Saturday, October 31, 2020

Catatan Kajian Ilmiah Aisyah Istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disampaikan oleh Ustadz Dr.Syafiq Riza Basalamah hafizhahullah.

 Catatan Kajian Ilmiah Aisyah Istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam disampaikan oleh Ustadz Dr.Syafiq Riza Basalamah hafizhahullah.

By Karyani Rukman, dibantu oleh Admin Dakwah Al-Hanif

Aisyah Radiyallahu Anha adalah salah satu dari 9 istri Rasulullah. Beliau adalah bunda kita, beliau adalah ibunda orang beriman. Tapi tidak semua orang yang mengaku muslim mengakui Aisyah sebagai ibundanya. Padahal dalam surah Al Ahzab ayat 6 telah jelas disampaikan bahwa beliau adalah ibundanya orang orang beriman.

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﺎﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻣِﻦْ ﺃَﻧﻔُﺴِﻬِﻢْ ﻭَﺃَﺯْﻭَﺍﺟُﻪُ ﺃُﻣَّﻬَﺎﺗُﻬُﻢْ ﻭَﺃُﻭْﻟُﻮ ﺍﻟْﺄَﺭْﺣَﺎﻡِ ﺑَﻌْﻀُﻬُﻢْ ﺃَﻭْﻟَﻰ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻓِﻲ ﻛِﺘَﺎﺏِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻤُﺆْﻣِﻨِﻴﻦَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻬَﺎﺟِﺮِﻱﻥَ ﺇِﻟَّﺎ ﺃَﻥ ﺗَﻔْﻌَﻠُﻮﺍ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻭْﻟِﻴَﺎﺋِﻜُﻢ ﻣَّﻌْﺮُﻭﻓﺎً ﻛَﺎﻥَ ﺫَﻟِﻚَ ﻓِﻲ ﺍﻟْﻜِﺘَﺎﺏِ ﻣَﺴْﻄُﻮﺭﺍً ‏( ﺍﻷﺣﺰﺍﺏ : ٦ )

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri dan istri-istrinya adalah ibu-ibu mereka. Dan orang-orang yang mempunyai hubungan darah satu sama lain lebih berhak (waris-mewarisi) di dalam Kitab Allah daripada orang-orang mukmim dan orang-orang Muhajirin, kecuali kalau kamu berbuat baik kepada saudara-saudaramu (seagama). Adalah yang demikian itu telah tertulis di dalam Kitab (Allah).” (QS Al-Ahzab [33]: 6)

Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa istri-istri Nabi adalah ibunda bagi orang-orang yang beriman, itu sebabnya tidak halal istri-istri Nabi dinikahi setelah beliau wafat. Tapi sebagian dari kita justru sering mengidolakan wanita-wanita lain yang bukan ‘siapa-siapa’. Banyak di antara kita yang menjadi follower medsos artis-artis molek yang sebenarnya mereka tidak pantas dijadikan contoh, karena mereka tidak membangun kehidupan masyarakat Islami dan tidak menumbuhkan nilai-nilai kebaikan. Bahkan banyak di antara mereka yang justru mengumbar aurat dan gemar gonta-ganti pasangan.

Saat ini jika ditanya tentang Aisyah maka yang diceritakan hanya keindahan dan keromantisannya bersama Nabi. Maka ketahuilah bawa romantisme itu telah berlalu dan sekarang ada ilmu-ilmu yang diwarisi dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melalui ibunda Aisyah. Ada suka dan duka dalam kehidupan runah tangga Aisyah radhiallahu anha. Hendaknya kita pelajari juga bagaimana kesabaran dan kesulitan hidupnya selama berumah tangga dengan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Kajian ini adalah untuk mengupas kehiduan beliau secara keseluruhan.

