JANJI KEKHILAFAHAN ATAS KAUM MUSLIM
Oleh: Ust. Syamsuddin Ramadhan
Janji Istikhlaf di Dalam Al-Quran
Allah swt telah menjanjikan kekuasaan atas seluruh muka bumi kepada kaum Mukmin (istikhlaf). Janji agung ini terdapat di dalam surat An Nuur (24) ayat ke 55. Allah swt berfirman;
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahkuKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku; dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik".[TQS An Nuur (24):55]
Di dalam kitab Manaahil al-'Irfaan, juz 2/271, Imam al-Zarqaaniy menjelaskan ayat di atas dengan menyitir sebuah riwayat dari Imam al-Hakim dari Ubay bin Ka’ab ra, bahwasanya ia berkata:
لما قدم رسول الله وأصحابه المدينة وآوتهم الأنصار رمتهم العرب عن قوس واحدة وكانوا لا يبيتون إلا بالسلاح ولا يصبحون إلا فيه فقالوا أترون أنا نعيش حتى نبيت آمنين مطمئنين لا نخاف إلا الله فنزلت الآية وكذلك روى ابن أبي حاتم عن البراء قال نزلت هذه الآية ونحن في خوف شديد أي قوله تعالى وعد الله الذين آمنوا وعملوا الصالحات الخ هكذا كان حال الصحابة أيام أن وعدهم الله ما وعد وما أعجل تحقق هذا الوعد الإلهي رغم هذه الحال المنافية في العادة لما وعد فدالت الدولة لهم واستخلفهم في أقطار الأرض وأورثهم ملك كسرى وقيصر ومكن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وأبدلهم من بعد خوفهم أمنا
" Ketika Rasulullah saw dan para shahabatnya sampai di Madinah dan orang-orang Anshor memberikan perlindungan kepada mereka, maka orang-orang Arab bersatu padu memerangi mereka. Sehingga para shahabat dan Nabi saw tidak pernah melewati malamnya kecuali dengan perang, dan mereka senantiasa bangun di waktu pagi dalam keadaan perang. Para shahabat pun berkata, "Tahukah kalian, kapan kita bisa melewati malam-malam kita dengan aman dan tentram, dan kita tidak pernah lagi takut, kecuali hanya takut kepada Allah swt? Lalu, turunlah firman Allah swt surat An Nuur (24):55. Imam Ibnu Abi Hatim juga menuturkan dari al-Bara', bahwasanya ia berkata, "Ayat ini turun di saat kami berada dalam ketakutan yang luar biasa. Demikianlah keadaan para shahabat pada saat itu, walaupun Allah swt telah berjanji kepada mereka, namun Dia tidak menyegerakan terwujudnya janji Ilahiy itu, meskipun keadaan (ketakutan) mereka benar-benar telah diluar keadaan yang normal. Hingga akhirnya, Daulah Islamiyyah di Madinah berhasil menunjukki mereka, dan Allah mengangkat mereka sebagai Khalifah yang menguasai seluruh penjuru dunia,; dan Allah mewariskan kepada mereka negeri kerajaan Kisra, Romawiy. Tidak hanya itu saja, Allah menguatkan agama yang telah diridloiNya untuk mereka, dan mengubah ketakutan mereka menjadi rasa aman". [Imam al-Zarqaaniy, Manaahil al-'Irfaan, juz 12, hal. 271]
Imam AL-Baidlawiy di dalam Tafsir al-Baidlawiy menyatakan:
{وَعَدَ الله الذين ءامَنُواْ مِنْكُمْ وَعَمِلُواْ الصالحات } خطاب للرسول صلى الله عليه وسلم وللأمة أوله ولمن معه ومن للبيان { لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرض } ليجعلنهم خلفاء متصرفين في الأرض تصرف الملوك في مماليكهم ، وهو جواب قسم مضمر تقديره وعدهم الله وأقسم ليستخلفنهم ، أو الوعد في تحققه منزل منزلة القسم . { كَمَا استخلف الذين مِن قَبْلِهِمْ } يعني بني إسرائيل استخلفهم في مصر والشام بعد الجبابرة
"[Wa’ada al-Allah alladziina aamanuu minkum wa ’amilu al-shaalihaat/sesungguhnya Allah swt telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu, dan orang-orang yang beramal sholeh]", adalah seruan (perintah/khithab) bagi Rasulullah saw dan umatnya, baik generasi awal maupun umat yang senantiasa bersama beliau saw. Huruf min di sini berfungsi untuk menjelaskan (lil bayaan). "[Layastakhlifannahum]" artinya adalah, "menjadikan mereka para khalifah pengatur bumi yang akan mengatur semua kekuasaan di dalam kekuasaan mereka. Frase ini adalah jawab qasam (jawaban atas sumpah) yang didlamirkan; sedangkan perkiraan maknanya adalah: Allah swt berjanji kepada mereka dan Allah swt bersumpah akan mengangkat mereka sebagai penguasa. Atau janji tersebut dalam pewujudannya menggantikan kedudukan qasam"[Kamaa istikhlafa al-ladziina min qablihim/Seperti halnya Allah telah menjadi orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa]; yakni Bani Israil yang berkuasa atas Mesir dan Syam setelah runtuhnya kekuasaan al-Jabaabirah".
Imam Qurthubiy menyatakan
واللام في {لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ} جواب قسم مضمر ؛ لأن الوعد قول ، مجازها : قال الله للذين آمنوا وعملوا الصالحات والله ليستخلفنهم في الأرض فيجعلهم ملوكها وسكانها. {كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ} يعني بني إسرائيل ، أهلك الجبابرة بمصر والشام وأورثهم أرضهم وديارهم.
”Huruf lam pada frase [layastakhlifannahum] adalah jawab qasam mudlmar (jawab sumpah yang didlamirkan. Sebab, al-wa’du (janji) adalah qaul (ketetapan atau perkataan), majaznya, ”Allah swt berfirman kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh; dan sungguh Allah akan mengangkat mereka sebagai penguasa di muka bumi, dan menjadikan mereka penguasanya dan penduduknya”. [Kamastakhlafa alladziina min qablihim], yakni (seperti) Bani Israil, yang berhasil mengalahkan kekuasaan Jababirah di Mesir dan Syam, dan mewariskan bumi dan negeri mereka kepada Bani Israil”[Imam Qurthubiy, al-Jaami’ li Ahkaam al-Quran, Juz 12, hal. 300]
Di dalam Tafsir Qurthubiy juga disebutkan, bahwasanya Ibnu 'Athiyah menyatakan:
واختار هذا القول ابن عطية في تفسيره حيث قال : والصحيح في الآية أنها في استخلاف الجمهور ، واستخلافهم هو أن يملكهم البلاد ويجعلهم أهلها ؛ كالذي جرى في الشام والعراق وخراسان والمغرب. قال ابن العربي : قلنا لهم هذا وعد عام في النبوة والخلافة وإقامة الدعوة وعموم الشريعة
”Pendapat ini dipilih oleh Ibnu ’Athiyah tatkala menafsirkan ayat tersebut, di mana ia berkata, ”Yang benar, ayat ini merupakan janji kekuasaan atas seluruh kaum Muslim. Yang dimaksud dengan "istikhlaafuhum" adalah menjadikan mereka menguasai bumi dan menjadi penguasanya; seperti yang terjadi di Syam, Iraq, Khurasan, dan Maghrib". Ibnu 'Arabiy berkata, "Ayat ini merupakan janji umum dalam masalah nubuwwah, khilafah, tegaknya dakwah, dan berlakunya syariah secara umum."
Imam Thabariy di dalam tafsirnya menyatakan; makna frase "layastakhlifannahum fi al-ardl":
ليورثنهم الله أرض المشركين من العرب والعجم، فيجعلهم ملوكها وساستها( كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ) يقول: كما فعل منْ قبلهم ذلك ببني إسرائيل، إذ أهلك الجبابرة بالشأم، وجعلهم ملوكها وسكانها
”Sesungguhnya Allah akan mewariskan bumi kaum Musyrik, baik dari kalangan Arab dan non Arab kepada mereka (umat Islam), dan menjadikan mereka sebagai penguasanya dan mengatur urusan mereka; sebagaimana Allah telah mengangkat sebagai penguasa orang-orang sebelum mereka; seperti yang dilakukan oleh Allah pada Bani Israil. Sebab, mereka (Bani Israil) berhasil mengalahkan rejim Jababirah di Syam dan menjadikan mereka sebagai penguasa daerah itu, sekaligus sebagai penduduknya."
Asy Syaikh Ali al-Shabuniy di dalam Shafwat al-Tafaasiir, menafsirkan frase "layastakhlifannahum fi al-ardl kamastakhlafa al-ladziina min qablihim" atas sebagai berikut:
أي وعد الله المؤمنين المخلصين الذين جمعوا بين الايمان و العمل الصالح {لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ } اي وعدهم بميراث الارض وأن يجعلهم فيها خلفاء متصرفين فيها تصرف الملوك في ممالكهم, كما استخلف المؤمنين قبلهم فملكهم ديار الكفار..."
"Maksudnya, Allah swt telah berjanji kepada kaum Mukmin yang mukhlish yang terkumpul di dalam dirinya iman dan amal sholeh; [Layastakhlifannahum fi al-ardl kamaa istikhlafa alladzinna min qablihim], yakni Allah swt berjanji akan mewariskan bumi ini kepada mereka (umat Islam), dan menjadikan mereka sebagai khalifah yang akan mengatur muka bumi ini dalam kekuasaan mereka; sebagaimana Allah swt telah mengangkat kaum Mukmin sebelumnya sebagai penguasa, dan menguasai negeri-negeri kaum kafir..."
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan:
كان النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه بمكة (3) نحوا من عشر سنين، يدعون إلى الله وحده، وعبادته وحده لا شريك له سرًا وهم خائفون، لا يؤمرون بالقتال، حتى أمروا بعدُ بالهجرة إلى المدينة، فقدموا المدينة، فأمرهم الله بالقتال، فكانوا بها خائفين يُمْسُون في السلاح ويصبحون في السلاح، فَغَيَّرُوا (4) بذلك ما شاء الله. ثم إن رجلا من أصحابه (5) قال: يا رسول الله، أبدَ الدهر نحن خائفون هكذا؟ أما يأتي علينا يوم نأمن فيه ونضع عنا [فيه] (6) السلاح؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لن تَغْبروا إلا يسيرا حتى يجلس الرجل منكم في الملأ العظيم مُحْتَبِيًا ليست فيهم حديدة". وأنزل الله هذه الآية، فأظهر الله نبيه على جزيرة العرب، فأمنوا ووضعوا السلاح. ثم إن الله، عز وجل، قبض نبيه صلى الله عليه وسلم فكانوا كذلك آمنين في إمارة أبي بكر وعمر وعثمان.
"Tatkala masih berada di Mekah, hampir 10 tahun lamanya, Nabi saw dan para shahabatnya menyembah dan beribadah kepada Allah swt secara sembunyi-sembunyi. Mereka dalam keadaan penuh ketakutan, namun belum diperintahkan berperang. Hingga akhirnya, Allah memerintahkan mereka berperang setelah mereka berhijrah ke Madinah, dan tiba di sana. Sejak saat itu, mereka hidup dalam ketakutan. Mereka berjalan dan bangun tidur dengan menyandang senjata; dan siapa berperang dengan senjata-senjata mereka jika Allah swt telah berkehendak. Dalam keadaan seperti itu, ada seorang shahabat bertanya kepada Nabi saw, "Ya Rasulullah, sepanjang waktu kami terus berada dalam ketakutan; lantas, kapan kami bisa merasakan keamanan, dan bisa meletakkan senjata kami? Rasulullah saw menjawab, "Sesungguhnya, tidak akan pernah kalian bersabar, kecuali kalian akan mendapatkan kemudahan; hingga seorang laki-laki diantara kalian di kepung oleh pasukan yang besar dalam keadaan kaki terikat, dan tidak ada satupun pelindung". Lalu, turunlah ayat ini. Tak lama kemudian, Allah swt memenangkan Nabinya atas seluruh jazirah Arab, sehingga para shahabat hidup aman, dan bisa meletakkan senjata mereka. Setelah itu, Allah swt mewafatkan Nabinya, dan mereka tetap berada dalam keadaan aman sentausa di bawah kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan 'Utsman...."
Imam Syaukaniy, di dalam Fath al-Qadiir menyatakan bahwa janji kekhilafahan berlaku umum untuk seluruh umat Nabi Mohammad saw; dan tidak berlaku khusus bagi kurun tertentu atau orang-orang tertentu. Beliau juga berpendapat bahwa kekuasaan yang dijanjikan Allah swt tidak hanya di kota Mekah semata, namun di seluruh muka bumi. Beliau menyatakan:
ليجعلنهم فيها خلفاء يتصرفون فيها تصرف الملوك في مملوكاتهم ، وقد أبعد من قال : إنها مختصة بالخلفاء الأربعة ، أو بالمهاجرين ، أو بأن المراد بالأرض أرض مكة ، وقد عرفت أن الاعتبار بعموم اللفظ لا بخصوص السبب ، وظاهر قوله : { كَمَا استخلف الذين مِن قَبْلِهِمْ } كل من استخلفه الله في أرضه ، فلا يخصّ ذلك ببني إسرائيل ولا أمة من الأمم دون غيره
"Allah swt akan menjadikan mereka sebagai khalifah atas muka bumi, yang akan mengatur semua kekuasaan di bawah kekuasaan mereka". Amatlah jauh (keliru) orang yang berpendapat bahwa janji ini hanya khusus bagi empat khalifah, atau khusus bagi kaum Muhajirin; atau yang dimaksud dengan bumi adalah bumi Mekah. Sungguh sudah diketahui bahwa i’tibar itu berdasarkan keumuman lafadz bukan kekhususan sebab. Dhahir dari firmanNya [kamaa istakhlafa alladziina min qablihim] adalah setiap orang yang diangkat Allah swt sebagai penguasa di muka bumi; dan tidak hanya khusus pada Bani Israel atau umat tertentu selain Bani Israel.
