini semua.

Kalau begitu kita sulit mengubahnya?
Bagaimana dapat dianggap sulit? Memulainya adalah dengan mengembalikan semuanya kepada penggunaan dinar. Saya ingat cerita tentang Jalaluddin Ar-Rumi yang pernah didatangi seseorang dan mengatakan bahwa segala yang halal adalah tidak mungkin (sulit) didapat. Rumi memperhatikan lelaki itu yang dirasanya seperti seorang hipokrit. Rumi lantas menjawab: "Bagaimana mungkin Allah menciptakan sesuatu yang halal lalu tidak mungkin engkau wujudkan?" Jadi, Allah telah menciptakan sesuatu yang halal untuk menjadi sesuatu yang mudah diwujudkan dan dicapai.
Saya rasa lelaki itu tidak mengerti akan makna sesuatu yang halal. Lihatlah ini [Vadillo memperlihatkan uang rupiah logam dan kertas], sebenarnya ini hanyalah ilusi. Begitu banyak orang berlomba meraih kertas dan ilusi ini. Mereka seperti terhipnotis untuk meraih secarik kertas yang tidak berguna ini. Kita seperti bertindak untuk menggapai sesuatu yang tidak ada (nyata). Bahkan, kita rela mengorbankan hidup, kehormatan dan tujuan hidup kita hanya untuk lembaran kertas yang tidak berharga ini, lantas membiarkan kaum kafir mengontrol kita dengannya.
Apakah itu Islam? Bukankah Islam adalah agama pencerah dan telah mengajarkan kita untuk mengerti banyak hal? Lantas bagaimana para ulama dan cendekiawan menyikapi ini? Andai mereka terus mendorong dan membiarkan tindakan kriminal terhadap alam seperti yang mereka lakukan ini, maka Allah dengan segala kuasa-Nya akan murka. Karena Dia telah mengharamkan riba, sedangkan para ulama dan cendekiawan malah membiarkannya?

Lalu bagaimana membangun kesadaran masyarakat bahwa apa yang telah mereka makan dan gunakan selama ini adalah riba?
Mengapa kita tidak tahu? Itulah inti pemikiran saya. Kita menjadi tidak tahu karena kita telah dibuat bisu.

Oleh siapa?
Oleh seluruh generasi Islam. Coba perhatikan semua bank Islam, para praktisinya telah melakukan tindak kriminal melebihi yang dilakukan kaum kafir. Bukan hanya karena mereka telah melakukan riba persis seperti bank-bank lainnya, tapi karena mereka malah menghalalkan praktik ini. Ini menandakan mereka telah melakukan dua kejahatan. Dan ironisnya, seluruh negeri Islam menerima tindakan ini.
Bukankah tindakan mereka ini merupakan upaya tranformasi sistem kapitalisme yang ada hingga bisa relevan dengan Islam?
Bukan. Mereka bukan berupaya mentrasformasi kapitalisme ke dalam Islam, tetapi mereka justru mengarahkan Islam ke dalam kapitalisme. Selama bank Islam masih ada, maka kapitalisme pun akan terus ada. Bahkan kini, bank-bank konvensional, seperti City Bank, UBS, dan bank-bank lain sudah memiliki jaringan perbankan Islam.
Lihatlah yang mereka lakukan ini. Pahamkah Anda mengapa mereka menolak menggunakan dinar? Karena dinar dan dunia perbankan layaknya air dan api. Ketika penggunaan dinar diperkenalkan, maka perbankan Islam dan perbankan secara umum akan hancur. Karena itulah mereka berupaya menarik semua orang menuju kapitalisme.
Jadi, yang ada dalam perbankan Islam sebenarnya murni bisnis. Dan pola yang dilakukan adalah anti-Islam, saya istilahkan dengan double haram banking. Ini sulit dibendung karena pemasaran yang begitu kuat.

Lantas bagaimana cara mengenyahkan itu semua?
Kita dapat memulainya dengan menggunakan sesuatu yang halal dulu, lalu akan tumbuh kebutuhan akan sesuatu yang halal itu seperti kebutuhan kita kepada Allah SWT. Ketika hendak mengerjakan shalat, kita pun tidak perlu terlebih dulu bertanya kepada seorang alim dalam bidang agama, karena kita memang telah diwajibkan untuk mengerjakannya.
Untuk menggunakan dinar, kita dapat memulainya dengan membuat komunitas pengguna dinar dan melakukan berbagai transaksi dengan dinar. Ketika menggunakan dinar dalam transaksi, kita hanya berurusan dengan diri kita sendiri, dan tidak tergantung kepada bank sentral atau orang lain.
Banyak orang beranggapan penggunaan dinar justru akan merepotkan karena harus membawa koin ke mana-mana?
Andai itu alasannya, apakah kita harus merasa nyaman melakukan sesuatu yang haram? Isunya bukanlah ide ini layak praktik atau tidak. Yang harus dikaji adalah makna-makna tersirat dari ajaran menggunakan dinar. Kita tidak bisa mempertanyakan mengapa kita harus shalat Maghrib tiga rakaat. Karena andai itu bisa dipertanyakan maka akan muncul keberatan untuk melakukannya, atau ada orang memilih untuk melakukan hanya dua rakaat atau lain sebagainya.
Yang harus dipahami makna di balik penggunaan uang yang justru membuat kaum kafir dapat mengontrol kita. Hanya dengan memproduksi tumpukan kertas (dolar), Amerika dapat membeli banyak hal tanpa perlu bekerja. Yang mereka butuhkan hanya membuat seluruh dunia terhipnotis dengan sistem yang mereka terapkan. Dengan menghipnotis orang-orang maka mereka mampu menutupi wawasan ma'rifah). Jika ini terus terjadi, maka orang-orang tidak akan pernah mencapai wawasan ketuhanan (ma'rifatullah), karena yang mereka takutkan hanyalah urusan dunia.
Mereka ditunjang dengan sosok para pemimpin yang tidak tercerahkan yang menolak membicarakan urusan ini. Kita tidak perlu menunggu untuk mengubah sesuatu yang keliru.
Jadi yang sangat berperan mengubah ini semua adalah penguasa? Betul.
Apa beda kapitalisme dengan Islam?
Kapitalisme adalah agama yang dianut baik oleh orang-orang Kristen, Hindu, Islam, Yahudi, atau lainnya. Semua orang kini menggunakan sistem transaksi yang sama yakni kapitalisme, walau menggunakan ATM, warna kertas, angka maupun logam yang berbeda. Kapitalisme dianggap sebagai sesuatu yang tidak boleh dipertanyakan, harus dianggap sebagai sesuatu yang ortodoks. Kita tidak dapat pergi ke bank dan berkata: "Maaf saya tidak mau menerima bunga dari Anda karena saya agnostik." Mungkin selepas itu Anda akan dimasukkan ke dalam bui. Karena itu kapitalisme harus kita perangi.
Memerangi kapitalisme mungkin dapat dikategorikan sebagai jihad?
Saat ini memang hanya ada satu jihad yaitu melawan kapitalisme. Mungkin kaum Muslim tidak mampu membebaskan Palestina selama kapitalisme masih menyelubungi kita.
Indonesia sebenarnya negara merdeka, tapi kenyataannya justru dikontrol oleh "tangan-tangan mahir" kapitalisme. Itulah alasan saya mengunjungi Indonesia, karena kapitalisme telah begitu kuat mencekik Indonesia di berbagai aspeknya. Coba perhatikan mata uang Anda, mungkinkah Anda menyatakan bahwa mata uang itu sebagai sesuatu yang nyata? Terlebih dibandingkan dengan koin emas?

Tiga tahun lalu, dinar emas berada pada kisaran tiga hingga empat ribu rupiah, namun lihat kini, harganya telah mencapai delapan ribu rupiah. Andapun merugi 70% selama tiga tahun ini. Karena, mata uang yang Anda gunakan itu terbuka terhadap inflasi. Begitulah cara kapitalisme mengontrol Anda. Karena itu, kapitalisme adalah bahaya besar layaknya mulut singa yang menganga, bahayanya melebihi gigitan nyamuk di tubuh Anda.
Coba perhatikan lagi, rupiah yang beredar di bank, bukanlah rupiah dalam bentuk kertas, tetapi hanya berbentuk rupiah elektronik. Semuanya berputar dalam sistem perbankan.
Perbandingan antara elektronik dan rupiah fisik sekitar 1:40 atau 1:50. Ini berarti kira-kira setiap satu uang kertas yang ada memiliki perputaran 40 atau 50 uang elektronik. Dan semua uang ini sifatnya kredit, yang dibuat oleh sistem perbankan. Setiap kali mereka mengeluarkan tiga triliun rupiah, mereka pun kemudian akan menambah tiga triliun rupiah dalam perputaran uang nasional. Karena itulah setiap kali Anda membeli sesuatu dengan rupiah Anda, maka setiap kali itu pula nilai rupiah Anda menurun.
Makanya, jika makin banyak, maka valuable akan berhenti, dan ketika Anda menggandakan jumlah uang yang bersirkulasi, maka nilai mata uang Anda akan menurun hingga setengahnya. Memperbanyak uang yang beredar, bukan akan membuat Anda menjadi kaya, tetapi justru membuat nilai uang Anda akan kian menurun. Begitulah dalam hitungan matematika dasarnya.
Lalu apakah yang akan terjadi kemudian?
Setelah pemerintah menciptakan kembali uang seharga tiga triliun rupiah, menurut saya itu diambil dari uang kita semua. Ironisnya, tiga triliun yang diciptakan itu justru lari kepada para konglomerat.

Coba lihat, uang yang diambil dari kumpulan uang seluruh masyarakat di Nusantara, lalu kemudian hanya diberikan kepada segelintir orang yang justru memiliki uang. Karena, jika Anda ingin meminjam tiga triliun rupiah, pastilah Anda tidak akan mampu. Sebab Anda harus memiliki uang tiga triliun lain sebagai jaminan pengganti (pailit).
Begitulah yang terjadi berulang-ulang. Dari situlah maka terjadi ketidakstabilan nilai uang. Banyak orang bertanya mengapa ini terjadi. Itu terjadi karena kapitalisme telah menciptakan ketidakstabilan. Di sisi lain, kaum Muslim yang seharusnya mengatakan pola ini adalah pola kriminal, justru malah mengatakan bahwa inilah pola yang islami.
Jika demikian, yang jadi masalah pokok adalah kapitalisme, bukan masalah uang. Jika akan mangubahnya berarti kita harus mengubah sistemnya dulu. Menurut Anda?
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa dalam sistem kapitalisme ini ada sesuatu yang keliru. Namun, selama kita menganggapnya sebagai sesuatu yang islami, maka tentu tidak akan menjadi masalah untuk dibahas. Kita tidak sadar tengah berada di hadapan seekor harimau yang hendak menerkam. Bahkan kita menganggap harimau itu sebagai kawan, walau ia akan memakan tubuh kita.
Islam memiliki model sistem ekonomi sendiri yang hampir 1400 tahun silam telah dipergunakan. Bahkan, secara lembaga pun sistem ekonomi Islam telah pernah ada beserta pilar-pilarnya.

Bisa Anda jelaskan?
Dinar menjadi hal terpenting dalam pilar ini. Lalu pasar (market place) yang bukan seperti mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Pasar dalam Islam bentuknya terbuka untuk semua pedagang dari segala kalangan. Bahkan dari luar negeri. Karenanya, dalam pasar ala Islam akan selalu ada lokasi terbuka untuk para pedagang yang datang dari luar negeri guna memasarkan dagangan mereka secara langsung dan bebas.
Pasar adalah fundamental. Problem besar yang dihadapi para petani adalah penjualan atau perdagangan. Tapi yang kini terjadi, para pedagang di pinggir jalan seperti meminta-minta untuk mendapatkan tempat berjualan. Ini terjadi karena model perdagangan ala Islam telah dilupakan, dikubur dan dikunci selama ratusan tahun.
Banyak orang beranggapan, jika kita kembali menggunakan sistem ini, berarti kita mundur dalam melangkah?
Mereka berkata demikian karena ego. Penggunaan dinar akan membuat kita maju. Penggunaan rupiah yang akan membuat kita mundur.
Inilah masa kegelapan kapitalisme. Orang-orang dibutakan untuk menyatakan bahwa menggunakan segala sesuatu (selain kapitalisme) adalah sebuah kemunduran. Inilah propaganda untuk menumbuhkan keyakinan bahwa Islam justru akan membawa kemunduran dan peradaban Barat adalah kemajuan. Padahal sebenarnya, dengan kapitalisme akan membuat kita seperti hidup di neraka. Kita akan menemui banyak ketidakadilan, ketidakstabilan. Karena semua itu melawan kehendak Allah SWT. Kita tidak akan mendapatkan berkah selama menggunakan kapitalisme yang berbaur riba ini.
Ketika Allah menyingkirkan berkah dalam hidup kita, maka kita akan buta akan segalanya. Yang ada dalam diri kita hanya rasa takut. Bahkan kita akan menjadi lebih hina daripada binatang. Kita akan menjadi seperti anjing buta nan bodoh di tengah jalan.n
Umar brahim Vadillo dikenal sebagai "Father of Dinar". Ia lahir pada 1964 di Spanyol dari keluarga Katolik Ortodoks. Alumnus Abraham Engineering dengan kekhususan Economic Engineering ini tercerahkan memeluk Islam pada 1996. Walau lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga Kristen, tapi Vadillo mengaku ia hanya penganut Kristen secara budaya dan tidak mengimaninya.
Sebelum memeluk Islam, Vadillo pernah masuk dalam komunitas anarkis berlatar belakang politis yang berslogan "Tidak ada tuhan" atau ibarat "la ilaha" tanpa "Allah".
Pada 1999, ayah sembilan anak ini menulis buku Islamic Critique of Economic. Dalam buku itu Vadillo menegaskan, upaya umat Islam untuk mengislamkan perbankan sama seperti upaya mengislamkan wiski. Vadillo menganggap mereka telah salah jalan. Inilah yang menginspirasinya menulis buku The End of Economic.
http://www.wakalanusantara.com/detilurl/Jihad.Melawan.Kapitalisme/454/id