Tidak mudah menjadi istri Nabi. Sekalipun istri-istri Nabi hidup bersama orang yang paling mulia, tapi mereka hidup dalam kemiskinan, rumah hanya 5 × 5 meter. Dari bulan ke bulan sering kali dapur istri-istri Nabi tidak berasap. Mereka tidak punya bahan makanan untuk dimasak. Belum lagi Aisyah itu adalah salah satu istri dari 9 istri Nabi. Nabi hanya bermalam di rumah Aisyah tiap 9 malam sekali, jadi Nabi hanya menginap sekali dalam 9 hari. Dan beliau menerima dengan sabar kondisi itu. Bandingkan dengan wanita-wanita sekarang, baru ada kabar suaminya akan menikah lagi saja dunia serasa akan kiamat. Padahal dia baru akan punya satu orang madu, sedangkan Aisyah madunya 8 orang.

Betapa perjuangan Aisyah sangat berat, beliau sangat sabar. Beliau tahu bahwa hidup di dunia ini bukan hanya untuk bersenang-senang, ada perjuangan di dalamnya. Aisyah pernah memiliki badan yang sangat kurus karena selain kehidupan yang sulit beliau juga pernah difitnah berzina.

Aisyah adalah putri Abu Bakar, ayahnya muslim, ibunya muslimah. Beliau lahir pada tahun ke-4 kenabian Rasulullah. Jadi saat itu Abu Bakar sudah masuk Islam. Ibunda Aisyah bernama Ummu Ruman binti Umair bin Amier. Saat itu ada kebiasaan menjodohkan anak, lumrah menurut budaya tradisi dan agama pada saat itu. Bila tidak jadi menikah, ya tidak apa-apa. Disebutkan dalam Thabaqat Ibn Saad bahwa di usia Aisyah 6 tahun, Nabi meminangnya. Jangan bandingkan kondisi saat itu dengan kondisi saat ini, kita harus melihatnya dengan kacamata yang berbeda. Zaman dulu belum ada ketentuan wanita baru boleh menikah saat usia 17 tahun. Saat Rasulullah meminang, ada janji Abu Bakar untuk menjodohkan putrinya dengan Jubair putra Mut’im bin Adi bin Naufal, sehingga sebelum menerima pinangan Rasulullah, Abu Bakar meminta izin terlebih dulu pada Mut’im. Setelah diizinkan barulah Abu Bakar menerima pinangan Rasulullah.

Setelah Khadijah meninggal, Nabi menikah dengan Saudah. Setahun kemudian menikah dengan Aisyah pada tahun ke-10 atau ke-11 kenabian. Usia Aisyah saat itu 6 tahun. Nabi menikahi Aisyah hanya akad saja, kemudian tidak menjalani hubungan sebagaimana pasangan suami istri. Aisyah tetap dalam perawatan orang tuanya. Setelah hijrah ke Madinah, barulah Aisyah hidup dan bergaul sebagaimana layaknya suami istri dengan Rasulullah. Saat itu usia Aisyah sudah 9 tahun. Sekali lagi kita gunakan kaca mata kebiasaan masyarakat pada zaman itu. Kita lihat juga sejarah tidak ada satupun dari kalangan musyrik yang senantiasa menyerang Islam dan kaum muslimin, atau kalangan munafik yang selalu mencari celah untuk mengejek kaum muslimin, atau kaum yahudi yang pernah tinggal bersama Nabi di Madinah yang pernah mempermasalahkan pernikahan Aisyah dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di masa itu pernikahan seperti itu lumrah.

Ada hikmah yang agung dari pernikahan Rasulullah dengan Aisyah. Antara lain mempererat hubungan Nabi dengan ayah Aisyah yaitu Abu Bakar. Selain menikahi Aisyah, Rasulullah juga menikahi putri Umar. Kemudian beliau menikahkan putrinya dengan Utsman dan dengan Ali.

Pendidikan di rumahnya sudah full Islami. Kemudian pindah dari pendidikan orangtua nya ke pendidikan Rasulullah dan Aisyah menjadi kepanjangan lidah Rasulullah dalam memberikan penjelasan hukum-hukum Islam. Jadi sekali lagi dalam pernikahan itu tidak masalah jika ada perbedaan usia. Di negeri kita ada beberapa public figure yang duda kemudian menikahi wanita yang usianya lebih muda dari usia anaknya, dan ternyata hal itu biasa biasa saja tidak ada yang mempermasalahkan.