Di dalam Kitab Zaad al-Masiir dinyatakan:
ليورثنَّهم أرض الكفار من العرب والعجم ، فيجعلهم ملوكها وساستها وسكَّانها
"Frase "layastakhlifannahum fi al-ardl", maknanya adalah Allah mewariskan bumi Arab maupun non Arab untuk mereka, sekaligus menjadikan mereka sebagai penguasa, pengatur, sekaligus sebagai penduduknya".
Janji Istikhlaf di Dalam Sunnah
Di dalam sunnah, banyak dituturkan riwayat-riwayat yang berisi bisyarah (kabar gembira) tegaknya kekhilafahan Islam yang kekuasaannya meliputi timur dan barat bumi. Di antara hadits-hadits yang berbicara tentang bisyarah Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (رَوَاهُ اَحْمَدُ)
"Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan 'ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah 'ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad]
Di dalam hadits-hadits shahih, Nabi Mohammad saw telah mengabarkan kabar gembira (bisyarah) kepada kaum Muslim tentang kekuasaan umat Islam yang mencakup seluruh muka bumi. Riwayat-riwayat yang menuturkan kekuasaan kaum Muslim mulai dari timur dan barat, menunjukkan bahwasanya kekhilafahan Islam akan ditegakkan kembali di muka bumi. Pasalnya, perluasan kekuasaan kaum Muslim hanya akan terjadi jika di sana ada penaklukkan-penaklukkan. Penaklukkan-penaklukkan hanya terjadi jika di sana ada pasukan perang yang dilengkapi oleh piranti perang yang kuat dan canggih. Semua itu tidak akan terwujud kecuali ada negara super power yang tegak di atas ’aqidah dan syariat Islam. Negara itu tidak lain tidak bukan adalah Khilafah Islamiyyah.
Di antara riwayat-riwayat yang berbicara tentang kekuasaan kaum Muslim yang mencakup timur dan barat adalah sebagai berikut. Imam Muslim menuturkan sebuah hadits dari Tsauban, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
ِإنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا...“ (أخرجه الامام مسلم, صحيح مسلم 4:2215 , الترمذي, سنن الترمذي 4:472 ,ابو داود,سنن ابو داود,4:97)
”Sesungguhnya Allah swt telah mengumpulkan (dan menyerahkan) bumi kepadaku, sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Sesungguhnya umatku, kekuasaannya akan mencapai apa yang telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku”.[HR. Imam Muslim, Tirmidziy, dan Abu Dawud]
Al-Imam Al-Hafidz al-Khaathabiy berkata:
”.. وَمَعْنَاهُ أَنَّ الْأَرْضَ زُوِيَتْ لِي جُمْلَتُهَا مَرَّةً وَاحِدَةً فَرَأَيْت مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا , ثم هي تفتح لأمتي جزأ فجزأ حتى يصل ملك أمتي إلى كل أجزائها... (العلامة الشيخ محمد عبد الرحمن المباركفوري, تحفة الاحوذي بشرح سنن الترمذي,4:468)
”..Maknanya adalah, sesungguhnya bumi telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku seluruhnya secara serentak, sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Kemudian, bumi akan ditaklukkan untuk ummatku bagian demi bagian, hingga kekuasaan umatku meliputi seluruh bagian muka bumi”..[Imam al-Mubarakfuriy, Tuhfat al-Ahwadziy bi Syarh Sunan al-Tirmidziy, juz 4/468]
Imam An Nawawiy Asy Syafi’iy ra, menyatakan:
..فيه إشارة إلى أن ملك هذه الأمة يكون معظم امتداده في جهتي المشرق والمغرب وهكذا وقع وأما في جهتي الجنوب والشمال فقليل بالنسبة إلى المشرق والمغرب انتهى (العلامة الشيخ محمد شمس الحق العظيم, عون المعبود بشرح سنن ابو داود, 9:292)
”Di dalam hadits ini ada isyarat bahwasanya kekuasaan umat ini akan membentang (membesar) pada arah timur dan barat, dan inilah yang telah terjadi. Adapun pada arah selatan dan utara, maka itu lebih kecil jika dinisbahkan kepada timur dan barat. Selesai.”[Imam Syams al-Haqq al-’Adziim, ’Aun al-Ma’buud bi Syarh Sunan Abu Dawud, juz 9/292]
Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat dari Tamin Ad Daariy ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ, وَلَا يَتْرُكُ الله بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ الله هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ, عِزًّا يُعِزُّ الله بِهِ الْإِسْلَامَ وَذُلًّا يُذِلُّ الله بِهِ الْكُفْر َوَكَانَ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ ، يَقُولُ : قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ فِي أَهْلِ بَيْتِي ، لَقَدْ أَصَابَ مَنْ أَسْلَمَ مِنْهُمُ الْخَيْرُ وَالشَّرَفُ وَالْعِزُّ ، وَلَقَدْ أَصَابَ مَنْ كَانَ مِنْهُمْ كَافِرًا الذُّلُّ وَالصَّغَارُ وَالْجِزْيَةُ
“Urusan ini akan mencapai apa yang malam dan siang mencapainya. Allah swt tidak membiarkan bait madar dan wabar, kecuali Allah memasukkannya ke dalam agama ini dengan kemulyaan atau dengan kehinaan. Kemulyaan yang dengannya Allah swt akan memulyakan Islam; tau kehinaan, yang dengann+ya Allah swt akan menghinakan kekufuran. Tamim ad Daariy ra berkata, “Sungguh aku melihat hal itu di keluargaku. Sungguh, kebaikan dan kemulyaan menimpa siapa saja di antara mereka yang masuk ke dalam agama Islam. Dan kehinaan, kekerdilan, dan jizyah menimpa siapa saja di antara mereka yang kafir”. [HR. Imam Ahmad dari Tamim ad Daariy ra]
Hadits ini mengisyaratkan bahwasanya Islam akan tersebar di seluruh penjuru dunia. “Tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia” mengisyaratkan bahwasanya Islam akan menguasai seluruh dunia, sehingga penyebaran Islam ke seluruh dunia berlangsung dengan mudah. Imam Ath Thahawiy berkata:
أنه قد يحتمل أن يكون المراد في حديث تميم عموم الأرض كلها ، حتى لا يبقى بيت إلا دخله ، إما بالعز الذي ذكره ، أو بالذل الذي ذكره في هذا الحديث... ((مشكل الاثر, 13:389
“Sesungguhnya hadits Tamim al-Daariy ini harus dibawa ke arah makna “umumnya muka bumi keseluruhannya, hingga tidak ada suatu negeri kecuali masuk dalam kekuasaan Islam, baik dengan kemulyaan sebagaimana yang beliau ceritakan, atau dengan kehinaan sebagaimana yang beliau tuturkan dalam hadits ini”.[Musykil al-Atsar, juz 13/389]
Hadits ini didukung sekitar delapan hadits lain, dengan makna yang sama. Seperti masuknya Islam ke setiap rumah, al-waraq al-mu’allaq, turunnya Khilafah di al-Quds, dan lain sebagainya.
Adapun makna hadits kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah ini diriwayatkan oleh 25 sahabat, yang kemudian diriwayatkan oleh 39 tabiin, kemudian diriwayatkan oleh 62 tabiit tabiin.
Imam Ahmad menuturkan sebuah hadits dari ‘Amru bin ‘Ash ra, bahwasanya Abu Qabil ra berkata:
كُنَّا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِي وَسُئِلَ أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ فَدَعَا عَبْدُ اللَّهِ بِصُنْدُوقٍ لَهُ حَلَقٌ قَالَ فَأَخْرَجَ مِنْهُ كِتَابًا قَالَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بَيْنَمَا نَحْنُ حَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَكْتُبُ إِذْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا قُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَدِينَةُ هِرَقْلَ تُفْتَحُ أَوَّلًا يَعْنِي قُسْطَنْطِينِيَّةَ
”Kami sedang bersama ’Abdullah bin ’Amru bin al-’Ash, dan ia ditanya mana kota yang ditaklukkan pertama kali; Kostantinopel atau Romawi? ’Abdullah saw pun mengambil sebuah kotak antik. Abu Qabil berkata,”’Abdullah mengeluarkan secarik tulisan dari kotak itu. Abu Qabil berkata, ”Lalu ’Abdullah bin ’Amru bin al-’Ash berkata, ”Ketika kami berada di sekeliling Rasulullah saw, kami menulis, ketika Rasulullah saw ditanya kota mana yang ditaklukkan pertama kali, Kostantinopel atau Romawi; maka Rasulullah saw menjawab, ”Kota Heraklius akan ditaklukkan pertama kali. Maksudnya adalah kota Kostantinnopel”. [HR. Imam Ahmad]
Di dalam hadits ini, Nabi saw memberikan kabar gembira kepada kaum Muslim dengan ditaklukkannya Konstantinnopel dan Romawi. Di dalam sejarah dituturkan bahwasanya kota Konstantinnopel berhasil ditaklukkan pasukan Islam yang dipimpin Sultan Mohammad Al Fatih. Penaklukkan kota Konstantinnopel juga disebutkan dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh Imam Ahmad. Rasulullah saw bersabda:
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
”Sungguh, akan ditaklukkan Konstantinopel. Sebaik-baik amir adalah amirnya ( amir yang menaklukkan Konstantinopel) dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya (pasukan yang menaklukkan kota itu)”. [HR. Imam Ahmad]
Ada satu kota yang belum ditaklukkan oleh kaum Muslim, yakni kota Romawi. Penaklukkan kota Romawi --akan terlaksana dengan ijin Allah swt--, mengisyaratkan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah yang akan melaksanakan bisyarah Nabi saw tersebut.
Imam Ibnu ’Asakir di dalam Kitab Tarikhnya menuturkan sebuah riwayat sebagai berikut:
قرأت بخط أبي الحسين محمد بن عبد الله الرازي ، أنا أبو الحسن أحمد بن عمير بن حوصا ، نا أبو عامر موسى بن عامر ، نا الوليد بن مسلم ، نا مروان بن جناح ، عن يونس بن ميسرة بن حلبس قال : قال رسول الله ( " هذا الأمر ( يعني الخلافة ) كائن بعدي بالمدينة ثم بالشام ثم بالجزيرة ثم بالعراق ثم بالمدينة ثم ببيت المقدس فإذا كان ببيت المقدس أتم عقر دارها ولن يخرجها قوم فتعود إليهم أبدا "(352) . وهذا حديث مرسل رجاله ثقات
”Saya membaca tulisan Abu al-Husain Mohammad bin ’Abdullah al-Raziy, ”Telah mengabarkan kepada kami, Abu al-Hasan Ahmad bin ’Umair bin Husha; telah mengabarkan kepada kami Abu ’Amir Musa bin ’Amir; telah mengabarkan kepada kami al-Walid bin Muslim; telah mengabarkan kepada kami Marwan bin Junah, dari Yunus bin Maisarah bin Halbas, bahwasanya ia berkata, ”Rasulullah saw bersabda, ”Urusan ini (Khilafah) akan tegak setelahku di Madinah, kemudian di Syam, kemudian di Jazirah, kemudian di ’Iraq, kemudian di Madinah, kemudian di Baitul Maqdis. Jika sudah berada di Baitul Maqdis, maka sempurnalah perputarannya, dan tak akan pernah ada satupun kaum pun yang bisa mengeluarkannya, sehingga kembali kepada mereka selama-lamanya”. [HR Imam Ibnu ’Asakir]
Imam Abu Dawud menuturkan sebuah hadits dari ’Abdullah bin Hawalah al-Azdiy bahwasanya beliau berkata:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَغْنَمَ عَلَى أَقْدَامِنَا فَرَجَعْنَا فَلَمْ نَغْنَمْ شَيْئًا وَعَرَفَ الْجَهْدَ فِي وُجُوهِنَا فَقَامَ فِينَا فَقَالَ اللَّهُمَّ لَا تَكِلْهُمْ إِلَيَّ فَأَضْعُفَ عَنْهُمْ وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَيَعْجِزُوا عَنْهَا وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى النَّاسِ فَيَسْتَأْثِرُوا عَلَيْهِمْ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي أَوْ قَالَ عَلَى هَامَتِي ثُمَّ قَالَ يَا ابْنَ حَوَالَةَ إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتْ أَرْضَ الْمُقَدَّسَةِ فَقَدْ دَنَتْ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَابِلُ وَالْأُمُورُ الْعِظَامُ وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْ النَّاسِ مِنْ يَدِي هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ قَالَ أَبُو دَاوُد عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَوَالَةَ حِمْصِيٌّ
”Rasulullah saw telah mengutus kami berperang agar kami mendapatkan ghanimah di bawah kaki-kaki kami. Kami pun berangkat, namun kami tidak mendapatkan harta ghanimah sedikitpun. Rasulullah saw melihat kesungguhan di wajah kami, lalu beliau berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa, ”Ya Allah janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepadaku, sehingga aku memberatkan beban mereka, dan janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepada diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak mampu menanggung beban mereka sendiri (dikarenakan syahwat dan keburukan mereka yang banyak), dan janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepada manusia, hingga mereka berniat untuk manusia (lalu mereka menelantarkannya). Lalu, beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku (ra’siy) (atau ia berkata: lalu Rasulullah saw meletakkan tangannya di atas kepalaku (haamatiy), seraya bersabda, ”Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau menyaksikan Khilafah akan turun di bumi muqaddasah (Baitul Maqdis), maka akan muncul kegoncangan-kegoncangan, kekacauan-kekacauan, dan urusan-urusan yang sangat besar. Hari itu akan terjadi lebih dekat daripada jarak tanganku ini dengan kepalamu.” Abu Dawud menyatakan bahwa Abu Hawalah adalah orang Himsha [HR. Imam Abu Dawud]
Hadits-hadits di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwasanya Khilafah akan ditegakkan di Baitul Maqdis.
