Friday, August 20, 2010

Jihad Melawan Kapitalisme

wirawan

NB:
Saya pribadi tidak setuju dengan judul ini. Karena mereduksi makna jihad fisabilillah yang menurut syariat berarti qital (perang). Lebih tepat bila diganti “Bersungguh-sungguh Melawan Kapitalisme”.

Kelantan, Malaysia, 30 Juli 2010
Jihad Melawan Kapitalisme
Umar Ibrahim Vadillo - World Islamic Mint-World Islamic Trading Organization

Banyak orang enggan memikirkan sistem kehidupan yang melingkupi dirinya


Banyak orang enggan memikirkan sistem kehidupan yang melingkupi dirinya. Kesibukan mengejar kesejahteraan hidup telah membuat kita tidak peduli menggugat sistem ekonomi kapitalisme yang terus menjerat kita kepada perbudakan. Tapi tidak dengan Umar Ibrahim Vadillo. Muslim asal Spanyol ini gigih memperjuangkan ide antikapitalisme yang telah membuat umat Islam terpuruk.

"Kapitalisme dan para pelakunya adalah anti-Islam. Makin lama menerapkan sistem kapitalisme dalam kehidupan, kita akan makin menjauh meninggalkan Islam," paparnya kepada Ahmad Taufiq Abdurrahman dan Fathurroji dari Majalah Gontor beberapa waktu lalu di sela-sela kunjungannya ke Indonesia. Berikut petikan wawancara dengan penulis buku The End of Economic itu:
Anda seorang insinyur, mengapa tertarik menekuni ekonomi Islam?
Ilmu ekonomi adalah ilmu yang paling simpel. Dalam ilmu ekonomi tidak ada hal yang sifatnya ilmiah. Walau ada beberapa bagian yang menuntut kajian ilmiah, tapi itupun hanya kepura-puraan untuk dianggap ilmiah. Seperti andai saya menggali ilmu logika, ilmu ekonomi hanya menjadi bagian paling dasar. Bahkan, ilmu ekonomi dapat dinggap sebagai ilmu yang tidak berlogika, tidak rasional, cenderung salah, atau dalam aspek lain menjadi ortodoks layaknya sebuah agama, seperti saat mereka menggunakan dokumen. Dan ini sangat bertentangan dengan metodologi ilmiah.
Ilmu ekonomi Islam banyak disalahtafsirkan, seperti layaknya menafsirkan komunisme Islam. Kita tidak dapat meletakkan Islam berpaduan dengan ideologi lain untuk diyakini. Yang harus kita lakukan adalah mencari model yang tepat untuk isu ini. Kita harus bisa mencari tahu tentang pemikiran Islam sesungguhnya, baru kemudian kita coba ciptakan model perdagangan dan ekonomi yang dikehendaki Islam. Inilah yang saya lakukan. Saya tidak ingin generasi mendatang mempraktikkan islamisasi kapitalisme, seperti islamisasi perbankan, asuransi, kartu kredit, atau bursa saham untuk menjadi Islam.

Apakah ide ini menghendaki perubahan seluruh sistem yang sudah mapan saat ini?
Ide ini seperti layaknya islamisasi yang telah banyak dilakukan oleh beberapa kalangan kaum modernis, seperti Ikhwanul Muslimin atau Jamaah Islamiah yang saya anggap modernis dalam hal ini. Islamisasi yang dilakukan para praktisi perbankan bukanlah berarti ingin mereformasi kapitalisme dan mendekatkannya kepada Islam. Islamisasi yang mereka maksud adalah justru ingin mereformasi Islam agar dapat didekatkan kepada kapitalisme. Karena baik secara lembaga maupun sistem, dunia perbankan tetaplah kapitalistik. Mereka tidak pernah berusaha menciptakan model ekonomi Islam. Bahkan, menurut mereka, ekonomi Islam itu sebenarnya tidak pernah ada.
Isu tentang dinar, dirham, syirkah tidak pernah didengar oleh generasi kita karena para praktisi perbankan hanya berusaha mengislamkan perbankan, maupun mengislamkan asuransi hanya untuk mencegah ancaman inflasi. Ironisnya, para ulama besar dan tokoh Muslim malah menarik umat Islam ke dalam jerat kapitalisme, seperti Yusuf Qaradhawi, Hasan Al Banna, atau beberapa ulama yang dianggap sebagai modernis sekalipun. Mereka menganggap diri sebagai reformis dan petinggi perubahan dalam Islam, dan apa yang kami lakukan dianggap sebagai gerakan mundur bagi Islam. Tapi sesungguhnya yang mereka lakukan adalah membuat kehancuran Islam hingga akarnya.
Padahal yang seharusnya diterapkan adalah muamalat. Karena muamalat merupakan perilaku ekonomi Islam sesungguhnya dan sudah menjadi patron dalam berbagai aspek ekonomi Islam. Baik dalam jual beli, wakaf, zakat, dan berbagai aspek kehidupan lainnya.
Hal yang saya lakukan, malah justru dianggap tradisional, dan benar-benar terhancurkan. Seperti di sini (Jakarta), Anda memiliki supermarket, semua orang dapat begitu mudah menerima kehadiran Carrefour, dan berlapang menerima dolar serta menolak dinar maupun dirham. Semua hal-hal dasar dalam eonomi Islam kini benar-benar telah terlupakan. Bukankah yang diterapkan semua ini adalah kapitalisme, dan para kapitalis adalah kaum kafir? Tapi, merekalah yang mengelola ini semua.

Kalau begitu kita sulit mengubahnya?
Bagaimana dapat dianggap sulit? Memulainya adalah dengan mengembalikan semuanya kepada penggunaan dinar. Saya ingat cerita tentang Jalaluddin Ar-Rumi yang pernah didatangi seseorang dan mengatakan bahwa segala yang halal adalah tidak mungkin (sulit) didapat. Rumi memperhatikan lelaki itu yang dirasanya seperti seorang hipokrit. Rumi lantas menjawab: "Bagaimana mungkin Allah menciptakan sesuatu yang halal lalu tidak mungkin engkau wujudkan?" Jadi, Allah telah menciptakan sesuatu yang halal untuk menjadi sesuatu yang mudah diwujudkan dan dicapai.
Saya rasa lelaki itu tidak mengerti akan makna sesuatu yang halal. Lihatlah ini [Vadillo memperlihatkan uang rupiah logam dan kertas], sebenarnya ini hanyalah ilusi. Begitu banyak orang berlomba meraih kertas dan ilusi ini. Mereka seperti terhipnotis untuk meraih secarik kertas yang tidak berguna ini. Kita seperti bertindak untuk menggapai sesuatu yang tidak ada (nyata). Bahkan, kita rela mengorbankan hidup, kehormatan dan tujuan hidup kita hanya untuk lembaran kertas yang tidak berharga ini, lantas membiarkan kaum kafir mengontrol kita dengannya.
Apakah itu Islam? Bukankah Islam adalah agama pencerah dan telah mengajarkan kita untuk mengerti banyak hal? Lantas bagaimana para ulama dan cendekiawan menyikapi ini? Andai mereka terus mendorong dan membiarkan tindakan kriminal terhadap alam seperti yang mereka lakukan ini, maka Allah dengan segala kuasa-Nya akan murka. Karena Dia telah mengharamkan riba, sedangkan para ulama dan cendekiawan malah membiarkannya?

Lalu bagaimana membangun kesadaran masyarakat bahwa apa yang telah mereka makan dan gunakan selama ini adalah riba?
Mengapa kita tidak tahu? Itulah inti pemikiran saya. Kita menjadi tidak tahu karena kita telah dibuat bisu.

Oleh siapa?
Oleh seluruh generasi Islam. Coba perhatikan semua bank Islam, para praktisinya telah melakukan tindak kriminal melebihi yang dilakukan kaum kafir. Bukan hanya karena mereka telah melakukan riba persis seperti bank-bank lainnya, tapi karena mereka malah menghalalkan praktik ini. Ini menandakan mereka telah melakukan dua kejahatan. Dan ironisnya, seluruh negeri Islam menerima tindakan ini.
Bukankah tindakan mereka ini merupakan upaya tranformasi sistem kapitalisme yang ada hingga bisa relevan dengan Islam?
Bukan. Mereka bukan berupaya mentrasformasi kapitalisme ke dalam Islam, tetapi mereka justru mengarahkan Islam ke dalam kapitalisme. Selama bank Islam masih ada, maka kapitalisme pun akan terus ada. Bahkan kini, bank-bank konvensional, seperti City Bank, UBS, dan bank-bank lain sudah memiliki jaringan perbankan Islam.
Lihatlah yang mereka lakukan ini. Pahamkah Anda mengapa mereka menolak menggunakan dinar? Karena dinar dan dunia perbankan layaknya air dan api. Ketika penggunaan dinar diperkenalkan, maka perbankan Islam dan perbankan secara umum akan hancur. Karena itulah mereka berupaya menarik semua orang menuju kapitalisme.
Jadi, yang ada dalam perbankan Islam sebenarnya murni bisnis. Dan pola yang dilakukan adalah anti-Islam, saya istilahkan dengan double haram banking. Ini sulit dibendung karena pemasaran yang begitu kuat.