Aisyah adalah seorang alimah atau berilmu. Keutamaan Aisyah tidak bisa dibandingkan dengan Ibu Kartini atau pahlawan-pahlawan wanita lainnya. Aisyah tidak pernah meminta kesetaraan antara wanita dan laki-laki, beliau tahu diri, tidak mungkin wanita mengambil peran laki-laki. Yang harus ada antara laki-laki dan wanita adalah saling mendukung. Allah subhanahu wa Ta'ala sudah menjelaskan bahwa laki laki itu tidak seperti wanita

ﻭَﻟَﻴْﺲَ ﭐﻟﺬَّﻛَﺮُ ﻛَﭑﻟْﺄُﻧﺜَﻰٰ

(Ali Imran 36)

Yang menginginkan kesamaan antara lelaki dan perempuan maka hakekatnya dia menzahlimi perempuan. Ada tugas lelaki yang tidak bisa diberikan ke perempuan.

Kemuliaan Aisyah dibanding perempuan-perempuan lainnya di zaman Nabi adalah seperti *tsarid* (makanan paling enak saat itu) yang berada di antara makanan-makanan biasa. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

ﻭَﺇِﻥَّ ﻓَﻀْﻞَ ﻋَﺎﺋِﺸَﺔَ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻨِّﺴَﺎﺀِ ﻛَﻔَﻀْﻞِ ﺍﻟﺜَّﺮِﻳْﺪِ ﻋَﻠَﻰ ﺳَﺎﺋِﺮِ ﺍﻟﻄَّﻌَﺎﻡِ

"Dan keutamaan Aisyah atas semua wanita seperti keutamaan tsarid atas segala makanan"

Nabi mencintai Aisyah, maka kita juga wajib mencintai Aisyah. Ketika ditanya siapa wanita yang paling dicintai Nabi, jawab Rasulullah adalah Aisyah. Dan yang laki-laki adalah bapaknya Aisyah, yaitu Abu Bakar.

Bila ada shahabat yang akan menghadiahi sesuatu pada Nabi, maka shahabat itu biasanya menunggu saat Nabi gilir di rumah Aisyah. Hal ini menimbulkan kecemburuan istri-istri yang lain. Fatimah putri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam diutus untuk menyampaikan hal itu pada Rasulullah. Tapi Rasulullah malah mengatakan kepada putrinya: cintailah wanita yang kucintai.

Aisyah menceritakan 10 kelebihan yang Allah berikan kepadanya, sebagaimana hal ini disebutkan oleh Ibn Sa'ad dalam Thabaqat :

1. Hanya Aisyah yang dinikahi Nabi dalam kondisi masih gadis.

2. Hanya Aisyah istri Nabi yang kedua orang tuanya muhajirin.

3. Allah langsung yang menjelaskan kesucian Aisyah ketika difitnah berzina.

4. Jibril pernah datang pada Nabi membawa rupa Aisyah, rupa wajah Aisyah diletakkan di atas kain sutra dan diperlihatkan pada Nabi dalam mimpinya. Kemudian Jibril memerintahkan Nabi untuk menikahinya.

5. Aisyah mandi dengan Nabi dalam satu tempat air dan hal itu tidak pernah dilakukan dengan istri yang lain.

6. Wahyu sering turun ketika Nabi sedang berada dalam keadaan satu selimut dengan Aisyah.

7. Nabi meninggal dalam pangkuan Aisyah.

8. Nabi meninggal di rumah Aisyah dan memang pada saat itu sedang gilir di rumah Aisyah.

9. Nabi dimakamkan di rumah Aisyah.

10. (Ustadz Syafiq lupa…qodarullah)

Aisyah pernah difitnah berzina dengan Sofwan, tapi ternyata berita itu dusta. Beliau istri seorang Nabi dan dituduh berzina. Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak mengetahui perkara ghaib, sehingga tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Sikap Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam terhadap Aisyah sempat berubah. Romantis itu sempat hilang setelah kaum munafik menyebarkan berita dusta bahwa Aisyah berzina dengan Shafwan. Aisyah sampai sakit dan dirawat di rumah ayah bundanya. Dalam Surat An-Nur ayat 11 Allah membela Aisyah dan menjelaskan bahwa beliau tidak berzina. Saat difitnah, Aisyah bersabar, sebagaimana halnya beliau juga bersabar dengan kemiskinan. Aisyah hanya berkata sebagaimana yang dikatakan Nabiyullah Ya'qub alaihisalam