Riwayat lain menyebutkan kemunculan seorang Khalifah yang membagi-bagikan harta yang melimpah ruah. Imam Muslim dan Imam Ahmad menuturkan sebuah hadits dari Abu Nadlrah dari Jabir ra bahwasanya Abu Nadlrah berkata:
كُنَّا عِنْدَ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: يُوشِكُ أَهْلُ الْعِرَاقِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ قَفِيزٌ ، وَلَا دِرْهَمٌ، قُلْنَا: مِنْ أَيْنَ ذَاكَ ؟ قَالَ: مِنْ قِبَلِ الْعَجْمِ، يُمْنَعُونَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ: يُوشِكُ أَهْلُ الشَّامِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ دِينَارٌ، وَلَا مُدِّيٌّ، قُلْنَا: مِنْ أَيْنَ ذَاكَ ؟ مِنْ قِبَلِ الرُّومِ يُمْنَعُونَ ذَاكَ، قَالَ: ثُمَّ سَكَتَ (1) هُنَيْهَةً ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي خَلِيفَةٌ، يَحْثُو الْمَالَ (2) حَثْوًا، (3) لَا يَعُدُّهُ عَدًّا "، قَالَ الْجُرَيْرِيُ: فَقُلْتُ لِأَبِي نَضْرَةَ: وَأَبِي الْعَلَاءِ: " أَتَرَيَانِهِ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ ؟ " فَقَالَا: " لَا " (4)
“Kami sedang berada di sisi Jabir bin ‘Abdullah ra. Beliau berkata, “Begitu cepatnya penduduk Irak dihalangi untuk mendapatkan qafiz dan dirham”. Kami bertanya, “Siapa yang melakukan itu?’. Jabir ra menjawab, “Orang ‘Ajam, yang mereka menghalangi hal itu”. Kemudian Jabir ra berkata kembali, “Begitu cepatnya penduduk Syam dihalangi untuk mendapatkan dinar dan muddiy”. Kami bertanya, “Siapa yang melakukan hal itu?”. Orang Romawi yang menghalangi hal itu”. Abu Nadlarah berkata, “Lalu beliau diam tidak berkata apapun”. Lalu, Jabir ra berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Akan muncul di akhir umatku, seorang Khalifah yang memberikan harta sangat banyak, yang ia tidak pernah menghitung jumlahnya”. Al-Jurairiy berkata, “Saya bertanya kepada Abu Nadlrah dan Abu al-‘Ala`, “Apakah kalian berpendapat bahwa khalifah itu adalah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz? Keduanya menjawab, “Tidak”.[HR. Imam Ahmad dan Muslim]
Bisyarah tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah juga ditunjukkan oleh riwayat-riwayat yang menceritakan tentang datangnya Imam Mahdiy. Hadits-hadits yang bertutur tentang Imam Mahdiy jumlahnya sangat banyak, sehingga mencapai derajat mutawatir. Imam Al-Hafidz As Suyuthi di dalam Kitab Al-Hawiy menyebutkan lebih dari 30 orang shahabat yang menuturkan riwayat-riwayat tentang Imam Mahdiy dengan jalur periwayatan yang banyak dan berbeda-beda.
Adapun yang dimaksud Imam Mahdiy di sini, tentu saja berbeda dengan Imam Mahdiy yang dimaksud oleh sekte Syi’ah. Yang dimaksud Imam Mahdiy di sini seorang khalifah yang ada di akhir zaman yang memerintah dengan penuh keadilan, bukan Imam Mahdiy sebagaimana pemahaman sekte Syi’ah. Di antara hadits yang bertutur tentang Imam Mahdiy adalah sebagai berikut:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدَّهْرِ إِلاَّ يَوْمٌ لَبَعَثَ اللَّهُ رَجُلاً مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يَمْلأُهَا عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
“Seandainya masih tersisa waktu, walaupun hanya sehari saja, niscaya Allah akan mengutus seorang laki-laki dari keluargaku yang memenuhi waktu dengan keadilan sebagaimana, sebagaimana sebelumnya waktu dipenuhi oleh kelaliman”. [HR. Imam Abu Dawud dari ‘Ali ra]
Imam Tirmidziy menuturkan sebuah hadits dari ‘Abdullah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ العَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي. وَفِي البَابِ عَنْ عَلِيٍّ ، وَأَبِي سَعِيدٍ ، وَأُمِّ سَلَمَةَ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ. وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
“Dunia tidak akan lenyap hingga seorang laki-laki dari keluargaku berkuasa di Arab, yang namanya seperti namaku”. Isi hadits ini juga diriwayatkan dari ‘Ali ra, Abi Sa’id, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah ran. Hadits ini hasan shahih]
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abdullah dari Nabi saw, bahwasanya beliau saw bersabda:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ ». قَالَ زَائِدَةُ فِى حَدِيثِهِ « لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ ». ثُمَّ اتَّفَقُوا « حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ رَجُلاً مِنِّى ». أَوْ « مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى ». زَادَ فِى حَدِيثِ فِطْرٍ « يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا ». وَقَالَ فِى حَدِيثِ سُفْيَانَ « لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ لَفْظُ عُمَرَ وَأَبِى بَكْرٍ بِمَعْنَى سُفْيَانَ.
“Seandainya di dunia ini tidak ada waktu tersisa kecuali hanya sehari saja”, Zaidah berkata di dalam haditsnya, “Niscaya Allah akan memanjangkan hari itu”, lalu mereka bersepakat, “Hingga Allah mengutus di hari itu seorang laki-laki dariku”, atau “seorang laki-laki dari keluargaku (ahlul bait), yang namanya seperti namaku dan bapaknya seperti bapakku”. Ada tambahan di dalam haditsnya Fithr, “Yang memenuhi dunia dengan keadilan dan kesetaraan, sebagaimana sebelumnya dunia dipenuji oleh kedzaliman dan kelaliman”. Nabi saw bersabda, dalam haditsnya Sufyan, “Dunia tidak akan lenyap atau binasa, hingga seorang laki-laki dari keluargaku berkuasa di Arab, yang namanya seperti namaku”. Imam Abu Dawud berkata, “Lafadz dari ‘Umar dan Abu Bakar semakna dengan hadits yang lafadznya dari Sufyan]
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudriy bahwasanya ia berkata, “Rasulullah saw bersabda:
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلَازِلَ، فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا، كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا، يَرْضَى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ الْأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا " فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: مَا صِحَاحًا ؟ قَالَ: " بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَ النَّاسِ " قَالَ: " وَيَمْلَأُ اللهُ قُلُوبَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غِنًى، وَيَسَعُهُمْ عَدْلُهُ، حَتَّى يَأْمُرَ مُنَادِيًا فَيُنَادِي فَيَقُولُ: مَنْ لَهُ فِي مَالٍ حَاجَةٌ ؟ فَمَا يَقُومُ مِنَ النَّاسِ إِلَّا رَجُلٌ (1) فَيَقُولُ (2) أنا، فيقول: ائْتِ السَّدَّانَ - يَعْنِي الْخَازِنَ - فَقُلْ لَهُ: إِنَّ الْمَهْدِيَّ يَأْمُرُكَ أَنْ تُعْطِيَنِي مَالًا، فَيَقُولُ لَهُ: احْثِ حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ فِي حِجْرِهِ وَأَبْرَزَهُ نَدِمَ، فَيَقُولُ: كُنْتُ أَجْشَعَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ نَفْسًا، أَوَعَجَزَ عَنِّي مَا وَسِعَهُمْ ؟ قَالَ: فَيَرُدُّهُ فَلَا يَقْبَلُ مِنْهُ، فَيُقَالُ لَهُ: إِنَّا لَا نَأْخُذُ شَيْئًا أَعْطَيْنَاهُ، فَيَكُونُ كَذَلِكَ سَبْعَ سِنِينَ - أَوْ ثَمَانِ سِنِينَ، أَوْ تِسْعَ سِنِينَ - ثُمَّ لَا خَيْرَ فِي الْعَيْشِ بَعْدَهُ - أَوْ قَالَ: ثُمَّ لَا خَيْرَ فِي الْحَيَاةِ بَعْدَهُ
“Aku akan mengabarkan kepada kalian tentang Al-Mahdiy. Ia diutus kepada umatku ketika manusia berselisih dan mengalami kekacauan. Lalu, ia memenuhi bumi dengan kesetaraan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi kelaliman dan kedzaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi ridlo kepadanya. Dan ia membagi-bagi harta dengan shihahan”. Seorang laki-laki bertanya, “Apa yang dimaksud dengan shihahan? Beliau menjawab, “Dengan kadar yang sama di antara manusia”. Beliau bersabda, “Allah memenuhi hati umat Mohammad saw dengan kekayaan dan membahagiakan mereka dengan keadilannya. Hingga seorang penyeru berseru, “Siapa yang masih membutuhkan harta? Tak seorang pun dari manusia yang berdiri, kecuali hanya satu orang laki-laki, seraya berkata, “Saya”. Penyeru itu berkata, “Panggilah bendahara, dan katakanlah kepadanya, “Sesungguhnya Mahdiy memerintahkanmu agar kamu memberiku harta”. Maka laki-laki itu berkata kepada bendahara, “Berikanlah”, hingga ketika ia meletakkan harta itu di kamarnya dan melihatnya, maka ia menyesal”. Laki-laki itu pun berkata, “Aku ini adalah umat Nabi Mohammad saw yang paling tamak. Atau, apakah yang diberikan kepada mereka sedikit dibandingkan yang diberikan kepadaku? Beliau bersabda,”Lalu, laki-laki itu mengembalikan harta itu, namun bendahara itu menolaknya. Dikatakan kepada laki-laki itu,”Kami tidak akan menarik sesuatu yang sudah kami berikan”. Hal itu berlangsung selama 7 tahun (atau 8 atau 9 tahun). Lalu, setelah itu tidak ada lagi penghasilan yang baik. Kemudian, tidak ada lagi kebaikan di dalam kehidupan”.[HR. Imam Ahmad. Menurut Imam Al-Haitsamiy, perawinya banyak yang tsiqah]
Imam Thabaraniy menuturkan sebuah riwayat dalam Kitab al-Kabir dari Qais bin Jabir dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
سَيَكُونُ مِنْ بَعْدِي خُلَفَاءُ، وَمِنْ بَعْدِ الْخُلَفَاءِ أُمَرَاءُ، وَمِنْ بَعْدِ الأُمَرَاءِ مُلُوكٌ، وَمِنْ بَعْدِ الْمُلُوكِ جَبَابِرَةٌ، ثُمَّ يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَمْلأُ الأَرْضَ عَدْلا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا، ثُمَّ يُؤَمَّرُ الْقَحْطَانِيُّ، فَوَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ مَا هُوَ دُونَهُ
“Setelahku akan ada para khalifah. Setelah para khalifah, muncullah umara’, dan setelah ‘umara’ muncullah para raja, dan setelah para raja, muncullah jabaabirah (dictator). Lalu, muncullah seorang laki-laki dari keluarga yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dunia dipenuhi kelaliman. Setelah masanya berakhir, al-Qahthaniy akan memerintah. Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, ia sama dengan dirinya”.[HR. Imam Thabaraniy]
Imam Thabaraniy menuturkan di dalam Al-Ausath sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
يَكُونُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ، إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلا فَثَمَانٍ، وَإِلا فَتِسْعٌ، تَنْعَمُ أُمَّتِي فِيهِ نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثَلَهَا، يُرْسِلُ اللَّهُ السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا، وَلا تَدَّخِرُ الأَرْضُ بِشَيْءٍ مِنَ النَّبَاتِ وَالْمَالُ كُدُوسٌ يَقُومُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: يَا مَهْدِيُّ، أَعْطِنِي فَيَقُولُ: خُذْهُ"
“Akan muncul di tengah-tengah umatku, Al Mahdiy, walaupun masanya pendek, yakni tujuh, atau delapan, atau sembilan tahun, namun umatku mendapatkan kenikmatan pada dirinya dengan kenikmatan yang tiada taranya. Allah swt menurunkan air hujan dari langit untuk mereka, dan bumi tidak menyimpan apapun dari tetumbuhan. Harta melimpah ruah hingga tertimbun. Ada seorang laki-laki berkata, “Wahai Mahdiy, berilah aku”. Maka Mahdiy menjawab, “Ambilkan untuknya”. [HR. Imam Ath Thabaraniy. Imam al-Haitsamiy menyatakan, “Imam Thabaraniy meriwayatkannya di dalam Kitab al-Ausath, dan rijalnya tsiqqah]
Dari jalur Imam Ad Daruquthniy di Kitab Al-Afrad, dan Imam Thabaraniy di dalam Kitab al-Ausath (Majmuu’ al-Ausath) dari Abu Hurairah ra; dan juga yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain dari Ummu Salamah ra, dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
يَكُونُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنَ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيَظْهَرُونَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيمَةَ كَلْبٍ فَيَقْسِمُ الْمَالَ وَيَعْمَلُ فِى النَّاسِ بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ -صلى الله عليه وسلم- وَيُلْقِى الإِسْلاَمُ بِجِرَانِهِ إِلَى الأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِينَ ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ قَالَ بَعْضُهُمْ عَنْ هِشَامٍ « تِسْعَ سِنِينَ ». وَقَالَ بَعْضُهُمْ « سَبْعَ سِنِينَ ». قال الهيثمي : رواه الطبراني في الأوسط ورجاله رجال الصحيح
“Akan ada perselisihan menjelang kematian seorang Khalifah. Lalu, keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah dengan cepat menuju Mekah. Penduduk kota Mekah mendatangi laki-laki itu, dan mereka mengeluarkan laki-laki itu dari rumahnya, walaupun laki-laki itu menolak. Kemudian, mereka membai’at laki-laki itu di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Lalu dikirimlah kepadanya pasukan perang dari Syams, namun pasukan itu ditenggelamkan (terkubur) di Bida’ antara Mekah dan Madinah. Ketika manusia melihat itu, maka datanglah Abdaal Al-Syams [(30 atau 40 orang sholeh yang hatinya seperti Nabi Ibrahim as, di mana jika seorang di antara mereka meninggal, maka Allah swt akan mengganti posisinya dengan orang lain)] dan sekelompok orang terpilih dari Iraq mendatanginya, lalu membai’atnya (Mahdiy) di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Lalu, muncullah seorang laki-laki dari Quraisy (bapaknya orang Quraisy dan ibunya berasal dari suku Kalab). Ia mengirim pasukan kepada mereka (orang-orang yang membai’at Imam Al Mahdiy), namun pasukannya berhasil dikalahkan oleh orang-orang yang membai’at Imam Mahdiy. Pasukan itu adalah pasukan yang dikirim laki-laki Quraisy keturunan Kalab. Penyesalan bagi siapa saja yang tidak menyaksikan ghanimahnya Kalab. Selanjutnya, laki-laki itu (Imam Mahdiy) membagi-bagi harta dan memperlakukan manusia dengan sunnah Nabi mereka saw. Islam pun tegak di seluruh muka bumi. Laki-laki itu (Imam Mahdiy) memerintah selama tujuh tahun, lalu wafat, dan kaum Muslim menyolatkannya”. Abu Dawud berkata, “Sebagian ahli hadits menyatakan dari Hisyam (ia memerintah selama 9 tahun), sedangkan yang lain menyatakan, “Tujuh tahun”. Al-Hafidz al-Haitsamiy berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabaraniy dal;am al-Ausath dan rijal-rijalnya shahih]
Al Kattaniy di dalam Kitab Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, menyatakan:
وقد نقل غير واحد عن الحافظ السخاوي أنها متواترة والسخاوي ذكر ذلك في فتح المغيث ونقله عن أبي الحسين الإبري وقد تقدم نصه أول هذه الرسالة وفي تأليف لأبي العلاء إدريس بن محمد بن إدريس الحسين العراقي في المهدي هذا أن أحاديثه متواترة أو كادت
“Dinukilkan tidak hanya satu jalur, dari al-Hafidz al-Sakhawiy bahwasanya hadits-hadits yang bertutur tentang Al-Mahdiy adalah mutawatir. Keterangan ini disebutkan di dalam Kitab Fath al-Mughits. Dinukilkan dari Abu al-Husain al-Ibriy, yang sudah disebutkan redaksinya di awal risalah ini, dan di dalam Ta’lif karya Abu al-‘Ilaa’ Idris bin Mohammad bin Idris al-Husain al-‘Iraqiy tentang (kedatangan) Al-Mahdiy, bahwasa hadits-hadits tentang Al Mahdiy adalah mutawatir atau hampir-hampir mutawatir.”.[Al-Kattaniy, Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, Juz 1, hal.226]
Masih menurut Al-Kattaniy:
وفي شرح الرسالة للشيخ جسوس ما نصه ورد خبر المهدي في أحاديث ذكر السخاوي أنها وصلت إلى حد التواتر, وفي شرح المواهب نقلا عن أبي الحسين الإبري في مناقب الشافعي قال تواترت الأخبار أن المهدي من هذه الأمة وأن عيسى يصلي حلفه ذكر ذلك ردا لحديث ابن ماجة عن أنس ولا مهدي إلا عيسى
“Di dalam Syarah al-Risalah, karta Syaikh Jasus, disebutkan bahwasanya berita tentang Al Mahdiy terdapat di dalam hadits-hadits yang dinyatakan oleh Al Hafidz al-Sakhawiy telah mencapai derajat mutawatir. Di dalam Syarah al-Mawahib, dinukilkan dari al-Husain al-Ibriy di dalam Kitab Manaqib al-Syafi’iy, bahwasanya ia berkata, “Informasi-informasi yang menyatakan bahwa Al Mahdiy adalah bagian dari umat ini, dan ‘Isa as akan sholat dibelakangnya adalah mutawatir. Ini dituturkan sebagai bantahan atas haditsnya Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra yang menyatakan ” tidak ada Al-Mahdiy kecuali Nabi Isa as”. [Al-Kattaniy, Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, Juz 1, hal.226]
Masih di dalam Kitab Nudhum al-Mutanaatsir disebutkan:
وفي مغاني الوفا بمعاني الإكتفا قال الشيخ أبو الحسين الإبري قد تواترت الأخبار واستفاضت بكثرة رواتها عن المصطفى صلى الله عليه وسلم بمجيء المهدي وأنه سيملك سبع سنين وأنه يملأ الأرض عدلا
“Di dalam Kitab Maghaniy al-Wafaa’ bi Ma’aani al-Iktifaa’, Syaikh Abu al-Husain al-Ibriy menyatakan, “Berita-berita tersebut telah mutawatir dan mustafadl disebabkan jumlah perawi yang sangat banyak dari Nabi Mohammad saw tentang kedatangan Al Mahdiy. Sesungguhnya Mahdiy akan berkuasa selama tujuh tahun dan akan memenuhi bumi dengan keadilan”. [Al-Kattaniy, Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, Juz 1, hal.226]
Datangnya Imam Mahdiy dan Nabi Isa as di akhir zaman, merupakan dalil sharih akan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah. Wajib diketahui bahwasanya Imam Mahdiy yang dimaksud di dalam hadits-hadits di atas bukanlah Imam Mahdiy seperti yang diyakini sekte Syi’ah, akan tetapi ia adalah seorang laki-laki dari kalangan umat Islam yang memerintah manusia dengan penuh keadilan. Imam Ibnu Katsir di dalam Kitab Bidayah wa al-Nihayah menyatakan:
فَقَالَ: " فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ، وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ; فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ ". تَفَرَّدَ بِهِ ابْنُ مَاجَهْ، وَإِسْنَادُهُ قَوِيٌّ صَحِيحٌ، وَالظَّاهِرُ أَنَّ الْمُرَادَ بِهَذَا الْكَنْزِ الْمَذْكُورِ كَنْزُ الْكَعْبَةِ، يَقْتَتِلُونَ عِنْدَهُ; لِيَأْخُذَهُ ثَلَاثَةٌ مِنْ أَوْلَادِ الْخُلَفَاءِ، حَتَّى إِذَا كَانَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ خَرَجَ الْمَهْدِيُّ مِنْ بِلَادِ الْمَشْرِقِ، وَقِيلَ: مِنْ مَكَّةَ. لَا مِنْ سِرْدَابِ سَامَرَّا، كَمَا تَزْعُمُهُ الرَّافِضَةُ مِنْ أَنَّهُ مَحْبُوسٌ فِيهِ الْآنَ، وَهُمْ يَنْتَظِرُونَ خُرُوجَهُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ، وَهَذَا مِنَ الْهَذَيَانِ، وَقِسْطٌ كَبِيرٌ مِنَ الْخِذْلَانِ، وَهَوَسٌ شَدِيدٌ مِنَ الشَّيْطَانِ; إِذْ - لَا دَلِيلَ عَلَى ذَلِكَ وَلَا بُرْهَانَ، مِنْ كِتَابٍ وَلَا سُنَّةٍ وَلَا مَعْقُولٍ صَحِيحٍ وَلَا بَيَانٍ.
“Lalu, Nabi saw bersabda, “Jika kalian melihatnya, maka bai’atlah dirinya, walaupun harus merangkak di atas salju. Sesungguhnya ia adalah Khalifatullah al-Mahdiy”. Hanya Imam Ibnu Majah yang meriwayatkan hadits ini. Isnad-isnadnya qawwiyun shahiihun (kuat shahih). Dhahirnya, yang dimaksud dengan al-kanz (harta simpanan) yang disebut dalam riwayat itu adalah kanzu al-Ka’bah (harta simpanan di Ka’bah), di mana mereka saling berperang di sisinya. Tiga orang dari anak-anak para khalifah berperang untuk mendapatkannya. Hingga ketika menjelang akhir zaman, keluarlah Al Mahdiy dari negeri Timur; ada pula yang menyatakan dari Mekah. Mahdiy tidak keluar dari terowongan waktu, seperti keyakinan kaum Rafidlah, di mana, sekarang ini, Mahdiy tertahan di dalamnya. Mereka (sekte Syi’ah) menunggu keluarnya Mahdiy di akhir zaman. Keyakinan seperti ini adalah igauan, kebohongan besar, dan kegilaan dari setan. Sebab, tidak ada dalil maupun bukti yang menunjukkan keyakinan itu, baik dari Al-Quran, Sunnah, akal sehat, maupun pembuktian”. [Imam Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Juz 19, hal. 60]
Kesimpulan
(1) Allah telah menjanjikan kekuasaan atas muka bumi (menjadi khalifah) kepada kaum Mukmin.
(2) Sistem kenegaraan yang dijanjikan oleh Allah, dan telah dipraktekkan oleh para shahabat ra adalah system Khilafah Islaamiyyah, bukan negara demokrasi, ataupun negara bangsa.
(3) Di dalam ayat itu, secara simultan Allah swt telah menjanjikan kepada kaum Muslim; kekuasaan atas muka bumi (kekhilafahan); peneguhan dan penegakkan agama Islam secara sempurna; pengubahan kondisi kaum Muslim dari keadaan takut menjadi aman sentausa; hingga mereka bisa menyembah semata-mata kepada Allah, dan menjauhi sejauh-jauhnya setiap bentuk kesyirikan. Pada dasarnya, janji-janji tersebut saling terkait dan memiliki hubungan yang simultan. Artinya, ketika kaum Muslim telah menjadi penguasa atas muka bumi (janji pertama), maka terwujudlah janji Allah yang kedua, yakni tegaknya agama Allah secara sempurna. Sebab, Islam hanya bisa diwujudkan dan direalisasikan secara sempurna melalui pemerintahan dan kekuasaan. Setelah agama Allah tegak di muka bumi, maka ‘aqidah Islam menjadi pilar negara dan masyarakat, serta syariat Islam dijadikan sebagai aturan yang mengatur seluruh interaksi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ketika kondisi ini tercapai, maka kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan akan bisa diwujudkan secara nyata di tengah-tengah manusia (janji ketiga); menggantikan ketidaksejahteraan dan ketidakamanan. Dalam kondisi semacam ini, maka kaum Muslim bisa mengaktualisasikan peribadahannya secara sempurna kepada Allah swt; alias mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.
(4) Menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah, dan menjadikan sistem Khilafah sebagai satu-satunya sistem pemerintahan bagi kaum Muslim merupakan kewajiban syariat yang mengharuskan adanya partisipasi dan andil kaum Muslim. Di samping itu, seorang Mukmin wajib menyakini bahwa tegaknya Khilafah Islamiyyah merupakan janji Allah swt atas orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Untuk itu, kaum Muslim wajib berjuang dan berusaha untuk menegakkannya di tengah-tengah umat manusia, sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah swt, sekaligus keimanannya untuk menyongsong terlaksananya janji Allah swt.
Oleh: Ust. Syamsuddin Ramadhan
Janji Istikhlaf di Dalam Al-Quran
Allah swt telah menjanjikan kekuasaan atas seluruh muka bumi kepada kaum Mukmin (istikhlaf). Janji agung ini terdapat di dalam surat An Nuur (24) ayat ke 55. Allah swt berfirman;
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
"Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahkuKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku; dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, mereka itulah orang-orang yang fasik".[TQS An Nuur (24):55]
Di dalam kitab Manaahil al-'Irfaan, juz 2/271, Imam al-Zarqaaniy menjelaskan ayat di atas dengan menyitir sebuah riwayat dari Imam al-Hakim dari Ubay bin Ka’ab ra, bahwasanya ia berkata:
لما قدم رسول الله وأصحابه المدينة وآوتهم الأنصار رمتهم العرب عن قوس واحدة وكانوا لا يبيتون إلا بالسلاح ولا يصبحون إلا فيه فقالوا أترون أنا نعيش حتى نبيت آمنين مطمئنين لا نخاف إلا الله فنزلت الآية وكذلك روى ابن أبي حاتم عن البراء قال نزلت هذه الآية ونحن في خوف شديد أي قوله تعالى وعد الله الذين آمنوا وعملوا الصالحات الخ هكذا كان حال الصحابة أيام أن وعدهم الله ما وعد وما أعجل تحقق هذا الوعد الإلهي رغم هذه الحال المنافية في العادة لما وعد فدالت الدولة لهم واستخلفهم في أقطار الأرض وأورثهم ملك كسرى وقيصر ومكن لهم دينهم الذي ارتضى لهم وأبدلهم من بعد خوفهم أمنا
" Ketika Rasulullah saw dan para shahabatnya sampai di Madinah dan orang-orang Anshor memberikan perlindungan kepada mereka, maka orang-orang Arab bersatu padu memerangi mereka. Sehingga para shahabat dan Nabi saw tidak pernah melewati malamnya kecuali dengan perang, dan mereka senantiasa bangun di waktu pagi dalam keadaan perang. Para shahabat pun berkata, "Tahukah kalian, kapan kita bisa melewati malam-malam kita dengan aman dan tentram, dan kita tidak pernah lagi takut, kecuali hanya takut kepada Allah swt? Lalu, turunlah firman Allah swt surat An Nuur (24):55. Imam Ibnu Abi Hatim juga menuturkan dari al-Bara', bahwasanya ia berkata, "Ayat ini turun di saat kami berada dalam ketakutan yang luar biasa. Demikianlah keadaan para shahabat pada saat itu, walaupun Allah swt telah berjanji kepada mereka, namun Dia tidak menyegerakan terwujudnya janji Ilahiy itu, meskipun keadaan (ketakutan) mereka benar-benar telah diluar keadaan yang normal. Hingga akhirnya, Daulah Islamiyyah di Madinah berhasil menunjukki mereka, dan Allah mengangkat mereka sebagai Khalifah yang menguasai seluruh penjuru dunia,; dan Allah mewariskan kepada mereka negeri kerajaan Kisra, Romawiy. Tidak hanya itu saja, Allah menguatkan agama yang telah diridloiNya untuk mereka, dan mengubah ketakutan mereka menjadi rasa aman". [Imam al-Zarqaaniy, Manaahil al-'Irfaan, juz 12, hal. 271]
Imam AL-Baidlawiy di dalam Tafsir al-Baidlawiy menyatakan:
{وَعَدَ الله الذين ءامَنُواْ مِنْكُمْ وَعَمِلُواْ الصالحات } خطاب للرسول صلى الله عليه وسلم وللأمة أوله ولمن معه ومن للبيان { لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرض } ليجعلنهم خلفاء متصرفين في الأرض تصرف الملوك في مماليكهم ، وهو جواب قسم مضمر تقديره وعدهم الله وأقسم ليستخلفنهم ، أو الوعد في تحققه منزل منزلة القسم . { كَمَا استخلف الذين مِن قَبْلِهِمْ } يعني بني إسرائيل استخلفهم في مصر والشام بعد الجبابرة
"[Wa’ada al-Allah alladziina aamanuu minkum wa ’amilu al-shaalihaat/sesungguhnya Allah swt telah berjanji kepada orang-orang beriman diantara kamu, dan orang-orang yang beramal sholeh]", adalah seruan (perintah/khithab) bagi Rasulullah saw dan umatnya, baik generasi awal maupun umat yang senantiasa bersama beliau saw. Huruf min di sini berfungsi untuk menjelaskan (lil bayaan). "[Layastakhlifannahum]" artinya adalah, "menjadikan mereka para khalifah pengatur bumi yang akan mengatur semua kekuasaan di dalam kekuasaan mereka. Frase ini adalah jawab qasam (jawaban atas sumpah) yang didlamirkan; sedangkan perkiraan maknanya adalah: Allah swt berjanji kepada mereka dan Allah swt bersumpah akan mengangkat mereka sebagai penguasa. Atau janji tersebut dalam pewujudannya menggantikan kedudukan qasam"[Kamaa istikhlafa al-ladziina min qablihim/Seperti halnya Allah telah menjadi orang-orang sebelum mereka sebagai penguasa]; yakni Bani Israil yang berkuasa atas Mesir dan Syam setelah runtuhnya kekuasaan al-Jabaabirah".
Imam Qurthubiy menyatakan
واللام في {لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ} جواب قسم مضمر ؛ لأن الوعد قول ، مجازها : قال الله للذين آمنوا وعملوا الصالحات والله ليستخلفنهم في الأرض فيجعلهم ملوكها وسكانها. {كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ} يعني بني إسرائيل ، أهلك الجبابرة بمصر والشام وأورثهم أرضهم وديارهم.
”Huruf lam pada frase [layastakhlifannahum] adalah jawab qasam mudlmar (jawab sumpah yang didlamirkan. Sebab, al-wa’du (janji) adalah qaul (ketetapan atau perkataan), majaznya, ”Allah swt berfirman kepada orang-orang yang beriman dan beramal sholeh; dan sungguh Allah akan mengangkat mereka sebagai penguasa di muka bumi, dan menjadikan mereka penguasanya dan penduduknya”. [Kamastakhlafa alladziina min qablihim], yakni (seperti) Bani Israil, yang berhasil mengalahkan kekuasaan Jababirah di Mesir dan Syam, dan mewariskan bumi dan negeri mereka kepada Bani Israil”[Imam Qurthubiy, al-Jaami’ li Ahkaam al-Quran, Juz 12, hal. 300]
Di dalam Tafsir Qurthubiy juga disebutkan, bahwasanya Ibnu 'Athiyah menyatakan:
واختار هذا القول ابن عطية في تفسيره حيث قال : والصحيح في الآية أنها في استخلاف الجمهور ، واستخلافهم هو أن يملكهم البلاد ويجعلهم أهلها ؛ كالذي جرى في الشام والعراق وخراسان والمغرب. قال ابن العربي : قلنا لهم هذا وعد عام في النبوة والخلافة وإقامة الدعوة وعموم الشريعة
”Pendapat ini dipilih oleh Ibnu ’Athiyah tatkala menafsirkan ayat tersebut, di mana ia berkata, ”Yang benar, ayat ini merupakan janji kekuasaan atas seluruh kaum Muslim. Yang dimaksud dengan "istikhlaafuhum" adalah menjadikan mereka menguasai bumi dan menjadi penguasanya; seperti yang terjadi di Syam, Iraq, Khurasan, dan Maghrib". Ibnu 'Arabiy berkata, "Ayat ini merupakan janji umum dalam masalah nubuwwah, khilafah, tegaknya dakwah, dan berlakunya syariah secara umum."
Imam Thabariy di dalam tafsirnya menyatakan; makna frase "layastakhlifannahum fi al-ardl":
ليورثنهم الله أرض المشركين من العرب والعجم، فيجعلهم ملوكها وساستها( كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ) يقول: كما فعل منْ قبلهم ذلك ببني إسرائيل، إذ أهلك الجبابرة بالشأم، وجعلهم ملوكها وسكانها
”Sesungguhnya Allah akan mewariskan bumi kaum Musyrik, baik dari kalangan Arab dan non Arab kepada mereka (umat Islam), dan menjadikan mereka sebagai penguasanya dan mengatur urusan mereka; sebagaimana Allah telah mengangkat sebagai penguasa orang-orang sebelum mereka; seperti yang dilakukan oleh Allah pada Bani Israil. Sebab, mereka (Bani Israil) berhasil mengalahkan rejim Jababirah di Syam dan menjadikan mereka sebagai penguasa daerah itu, sekaligus sebagai penduduknya."
Asy Syaikh Ali al-Shabuniy di dalam Shafwat al-Tafaasiir, menafsirkan frase "layastakhlifannahum fi al-ardl kamastakhlafa al-ladziina min qablihim" atas sebagai berikut:
أي وعد الله المؤمنين المخلصين الذين جمعوا بين الايمان و العمل الصالح {لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ } اي وعدهم بميراث الارض وأن يجعلهم فيها خلفاء متصرفين فيها تصرف الملوك في ممالكهم, كما استخلف المؤمنين قبلهم فملكهم ديار الكفار..."
"Maksudnya, Allah swt telah berjanji kepada kaum Mukmin yang mukhlish yang terkumpul di dalam dirinya iman dan amal sholeh; [Layastakhlifannahum fi al-ardl kamaa istikhlafa alladzinna min qablihim], yakni Allah swt berjanji akan mewariskan bumi ini kepada mereka (umat Islam), dan menjadikan mereka sebagai khalifah yang akan mengatur muka bumi ini dalam kekuasaan mereka; sebagaimana Allah swt telah mengangkat kaum Mukmin sebelumnya sebagai penguasa, dan menguasai negeri-negeri kaum kafir..."
Imam Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyatakan:
كان النبي صلى الله عليه وسلم وأصحابه بمكة (3) نحوا من عشر سنين، يدعون إلى الله وحده، وعبادته وحده لا شريك له سرًا وهم خائفون، لا يؤمرون بالقتال، حتى أمروا بعدُ بالهجرة إلى المدينة، فقدموا المدينة، فأمرهم الله بالقتال، فكانوا بها خائفين يُمْسُون في السلاح ويصبحون في السلاح، فَغَيَّرُوا (4) بذلك ما شاء الله. ثم إن رجلا من أصحابه (5) قال: يا رسول الله، أبدَ الدهر نحن خائفون هكذا؟ أما يأتي علينا يوم نأمن فيه ونضع عنا [فيه] (6) السلاح؟ فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: " لن تَغْبروا إلا يسيرا حتى يجلس الرجل منكم في الملأ العظيم مُحْتَبِيًا ليست فيهم حديدة". وأنزل الله هذه الآية، فأظهر الله نبيه على جزيرة العرب، فأمنوا ووضعوا السلاح. ثم إن الله، عز وجل، قبض نبيه صلى الله عليه وسلم فكانوا كذلك آمنين في إمارة أبي بكر وعمر وعثمان.
"Tatkala masih berada di Mekah, hampir 10 tahun lamanya, Nabi saw dan para shahabatnya menyembah dan beribadah kepada Allah swt secara sembunyi-sembunyi. Mereka dalam keadaan penuh ketakutan, namun belum diperintahkan berperang. Hingga akhirnya, Allah memerintahkan mereka berperang setelah mereka berhijrah ke Madinah, dan tiba di sana. Sejak saat itu, mereka hidup dalam ketakutan. Mereka berjalan dan bangun tidur dengan menyandang senjata; dan siapa berperang dengan senjata-senjata mereka jika Allah swt telah berkehendak. Dalam keadaan seperti itu, ada seorang shahabat bertanya kepada Nabi saw, "Ya Rasulullah, sepanjang waktu kami terus berada dalam ketakutan; lantas, kapan kami bisa merasakan keamanan, dan bisa meletakkan senjata kami? Rasulullah saw menjawab, "Sesungguhnya, tidak akan pernah kalian bersabar, kecuali kalian akan mendapatkan kemudahan; hingga seorang laki-laki diantara kalian di kepung oleh pasukan yang besar dalam keadaan kaki terikat, dan tidak ada satupun pelindung". Lalu, turunlah ayat ini. Tak lama kemudian, Allah swt memenangkan Nabinya atas seluruh jazirah Arab, sehingga para shahabat hidup aman, dan bisa meletakkan senjata mereka. Setelah itu, Allah swt mewafatkan Nabinya, dan mereka tetap berada dalam keadaan aman sentausa di bawah kepemimpinan Abu Bakar, Umar, dan 'Utsman...."
Imam Syaukaniy, di dalam Fath al-Qadiir menyatakan bahwa janji kekhilafahan berlaku umum untuk seluruh umat Nabi Mohammad saw; dan tidak berlaku khusus bagi kurun tertentu atau orang-orang tertentu. Beliau juga berpendapat bahwa kekuasaan yang dijanjikan Allah swt tidak hanya di kota Mekah semata, namun di seluruh muka bumi. Beliau menyatakan:
ليجعلنهم فيها خلفاء يتصرفون فيها تصرف الملوك في مملوكاتهم ، وقد أبعد من قال : إنها مختصة بالخلفاء الأربعة ، أو بالمهاجرين ، أو بأن المراد بالأرض أرض مكة ، وقد عرفت أن الاعتبار بعموم اللفظ لا بخصوص السبب ، وظاهر قوله : { كَمَا استخلف الذين مِن قَبْلِهِمْ } كل من استخلفه الله في أرضه ، فلا يخصّ ذلك ببني إسرائيل ولا أمة من الأمم دون غيره
"Allah swt akan menjadikan mereka sebagai khalifah atas muka bumi, yang akan mengatur semua kekuasaan di bawah kekuasaan mereka". Amatlah jauh (keliru) orang yang berpendapat bahwa janji ini hanya khusus bagi empat khalifah, atau khusus bagi kaum Muhajirin; atau yang dimaksud dengan bumi adalah bumi Mekah. Sungguh sudah diketahui bahwa i’tibar itu berdasarkan keumuman lafadz bukan kekhususan sebab. Dhahir dari firmanNya [kamaa istakhlafa alladziina min qablihim] adalah setiap orang yang diangkat Allah swt sebagai penguasa di muka bumi; dan tidak hanya khusus pada Bani Israel atau umat tertentu selain Bani Israel.
Di dalam Kitab Zaad al-Masiir dinyatakan:
ليورثنَّهم أرض الكفار من العرب والعجم ، فيجعلهم ملوكها وساستها وسكَّانها
"Frase "layastakhlifannahum fi al-ardl", maknanya adalah Allah mewariskan bumi Arab maupun non Arab untuk mereka, sekaligus menjadikan mereka sebagai penguasa, pengatur, sekaligus sebagai penduduknya".
Janji Istikhlaf di Dalam Sunnah
Di dalam sunnah, banyak dituturkan riwayat-riwayat yang berisi bisyarah (kabar gembira) tegaknya kekhilafahan Islam yang kekuasaannya meliputi timur dan barat bumi. Di antara hadits-hadits yang berbicara tentang bisyarah Rasulullah saw adalah sebagai berikut:
Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ تَكُونَ ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ ثُمَّ سَكَتَ (رَوَاهُ اَحْمَدُ)
"Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa Kekhilafahan 'ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja dictator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah 'ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, beliau diam".[HR. Imam Ahmad]
Di dalam hadits-hadits shahih, Nabi Mohammad saw telah mengabarkan kabar gembira (bisyarah) kepada kaum Muslim tentang kekuasaan umat Islam yang mencakup seluruh muka bumi. Riwayat-riwayat yang menuturkan kekuasaan kaum Muslim mulai dari timur dan barat, menunjukkan bahwasanya kekhilafahan Islam akan ditegakkan kembali di muka bumi. Pasalnya, perluasan kekuasaan kaum Muslim hanya akan terjadi jika di sana ada penaklukkan-penaklukkan. Penaklukkan-penaklukkan hanya terjadi jika di sana ada pasukan perang yang dilengkapi oleh piranti perang yang kuat dan canggih. Semua itu tidak akan terwujud kecuali ada negara super power yang tegak di atas ’aqidah dan syariat Islam. Negara itu tidak lain tidak bukan adalah Khilafah Islamiyyah.
Di antara riwayat-riwayat yang berbicara tentang kekuasaan kaum Muslim yang mencakup timur dan barat adalah sebagai berikut. Imam Muslim menuturkan sebuah hadits dari Tsauban, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
ِإنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي مِنْهَا...“ (أخرجه الامام مسلم, صحيح مسلم 4:2215 , الترمذي, سنن الترمذي 4:472 ,ابو داود,سنن ابو داود,4:97)
”Sesungguhnya Allah swt telah mengumpulkan (dan menyerahkan) bumi kepadaku, sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Sesungguhnya umatku, kekuasaannya akan mencapai apa yang telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku”.[HR. Imam Muslim, Tirmidziy, dan Abu Dawud]
Al-Imam Al-Hafidz al-Khaathabiy berkata:
”.. وَمَعْنَاهُ أَنَّ الْأَرْضَ زُوِيَتْ لِي جُمْلَتُهَا مَرَّةً وَاحِدَةً فَرَأَيْت مَشَارِقَهَا وَمَغَارِبَهَا , ثم هي تفتح لأمتي جزأ فجزأ حتى يصل ملك أمتي إلى كل أجزائها... (العلامة الشيخ محمد عبد الرحمن المباركفوري, تحفة الاحوذي بشرح سنن الترمذي,4:468)
”..Maknanya adalah, sesungguhnya bumi telah dikumpulkan dan diserahkan kepadaku seluruhnya secara serentak, sehingga aku bisa menyaksikan timur dan baratnya. Kemudian, bumi akan ditaklukkan untuk ummatku bagian demi bagian, hingga kekuasaan umatku meliputi seluruh bagian muka bumi”..[Imam al-Mubarakfuriy, Tuhfat al-Ahwadziy bi Syarh Sunan al-Tirmidziy, juz 4/468]
Imam An Nawawiy Asy Syafi’iy ra, menyatakan:
..فيه إشارة إلى أن ملك هذه الأمة يكون معظم امتداده في جهتي المشرق والمغرب وهكذا وقع وأما في جهتي الجنوب والشمال فقليل بالنسبة إلى المشرق والمغرب انتهى (العلامة الشيخ محمد شمس الحق العظيم, عون المعبود بشرح سنن ابو داود, 9:292)
”Di dalam hadits ini ada isyarat bahwasanya kekuasaan umat ini akan membentang (membesar) pada arah timur dan barat, dan inilah yang telah terjadi. Adapun pada arah selatan dan utara, maka itu lebih kecil jika dinisbahkan kepada timur dan barat. Selesai.”[Imam Syams al-Haqq al-’Adziim, ’Aun al-Ma’buud bi Syarh Sunan Abu Dawud, juz 9/292]
Imam Ahmad menuturkan sebuah riwayat dari Tamin Ad Daariy ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
لَيَبْلُغَنَّ هَذَا الْأَمْرُ مَا بَلَغَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ, وَلَا يَتْرُكُ الله بَيْتَ مَدَرٍ وَلَا وَبَرٍ إِلَّا أَدْخَلَهُ الله هَذَا الدِّينَ بِعِزِّ عَزِيزٍ أَوْ بِذُلِّ ذَلِيلٍ, عِزًّا يُعِزُّ الله بِهِ الْإِسْلَامَ وَذُلًّا يُذِلُّ الله بِهِ الْكُفْر َوَكَانَ تَمِيمٌ الدَّارِيُّ ، يَقُولُ : قَدْ عَرَفْتُ ذَلِكَ فِي أَهْلِ بَيْتِي ، لَقَدْ أَصَابَ مَنْ أَسْلَمَ مِنْهُمُ الْخَيْرُ وَالشَّرَفُ وَالْعِزُّ ، وَلَقَدْ أَصَابَ مَنْ كَانَ مِنْهُمْ كَافِرًا الذُّلُّ وَالصَّغَارُ وَالْجِزْيَةُ
“Urusan ini akan mencapai apa yang malam dan siang mencapainya. Allah swt tidak membiarkan bait madar dan wabar, kecuali Allah memasukkannya ke dalam agama ini dengan kemulyaan atau dengan kehinaan. Kemulyaan yang dengannya Allah swt akan memulyakan Islam; tau kehinaan, yang dengann+ya Allah swt akan menghinakan kekufuran. Tamim ad Daariy ra berkata, “Sungguh aku melihat hal itu di keluargaku. Sungguh, kebaikan dan kemulyaan menimpa siapa saja di antara mereka yang masuk ke dalam agama Islam. Dan kehinaan, kekerdilan, dan jizyah menimpa siapa saja di antara mereka yang kafir”. [HR. Imam Ahmad dari Tamim ad Daariy ra]
Hadits ini mengisyaratkan bahwasanya Islam akan tersebar di seluruh penjuru dunia. “Tersebarnya Islam ke seluruh penjuru dunia” mengisyaratkan bahwasanya Islam akan menguasai seluruh dunia, sehingga penyebaran Islam ke seluruh dunia berlangsung dengan mudah. Imam Ath Thahawiy berkata:
أنه قد يحتمل أن يكون المراد في حديث تميم عموم الأرض كلها ، حتى لا يبقى بيت إلا دخله ، إما بالعز الذي ذكره ، أو بالذل الذي ذكره في هذا الحديث... ((مشكل الاثر, 13:389
“Sesungguhnya hadits Tamim al-Daariy ini harus dibawa ke arah makna “umumnya muka bumi keseluruhannya, hingga tidak ada suatu negeri kecuali masuk dalam kekuasaan Islam, baik dengan kemulyaan sebagaimana yang beliau ceritakan, atau dengan kehinaan sebagaimana yang beliau tuturkan dalam hadits ini”.[Musykil al-Atsar, juz 13/389]
Hadits ini didukung sekitar delapan hadits lain, dengan makna yang sama. Seperti masuknya Islam ke setiap rumah, al-waraq al-mu’allaq, turunnya Khilafah di al-Quds, dan lain sebagainya.
Adapun makna hadits kembalinya Khilafah ‘ala Minhaj Nubuwwah ini diriwayatkan oleh 25 sahabat, yang kemudian diriwayatkan oleh 39 tabiin, kemudian diriwayatkan oleh 62 tabiit tabiin.
Imam Ahmad menuturkan sebuah hadits dari ‘Amru bin ‘Ash ra, bahwasanya Abu Qabil ra berkata:
كُنَّا عِنْدَ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِي وَسُئِلَ أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ فَدَعَا عَبْدُ اللَّهِ بِصُنْدُوقٍ لَهُ حَلَقٌ قَالَ فَأَخْرَجَ مِنْهُ كِتَابًا قَالَ فَقَالَ عَبْدُ اللَّهِ بَيْنَمَا نَحْنُ حَوْلَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَكْتُبُ إِذْ سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْمَدِينَتَيْنِ تُفْتَحُ أَوَّلًا قُسْطَنْطِينِيَّةُ أَوْ رُومِيَّةُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَدِينَةُ هِرَقْلَ تُفْتَحُ أَوَّلًا يَعْنِي قُسْطَنْطِينِيَّةَ
”Kami sedang bersama ’Abdullah bin ’Amru bin al-’Ash, dan ia ditanya mana kota yang ditaklukkan pertama kali; Kostantinopel atau Romawi? ’Abdullah saw pun mengambil sebuah kotak antik. Abu Qabil berkata,”’Abdullah mengeluarkan secarik tulisan dari kotak itu. Abu Qabil berkata, ”Lalu ’Abdullah bin ’Amru bin al-’Ash berkata, ”Ketika kami berada di sekeliling Rasulullah saw, kami menulis, ketika Rasulullah saw ditanya kota mana yang ditaklukkan pertama kali, Kostantinopel atau Romawi; maka Rasulullah saw menjawab, ”Kota Heraklius akan ditaklukkan pertama kali. Maksudnya adalah kota Kostantinnopel”. [HR. Imam Ahmad]
Di dalam hadits ini, Nabi saw memberikan kabar gembira kepada kaum Muslim dengan ditaklukkannya Konstantinnopel dan Romawi. Di dalam sejarah dituturkan bahwasanya kota Konstantinnopel berhasil ditaklukkan pasukan Islam yang dipimpin Sultan Mohammad Al Fatih. Penaklukkan kota Konstantinnopel juga disebutkan dalam sebuah hadits yang dituturkan oleh Imam Ahmad. Rasulullah saw bersabda:
لَتُفْتَحَنَّ الْقُسْطَنْطِينِيَّةُ، فَلَنِعْمَ الْأَمِيرُ أَمِيرُهَا، وَلَنِعْمَ الْجَيْشُ ذَلِكَ الْجَيْشُ
”Sungguh, akan ditaklukkan Konstantinopel. Sebaik-baik amir adalah amirnya ( amir yang menaklukkan Konstantinopel) dan sebaik-baik pasukan adalah pasukannya (pasukan yang menaklukkan kota itu)”. [HR. Imam Ahmad]
Ada satu kota yang belum ditaklukkan oleh kaum Muslim, yakni kota Romawi. Penaklukkan kota Romawi --akan terlaksana dengan ijin Allah swt--, mengisyaratkan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah yang akan melaksanakan bisyarah Nabi saw tersebut.
Imam Ibnu ’Asakir di dalam Kitab Tarikhnya menuturkan sebuah riwayat sebagai berikut:
قرأت بخط أبي الحسين محمد بن عبد الله الرازي ، أنا أبو الحسن أحمد بن عمير بن حوصا ، نا أبو عامر موسى بن عامر ، نا الوليد بن مسلم ، نا مروان بن جناح ، عن يونس بن ميسرة بن حلبس قال : قال رسول الله ( " هذا الأمر ( يعني الخلافة ) كائن بعدي بالمدينة ثم بالشام ثم بالجزيرة ثم بالعراق ثم بالمدينة ثم ببيت المقدس فإذا كان ببيت المقدس أتم عقر دارها ولن يخرجها قوم فتعود إليهم أبدا "(352) . وهذا حديث مرسل رجاله ثقات
”Saya membaca tulisan Abu al-Husain Mohammad bin ’Abdullah al-Raziy, ”Telah mengabarkan kepada kami, Abu al-Hasan Ahmad bin ’Umair bin Husha; telah mengabarkan kepada kami Abu ’Amir Musa bin ’Amir; telah mengabarkan kepada kami al-Walid bin Muslim; telah mengabarkan kepada kami Marwan bin Junah, dari Yunus bin Maisarah bin Halbas, bahwasanya ia berkata, ”Rasulullah saw bersabda, ”Urusan ini (Khilafah) akan tegak setelahku di Madinah, kemudian di Syam, kemudian di Jazirah, kemudian di ’Iraq, kemudian di Madinah, kemudian di Baitul Maqdis. Jika sudah berada di Baitul Maqdis, maka sempurnalah perputarannya, dan tak akan pernah ada satupun kaum pun yang bisa mengeluarkannya, sehingga kembali kepada mereka selama-lamanya”. [HR Imam Ibnu ’Asakir]
Imam Abu Dawud menuturkan sebuah hadits dari ’Abdullah bin Hawalah al-Azdiy bahwasanya beliau berkata:
بَعَثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِنَغْنَمَ عَلَى أَقْدَامِنَا فَرَجَعْنَا فَلَمْ نَغْنَمْ شَيْئًا وَعَرَفَ الْجَهْدَ فِي وُجُوهِنَا فَقَامَ فِينَا فَقَالَ اللَّهُمَّ لَا تَكِلْهُمْ إِلَيَّ فَأَضْعُفَ عَنْهُمْ وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَيَعْجِزُوا عَنْهَا وَلَا تَكِلْهُمْ إِلَى النَّاسِ فَيَسْتَأْثِرُوا عَلَيْهِمْ ثُمَّ وَضَعَ يَدَهُ عَلَى رَأْسِي أَوْ قَالَ عَلَى هَامَتِي ثُمَّ قَالَ يَا ابْنَ حَوَالَةَ إِذَا رَأَيْتَ الْخِلَافَةَ قَدْ نَزَلَتْ أَرْضَ الْمُقَدَّسَةِ فَقَدْ دَنَتْ الزَّلَازِلُ وَالْبَلَابِلُ وَالْأُمُورُ الْعِظَامُ وَالسَّاعَةُ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْ النَّاسِ مِنْ يَدِي هَذِهِ مِنْ رَأْسِكَ قَالَ أَبُو دَاوُد عَبْدُ اللَّهِ بْنُ حَوَالَةَ حِمْصِيٌّ
”Rasulullah saw telah mengutus kami berperang agar kami mendapatkan ghanimah di bawah kaki-kaki kami. Kami pun berangkat, namun kami tidak mendapatkan harta ghanimah sedikitpun. Rasulullah saw melihat kesungguhan di wajah kami, lalu beliau berdiri di tengah-tengah kami dan berdoa, ”Ya Allah janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepadaku, sehingga aku memberatkan beban mereka, dan janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepada diri mereka sendiri, sehingga mereka tidak mampu menanggung beban mereka sendiri (dikarenakan syahwat dan keburukan mereka yang banyak), dan janganlah Engkau menyerahkan urusan mereka kepada manusia, hingga mereka berniat untuk manusia (lalu mereka menelantarkannya). Lalu, beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku (ra’siy) (atau ia berkata: lalu Rasulullah saw meletakkan tangannya di atas kepalaku (haamatiy), seraya bersabda, ”Wahai Ibnu Hawalah, jika engkau menyaksikan Khilafah akan turun di bumi muqaddasah (Baitul Maqdis), maka akan muncul kegoncangan-kegoncangan, kekacauan-kekacauan, dan urusan-urusan yang sangat besar. Hari itu akan terjadi lebih dekat daripada jarak tanganku ini dengan kepalamu.” Abu Dawud menyatakan bahwa Abu Hawalah adalah orang Himsha [HR. Imam Abu Dawud]
Hadits-hadits di atas menunjukkan dengan sangat jelas bahwasanya Khilafah akan ditegakkan di Baitul Maqdis.
Riwayat lain menyebutkan kemunculan seorang Khalifah yang membagi-bagikan harta yang melimpah ruah. Imam Muslim dan Imam Ahmad menuturkan sebuah hadits dari Abu Nadlrah dari Jabir ra bahwasanya Abu Nadlrah berkata:
كُنَّا عِنْدَ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: يُوشِكُ أَهْلُ الْعِرَاقِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ قَفِيزٌ ، وَلَا دِرْهَمٌ، قُلْنَا: مِنْ أَيْنَ ذَاكَ ؟ قَالَ: مِنْ قِبَلِ الْعَجْمِ، يُمْنَعُونَ ذَلِكَ، ثُمَّ قَالَ: يُوشِكُ أَهْلُ الشَّامِ أَنْ لَا يُجْبَى إِلَيْهِمْ دِينَارٌ، وَلَا مُدِّيٌّ، قُلْنَا: مِنْ أَيْنَ ذَاكَ ؟ مِنْ قِبَلِ الرُّومِ يُمْنَعُونَ ذَاكَ، قَالَ: ثُمَّ سَكَتَ (1) هُنَيْهَةً ، ثُمَّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يَكُونُ فِي آخِرِ أُمَّتِي خَلِيفَةٌ، يَحْثُو الْمَالَ (2) حَثْوًا، (3) لَا يَعُدُّهُ عَدًّا "، قَالَ الْجُرَيْرِيُ: فَقُلْتُ لِأَبِي نَضْرَةَ: وَأَبِي الْعَلَاءِ: " أَتَرَيَانِهِ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ ؟ " فَقَالَا: " لَا " (4)
“Kami sedang berada di sisi Jabir bin ‘Abdullah ra. Beliau berkata, “Begitu cepatnya penduduk Irak dihalangi untuk mendapatkan qafiz dan dirham”. Kami bertanya, “Siapa yang melakukan itu?’. Jabir ra menjawab, “Orang ‘Ajam, yang mereka menghalangi hal itu”. Kemudian Jabir ra berkata kembali, “Begitu cepatnya penduduk Syam dihalangi untuk mendapatkan dinar dan muddiy”. Kami bertanya, “Siapa yang melakukan hal itu?”. Orang Romawi yang menghalangi hal itu”. Abu Nadlarah berkata, “Lalu beliau diam tidak berkata apapun”. Lalu, Jabir ra berkata, “Rasulullah saw bersabda, “Akan muncul di akhir umatku, seorang Khalifah yang memberikan harta sangat banyak, yang ia tidak pernah menghitung jumlahnya”. Al-Jurairiy berkata, “Saya bertanya kepada Abu Nadlrah dan Abu al-‘Ala`, “Apakah kalian berpendapat bahwa khalifah itu adalah ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz? Keduanya menjawab, “Tidak”.[HR. Imam Ahmad dan Muslim]
Bisyarah tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah juga ditunjukkan oleh riwayat-riwayat yang menceritakan tentang datangnya Imam Mahdiy. Hadits-hadits yang bertutur tentang Imam Mahdiy jumlahnya sangat banyak, sehingga mencapai derajat mutawatir. Imam Al-Hafidz As Suyuthi di dalam Kitab Al-Hawiy menyebutkan lebih dari 30 orang shahabat yang menuturkan riwayat-riwayat tentang Imam Mahdiy dengan jalur periwayatan yang banyak dan berbeda-beda.
Adapun yang dimaksud Imam Mahdiy di sini, tentu saja berbeda dengan Imam Mahdiy yang dimaksud oleh sekte Syi’ah. Yang dimaksud Imam Mahdiy di sini seorang khalifah yang ada di akhir zaman yang memerintah dengan penuh keadilan, bukan Imam Mahdiy sebagaimana pemahaman sekte Syi’ah. Di antara hadits yang bertutur tentang Imam Mahdiy adalah sebagai berikut:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدَّهْرِ إِلاَّ يَوْمٌ لَبَعَثَ اللَّهُ رَجُلاً مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يَمْلأُهَا عَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا
“Seandainya masih tersisa waktu, walaupun hanya sehari saja, niscaya Allah akan mengutus seorang laki-laki dari keluargaku yang memenuhi waktu dengan keadilan sebagaimana, sebagaimana sebelumnya waktu dipenuhi oleh kelaliman”. [HR. Imam Abu Dawud dari ‘Ali ra]
Imam Tirmidziy menuturkan sebuah hadits dari ‘Abdullah, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
لاَ تَذْهَبُ الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ العَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِي. وَفِي البَابِ عَنْ عَلِيٍّ ، وَأَبِي سَعِيدٍ ، وَأُمِّ سَلَمَةَ ، وَأَبِي هُرَيْرَةَ. وَهَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
“Dunia tidak akan lenyap hingga seorang laki-laki dari keluargaku berkuasa di Arab, yang namanya seperti namaku”. Isi hadits ini juga diriwayatkan dari ‘Ali ra, Abi Sa’id, Ummu Salamah, dan Abu Hurairah ran. Hadits ini hasan shahih]
Imam Abu Dawud meriwayatkan sebuah hadits dari ‘Abdullah dari Nabi saw, bahwasanya beliau saw bersabda:
لَوْ لَمْ يَبْقَ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ يَوْمٌ ». قَالَ زَائِدَةُ فِى حَدِيثِهِ « لَطَوَّلَ اللَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ ». ثُمَّ اتَّفَقُوا « حَتَّى يَبْعَثَ فِيهِ رَجُلاً مِنِّى ». أَوْ « مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى وَاسْمُ أَبِيهِ اسْمَ أَبِى ». زَادَ فِى حَدِيثِ فِطْرٍ « يَمْلأُ الأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلاً كَمَا مُلِئَتْ ظُلْمًا وَجَوْرًا ». وَقَالَ فِى حَدِيثِ سُفْيَانَ « لاَ تَذْهَبُ أَوْ لاَ تَنْقَضِى الدُّنْيَا حَتَّى يَمْلِكَ الْعَرَبَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يُوَاطِئُ اسْمُهُ اسْمِى ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ لَفْظُ عُمَرَ وَأَبِى بَكْرٍ بِمَعْنَى سُفْيَانَ.
“Seandainya di dunia ini tidak ada waktu tersisa kecuali hanya sehari saja”, Zaidah berkata di dalam haditsnya, “Niscaya Allah akan memanjangkan hari itu”, lalu mereka bersepakat, “Hingga Allah mengutus di hari itu seorang laki-laki dariku”, atau “seorang laki-laki dari keluargaku (ahlul bait), yang namanya seperti namaku dan bapaknya seperti bapakku”. Ada tambahan di dalam haditsnya Fithr, “Yang memenuhi dunia dengan keadilan dan kesetaraan, sebagaimana sebelumnya dunia dipenuji oleh kedzaliman dan kelaliman”. Nabi saw bersabda, dalam haditsnya Sufyan, “Dunia tidak akan lenyap atau binasa, hingga seorang laki-laki dari keluargaku berkuasa di Arab, yang namanya seperti namaku”. Imam Abu Dawud berkata, “Lafadz dari ‘Umar dan Abu Bakar semakna dengan hadits yang lafadznya dari Sufyan]
Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudriy bahwasanya ia berkata, “Rasulullah saw bersabda:
أُبَشِّرُكُمْ بِالْمَهْدِيِّ يُبْعَثُ فِي أُمَّتِي عَلَى اخْتِلَافٍ مِنَ النَّاسِ وَزَلَازِلَ، فَيَمْلَأُ الْأَرْضَ قِسْطًا وَعَدْلًا، كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا وَظُلْمًا، يَرْضَى عَنْهُ سَاكِنُ السَّمَاءِ وَسَاكِنُ الْأَرْضِ، يَقْسِمُ الْمَالَ صِحَاحًا " فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ: مَا صِحَاحًا ؟ قَالَ: " بِالسَّوِيَّةِ بَيْنَ النَّاسِ " قَالَ: " وَيَمْلَأُ اللهُ قُلُوبَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غِنًى، وَيَسَعُهُمْ عَدْلُهُ، حَتَّى يَأْمُرَ مُنَادِيًا فَيُنَادِي فَيَقُولُ: مَنْ لَهُ فِي مَالٍ حَاجَةٌ ؟ فَمَا يَقُومُ مِنَ النَّاسِ إِلَّا رَجُلٌ (1) فَيَقُولُ (2) أنا، فيقول: ائْتِ السَّدَّانَ - يَعْنِي الْخَازِنَ - فَقُلْ لَهُ: إِنَّ الْمَهْدِيَّ يَأْمُرُكَ أَنْ تُعْطِيَنِي مَالًا، فَيَقُولُ لَهُ: احْثِ حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ فِي حِجْرِهِ وَأَبْرَزَهُ نَدِمَ، فَيَقُولُ: كُنْتُ أَجْشَعَ أُمَّةِ مُحَمَّدٍ نَفْسًا، أَوَعَجَزَ عَنِّي مَا وَسِعَهُمْ ؟ قَالَ: فَيَرُدُّهُ فَلَا يَقْبَلُ مِنْهُ، فَيُقَالُ لَهُ: إِنَّا لَا نَأْخُذُ شَيْئًا أَعْطَيْنَاهُ، فَيَكُونُ كَذَلِكَ سَبْعَ سِنِينَ - أَوْ ثَمَانِ سِنِينَ، أَوْ تِسْعَ سِنِينَ - ثُمَّ لَا خَيْرَ فِي الْعَيْشِ بَعْدَهُ - أَوْ قَالَ: ثُمَّ لَا خَيْرَ فِي الْحَيَاةِ بَعْدَهُ
“Aku akan mengabarkan kepada kalian tentang Al-Mahdiy. Ia diutus kepada umatku ketika manusia berselisih dan mengalami kekacauan. Lalu, ia memenuhi bumi dengan kesetaraan dan keadilan, sebagaimana sebelumnya bumi dipenuhi kelaliman dan kedzaliman. Seluruh penduduk langit dan bumi ridlo kepadanya. Dan ia membagi-bagi harta dengan shihahan”. Seorang laki-laki bertanya, “Apa yang dimaksud dengan shihahan? Beliau menjawab, “Dengan kadar yang sama di antara manusia”. Beliau bersabda, “Allah memenuhi hati umat Mohammad saw dengan kekayaan dan membahagiakan mereka dengan keadilannya. Hingga seorang penyeru berseru, “Siapa yang masih membutuhkan harta? Tak seorang pun dari manusia yang berdiri, kecuali hanya satu orang laki-laki, seraya berkata, “Saya”. Penyeru itu berkata, “Panggilah bendahara, dan katakanlah kepadanya, “Sesungguhnya Mahdiy memerintahkanmu agar kamu memberiku harta”. Maka laki-laki itu berkata kepada bendahara, “Berikanlah”, hingga ketika ia meletakkan harta itu di kamarnya dan melihatnya, maka ia menyesal”. Laki-laki itu pun berkata, “Aku ini adalah umat Nabi Mohammad saw yang paling tamak. Atau, apakah yang diberikan kepada mereka sedikit dibandingkan yang diberikan kepadaku? Beliau bersabda,”Lalu, laki-laki itu mengembalikan harta itu, namun bendahara itu menolaknya. Dikatakan kepada laki-laki itu,”Kami tidak akan menarik sesuatu yang sudah kami berikan”. Hal itu berlangsung selama 7 tahun (atau 8 atau 9 tahun). Lalu, setelah itu tidak ada lagi penghasilan yang baik. Kemudian, tidak ada lagi kebaikan di dalam kehidupan”.[HR. Imam Ahmad. Menurut Imam Al-Haitsamiy, perawinya banyak yang tsiqah]
Imam Thabaraniy menuturkan sebuah riwayat dalam Kitab al-Kabir dari Qais bin Jabir dari bapaknya, dari kakeknya, bahwasanya Rasulullah saw bersabda:
سَيَكُونُ مِنْ بَعْدِي خُلَفَاءُ، وَمِنْ بَعْدِ الْخُلَفَاءِ أُمَرَاءُ، وَمِنْ بَعْدِ الأُمَرَاءِ مُلُوكٌ، وَمِنْ بَعْدِ الْمُلُوكِ جَبَابِرَةٌ، ثُمَّ يَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي يَمْلأُ الأَرْضَ عَدْلا كَمَا مُلِئَتْ جَوْرًا، ثُمَّ يُؤَمَّرُ الْقَحْطَانِيُّ، فَوَالَّذِي بَعَثَنِي بِالْحَقِّ مَا هُوَ دُونَهُ
“Setelahku akan ada para khalifah. Setelah para khalifah, muncullah umara’, dan setelah ‘umara’ muncullah para raja, dan setelah para raja, muncullah jabaabirah (dictator). Lalu, muncullah seorang laki-laki dari keluarga yang memenuhi bumi dengan keadilan sebagaimana sebelumnya dunia dipenuhi kelaliman. Setelah masanya berakhir, al-Qahthaniy akan memerintah. Demi Dzat yang mengutusku dengan kebenaran, ia sama dengan dirinya”.[HR. Imam Thabaraniy]
Imam Thabaraniy menuturkan di dalam Al-Ausath sebuah hadits dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda:
يَكُونُ فِي أُمَّتِي الْمَهْدِيُّ، إِنْ قُصِرَ فَسَبْعٌ وَإِلا فَثَمَانٍ، وَإِلا فَتِسْعٌ، تَنْعَمُ أُمَّتِي فِيهِ نِعْمَةً لَمْ يَنْعَمُوا مِثَلَهَا، يُرْسِلُ اللَّهُ السَّمَاءَ عَلَيْهِمْ مِدْرَارًا، وَلا تَدَّخِرُ الأَرْضُ بِشَيْءٍ مِنَ النَّبَاتِ وَالْمَالُ كُدُوسٌ يَقُومُ الرَّجُلُ، فَيَقُولُ: يَا مَهْدِيُّ، أَعْطِنِي فَيَقُولُ: خُذْهُ"
“Akan muncul di tengah-tengah umatku, Al Mahdiy, walaupun masanya pendek, yakni tujuh, atau delapan, atau sembilan tahun, namun umatku mendapatkan kenikmatan pada dirinya dengan kenikmatan yang tiada taranya. Allah swt menurunkan air hujan dari langit untuk mereka, dan bumi tidak menyimpan apapun dari tetumbuhan. Harta melimpah ruah hingga tertimbun. Ada seorang laki-laki berkata, “Wahai Mahdiy, berilah aku”. Maka Mahdiy menjawab, “Ambilkan untuknya”. [HR. Imam Ath Thabaraniy. Imam al-Haitsamiy menyatakan, “Imam Thabaraniy meriwayatkannya di dalam Kitab al-Ausath, dan rijalnya tsiqqah]
Dari jalur Imam Ad Daruquthniy di Kitab Al-Afrad, dan Imam Thabaraniy di dalam Kitab al-Ausath (Majmuu’ al-Ausath) dari Abu Hurairah ra; dan juga yang dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan lain-lain dari Ummu Salamah ra, dari Nabi saw, bahwasanya beliau bersabda:
يَكُونُ اخْتِلاَفٌ عِنْدَ مَوْتِ خَلِيفَةٍ فَيَخْرُجُ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ هَارِبًا إِلَى مَكَّةَ فَيَأْتِيهِ نَاسٌ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ فَيُخْرِجُونَهُ وَهُوَ كَارِهٌ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ وَيُبْعَثُ إِلَيْهِ بَعْثٌ مِنَ الشَّامِ فَيُخْسَفُ بِهِمْ بِالْبَيْدَاءِ بَيْنَ مَكَّةَ وَالْمَدِينَةِ فَإِذَا رَأَى النَّاسُ ذَلِكَ أَتَاهُ أَبْدَالُ الشَّامِ وَعَصَائِبُ أَهْلِ الْعِرَاقِ فَيُبَايِعُونَهُ بَيْنَ الرُّكْنِ وَالْمَقَامِ ثُمَّ يَنْشَأُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ أَخْوَالُهُ كَلْبٌ فَيَبْعَثُ إِلَيْهِمْ بَعْثًا فَيَظْهَرُونَ عَلَيْهِمْ وَذَلِكَ بَعْثُ كَلْبٍ وَالْخَيْبَةُ لِمَنْ لَمْ يَشْهَدْ غَنِيمَةَ كَلْبٍ فَيَقْسِمُ الْمَالَ وَيَعْمَلُ فِى النَّاسِ بِسُنَّةِ نَبِيِّهِمْ -صلى الله عليه وسلم- وَيُلْقِى الإِسْلاَمُ بِجِرَانِهِ إِلَى الأَرْضِ فَيَلْبَثُ سَبْعَ سِنِينَ ثُمَّ يُتَوَفَّى وَيُصَلِّى عَلَيْهِ الْمُسْلِمُونَ ». قَالَ أَبُو دَاوُدَ قَالَ بَعْضُهُمْ عَنْ هِشَامٍ « تِسْعَ سِنِينَ ». وَقَالَ بَعْضُهُمْ « سَبْعَ سِنِينَ ». قال الهيثمي : رواه الطبراني في الأوسط ورجاله رجال الصحيح
“Akan ada perselisihan menjelang kematian seorang Khalifah. Lalu, keluarlah seorang laki-laki penduduk Madinah dengan cepat menuju Mekah. Penduduk kota Mekah mendatangi laki-laki itu, dan mereka mengeluarkan laki-laki itu dari rumahnya, walaupun laki-laki itu menolak. Kemudian, mereka membai’at laki-laki itu di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Lalu dikirimlah kepadanya pasukan perang dari Syams, namun pasukan itu ditenggelamkan (terkubur) di Bida’ antara Mekah dan Madinah. Ketika manusia melihat itu, maka datanglah Abdaal Al-Syams [(30 atau 40 orang sholeh yang hatinya seperti Nabi Ibrahim as, di mana jika seorang di antara mereka meninggal, maka Allah swt akan mengganti posisinya dengan orang lain)] dan sekelompok orang terpilih dari Iraq mendatanginya, lalu membai’atnya (Mahdiy) di antara Hajar Aswad dan Maqam Ibrahim. Lalu, muncullah seorang laki-laki dari Quraisy (bapaknya orang Quraisy dan ibunya berasal dari suku Kalab). Ia mengirim pasukan kepada mereka (orang-orang yang membai’at Imam Al Mahdiy), namun pasukannya berhasil dikalahkan oleh orang-orang yang membai’at Imam Mahdiy. Pasukan itu adalah pasukan yang dikirim laki-laki Quraisy keturunan Kalab. Penyesalan bagi siapa saja yang tidak menyaksikan ghanimahnya Kalab. Selanjutnya, laki-laki itu (Imam Mahdiy) membagi-bagi harta dan memperlakukan manusia dengan sunnah Nabi mereka saw. Islam pun tegak di seluruh muka bumi. Laki-laki itu (Imam Mahdiy) memerintah selama tujuh tahun, lalu wafat, dan kaum Muslim menyolatkannya”. Abu Dawud berkata, “Sebagian ahli hadits menyatakan dari Hisyam (ia memerintah selama 9 tahun), sedangkan yang lain menyatakan, “Tujuh tahun”. Al-Hafidz al-Haitsamiy berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Thabaraniy dal;am al-Ausath dan rijal-rijalnya shahih]
Al Kattaniy di dalam Kitab Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, menyatakan:
وقد نقل غير واحد عن الحافظ السخاوي أنها متواترة والسخاوي ذكر ذلك في فتح المغيث ونقله عن أبي الحسين الإبري وقد تقدم نصه أول هذه الرسالة وفي تأليف لأبي العلاء إدريس بن محمد بن إدريس الحسين العراقي في المهدي هذا أن أحاديثه متواترة أو كادت
“Dinukilkan tidak hanya satu jalur, dari al-Hafidz al-Sakhawiy bahwasanya hadits-hadits yang bertutur tentang Al-Mahdiy adalah mutawatir. Keterangan ini disebutkan di dalam Kitab Fath al-Mughits. Dinukilkan dari Abu al-Husain al-Ibriy, yang sudah disebutkan redaksinya di awal risalah ini, dan di dalam Ta’lif karya Abu al-‘Ilaa’ Idris bin Mohammad bin Idris al-Husain al-‘Iraqiy tentang (kedatangan) Al-Mahdiy, bahwasa hadits-hadits tentang Al Mahdiy adalah mutawatir atau hampir-hampir mutawatir.”.[Al-Kattaniy, Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, Juz 1, hal.226]
Masih menurut Al-Kattaniy:
وفي شرح الرسالة للشيخ جسوس ما نصه ورد خبر المهدي في أحاديث ذكر السخاوي أنها وصلت إلى حد التواتر, وفي شرح المواهب نقلا عن أبي الحسين الإبري في مناقب الشافعي قال تواترت الأخبار أن المهدي من هذه الأمة وأن عيسى يصلي حلفه ذكر ذلك ردا لحديث ابن ماجة عن أنس ولا مهدي إلا عيسى
“Di dalam Syarah al-Risalah, karta Syaikh Jasus, disebutkan bahwasanya berita tentang Al Mahdiy terdapat di dalam hadits-hadits yang dinyatakan oleh Al Hafidz al-Sakhawiy telah mencapai derajat mutawatir. Di dalam Syarah al-Mawahib, dinukilkan dari al-Husain al-Ibriy di dalam Kitab Manaqib al-Syafi’iy, bahwasanya ia berkata, “Informasi-informasi yang menyatakan bahwa Al Mahdiy adalah bagian dari umat ini, dan ‘Isa as akan sholat dibelakangnya adalah mutawatir. Ini dituturkan sebagai bantahan atas haditsnya Ibnu Majah dari Anas bin Malik ra yang menyatakan ” tidak ada Al-Mahdiy kecuali Nabi Isa as”. [Al-Kattaniy, Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, Juz 1, hal.226]
Masih di dalam Kitab Nudhum al-Mutanaatsir disebutkan:
وفي مغاني الوفا بمعاني الإكتفا قال الشيخ أبو الحسين الإبري قد تواترت الأخبار واستفاضت بكثرة رواتها عن المصطفى صلى الله عليه وسلم بمجيء المهدي وأنه سيملك سبع سنين وأنه يملأ الأرض عدلا
“Di dalam Kitab Maghaniy al-Wafaa’ bi Ma’aani al-Iktifaa’, Syaikh Abu al-Husain al-Ibriy menyatakan, “Berita-berita tersebut telah mutawatir dan mustafadl disebabkan jumlah perawi yang sangat banyak dari Nabi Mohammad saw tentang kedatangan Al Mahdiy. Sesungguhnya Mahdiy akan berkuasa selama tujuh tahun dan akan memenuhi bumi dengan keadilan”. [Al-Kattaniy, Nudhum al-Mutanaatsir min al-Hadits al-Mutawatir, Juz 1, hal.226]
Datangnya Imam Mahdiy dan Nabi Isa as di akhir zaman, merupakan dalil sharih akan tegaknya kembali Khilafah Islamiyyah. Wajib diketahui bahwasanya Imam Mahdiy yang dimaksud di dalam hadits-hadits di atas bukanlah Imam Mahdiy seperti yang diyakini sekte Syi’ah, akan tetapi ia adalah seorang laki-laki dari kalangan umat Islam yang memerintah manusia dengan penuh keadilan. Imam Ibnu Katsir di dalam Kitab Bidayah wa al-Nihayah menyatakan:
فَقَالَ: " فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَبَايِعُوهُ، وَلَوْ حَبْوًا عَلَى الثَّلْجِ; فَإِنَّهُ خَلِيفَةُ اللَّهِ الْمَهْدِيُّ ". تَفَرَّدَ بِهِ ابْنُ مَاجَهْ، وَإِسْنَادُهُ قَوِيٌّ صَحِيحٌ، وَالظَّاهِرُ أَنَّ الْمُرَادَ بِهَذَا الْكَنْزِ الْمَذْكُورِ كَنْزُ الْكَعْبَةِ، يَقْتَتِلُونَ عِنْدَهُ; لِيَأْخُذَهُ ثَلَاثَةٌ مِنْ أَوْلَادِ الْخُلَفَاءِ، حَتَّى إِذَا كَانَ فِي آخِرِ الزَّمَانِ خَرَجَ الْمَهْدِيُّ مِنْ بِلَادِ الْمَشْرِقِ، وَقِيلَ: مِنْ مَكَّةَ. لَا مِنْ سِرْدَابِ سَامَرَّا، كَمَا تَزْعُمُهُ الرَّافِضَةُ مِنْ أَنَّهُ مَحْبُوسٌ فِيهِ الْآنَ، وَهُمْ يَنْتَظِرُونَ خُرُوجَهُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ، وَهَذَا مِنَ الْهَذَيَانِ، وَقِسْطٌ كَبِيرٌ مِنَ الْخِذْلَانِ، وَهَوَسٌ شَدِيدٌ مِنَ الشَّيْطَانِ; إِذْ - لَا دَلِيلَ عَلَى ذَلِكَ وَلَا بُرْهَانَ، مِنْ كِتَابٍ وَلَا سُنَّةٍ وَلَا مَعْقُولٍ صَحِيحٍ وَلَا بَيَانٍ.
“Lalu, Nabi saw bersabda, “Jika kalian melihatnya, maka bai’atlah dirinya, walaupun harus merangkak di atas salju. Sesungguhnya ia adalah Khalifatullah al-Mahdiy”. Hanya Imam Ibnu Majah yang meriwayatkan hadits ini. Isnad-isnadnya qawwiyun shahiihun (kuat shahih). Dhahirnya, yang dimaksud dengan al-kanz (harta simpanan) yang disebut dalam riwayat itu adalah kanzu al-Ka’bah (harta simpanan di Ka’bah), di mana mereka saling berperang di sisinya. Tiga orang dari anak-anak para khalifah berperang untuk mendapatkannya. Hingga ketika menjelang akhir zaman, keluarlah Al Mahdiy dari negeri Timur; ada pula yang menyatakan dari Mekah. Mahdiy tidak keluar dari terowongan waktu, seperti keyakinan kaum Rafidlah, di mana, sekarang ini, Mahdiy tertahan di dalamnya. Mereka (sekte Syi’ah) menunggu keluarnya Mahdiy di akhir zaman. Keyakinan seperti ini adalah igauan, kebohongan besar, dan kegilaan dari setan. Sebab, tidak ada dalil maupun bukti yang menunjukkan keyakinan itu, baik dari Al-Quran, Sunnah, akal sehat, maupun pembuktian”. [Imam Ibnu Katsir, Al-Bidayah wa al-Nihayah, Juz 19, hal. 60]
Kesimpulan
(1) Allah telah menjanjikan kekuasaan atas muka bumi (menjadi khalifah) kepada kaum Mukmin.
(2) Sistem kenegaraan yang dijanjikan oleh Allah, dan telah dipraktekkan oleh para shahabat ra adalah system Khilafah Islaamiyyah, bukan negara demokrasi, ataupun negara bangsa.
(3) Di dalam ayat itu, secara simultan Allah swt telah menjanjikan kepada kaum Muslim; kekuasaan atas muka bumi (kekhilafahan); peneguhan dan penegakkan agama Islam secara sempurna; pengubahan kondisi kaum Muslim dari keadaan takut menjadi aman sentausa; hingga mereka bisa menyembah semata-mata kepada Allah, dan menjauhi sejauh-jauhnya setiap bentuk kesyirikan. Pada dasarnya, janji-janji tersebut saling terkait dan memiliki hubungan yang simultan. Artinya, ketika kaum Muslim telah menjadi penguasa atas muka bumi (janji pertama), maka terwujudlah janji Allah yang kedua, yakni tegaknya agama Allah secara sempurna. Sebab, Islam hanya bisa diwujudkan dan direalisasikan secara sempurna melalui pemerintahan dan kekuasaan. Setelah agama Allah tegak di muka bumi, maka ‘aqidah Islam menjadi pilar negara dan masyarakat, serta syariat Islam dijadikan sebagai aturan yang mengatur seluruh interaksi yang ada di tengah-tengah masyarakat. Ketika kondisi ini tercapai, maka kemakmuran, keamanan, dan kesejahteraan akan bisa diwujudkan secara nyata di tengah-tengah manusia (janji ketiga); menggantikan ketidaksejahteraan dan ketidakamanan. Dalam kondisi semacam ini, maka kaum Muslim bisa mengaktualisasikan peribadahannya secara sempurna kepada Allah swt; alias mentauhidkan Allah dan tidak menyekutukanNya dengan sesuatu apapun.
(4) Menegakkan kembali Khilafah Islamiyyah, dan menjadikan sistem Khilafah sebagai satu-satunya sistem pemerintahan bagi kaum Muslim merupakan kewajiban syariat yang mengharuskan adanya partisipasi dan andil kaum Muslim. Di samping itu, seorang Mukmin wajib menyakini bahwa tegaknya Khilafah Islamiyyah merupakan janji Allah swt atas orang-orang yang beriman dan beramal sholeh. Untuk itu, kaum Muslim wajib berjuang dan berusaha untuk menegakkannya di tengah-tengah umat manusia, sebagai bentuk ketaatannya kepada Allah swt, sekaligus keimanannya untuk menyongsong terlaksananya janji Allah swt.