Lantas bagaimana cara mengenyahkan itu semua?
Kita dapat memulainya dengan menggunakan sesuatu yang halal dulu, lalu akan tumbuh kebutuhan akan sesuatu yang halal itu seperti kebutuhan kita kepada Allah SWT. Ketika hendak mengerjakan shalat, kita pun tidak perlu terlebih dulu bertanya kepada seorang alim dalam bidang agama, karena kita memang telah diwajibkan untuk mengerjakannya.
Untuk menggunakan dinar, kita dapat memulainya dengan membuat komunitas pengguna dinar dan melakukan berbagai transaksi dengan dinar. Ketika menggunakan dinar dalam transaksi, kita hanya berurusan dengan diri kita sendiri, dan tidak tergantung kepada bank sentral atau orang lain.
Banyak orang beranggapan penggunaan dinar justru akan merepotkan karena harus membawa koin ke mana-mana?
Andai itu alasannya, apakah kita harus merasa nyaman melakukan sesuatu yang haram? Isunya bukanlah ide ini layak praktik atau tidak. Yang harus dikaji adalah makna-makna tersirat dari ajaran menggunakan dinar. Kita tidak bisa mempertanyakan mengapa kita harus shalat Maghrib tiga rakaat. Karena andai itu bisa dipertanyakan maka akan muncul keberatan untuk melakukannya, atau ada orang memilih untuk melakukan hanya dua rakaat atau lain sebagainya.
Yang harus dipahami makna di balik penggunaan uang yang justru membuat kaum kafir dapat mengontrol kita. Hanya dengan memproduksi tumpukan kertas (dolar), Amerika dapat membeli banyak hal tanpa perlu bekerja. Yang mereka butuhkan hanya membuat seluruh dunia terhipnotis dengan sistem yang mereka terapkan. Dengan menghipnotis orang-orang maka mereka mampu menutupi wawasan ma'rifah). Jika ini terus terjadi, maka orang-orang tidak akan pernah mencapai wawasan ketuhanan (ma'rifatullah), karena yang mereka takutkan hanyalah urusan dunia.
Mereka ditunjang dengan sosok para pemimpin yang tidak tercerahkan yang menolak membicarakan urusan ini. Kita tidak perlu menunggu untuk mengubah sesuatu yang keliru.
Jadi yang sangat berperan mengubah ini semua adalah penguasa? Betul.
Apa beda kapitalisme dengan Islam?
Kapitalisme adalah agama yang dianut baik oleh orang-orang Kristen, Hindu, Islam, Yahudi, atau lainnya. Semua orang kini menggunakan sistem transaksi yang sama yakni kapitalisme, walau menggunakan ATM, warna kertas, angka maupun logam yang berbeda. Kapitalisme dianggap sebagai sesuatu yang tidak boleh dipertanyakan, harus dianggap sebagai sesuatu yang ortodoks. Kita tidak dapat pergi ke bank dan berkata: "Maaf saya tidak mau menerima bunga dari Anda karena saya agnostik." Mungkin selepas itu Anda akan dimasukkan ke dalam bui. Karena itu kapitalisme harus kita perangi.
Memerangi kapitalisme mungkin dapat dikategorikan sebagai jihad?
Saat ini memang hanya ada satu jihad yaitu melawan kapitalisme. Mungkin kaum Muslim tidak mampu membebaskan Palestina selama kapitalisme masih menyelubungi kita.
Indonesia sebenarnya negara merdeka, tapi kenyataannya justru dikontrol oleh "tangan-tangan mahir" kapitalisme. Itulah alasan saya mengunjungi Indonesia, karena kapitalisme telah begitu kuat mencekik Indonesia di berbagai aspeknya. Coba perhatikan mata uang Anda, mungkinkah Anda menyatakan bahwa mata uang itu sebagai sesuatu yang nyata? Terlebih dibandingkan dengan koin emas?

Tiga tahun lalu, dinar emas berada pada kisaran tiga hingga empat ribu rupiah, namun lihat kini, harganya telah mencapai delapan ribu rupiah. Andapun merugi 70% selama tiga tahun ini. Karena, mata uang yang Anda gunakan itu terbuka terhadap inflasi. Begitulah cara kapitalisme mengontrol Anda. Karena itu, kapitalisme adalah bahaya besar layaknya mulut singa yang menganga, bahayanya melebihi gigitan nyamuk di tubuh Anda.
Coba perhatikan lagi, rupiah yang beredar di bank, bukanlah rupiah dalam bentuk kertas, tetapi hanya berbentuk rupiah elektronik. Semuanya berputar dalam sistem perbankan.
Perbandingan antara elektronik dan rupiah fisik sekitar 1:40 atau 1:50. Ini berarti kira-kira setiap satu uang kertas yang ada memiliki perputaran 40 atau 50 uang elektronik. Dan semua uang ini sifatnya kredit, yang dibuat oleh sistem perbankan. Setiap kali mereka mengeluarkan tiga triliun rupiah, mereka pun kemudian akan menambah tiga triliun rupiah dalam perputaran uang nasional. Karena itulah setiap kali Anda membeli sesuatu dengan rupiah Anda, maka setiap kali itu pula nilai rupiah Anda menurun.
Makanya, jika makin banyak, maka valuable akan berhenti, dan ketika Anda menggandakan jumlah uang yang bersirkulasi, maka nilai mata uang Anda akan menurun hingga setengahnya. Memperbanyak uang yang beredar, bukan akan membuat Anda menjadi kaya, tetapi justru membuat nilai uang Anda akan kian menurun. Begitulah dalam hitungan matematika dasarnya.
Lalu apakah yang akan terjadi kemudian?
Setelah pemerintah menciptakan kembali uang seharga tiga triliun rupiah, menurut saya itu diambil dari uang kita semua. Ironisnya, tiga triliun yang diciptakan itu justru lari kepada para konglomerat.

Coba lihat, uang yang diambil dari kumpulan uang seluruh masyarakat di Nusantara, lalu kemudian hanya diberikan kepada segelintir orang yang justru memiliki uang. Karena, jika Anda ingin meminjam tiga triliun rupiah, pastilah Anda tidak akan mampu. Sebab Anda harus memiliki uang tiga triliun lain sebagai jaminan pengganti (pailit).
Begitulah yang terjadi berulang-ulang. Dari situlah maka terjadi ketidakstabilan nilai uang. Banyak orang bertanya mengapa ini terjadi. Itu terjadi karena kapitalisme telah menciptakan ketidakstabilan. Di sisi lain, kaum Muslim yang seharusnya mengatakan pola ini adalah pola kriminal, justru malah mengatakan bahwa inilah pola yang islami.
Jika demikian, yang jadi masalah pokok adalah kapitalisme, bukan masalah uang. Jika akan mangubahnya berarti kita harus mengubah sistemnya dulu. Menurut Anda?
Pertama-tama, kita harus menyadari bahwa dalam sistem kapitalisme ini ada sesuatu yang keliru. Namun, selama kita menganggapnya sebagai sesuatu yang islami, maka tentu tidak akan menjadi masalah untuk dibahas. Kita tidak sadar tengah berada di hadapan seekor harimau yang hendak menerkam. Bahkan kita menganggap harimau itu sebagai kawan, walau ia akan memakan tubuh kita.
Islam memiliki model sistem ekonomi sendiri yang hampir 1400 tahun silam telah dipergunakan. Bahkan, secara lembaga pun sistem ekonomi Islam telah pernah ada beserta pilar-pilarnya.

Bisa Anda jelaskan?
Dinar menjadi hal terpenting dalam pilar ini. Lalu pasar (market place) yang bukan seperti mal atau pusat-pusat perbelanjaan. Pasar dalam Islam bentuknya terbuka untuk semua pedagang dari segala kalangan. Bahkan dari luar negeri. Karenanya, dalam pasar ala Islam akan selalu ada lokasi terbuka untuk para pedagang yang datang dari luar negeri guna memasarkan dagangan mereka secara langsung dan bebas.
Pasar adalah fundamental. Problem besar yang dihadapi para petani adalah penjualan atau perdagangan. Tapi yang kini terjadi, para pedagang di pinggir jalan seperti meminta-minta untuk mendapatkan tempat berjualan. Ini terjadi karena model perdagangan ala Islam telah dilupakan, dikubur dan dikunci selama ratusan tahun.
Banyak orang beranggapan, jika kita kembali menggunakan sistem ini, berarti kita mundur dalam melangkah?
Mereka berkata demikian karena ego. Penggunaan dinar akan membuat kita maju. Penggunaan rupiah yang akan membuat kita mundur.
Inilah masa kegelapan kapitalisme. Orang-orang dibutakan untuk menyatakan bahwa menggunakan segala sesuatu (selain kapitalisme) adalah sebuah kemunduran. Inilah propaganda untuk menumbuhkan keyakinan bahwa Islam justru akan membawa kemunduran dan peradaban Barat adalah kemajuan. Padahal sebenarnya, dengan kapitalisme akan membuat kita seperti hidup di neraka. Kita akan menemui banyak ketidakadilan, ketidakstabilan. Karena semua itu melawan kehendak Allah SWT. Kita tidak akan mendapatkan berkah selama menggunakan kapitalisme yang berbaur riba ini.
Ketika Allah menyingkirkan berkah dalam hidup kita, maka kita akan buta akan segalanya. Yang ada dalam diri kita hanya rasa takut. Bahkan kita akan menjadi lebih hina daripada binatang. Kita akan menjadi seperti anjing buta nan bodoh di tengah jalan.n
Umar brahim Vadillo dikenal sebagai "Father of Dinar". Ia lahir pada 1964 di Spanyol dari keluarga Katolik Ortodoks. Alumnus Abraham Engineering dengan kekhususan Economic Engineering ini tercerahkan memeluk Islam pada 1996. Walau lahir dan tumbuh di tengah-tengah keluarga Kristen, tapi Vadillo mengaku ia hanya penganut Kristen secara budaya dan tidak mengimaninya.
Sebelum memeluk Islam, Vadillo pernah masuk dalam komunitas anarkis berlatar belakang politis yang berslogan "Tidak ada tuhan" atau ibarat "la ilaha" tanpa "Allah".
Pada 1999, ayah sembilan anak ini menulis buku Islamic Critique of Economic. Dalam buku itu Vadillo menegaskan, upaya umat Islam untuk mengislamkan perbankan sama seperti upaya mengislamkan wiski. Vadillo menganggap mereka telah salah jalan. Inilah yang menginspirasinya menulis buku The End of Economic.
http://www.wakalanusantara.com/detilurl/Jihad.Melawan.Kapitalisme/454/id

65 Tahun Indonesia Merdeka? (Renungan Hari Kemerdekaan NKRI)

65 Tahun Indonesia Merdeka? (Renungan Hari Kemerdekaan NKRI)
[Al Islam 520] Tak terasa sudah 65 tahun usia “kemerdekaan” Indonesia. Saat ini tak ada lagi Belanda atau Jepang yang menjadi penguasa dan pemerintahnya. Namun, kita patut bertanya: Sudahkah rakyat dan bangsa ini benar-benar merdeka dalam pengertian yang sesungguhnya?
Memang, setiap 17 Agustus upacara pengibaran bendera dilakukan sebagai simbol kemerdekaan. Namun, perubahan nasib rakyat negeri ini ke arah yang lebih baik-antara lain rakyat menjadi sejahtera, adil dan makmur-sebagai cita-cita kemerdekaan masih jauh panggang dari api. Nasib mereka malah makin merana, seperti makin lusuhnya bendera sang saka.
Seharusnya dengan ‘umur kemerdekaan’ yang cukup matang (65th), idealnya bangsa ini telah banyak meraih impiannya. Apalagi segala potensi dan energi untuk itu dimiliki oleh bangsa ini. Sayang, fakta lebih kuat berbicara, bahwa Indonesia belum merdeka dari keterjajahan pemikiran, politik, ekonomi, hukum, budaya, dll. Indonesia belum merdeka dari kemiskinan, kebodohan, kerusakan moral dan keterbelakangan. Singkatnya, Indonesia yang dihuni 237 juta jiwa lebih ini (yang mayoritas Muslim; 87%) masih dalam keadaan terjajah!
Pandangan di atas tentu tak mengada-ada. Sebagai contoh, dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan Harian Kompas, masyarakat menilai banyak aspek dan kondisi makin buruk saja pada saat ini. Misal, pada aspek keadilan hukum mereka menyatakan: 59,3% semakin buruk, 13,4%: tetap, 21,6%: semakin baik. Lalu pada aspek keadilan ekonomi mereka menyatakan: 60,7%: semakin buruk, 15,1%: tetap, 21,1%: semakin baik. Saat berbicara pada aspek peran negara, ternyata kesimpulannya: peran negara tidak memadai!
Lalu terkait kemerdekaan, terlihat jelas bahwa masyarakat memandang Indonesia belum merdeka baik dalam bidang ekonomi (67,5%: menyatakan belum merdeka), politik (48,9%; menyatakan belum merdeka), budaya (37,1%: menyatakan belum merdeka).
Pandangan dan penilaian masyarakat di atas rasanya cukup mewakili pandangan mayoritas rakyat Indonesia. Merekalah yang merasakan langsung atau bahkan menjadi obyek penderita dari keterjajahan di berbagai bidang justru di era “kemerdekaan” saat ini. Jadi, Indonesia merdeka, kata siapa?
Potret Nyata Keterjajahan
Dalam rentang waktu 65 tahun, Indonesia masih menyuguhkan potret kehidupan rakyatnya yang masih memprihatinkan. Dari data BPS yang dibacakan Presiden SBY (16/8), jumlah penduduk Indonesia 2010 adalah 237.556.363 jiwa. Yang masuk kategori miskin lebih dari 100 juta penduduk dengan ukuran pendapatan 2 dolar AS/hari.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengaku tingkat pengangguran terbuka pada Agustus 2009, mencapai 8,96 juta orang atau 7,87 persen dari total angkatan kerja sebanyak 113,83 juta orang. Jumlah itu tentu belum termasuk pengangguran ‘tertutup’ ataupun yang setengah menganggur. Dengan kenaikan tarif dasar listrik baru-baru ini, angka pengangguran diduga akan bertambah I juta orang karena akan banyak industri yang melakukan PHK. Di Ibukota Jakarta saja, lebih dari 73 ribu sarjana saat ini menjadi pengangguran.
Alhasil, pidato kenegaraan oleh Presiden setiap tanggal 17 Agustus menjadi tak berarti, karena hanya menjadi ajang “memuji” keberhasilan semu penguasa dan politik pencitraan. Berbusa-busa Presiden bercerita espektasi RAPBN-2011 dan nota keuangan dengan memaparkan asumsi makro dalam RAPBN 2011: pertumbuhan ekonomi Indonesia 6,1 -6,4%; nilai tukar rupiah Rp 9.100-9.400 perdolar AS; inflasi 4,9-5,3%; dll (berdasarkan data BKF/Badan Kebijakan Fiskal). Pemerintah pun berencana menaikkan kembali gaji pegawai negeri sipil, TNI dan Kepolisian Negara RI serta pensiunan masing-masing 10 persen pada tahun anggaran 2011.
Namun, yang tak bisa diingkari adalah potret kemiskinan rakyat dan keterjajahan mereka di negeri sendiri. Rakyat dihadapkan pada kenaikan harga yang makin tidak terkendali, baik bahan pokok (sembako), pupuk pertanian, biaya pendidikan dan kesehatan yang tinggi, dll. Kebijakan Pemerintah untuk menaikkan TDL baru-baru ini jelas makin mendongkrok kenaikan harga kebutuhan-kebutuhan pokok lainnya.
Tak ketinggalan, APBN yang 70% sumbernya adalah dari pajak rakyat, sebagian besarnya justru tidak kembali kepada rakyat. Pasalnya, sebagian dirampok oleh para koruptor, sebagian untuk membayar utang dan bunganya yang bisa mencapai ratusan triliun, dan sebagian lagi untuk membiayai kebijakan yang tidak pro-rakyat. Sebaliknya, anggaran untuk program-program yang pro-rakyat relatif kecil.
Pemerintah pun terkesan lebih mengutamakan para pemilik modal ketimbang rakyat. Contoh: Pemerintah begitu sigap mengucurkan Rp 6,7 triliun (yang akhirnya di rampok juga) untuk Bank Century; sebaliknya begitu abai terhadap korban Lumpur Lapindo hingga hari ini. Pemerintah pun tega untuk terus mengurangi subsidi untuk rakyat di berbagai sektor: pendidikan, pertanian, kesehatan, BBM dan listrik. Yang terbaru, saat banyak rakyat menjadi korban akibat “bom” tabung gas elpiji, Pemerintah justru berencana mencabut subsidi gas elpiji tabung 3 kg. Artinya, harga gas elpiji tabung 3 kg akan dinaikkan dengan alasan untuk mengurangi kesenjangan (disparitas) harga dengan gas elpiji tabung 12 kg. Kesenjangan harga ini dituding sebagai faktor utama yang mendorong terjadinya banyak pengoplosan gas yang sering merusak katup tabung gas, dan pada akhirnya menimbulkan banyaknya kasus ledakan. Padahal jelas, kebijakan Pemerintah yang memaksa rakyat untuk mengkonversi penggunakan minyak tanah ke gas itulah yang menjadi akar masalahnya.
Dengan menyaksikan sekaligus merasakan fakta-fakta di atas, akhirnya bagi rakyat kebanyakan kemerdekaan menjadi sebatas retorika!
Sekadar Klaim
Di hadapan seluruh anggota DPD dan DPR RI di Gedung DPR/MPR, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010, Presiden SBY mengklaim keberhasilan Pemerintah dalam pelaksanaan demokrasi, termasuk Pemilukada langsung. Namun masalahnya, klaim keberhasilan berdemokrasi tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan yang dirasakan oleh rakyat. Inilah ilusi demokrasi. Seorang gubernur gajinya sekitar Rp 8 juta, walikota sekitar Rp 6 juta. Namun, saat hendak merebut kursi kekuasaan, ongkos politik yang mereka keluarkan bisa mencapai ratusan miliar rupiah. Saat terpilih, mereka dituntut untuk menciptakan pemerintahan yang bersih. Tentu, tuntutan itu menjadi mimpi di siang bolong. Faktanya, kasus korupsi, termasuk di daerah-daerah, meningkat tajam justru sejak penguasa daerah, juga wakil rakyat daerah, dipilih langsung melalui Pemilukada. Pada tahun 2010 saja, Presiden SBY sudah meneken izin pemeriksaan 150 kepala daerah yang tersangkut kasus korupsi. Keadaannya tak jauh berbeda dengan kasus korupsi di pusat kekuasaan, termasuk di DPR, yang notabene lembaga wakil rakyat.
Akar Masalah
Jika kita mau jujur, akar masalah dari semua persoalan di atas ada pada sistem kehidupan yang dipakai oleh Indonesia. Selama 65 tahun “merdeka” negeri ini mengadopsi sistem demokrasi-sekular. Demokrasi pada akhirnya hanya menjadi topeng penjajahan baru atas negeri ini. Pasalnya, melalui sistem dan proses demokrasilah lahir banyak UU dan kebijakan yang justru menimbulkan keterjajahan rakyat di negeri ini. UU KHUP masih warisan penjajah. UU SDA sangat liberal. Demikian pula UU Migas, UU Minerba, UU Kelistrikan, UU Pendidikan, UU Kesehatan dan banyak lagi UU lainnya. Sebagian besar UU yang ada bukan saja tak berpihak kepada rakyat, bahkan banyak yang menzalimi rakyat. Pasalnya, melalui sejumlah UU itulah, sebagian besar sumberdaya alam milik rakyat saat ini justru dikuasai pihak asing. Contoh, kekayaan energi termasuk migas (minyak dan gas) di negeri ini saat ini 90%-nya telah dikuasai perusahaan-perusahaan asing.
Jelas, rakyat negeri ini sesungguhnya masih terjajah oleh negara-negara asing lewat tangan-tangan para pengkhianat di negeri ini. Mereka adalah para komprador lokal yang terdiri dari para penguasa, politikus, wakil rakyat dan intelektual yang lebih loyal pada kepentingan asing karena syahwat kekuasaan dan kebutuhan pragmatisnya. Akibatnya, rakyat seperti “ayam mati di lumbung padi”. Mereka sengsara di negerinya sendiri yang amat kaya. Mereka terjajah justru oleh para pemimpinnya sendiri yang menjadi antek-antek kepentingan negara penjajah.
Kemerdekaan Hakiki
Jelas, kita masih dijajah. Kebijakan ekonomi masih merujuk pada Kapitalisme, ideologi penjajah. Di bidang politik, sistem politik yang kita anut, yakni demokrasi, juga berasal dari negara penjajah. Tragisnya, demokrasi menjadi alat penjajahan baru. Hukum kita pun masih didominasi oleh hukum-hukum kolonial.
Akibatnya, kemiskinan menjadi “penyakit” umum rakyat. Negara pun gagal membebaskan rakyatnya dari kebodohan. Rakyat juga masih belum aman. Pembunuhan, penganiyaan, dan kriminalitas menjadi menu harian rakyat negeri ini. Bukan hanya tak aman dari sesama, rakyat pun tak aman dari penguasa mereka. Hubungan rakyat dan penguasa bagaikan hubungan antarmusuh. Tanah rakyat digusur atas nama pembangunan. Pedagang kaki lima digusur di sana-sini dengan alasan penertiban. Pengusaha tak aman dengan banyaknya kutipan liar dan kewajiban suap di sana-sini. Para aktifis Islam juga tak aman menyerukan kebenaran Islam; mereka bisa ‘diculik’ aparat kapan saja dan dituduh sebagai teroris, sering tanpa alasan yang jelas.
Karena itu, kunci agar kita benar-benar merdeka dari penjajahan non-fisik saat ini adalah dengan melepaskan diri dari: (1) sistem Kapitalisme-sekular dalam segala bidang; (2) para penguasa dan politisi yang menjadi kaki tangan negara-negara kapitalis.
Selanjutnya, kita harus segera menerapkan aturan-aturan Islam dalam seluruh kehidupan kita. Hanya dengan syariah Islamlah kita dapat lepas dari aturan-aturan penjajahan. Hanya dengan syariah Islam pula kita bisa meraih kemerdekaan hakiki.
Syariah Islam yang diterapkan oleh Khilafah Islam akan menjamin kesejahteraan rakyat karena kebijakan politik ekonomi Islam adalah menjamin kebutuhan pokok setiap individu rakyat. Negara juga akan memberikan kemudahan kepada rakyat untuk mendapatkan kebutuhan sekunder dan tersier. Negara pun akan menjamin kebutuhan vital bersama rakyat seperti kesehatan gratis, pendidikan gratis dan kemudahan transportasi. Khilafah Islam juga akan menjamin keamanan rakyat dengan menerapkan hukum yang tegas. Capaian semua itu berdiri tegak di atas sebuah ideologi yang sesuai dengan fitrah manusia, menenteramkan jiwa dan memuaskan akal. Itulah ideologi Islam yang akan menjadi rahmatan lil ‘alamin. Mahabenar Allah Yang berfirman:
لِلْعَالَمِينَ رَحْمَةً إِلَّا أَرْسَلْنَاكَ وَمَا
Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad saw.) melainkan agar menjadi rahmat bagi alam semesta (QS al-Anbiya’ [21]: 107).
Wallahu a’lam bi ash-shawab. []
KOMENTAR AL-ISLAM:
Ancaman Terhadap Presiden Selalu Ada (Kompas, 17/8/2010).
Itu baru dugaan, sementara ancaman terhadap rakyat (ancaman kemiskinan, ketertindasan, dll) adalah kenyataan!

Tolak Nasionalisme, Dukung Persatuan Dunia Islam

Tolak Nasionalisme, Dukung Persatuan Dunia Islam


- Malapetaka besar bagi umat Islam adalah runtuhnya daulah khilafah Islamiyah. Institusi Umat Islam, penjaga aqidah, permersatu ummat dan pelaksana syariah Islam secara kaffah. Nasionalisme adalah sebuah paham batil yang punya andil besar dalam runtuhnya khilafah ustmaniyah di Turki beberapa puluh tahun silam.
Namun sayangnya masih banyak diantara kaum muslim yang masih mengagung-agungkan faham yang satu ini. Mungkin bisa dimaklumi, sebab paham ini telah dihembuskan oleh pihak barat kepada dunia Islam sudah sejak lama. Alhasil, sekarang ini Negri Islam berhasil disekat-sekat menjadi 50 sobekkan lebih.
Di dalam situs khilafah.com di terangkan: "Pasukan Salib menyadari bahwa kekuatan Islam dan keyakinannya adalah Akidah Islam. Sepanjang kaum muslimin berkomitmen dengan kuat pada Islam dan Qur'an, Khilafah tidak akan pernah hancur. Itu sama artinya Islam tidak bisa dikalahkan.
Inilah sebabnya di akhir abad ke 16, mereka mulai mendirikan pusat misionaris pertama di Malta dan membuat markasnya untuk melancarkan serangan misionarisnya terhadap Dunia Islam. Para misionaris itu bekerja dengan berkedok lembaga-lembaga pendidikan dan ilmu pengetahuan. Pada abad 19, Beirut menjadi pusat aktivitas misionaris. Para misionaris itu memiliki dua agenda utama: 1. Memisahkan Orang Arab dari Khilafah Ustmaniyah 2. Membuat kaum muslimin merasa terasing dari ikatan Islam.
Tahun 1875 "Persekutuan Rahasia" dibentuk di Beirut dalam usaha untuk mendorong nasionalisme Arab diantara rakyat. Melalui pernyataan-pernyataan dan selebaran-selebaran, persekutuan itu menyerukan kemerdekaan politik orang Arab, khususnya mereka yang tinggal di Syria dan Libanon. Dalam literaturnya, mereka berulangkali menuduh Turki merebut Khilafah Islam dari orang Arab, melanggar Syariah, dan , mengkhianati Agama Islam.
Hal ini memunculkan benih-benih nasionalisme yang akhirnya berbuah pada tahun 1916 ketika Inggris memerintahkan seorang agennya Sharif Hussein dari Mekkah untuk melancarkan Pemberontakan Arab terhadap Khilafah Usmani. Pemberontakan ini sukses dalam membagi tanah Arab dari Khilafah dan kemudian menempatkan tanah itu di bawah mandat Inggris dan Perancis.
Di saat yang sama, nasionalisme mulai dikobarkan diantara orang Turki. Gerakan Turki Muda didirikan tahun 1889 berdasarkan nasionalisme Turki dan dapat berkuasa tahun 1908 setelah mengusir Khalifah Abdul Hamid II. Pengkhianat Mustafa Kamal yang menghapus Kekhalifahan adalah anggota Turki Muda.
Fakta Nasionalisme
1. Kualitas ikatannya rendah. Sehingga tidak mampu mengikat manusia yang satu dengan manusia yang lainnya tatkala mewujudkan persatuan.
2. Ikatannya hanya bersifat emosional dan muncul secara spontan dari naluri mempertahankan diri, disamping adanya peluang selalu berubah-ubah.
3. Ikatan ini bersifat temporal, akan meningkat ketika ada ancaman dari luar, sebaliknya pada saat keadaan normal atau aman ikatan ini tidak berarti sama sekali. (An-Nabhani)
Misalkan, dahulu semangat nasionalisme masyarakat indonesia ketika masih dijajah oleh para penjajah sangat menggebu-gebu, bahkan kita sering dengar slogan "rawe-rawe rantas malang-malang putung" atau "bersatu kita teguh bercerai kita runtuh", namun setelah indonesia merdeka semangat nasionalisme itupun pudar, lihat saja kasus timor-timur, aceh, papua, dan daerah-daerah lain yang malah ingin memisahkan diri dari NKRI.
Pandangan Islam tentang Nasionalisme

Rasulullah mempersatukan kaum muhajirin dan anshor dengan satu landasan yaitu akidah Islamiyah. Bukan karena landasan nasionalisme. Semua Muslim adalah bersaudara.
Dalam sirah nabi, ketika masyarakat dan negara Islam baru tumbuh di kota Madinah. Dan kedudukan politik dan kekuatan ekonomi mereka menggeser kepentingan dan posisi kaum Yahudi, maka Yahudi membuat makar. Salah seorang tokoh Yahudi yang bernama Syas bin Qais yang sangat benci dengan bersatunya dua suku besar penghuni kota Madinah Aus dan Khazraj dalam ikatan Islam, membuat makar dengan mengirim seorang penyair agar membacakan syair-syair Arab Jahiliyah yang biasa mereka pakai dalam perang Buats.
Perang Buats adalah perang yang terjadi selama 120 tahun (Ibnu Ishaq dalam Tafsir Al Mawardi) antara kaum Aus dan Khazraj. Dan selama musim perang tersebut, pihak Yahudilah yang mengambil keuntungan politik maupun ekonominya.
Penyair suruhan Syas berhasil mempengaruhi jiwa sekumpulan kaum Anshar dari kalangan Aus dan Khazraj di suatu tempat di kota Madinah. Syair jahiliyah tersebut mengantarkan mereka kepada perasaan kebanggaan dan kepahlawanan mereka di masa jahiliyah dalam medan perang Buats.
Perasaan kebangsaan dan kepahlawanan kaum Aus maupun Khazraj itu memuncak hingga mereka lupa bahwa mereka sesama muslim. Yang Aus merasa Aus dan yang Khazraj merasa Khazraj. Dalam puncak emosi perang itu mereka akhirnya berteriak-teriak histeris : "Senjata-senjata!".
Dalam situasi kritis itulah, Rasulullah datang bersama pasukan kaum muslimin untuk melerai mereka. Rasulullah SAW bersabda:


Karena itu, Umat Islam baik itu yang berkulit hitam atau putih, baik yang berdomisili di sabang sampai di maroko wajib meninggalkan paham nasionalisme. Dengan ikatan akidah islam di bawah institusi khilafah Islamiyah kita bisa bersatu. Allahu Akbar!. [artikel/syabab.com]

Kerusakan Akidah di Film '3 Hati 2 Dunia 1 Cinta'

Kerusakan Akidah di Film '3 Hati 2 Dunia 1 Cinta'
By: Ria Fariana
Sudah pernah nonton film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” belum? Kalo belum, nggak usah malu. Itu karena film ini isinya nggak penting alias nggak bermutu. Tema yang diangkat oleh film ini adalah hubungan cinta beda agama antara laki-laki muslim dengan perempuan non muslim.
Diceritakan dalam film tersebut tentang cinta sepasang remaja yang berbeda keyakinan antara Rosid dan Delia. Rosid adalah seorang seniman keturunan Arab sedangkan Delia adalah seorang penganut Katolik. Film ini diangkat dari sebuah novel berjudul “The Da Peci Code”. Dalam film ini tokoh Rosid yang kribo diperankan oleh Reza Rahadian. Dalam film ini juga turut bermain Laura Basuki dan Arumi Bachsin.
Campur Aduk antara Haq dan Batil
Usaha musuh-musuh Islam untuk mengalahkan kaum muslimin begitu kreatif. Anak-anak muda yang cenderung suka having fun dicekoki dengan film yang mengarahkan ke tujuan tertentu. Tak bisa meraih tujuan dengan cara biasa, maka diambillah langkah tak biasa. Toleransi semu yang seringkali digembar-gemborkan misalnya ajakan untuk merayakan hari raya agama lain tak berhasil, maka dicarilah cara lain. Salah satunya adalah dengan memberikan topik ringan yang disuka kaum muda yaitu tema cinta.
Toleransi semu yang melibatkan perasaan, seringkali menjebak banyak kaum muda. Jiwa muda yang menggelora dan meledak-ledak apalagi untuk urusan cinta menjadi begitu mudah dimanipulasi. Sudah pada dasarnya orang yang jatuh cinta itu seringkali logikanya meluncur ke level paling rendah, ditambah lagi dengan cinta buta terhadap lawan jenis beda keyakinan. Top dah, cinta buta bin tolol yang pernah ada di dunia.
…Toleransi semu yang melibatkan perasaan, seringkali menjebak banyak kaum muda, dalam cinta buta terhadap lawan jenis beda keyakinan…
Gula Jawa rasa coklat, logika miring orang jatuh cinta. Tapi ini masih mendinglah, daripada tahi kucing rasa coklat. Ini logika orang gila yang kehilangan indera perasa. Tapi di antara itu semua, ada yang kehilangan akal sehat melebihi sekadar kehilangan indra perasa seperti perumpamaan di atas. Yaitu ketika jatuh cinta pada seseorang beda keyakinan, dinasehatin tetap saja ngeyel, bahkan suka memutar balik ayat hanya sekadar mencari pembenaran plus durhaka sama orang tua demi cinta buta. Pesan-pesan seperti inilah yang berusaha ditanamkan dalam film ini.
Sobat muda, hubungan “cinta-kasih” beda agama itu bukan masalah sepele. Bukan cuma melibatkan hati dan perasaan saja, tapi lebih ke berbagai aspek luas lainnya. Di sini nanti akan bersinggungan dengan yang namanya etika pergaulan antar lawan jenis. Bila berhubungan dengan seseorang yang beda keyakinan, akan ribet urusannya karena si dia pasti terheran-heran bahwa ada agama yang begitu mengatur secara detil tentang pergaulan. Belum lagi terkait juga dengan keberatan dari kedua belah pihak karena itu nantinya pihak keluarga harus siap menerima calon anggota keluarga yang berbeda keyakinan, dan itu tidak mudah. Yang paling penting adalah terkait dengan akidah yang ini urusannya sama sekali tidak bisa dipandang enteng. Dunia dan akhirat, Bro!
Telah jelas yang hak dan yang batil itu. Adanya hubungan beda keyakinan ibarat mencampur air susu dengan air comberan. Apakah kamu mau meminum air yang sudah terkontaminasi ini? Boro-boro disuruh minum, mendengarnya saja kamu pasti sudah jijay bajay alias ogah banget. Seperti ini juga gambaran orang yang menjalin hubungan asmara dengan beda keyakinan. Bila perempuannya muslimah dan laki-lakinya non muslim, hubungan seperti ini sudah jelas haram. Ikatan mereka tidak sah, bahkan hubungan suami istri mereka statusnya sama dengan berzina. Na’udzubillah.
…Hubungan perempuannya muslimah dengan laki-lakinya non muslim sudah jelas haram. Ikatan mereka tidak sah, bahkan status hubungan suami istri mereka adalah berzina…
Bila yang laki-lakinya muslim dan perempuannya non muslim, memang ada sedikit perbedaan pendapat di kalangan ulama dalam masalah ini. Perbedaan pendapat inilah yang sepertinya dimanfaatkan oleh orang-orang liberal yang berada di balik pembuatan film “3 Hati 2 Dunia 1 Cinta” untuk dibidik dalam melemehkan keyakinan pemuda muslim lainnya. Ada pendapat yang membolehkan bila laki-lakinya muslim, karena dialah yang akan menjadi imam dalam keluarga. Diharapkan ia bisa memimpin istri dan anak-anaknya agar masuk Islam bersama-sama. Tapi bagaimana bila kenyataan berbicara sebaliknya? Hmm...
Pemurtadan terselubung
Banyak kasus terjadi, laki-laki tidak bisa membuat istrinya yang beda agama agar mau memeluk Islam. Sebaliknya, si suami malah terseret murtad karena bujuk rayu mulut perempuan non muslim yang telah menjadi istrinya itu. Si suami pun mudah tergoda dengan alasan demi keutuhan rumah tangga dan anak-anak. Bukannya menyelamatkan keluarga dari siksa api neraka seperti yang diperintahkan dalam Al-Quran, si suami malah dengan sukarela akhirnya menapak jejak yang mendekatkannya pada neraka jahanam.
Firman Allah SWT (yang artinya): “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (Qs Al-Baqarah 221)
Yang sudah menikah saja kasus seperti ini banyak, apalagi yang belum menikah. Selain pemurtadan, kedua pasangan ini akan banyak melanggar etika pergaulan dalam Islam. Misalnya saja berkhalwat atau berdua-duaan dengan non mahram alias mojok berdua sebagaimana pada umumnya aktivitas pacaran. Masa’ iya hubungan dengan seorang non muslim diajak berta’aruf yang islami? Pastilah akan banyak pertanyaan dan keberatan yang menyertai. Tidak bisa tidak, memahamkan secara akidah harus diberikan sebelum sampai pada etika hubungan dengan lawan jenis. Nah, bisakah ini dilakukan?
…Orang yang nekat menjalin hubungan asmara beda agama adalah mereka yang cenderung tidak paham terhadap Islam…
Kamu jangan lupa juga bahwa seringkali orang yang nekat menjalin hubungan asmara beda agama adalah mereka yang cenderung tidak paham terhadap Islam. Bila pun mereka mengaku paham, sebetulnya mereka cuma hafal tanpa tahu konteks makna dalil yang dihafalkan itu. Hal ini banyak menimpa mereka yang sok hafal plus sik tahu banyak dalil kemudian dengan sombongnya memutar balik ayat. Bahkan ada juga seorang yang mengaku dirinya ulama, anak perempuannya malah menikah dengan non muslim keturunan Yahudi. Bahkan dia sendiri yang menjadi wali bagi anaknya yang itu artinya dia restui perzinaan tersebut. Sebab, menurut hukum Islam, haram seorang muslimah menikah dengan orang musyrik dan kafir.
Upaya para manusia yang mengaku dirinya ulama dan cendekiawan muslim ini jelas-jelas merusak. Mereka mempunyai makar, tapi rencana Allah jauh lebih dahsyat untuk menggagalkan upaya liberalisasi ide Islam ini. Firman Allah SWT (yang artinya): “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Qs Ali Imran 54)
Bro en Sis, mereka sering kalah dan gagal ketika duduk berdialog dengan ulama dan cendekiawan Islam yang lurus. Karena gagal di ranah ilmiah inilah, akhirnya ada orang-orang yang seide dengan para sekularis bin liberalis ini mengangkatnya dengan tema hiburan berupa film. Cemen banget dah!
Be careful!
Setelah mendapatkan wawasan baru tentang upaya musuh-musuh Islam dalam merusak generasi muda muslim, kamu kudu waspada. Nonton film tersebut sih boleh-boleh saja, tapi kamu kudu siap dengan saringan atau filternya. Apaan tuh filternya? Tentu saja Islam dong. Emang ada filter yang lain selain Islam? Jawabnya tak ada filter yang mampu menyaring sampah-sampah ide kotor semisal toleransi semu ala sekularis kecuali Islam saja.
…Nonton film tak sekadar nonton film. Sikapi dengan bijak makna tersirat dalam film tersebut, yaitu upaya melegalkan kawin campur beda agama yang merusak itu…
Nonton film tak sekadar nonton film. Karena setiap perbuatan anak manusia akan dipertanggungjawabkan di Yaumil Akhir nanti, maka berbuatlah bijaksana meskipun hanya untuk nonton film ini. Seharusnya setelah membaca uraian di atas, kamu bisa menyikapi dengan bijak isi film tersebut dan menangkap makna tersirat dalam upaya melegalkan kawin campur beda keyakinan yang merusak itu. Kamu semakin kritis dan cerdas, plus juga makin hati-hati dalam memilih tontonan. Ingat, fungsi tontonan saat ini sangat berpeluang besar untuk menjadi tuntunan alias ditiru oleh para penontonnnya.
Jangan sampai kamu terjerumus! Menonton film apalagi yang merusak akidah dan pemahaman, kudu hati-hati banget. Perkuat dulu keimanan dan wawasan keislaman kamu. Jangan sampai niat hati mau cari hiburan tapi malah menjerumuskan. Begitu juga dengan teman-teman kamu yang biasanya pada demen nonton film. Paling tidak pelajari dulu isi film, pahamkan tentang muatannya yang merusak akidah dan mengajak pada kebatilan, baru deh nonton filmnya penuh dengan kekritisan khas pemuda muslim yang cerdas.
Kalau ini yang kamu lakukan, so pasti keimanan dan kecerdasan kamu bakal makin meningkat, insya Allah. Wawasan ini tak boleh hanya diketahui oleh kamu sendiri saja. Sebarkan isi artikel ini sehingga akan banyak generasi muda muslim yang terselamatkan pemikirannya. Karena hubungan beda agama, jelas-jelas tak membawa manfaat apa pun bagi pelakunya. Selain aktivitasnya yang notabene mendekati zina dengan pacaran, sangat berpeluang mengajak kamu kepada meragukan keyakinanmu sendiri yang nantinya bisa berakibat murtad. Be careful! So, hubungan “cinta-kasih” beda agama? NO WAY! Catet ya! Sip deh. [voa-islam.com]
sumber : http://voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/08/01/8797/kerusakan-akidah-di-film-'3-hati-2-dunia-1-cinta/
__._,_.___

Ketimpangan Hukum Antara Ustadz Baasyir Dan Pezina Ariel Peterpan

Ketimpangan Hukum Antara Ustadz Baasyir Dan Pezina Ariel Peterpan
Sobat muda, masih ingatkah kamu dengan kasus video porno tiga artis yaitu Ariel, Luna Maya dan Cut Tari? Yupz, tiga orang ini adalah pelaku pornoaksi yang efeknya langsung terasa yaitu perkosaan semakin meningkat setelah pelaku menonton video mesum ini. Tak tanggung-tanggung, pelakunya adalah anak di bawah umur sedangkan korbannya adalah gadis cilik di bawah umur pula. Sedikitnya 35 kasus yang diterima oleh Komisi Perlindungan Anak. Ini yang tereskpos. Berapa banyak kasus yang tidak dilaporkan dan menjadi bara dalam sekam dalam merusak moral generasi muda kita?
Coba kamu bandingkan dengan penangkapan Abu Bakar Ba’asyir. Belum ada bukti nyata nan kuat, namun ulama yang sudah tua renta ini malah diperlakukan bak penjahat kelas kakap. Tim penangkap memakai penutup muka lengkap yang hanya kelihatan kedua mata saja. Senjata tertodong seolah-olah korban adalah sosok yang sangat berbahaya. Ustadz Ba’asyir dan teman-temannya diperlakukan sedemikian menghinakan. Masyarakat pun bertanya-tanya, ada apa ini?
Ya, ada apa ini? Awal-awal Ramadhan, umat Islam Indonesia diberi ‘surprise’ pahit oleh kepolisian. Seorang ulama yang sudah sepuh ditangkap lagi, masih dengan alasan yang sama. GeJe alias gak jelas. Alasannya sih nanti di pengadilan saja digelar bukti-bukti yang mengarah Baasyir dituduh menyuport dan mendanai terorisme Aceh. Sikap ini seolah-olah menganggap masyarakat Indonesia bodoh dan mudah dibodohi oleh pihak yang berwajib.
Kasus yang lalu saja masih segar dalam ingatan bahwa penangkapan Ba’asyir sangat kental sekadar memenuhi pesanan sang majikan yaitu Amerika. Beberapa kali sidang pengadilan digelar namun tak ada satu bukti pun bisa menjerat Ba’asyir. Akhirnya ujung-ujungnya dalih pemalsuan dokumen dijadikan alasan. Kalau sekadar pemalsuan dokumen, masa iya sih perlu penangkapan memakai todongan popor senjata segala? Padahal banyak tuh warga negara lain yang memalsukan dokumen juga aman-aman saja tak bisa disentuh hukum sama sekali.
…penangkapan Ba’asyir sangat kental sekadar memenuhi pesanan sang majikan yaitu Amerika…
Mengapa pula hal ini penting untuk diketahui oleh kamu para remaja? Hal ini penting untuk dibahas agar kamu semua nyadar bahwa negeri yang kita cintai ini sedang dalam kondisi terjajah. Di tengah nuansa persiapan hari kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus yang akan datang, ternyata kita ini masih masuk kategori negara yang belum merdeka. At least, kepastian dan kemerdekaan hukum masih mahal harganya di sini.
Ariel, Luna Maya dan Cut Tari yang mempopulerkan nama bangsa secara negatif hingga ke luar negeri sana, tak segera diselesaikan secara hukum kasusnya. Bahkan muncul banyak pembela kemesuman mereka dengan dalih HAM. Mereka lupa bahwa HAM yang mereka agung-agungkan itu telah memakan korban dan menodai banyak gadis cilik berusia di bawah 10 tahun. Andai anak mereka sendiri yang mengalami hal tersebut, apa iya HAM masih didengungkan?
Pihak kepolisian menyatakan bahwa penangkapan Ba’asyir demi untuk mengamankan kepentingan masyarakat yang lebih luas. Pernah nggak kepolisian bertindak cepat menangkap Ariel, Luna Maya dan Cut Tari dengan alasan yang sama? Bukankah tindakan tiga orang ini sudah sangat meresahkan masyarakat sehingga perlu diamankan untuk kepentingan bersama? Tapi mana buktinya?
…Pernah nggak kepolisian bertindak cepat menangkap Ariel, Luna Maya dan Cut Tari dengan alasan yang sama? Bukankah tindakan tiga orang ini sudah sangat meresahkan masyarakat sehingga perlu diamankan untuk kepentingan bersama?...
Ariel tidak ditangkap tapi dia datang sendiri ke Mabes Polri menyerahkan diri. Entah siapa pula yang menyuruh dia untuk mengambil langkah tersebut. Ditengarai ada pihak-pihak tertentu yang mendesak Ariel menyerahkan diri setelah Presiden SBY turut campur berkomentar tentang videonya tersebut. Luna Maya bagaimana? Dia masih lenggang kangkung menghadiri pernikahan salah satu teman artis tanpa rasa malu sedikit pun tampil di depan umum. Meskipun untuk Cut Tari, lumayan terpukul dengan kasus video mesum tersebut. Ya iyalah, statusnya kan sebagai seorang istri. Bila syariat Islam diterapkan atas dirinya, hukum rajam hingga mati adalah solusinya.
Di sini jelas, ketimpangan hukum diberlakukan atas keduanya alias berat sebelah. Di satu sisi hukum berpihak pada Ariel sang artis dengan jutaan penggemar, di sisi lain Ba’asyir terzalimi hanya karena ia berdakwah dan membela Islam. Membela sebuah keyakinan yang katanya dipeluk oleh mayoritas penduduk Indonesia. Tapi nyatanya, mayoritas penduduk Indonesia yang katanya muslim itu malah lebih membela Ariel si Peterporn daripada Ba’asyir. Begitu juga sikap kepolisian dalam dua kasus yang berbeda ini. Namun yakinlah, kebenaran itu akan tampak sebagaimana kepolisian telah malu hati untuk penangkapan sebelumnya ketika bukti itu tak juga bisa dihadirkan di pengadilan. Maka, makar siapakah yang lebih baik? Sesungguhnya, Allah adalah sebaik-baik pembuat makar. Kita tunggu dan lihat saja perkembangan kasus ini selanjutnya. Wallahu ‘alam. [riafariana/voa-islam.com]
sumber : http://voa-islam.com/teenage/young-spirit/2010/08/16/9234/ketimpangan-hukum-antara-ustadz-baasyir-dan-pezina-ariel-peterpan/

Bila Shaum Menjadi Benteng Individu Kita, Dimana Khilafah yang Menjadi Benteng Umat ?

Bila Shaum Menjadi Benteng Individu Kita, Dimana Khilafah yang Menjadi Benteng Umat ?
Suatu waktu Rasulullah SAW bersabda: “Shaum itu adalah benteng (junnah). Maka, orang yang sedang shaum hendaknya tidak berkata jorok dan tidak bertindak bodoh. Apabila ada pihak yang memeranginya atau mengejeknya, maka katakanlah kepadanya ‘Aku sedang berpuasa!’ (beliau mengulanginya dua kali)” (HR. Bukhari, Muslim). Ada hal amat menarik dalam hadits ini. Shaum disebut sebagai junnah atau benteng. Junnah artinya penjaga (wiqoyah) dan penutup (satrah) dari terjerumusnya seseorang kedalam kemaksiatan yang menyebabkan pelakunya masuk neraka. Juga, junnah bermakna penjaga dari neraka karena menahan syahwat (al-Jami’ ash-Shahih al-Mukhtashar, Juz II, hal. 670).
Hal ini menegaskan bahwa shaum (puasa) merupakan benteng yang sifatnya individual. Shaum menjadi penawar terhadap nafsu dan syahwat pribadi dan berujung pada penjagaan kemaksiatan secara individual. Perkara tersebut menjadi lebih jelas ketika kita memperhatikan penuturan Abdullah bin Mas’ud. Dahulu kala, beliau berjalan bersama dengan Rasulullah SAW. Pada saat berjalan bersama-sama itu, Nabi bersabda: “Barangsiapa yang sudah mampu, hendaklah dia kawin (menikah) karena menikah itu lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih bisa menjaga kemaluan. Barangsiapa yang tidak sanggup (menikah) maka hendaklah dia berpuasa karena puasa itu akan menjadi benteng (wijaun) baginya” (HR. Bukhari). Hadits ini mengisyaratkan puasa sebagai benteng ‘nafsu dan syahwat individual’. Karenanya, dapat dipahami bahwa shaum memang merupakan benteng individual.
Bila shaum merupakan benteng individual maka hal-hal yang merusak masyarakat, tentu, tidak dapat dicegah dan dijaga oleh semata-mata shaum. Namanya juga individual hanya akan dapat menuntaskan perkara yang sifatnya juga individual. Karenanya dapat dipahami mengapa kristenisasi masih terjadi, aliran sesat terus dibiarkan, peredaran video mesum tak terbendung, harta kekayaan rakyat terus digasak pejabat dan dijual kepada asing, korupsi para pejabat tambah menggila, stigma Islam dengan terorisme tak berhenti, pemutar balikan Islam ala liberal makin dilegalisasi. Adalah kurang relevan bila untuk melindungi umat dari semua itu sekedar mengandalkan shaum yang sifatnya individual.
Islam memang agama paripurna. Allah SWT bukan hanya mensyariatkan shaum sebagai benteng individual, melainkan juga mensyariatkan kepemimpinan umat (imamah, khilafah) sebagai benteng masyarakat secara keseluruhan. Berkaitan dengan masalah ini, Junjungan kita Muhammad SAW bersabda: “Dan sesungguhnya imam adalah laksana benteng (junnah), dimana orang-orang akan berperang mengikutinya dan berlindung dengannya. Maka jika dia memerintah dengan berlandaskan taqwa kepada Allah dan keadilan, maka dia akan mendapatkan pahala. Namun jika dia berkata sebaliknya maka dia akan menanggung dosa” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dari berbagai kitab hadits maupun syarahnya dapat dipahami bahwa istilah imam maksudnya sama dengan khilafah. Menurut Muhammad bin Ismail Abu Abdillah al-Bukhariy, imam disini maknanya pemerintah tertinggi yang mengurusi urusan umat. Dengan menjadi benteng, imam mencegah musuh menyakiti kaum Muslim dan mencegah masyarakat saling menyakiti satu sama lain (al-Jami’ ash-Shahih al-Mukhtashar, Juz III, hal. 1080). Sementara itu, meminjam penjelasan Imam as-Suyuthi, imam sebagai benteng berarti imam sebagai pelindung sehingga dapat mencegah musuh menyakiti kaum Muslim dan mencegah masyarakat saling menyakiti satu sama lain. Juga, memelihara kekayaan Islam. Kaum Muslim bersama dengan imam tersebut memerangi kaum kafir, pembangkang dan penentang kekuasaan Islam, dan semua pelaku kerusakan. Imam melindungi umat dari seluruh keburukan musuh, pelaku kerusakan, dan kezhaliman (ad-Dibaj Syarhu Shahih Muslim bin al-Hujaj, Juz IV, hal. 454; Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim, Juz XII, hal. 230).
Kenyataan bahwa imam/khalifah sebagai benteng kaum Muslim ini dicatat dengan baik dalam sejarah Islam. Sekedar contoh, ketika Islam diterapkan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (rh), pendapatan Negara surplus hingga tak ada seorang pun yang berhak mendapatkan zakat. Rakyat betul-betul tersejahterakan. Dulu pernah ada tentara Romawi melecehkan perempuan dengan menarik jilbabnya, segeralah Khalifah Mu’tashim mengerahkan pasukan untuk melindungi keamanan dan kehormatan perempuan itu. Berbeda dengan itu, perempuan Islam sekarang nyawanya saja tidak dihargai. Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), penjajahan AS di Afghanistan telah membunuh 2 juta perempuan muslimah, sementara sebanyak 744.000 perempuan Muslim di Irak tewas. Saat Islam diterapkan, kehormatan perempuan dijaga dengan sebaik-baiknya.
Nyatalah, kita perlu dua benteng. Shaum sebagai benteng individual, dan yang tak kalah pentingnya adalah khalifah sebagai benteng umat Islam secara keseluruhan. Karenanya, benteng individual yang diraih pada bulan Ramadhan selayaknya dijadikan modal untuk mewujudkan kekhilafahan sebagai benteng umat Islam dalam kehidupan. Insya Allah.[MR Kurnia]
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/08/17/bila-shaum-menjadi-benteng-individu-kita-dimana-khilafah-yang-menjadi-benteng-umat/

Seruan Toleransi dan Pluralisme yang Menyesatkan !

Seruan Toleransi dan Pluralisme yang Menyesatkan !
Kalaulah menjalankan syariah Islam yang kaffah (menyeluruh) dianggap hak umat Islam Indonesia yang mayoritas , justru pemerintah yang didukung oleh elit minoritas liberal-sekuler telah menghambat hak utama umat Islam ini.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menekankan perlunya toleransi keagamaan sementara meningkatnya seruan kepadanya agar mengambil tindakan tegas terhadap golongan Islam radikal, yang terus menyerang golongan minoritas. Dalam pesan kemerdekaannya, Presiden SBY menekankan perlunya toleransi keagamaan sementara meningkatnya seruan kepadanya agar mengambil tindakan tegas terhadap golongan Islam radikal, yang terus menyerang golongan minoritas.

Dalam pidato penting di depan parlemen pada malam menjelang Peringatan HUT Kemerdekaan RI, Presiden SBY menyerukan kepada rakyat Indonesia agar menghayati kehidupan harmonis sejati dalam masyarakat pluralistis.SBY menghendaki pembangunan kehidupan demokratis dan adil dan menekankan perlunya memelihara dan memperkuat persaudaraan, harmoni dan toleransi sebagai bangsa.(VOA ; Senin, 16 Agustus 2010)
Sehari sebelumnya, ribuan orang dari Jemaat Gereja Huria Kristen Batak Protestan, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI), Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI), Wahid Institut, dan elemen organisasi masyarakat lain berunjuk rasa di Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Ahad (15/8). Mereka menagih janji pemerintah tentang kebebasan beragama.

Tampak sebuah gerakan yang sistematis belakangan ini yang membangun opini bahwa di Indonesia tidak ada kebebasan beragama, golongan Islam radikal menyerang golongan minoritas, gereja dibakar, gereja dirubuhkan . Opini kemudian disertai dengan pernyataan bahwa pluralism di Indonesia terancam, Pancasila terancam, dan berujung pada NKRI terancam. Siapa yang mengancam ? Kelompok-kelompok Islam radikal yang memperjuangkan syariah.
Jelas ada penyesatan politik luar biasa dibalik ini semua. Benarkah di Indonesia tidak ada kebebasan beragama ? Benarkah di Indonesia pembangunan gereja terhambat ? Kenyataannya tidaklah seperti itu. Menurut Kepala Badan Litbang Departemen Agama, Atho Mudzhar pertumbuhan tempat ibadah yang terjadi sejak 1977 hingga 2004 justru meningkat. Pertumbuhan rumah ibadah Kristen justru lebih besar dibandingkan dengan masjid. Rumah ibadah umat Islam, pada periode itu meningkat 64,22 persen, Kristen Protestan 131,38 persen, Kristen Katolik meningkat hingga 152 persen (Republika: 18 Februari 2006)

Laporan Majalah Time juga berbicara lain, dalam tulisan yang berjudul Christianity’s Surge in Indonesia (http://www.time.com/time/magazine/article/0,9171,1982223,00.html) majalah itu menunjukkan gelora peribadahan pemeluk kristen di Indonesia. “Banyak yang mengira Indonesia adalah sebuah negeri Muslim, tetapi lihatlah orang-orang ini ” kata pendeta David Nugroho. Dia membanggakan jemaat gerejanya yang berkembang , sekarang berjumlah 400 orang , naik dari 30 orang saat didirikan pada tahun 1967. “Kami tidak takut untuk menunjukkan iman kami .”,ujar Pendeta David
Dalam laporan yang ditulis Hannach Beech (26/04/2010) itu gelora pertumbuhan kristen di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari ledakan penganut kristen di Asia. Jumlah umat Kristen Asia meledak menjadi 351 juta pengikut pada tahun 2005, naik dari 101 juta di tahun 1970 (merujuk kepada the Pew Forum on Religion and Public Life yang berbasis Washington, D.C. )
Masih menurut laporan TIME, sensus penduduk tahun 2000 jumlah penduduk kristen hanya 10% dari penduduk Indonesia. Sesuatu yang tidak dipercaya oleh pemimpin-pemimpin kristiani. Bukti sederhananya, di Tamenggung pada tahun 1960 tidak ada gereja Evangelical sama sekali. Namun sekarang terdapat lebih dari 40 gereja Evangelical.
Di ibukota Jakarta sekarang dibangun‘megachurches’ gereja megah yang baru, seperti layaknya Texas (yang dikenal banyak terdapat gereja) dengan menara yang menjulang tinggi ke langit .Penganut kristen lain ramai-ramai beribadah di gereja-gereja tidak resmi di hotel-hotel dan mall , bersaing dengan para pengunjung yang meningkat di akhir pekan. Patung Yesus Kristus tertinggi dibangun pada tahun 2007, di kota Manado di Indonesia timur. Sementara TV kabel Indonesia menyiarkan chanel yang mendakwahkan Kristen 24-jam terus menerus.
Melarang Beribadah ?
Disamping itu tentu sangat keliru menyimpulkan ketika pembangunan sebuah gereja dihambat berarti tidak ada kebebasan beragama. Umat Islam selama ini tidaklah mempersoalan hak umat Kristen untuk beribadah. Ajaran Islam juga memberikan hak kepada agama lain seperti Kristen untuk beribadah sebebas-bebasnya. Islam melarang pemaksaan untuk memeluk ajaran Islam apalagi menghancurkan tempat-tempat ibadah umat non muslim. Dalam sejarah Khilafah Islam , umat kristen hidup berdampngan secara harmonis dibawah naungan syariah Islam.

Yang dipersoalkan umat Islam selama ini adalah pembangunan gereja yang melanggar aturan. Seperti membangun gereja di tempat pemukiman yang mayoritas muslim sementara yang beragama kristen disana sedikit. Apalagi sudah banyak terjadi gereja dijadikan basis kristenisasi untuk memurtadkan penduduk sekitar yang muslim.
Dalam kasus Bekasi yang kemudian menjadi pemicu unjukrasa bentrok diawali ketika pihak kristen menggunakan mempergunakan tempat yang semestinya tidak diperuntukkan bagi peribadahan. Pantas warga di sekitarnya tak berkenan. Karenanya rumah ibadah itu kemudian disegel oleh Pemkot Bekasi.Jemaat tersebut mengadakan ibadah di lahan kosong seluas 2.300 meter persegi di kawasan Pondok Timur Indah, Bekasi, pada Ahad (8/8/2010). Warga sekitar pun tak berkenan. Mereka membubarkan acara tersebut. Wargapun diprovokasi hingga menyebabkan bentrok.
Pemerintah Kota Bekasi sudah menyiapkan tempat gedung untuk ibadah. Tapi para jemaat sendiri yang menolak. Di Bekasi sendiri berdiri tiga bangunan ilegal yang dijadikan sebagai tempat ibadah. Di antaranya, Gereja HKBP Pondok Timur Indah di Kecamatan Mustika Sari, Gereja Gelilea Galaxi di Kecamatan Bekasi Selatan, Gereja Vila Indah Permai (VIP) di Kecamatan Bekasi Utara.Rencana pendirian gereja juga seringkali dengan cara menipu warga.
Panitia pembanguna Gereja Kristen Indonesia (GKI) Yasmin Bogor memalsukan tandangan tangan warga. Anehnya IMB keluar padahal tidakada satu wargapun yang menandatanganinya. Padahal berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) dua menteri pembangunan fasilitas sosial wajib memiliki 60 hingga 90 tanda tangan warga.
Cerita lain, pada November 2009 Satuan Polisi Pamong Praja membongkar lima gereja di Desa Bencongan, Kecamatan Curug, Kabupaten Tangerang. Lima bangunan gereja yang dibongkar adalah Gereja Kristen Protestan Indonesia (GKPI), Huria Gereja Batak Protestan (HKBP), Gereja Pantekosta Haleluya Indonesia (GPHI), Gereja Bethel Indonesia (GBI) dan Gereja Pantekosta Indonesia (GPI). Mengapa gereja-gereja itu dibongkar? Berdasarkan keterangan pejabat setempat, pembangunan lima gereja yang berdiri di lahan seluas 110 hektar milik Sekretariat Negara (Sekneg) itu menyalahi aturan karena tidak mengantongi izin mendirikan bangunan (IMB). Sebelumnya, tiga kali peringatan sudah dikeluarkan Pemda Tangerang, namun pihak Kristiani tetap tak peduli.

Penyesatan Politik Sistematis
Fakta-fakta seperti ini sering tidak diungkap, jadi memang ada kesengajaan untuk membangun opini bahwa di Indonesia tidak ada kebebasan beragama. Di sisi lain, sangat jarang diblow-up oleh media massa terutama media internasional, bagaimana sulitnya umat Islam mendirikan masjid di tempat-tempat yang mayoritas penduduknya non muslim seperti di daerah Papua, Bali, atau Timor Timur (saat masih bergabung dengan Indonesia).

Isu pembangunan gereja ini kemudian dipolitisasi oleh kelompok-kelompok liberal untuk mengkampanyekan ide sesat mereka tentang pluralisme oleh sudah difatwakan haram oleh MUI. Alasan melindungi pluralisme inilah yang digunakan untuk membenarkan kelompok-kelompok sesat yang menyimpang dari Islam. Disisi lain menuntut ormas-ormas Islam yang mereka cap radikal dibubarkan. Alasan menjaga Pluralisme juga digunakan membenarkan pembangunan gereja-gereja tanpa izin . Dengan alasan pluralisme ini digunakan oleh pihak kristen untuk membenarkan kegiatan misionaris mereka memurtadkan umat Islam. Semua ini menunjukkan memang ide pluralisme sangat berbahaya bagi umat Islam.
Pihak Kristen sendiri sudah sejak lama menolak larangan menyebarkan agama kristen pada umat lain termasuk umat Islam. Beberapa tokoh Islam seperti H.M. Rasjidi dan M. Natsir pernah mengusulkan agar pemerintahmembuat peraturan yang pada intinya melarang penyiaran agama lain kepada orang yang sudah beragama tertentu. Namun kalangan Kristen seperti T.B. Simatupang menentang usul itu, karena menurut mereka hal itu bertentangan dengan sifat-dasar agama Kristen sebagai agama misioner, maupun dengan kebebasan beragama (termasuk beralih agama) yang dijamin oleh Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia (HAM) maupun Undang-Undang Dasar 1945 (Jan S Aritonang; interfidei.or.id/pdf/DS19113)
Tidak hanya itu, isu pembangunan gereja ini juga digunakan kelompok sekuler liberal untuk melakukan stigmatisasi terhadap kelompok-kelompok Islam yang mereka cap radikal dan ingin menegakkan syariah Islam. Tidak heran kalau mereka yang selama ini memang getol menyerang syariah Islam seperti orang-orang yang tergabung dalam Wahid Institute dan Jaringan Islam Liberal (JIL) sangat aktif berperan .
Logika minoritas yang ditindas oleh mayoritas juga sangat menyesatkan. Umat Islam memang mayoritas dari segi jumlah , namun umat Islam di Indonesia justru menjadi korban dari elit-elit minoritas sekuler baik secara ekonomi maupun politik. Dengan kebijakan kapitalisme elit-elit minoritas ini menyengsarakan rakyat Indonesia yang mayoritas muslim. Kalau kita jujur, siapa sebenarnya yang paling diuntungkan dengan kebijakan kapatalis-Liberal ini ? Jelas bukan mayoritas umat Islam.
Kita juga mempertanyakan , kenapa kelompok liberal-sekuler yang mengklaim mendukung HAM diam seribu bahasa saat terjadi pembantaian terhadap umat Islam Palestina, Irak dan Afghanistan, termasuk diam terhadap pembantaian umat Islam di Ambon dan Poso. Mereka juga diam terhadap ketika Aktifis-aktifis dan ulama umat Islam juga diperlakukan semena-mena atas nama perang melawan terorisme ala Amerika. Terakhir, kita ingin mengatakan kalaulah menjalankan syariah Islam yang kaffah (menyeluruh) dianggap hak umat Islam Indonesia yang mayoritas , justru pemerintah yang didukung oleh elit minoritas liberal-sekuler telah menghambat hak utama mayoritas umat Islam ini. (Farid Wadjdi)
http://hizbut-tahrir.or.id/2010/08/17/seruan-toleransi-dan-pluralisme-yang-menyesatkan/