ﻓَﺼَﺒْﺮٌ ﺟَﻤِﻴﻞٌ ۖ ﻭَﭐﻟﻠَّﻪُ ﭐﻟْﻤُﺴَﺘَﻌَﺎﻥُ ﻋَﻠَﻰٰ ﻣَﺎ ﺗَﺼِﻔُﻮﻥَ …

… ” maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.. (Yusuf:18)

Aisyah diuji agar nampak mana emas imitasi dan mana emas murni. Ujian adalah cara untuk menyingkap siapa diri kita. Ujian bisa turun melalui suami, anak, atau siapa dan apa pun. Allah Ta'ala berfirman

ﺃَﺣَﺴِﺐَ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﺃَﻥْ ﻳُﺘْﺮَﻛُﻮﺍ ﺃَﻥْ ﻳَﻘُﻮﻟُﻮﺍ ﺁﻣَﻨَّﺎ ﻭَﻫُﻢْ ﻻ ﻳُﻔْﺘَﻨُﻮﻥَ

Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: ‘Kami Telah beriman’, sedang mereka tidak diuji lagi? al-‘Ankabut:2

Untuk para wanita ketahuilah bahwa ketika engkau mengatakan, "Saya beriman" maka engkau akan diuji. Engkau akan diuji dengan suami, anak, tetangga, istri-istri suamimu, agar nampak siapa yang benar imannya.

Kualitas iman Aisyah sudah teruji dan pembelaan dari Allah sudah turun dan ayat itu bisa kita baca sampai hati ini. Tidak perlu peringatan Hari Aisyah karena Aisyah dan perjuangannya sudah terbukti.

Aisyah telah meriwayatkan 2210 hadits. Kalau bicara ilmu fiqih Aisyah… maa sya Allah, para shahabat banyak yang bertanya masalah syariat dan beliau menjelaskannya pada para sahabat di balik tabir. Abu Salamah mengatakan tidak ada orang yang lebih paham sunnah kecuali Aisyah. Banyak wahyu yang turun pada Nabi ketika beliau berada dalam selimut Aisyah.

Aisyah bagaimanapun adalah seorang wanita. Beliau memiliki kecemburuan. Pernah Nabi mendapat kiriman makanan dari istri yang lain ketika sedang berada di rumah Aisyah. Dan Aisyah tidak menyukai itu, makanan itu ditepisnya. Dalam hal ini, Aisyah adalah wanita biasa yang juga bisa cemburu. Maka Nabi memaklumi hal itu.

Aisyah gemar bersedekah, sedekah habis-habisan, dan lebih mengutamakan kebutuhan orang lain daripada kebutuhan dirinya sendiri. Sebagaimana ayahnya yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq yang dermawan maka 'buah itu tidak jatuh jauh dari pohonnya'. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengatakan, "Tidak ada harta seseorang yang paling bermanfaat seperti hartanya Abu Bakar." Pernah Nabi sedang membutuhkan harta dan Abu Bakar membawakan seluruh hartanya untuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah bersedekah kambing dan menyuruh istri-istri Nabi untuk membagikan daging kambing kepada orang lain. Maka setelah dibagikan daging kambing tersebut Nabi shallallahu alayhi wa sallam bertanya kepada Aisyah radhiyallahu anhā: "Wahai Aisyah, bagian mana dari kambing tersebut yang masih tersisa?"

Maka kata Aisyah: "Tidak ada yang tersisa kecuali hanya bagian paha kambing."

Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan:

"Seluruh kambing tersisa kecuali bagian paha kami."

Sayyidina Muawwiyah radhiallahu anhu pernah memberi uang 100.000 dirham kepada Aisyah radhiallahu anha. Di zaman itu harga kambing senilai 5 s/d 10 dirham, jadi 100.000 dirham itu senilai 10.000 ekor kambing. Jika harga seekor kambing 2 juta maka uang itu senilai 2 milyar. Uang hasil pemberian Sayyidina Muawaiyah radhiallahu anhu itu langsung diinfakkan oleh Ibunda Aisyah. Beliau tidak terpikir untuk merenovasi rumahnya, dapurnya, memperluas kamar, ganti hordeng, atau ganti kendaraan. Urwah bin Zubair, keponakan Aisyah bercerita bahwa Aisyah bersedekah sebesar 70.000 dirham padahal pakaiannya sendiri penuh tambalan, sebagaimana hal itu disebutkan dalam Thabaqat Ibn Saad. Kita bandingkan wanita wanita zaman sekarang: mobilnya, pakaiannya, jamnya, tasnya, dan kekayaannya. Kita lihat berapa mereka bersedekah. Mungkin mereka bersedekah 1 juta. Namun jika dibandingkan dengan sedekah yang dikeluarkan Aisyah tidak ada apa-apanya. Itulah Aisyah yang kita belajar darinya tentang kesabaran, bersyukur, tidak mudah mengeluh, dan rajin sedekah.

Abdullah bin Zubair bin Awwam pernah melakukan sesuatu. Abdullah bin Zubair bin Awwam ketika menjadi pemimpin membatasi gerak Aisyah dalam masalah mengeluarkan harta. Aisyah kemudian bersumpah untuk tidak berbicara dengannya. Abdullah akhirnya minta maaf dan Aisyah memaafkan serta membayar kaffarat atas sumpahnya. Suatu hari Abdullah bin Zubair bin Awwam memberi uang kepada Aisyah sebesar 100.000 dirham. Uang itu kemudian dibagikan seluruhnya oleh Aisyah dari pagi sampai sore. Ketika sore Aisyah mengatakan kepada pembantu perempuan untuk menyiapkan makanan untuk berbuka puasa. Kemudian pembantu itu mengatakan kepada Aisyah kenapa tidak disisakan barang 1 dirham untuk membeli daging, sehingga kita tidak berbuka dengan roti. Aisyah pun mengatakan jangan salahkan dirinya, mengapa tidak bilang sebelumnya.

Berbicara masalah kedermawanan, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pernah mengingatkan para wanita untuk banyak bersedekah, walaupun dengan perhiasannya karena penghuni neraka itu kebanyakan dari kalangan wanita. Dan sedekah itu bisa mencegah suul khatimah, penyakit, dan kebinasaan. Dan Aisyah telah memberikan teladan kedermawanan.

Aisyah itu seorang yang pemalu, dan selalu berhijab. Ketika suaminya meninggal dan dikuburkan di rumahnya, beliau ketika ziarah ke kuburan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keadaan tidak memakai jilbab. Demikian pula ketika ayahnya meninggal dan dikuburkan di samping suaminya beliau pun ketika ziarah tidak berjilbab. Namun ketika Umar meninggal dan dikuburkan di samping suami dan ayahnya, beliau ketika ziarah memakai jilbab karena ada Umar yang bukan mahram Aisyah. Demikian rasa malu Aisyah...lalu bagaimana dengan wanita wanita zaman sekarang...

Ketika sakit yang menghantarkannya kepada kematiannya, para shahabat menjenguknya. Abdullah bin Abbas menjenguknya dan memujinya. Aisyah pun berkata bahwa dia tidak mau ada seorangpun yang memujinya, dan dia ingin menjadi seseorang yang dilupakan manusia. Demikianlah rasa takut Aisyah yang khawatir dengan pujian manusia. Aisyah wafat tahun 57 hijriah bulan Ramadhan di usia kurang lebih berusia 63 tahun. Shahabat Abu Hurairah menshalatkan beliau setelah pelaksanaan shalat witir.

Demikian pelajaran dari perjalanan hidup Aisyah. Dan kita tahu bahwa para istri Nabi tidak boleh berbicara dengan laki laki dengan suara lemah lembut. Dan perintah itu juga tertuju kepada wanita wanita muslimah agar mencegah orang yang ada penyakit di hatinya menjadi suka.

Cilegon, 1 Ramadhan 1441/ 24 April 2020

No comments: