Tuesday, December 30, 2014

kala penguasa menabrak fatwa


Atus Firdaus

Kala Penguasa Menabrak Fatwa

“Sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme itu pada hakikatnya adalah
berpaling dari petunjuk Allah SWT. Dan itu bukanlah jalan selamat.”
Majelis Ulama Indonesia telah memfatwakan keharaman pluralisme,
liberalisme, dan sekulerisasi agama. Ini bukan fatwa baru. Fatwa itu lahir
pada Munas VII MUI Juli 2005.
Nyatanya, fakta menunjukkan yang sebaliknya. Penguasa tak menggubris
fatwa tersebut. Ada yang agak takut-takut, tapi ada yang terus terang
melabrak fatwa tersebut seperti yang terjadi di rezim baru ini.
Padahal MUI sebenarnya telah memberikan penjelasan yang gamblang
tentang definisi isme-isme tersebut. Berikut penjelasan tersebut:
Pluralisme agama adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa semua
agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif,
oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa
hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah.
Pluralisme agama juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan
masuk dan hidup berdampingan di surga.
Pluralitas agama adalah sebuah kenyataan bahwa di negara atau daerah
tertentu terdapat berbagai pemeluk agama yang hidup secara
berdampingan.
Liberalisme agama adalah memahami nash-nash agama (al-Qur’an dan
Sunnah) dengan menggunakan akal pikiran yang bebas, dan hanya
menerima doktrin-doktrin agama yang sesuaid engan akal pikiran
semata.
Sekulerisme agama adalah memishkan urusan dunia dari agama, agama
hanya digunakan untuk mengatur hubungan pribadi dengan Tuhan,
sedangkan hubungan sesama manusia diatur hanya dengan berdasarkan
kesepakatan sosial.
Berdasarkan hal itu, MUI menetapkan ketentuan hukum sebagai berikut:
Pluralisme, Sekulerisme, dan Liberalisme agama sebagaimana dimaksud
pada bagian pertama adalah paham yang bertentangan dengan ajaran
agama Islam.
Umat Islam haram mengikuti paham Pluralisme, Sekulerisme dan
Liberalisme agama.
Dalam masalah akidah dan ibadah, umat Islam wajib bersikap eksklusif,
dalam arti haram mencampuradukkan akidah dan ibadah umat Islam
dengan akidah dan ibadah pemeluk agama lain.
Bagi masyarakat Muslim yang tinggal bersama pemeluk agama lain lain
(pluralitas agama), dalam maslah sosial yang tidak berkaitan dengan
akidah dan ibadah, umat Islam bersikap inklusif, dalam arti tetap
melakukan pergaulan sosial dengan agama lain sepanjang tidak saling
merugikan.
“Sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme itu pada hakikatnya adalah
berpaling dari petunjuk Allah SWT. Dan itu bukanlah jalan selamat.
Sebaliknya merupakan jalan kebinasaan dan menuju kesempitan hidup,”
kata Yahya Abdurrahman.
Ia mengutip firman Allah SWT: “dan siapa saja yang berpaling dari
peringatan-Ku maka baginya kehidupan yang sempit…” (TQS Thaha [20]:
124)
Ibn Katsir menjelaskan di dalam Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim: “yakni
menyalahi perintah (ketentuan)-Ku dan apa yan telah aku turunkan
kepada rasul-Ku, ia berpaling darinya dan melupakannya serta mengambil
yang lain sebagai petunjuknya. “Maka baginya kehidupan yang sempit”
yakni di dunia, tidak ada ketenteraman baginya dan tidak ada kelapangan
untuk dadanya …”
Kontrol dan Koreksi Umat
Ibarat gunung, proses sekulerisasi, liberalisasi dan pluralisme sudah
hampir mencapai puncaknya. Selama ini penguasa masih agak ragu-ragu
untuk membuka kran liberalisasi, dan sekulerisasi karena terhalang oleh
reaksi umat Islam.
Nah, rezim yang baru tampaknya sedang melakukan ‘test the water’—
menguji kembali reaksi umat—terhadap proses tersebut. Ini bisa dilihat
dari pernyataan yang berubah-ubah yang dikatakan oleh para pejabat
negara.
“Di sini, umat itu diuji kepeduliaannya,” kata Yahya. Jika, rakyat
melakukan kontrol dengan ketat, maka niat pemerintah bisa dihalangi.
Sebaliknya, jika rakyat tak peduli maka pemerintah akan semaunya
sendiri.
”Kontrol dari publik sangat penting. Juga betapa penting dan
strategisnya aktivitas mengoreksi penguasa sehinga harus terus
dilakukan oleh umat Islam. Semua itu mestinya makin memotivasi umat
untuk terus melakukan amar makruf nahi mungkar dan mengoreksi
penguasa,” jelasnya.
Ia menjelaskan, kerusakan dan bencana itu bisa dicegah dan dihindari
dengan jalan umat melakukan amar makruf dan nahi mungkar, apalagi jika
umat mampu menjaga agar penguasa dan aparaturnya terus berada di
atas kebenaran. Dan itulah aktivitas yang diperintahkan oleh Islam.
Nah, jika umat tidak melaksanakannya maka bencana akan menimpa umat
seluruhnya, sebagaimana sabda Rasul SAW: “Tidak, Demi Allah, sungguh
kalian harus memerintahkan yang makruf dan sungguh kalian melarang
yang mungkar dan sungguh kalian menindak orang yang zalim dan
sungguh kalian membelokkannya menuju kebenaran dan sungguh kalian
menahannya dia di atas kebenaran, atau Allah membuat hati kalian saling
membenci satu sama lain kemudian sungguh Dia melaknat kalian seperti
Dia telah melaknat Bani Israil” (HR Abu Dawud dan at-Tirmidzi)
Ia mengingatkan, amar makruf nahi mungkar, mengoreksi penguasa dan
menghentikan kemungkaran dan kezaliman itu pada dasarnya merupakan
bentuk kasih sayang dan untuk membantu pihak yang zalim agar
menghentikan tindakan zalimnya dan pihak yang dizalimi agar terbebas
dari kezaliman.
Tujuannya, untuk menyelamatkan semuanya dari kehancuran. Pada
hakikatnya, aktivitas itu merupakan aktivitas menyelamatkan masyarakat
dari kebinasaan. Rasul saw melukiskan itu: “Perumpamaan orang yang
menegakkan ketentuan Allah dan orang yang melanggarnya ibarat satu
kaum yang sama-sama naik perahu, sebagian di bagian atas dan
sebagian di bagian bawah. Mereka yang di bawah jika ingin mengambil
air melewati orang yang diatas. Lalu mereka berkata, “andai kita lubangi
tempat kita dan kita tidak menyusahkan orang diatas kita”. Maka jika
mereka membiarkan mereka dan apa yang mereka inginkan itu maka
niscaya mereka binasa seluruhnya dan jika mereka menindak mereka,
niscaya mereka selamat dan selamatkan mereka seluruhnya” (HR al-
Bukhari)
Butuh Islam
Selama negeri ini menganut asas liberalisme dan sekulerisme, maka
selamanya pula Islam akan disingkirkan. Orang-orang kafir akan leluasa
berkuasa, baik secara langsung atau mengendalikan kaum Muslim yang
duduk sebagai penguasa.
Maka, kata Yahya, tidak bisa tidak harus ada perubahan sistem. Sebab,
pangkal kerusakan itu ada pada sistem yang menjadi pondasi bagi
berlangsungnya pengelolaan negara. Sistem inilah yang akan
menghentikan para penguasa kafir dan isme-isme dunia untuk menguasai
kaum Muslim.
“Jadi koreksi penguasa saja tak cukup. Harus dilengkapi dengan aktivitas
dakwah dalam rangka mewujudkan penerapan syariah Islam secara total
di tengah kehidupan. Dan itu hanya sempurna di awah sistem khilafah
rasyidah yang mengikuti manhaj kenabian,” tandas Yahya.
Jika hal itu terwujud, jelasnya, itulah manifestasi dari keimanan dan
ketakwaan penduduk negeri ini. Dan ketika itu maka keberkahan akan
dibukakan dari langit dan bumi. Allah SWT berjanji: “Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka
mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan
perbuatannya.” (TQS al-A’raf [7]: 96)
[Humaidi] Mediaumat.com

Adakah kebebasan di dalam khilafah

Choirul Anam

ADAKAH KEBEBASAN DI DALAM KHILAFAH?

Mungkin satu hal yang paling ditakutkan orang dari Khilafah adalah
tentang hilangnya kebebasan. Digambarkan bahwa di dalam Khilafah,
masyarakat hidupnya akan terkekang dan terbelenggu. Diimajinasikan
bahwa Khilafah Islamiyah adalah negara totaliter. Itulah yang
digambarkan oleh media massa mainstream dan tokoh-tokoh liberal.
Diopinikan bahwa masyarakat harus begini dan begitu, tidak boleh
melakukan ini dan itu. Tidak boleh berpendapat, tidak boleh kritis, tidak
boleh kreatif, tidak boleh kaya, tidak boleh menguasai teknologi dan tidak
boleh-tidak boleh yang lain. Yang laki-laki harus berjenggot dan berbaju
kumel. Yang perempuan tidak boleh keluar rumah dan dilarang sekolah
atau mencari ilmu.
Benarkah Khilafah seperti itu?
******
Khilafah adalah sistem pemerintahan yang disyari’ahkan Allah. Jadi
semua peraturan yang diterapkan adalah peraturan Allah, Yang Maha
Tahu. Peraturan Allah itu tercirman pada hukum yang lima (ahkam al
khamsah). Hukum Allah itu tidak hanya wajib (fardlu) dan haram
(mahdzur), namun ada hukum-hukum lain. Diantaranya adalah hukum
mubah atau dalam bahasa awam disebut bebas. Kita bebas melakukan
atau tidak. Tidak ada yang maksa kita dalam wilayah ini.
Mubah adalah bebas dalam kerangka hukum syara’. Sekedar contoh,
memakai baju untuk menutup aurat adalah wajib, membuka aurat di
tempat umum adalah haram. Sementara warna-warni baju yang
digunakan hukumnya adalah mubah. Seseorang bebas (mubah atau
boleh) memakai baju warna putih, kuning, merah, hijau, atau warna-
warna apapun. Inilah yang dimaksud bebas dalam kerangka hukum
syara’.
Contoh lain, riba hukumnya haram, sementara mencari nafkah pagi laki-
laki hukumnya wajib. Jika ditanyakan pekerjaan apakah yang boleh
dilakukan oleh seseorang? Jawabnya bebas. Mau jadi petani boleh, mau
berdagang boleh, mau wirausaha boleh, mau kerja kepada seseorang
boleh, mau jadi ahli fisika boleh, mau ahli kimia boleh dan lain-lain.
Intinya bekerja apa saja boleh, selama diijinkan oleh syariah. Inilah bebas
dalam kerangka hukum syara’.
Jumlah hukum mubah (bebas) ini jumlahnya nyaris tak terbatas.
Jadi, semestinya seseorang tidak perlu khawatir kreativitasnya tidak bisa
dikembangkan di dalam Khilafah. Islam hanya membingkai bahwa yang
terpenting adalah kreativitas itu harus berada dalam koridor syariah.
Sebenarnya jika ada orang yang khawatir kreativitasnya dimatikan oleh
Islam, itu tanda bahwa orang tersebut tidak kreatif. Ya, tidak kreatif!
Kreativitas itu bersemanyam di dalam diri seseorang, sehingga kreativitas
tidak akan pernah dapat dimatikan oleh lingkungan, apalagi lingkungan
Islam yang justru mendorong kreativitas. Tetapi, memang tidak dipungkiri
bahwa banyak sekali orang tak kreatif, tetapi sok kreatif. Orang tipe inilah
yang biasanya berteriak-teriak menentang syariah dan Khilafah.
Sementara terkait dengan sikap kritis terhadap negara, apakah
dibolehkan? Atau dalam bahasa lain, bolehkah kita mengkritik kebijakan
Khalifah dan para pejabat yang lain?Bukan hanya boleh, jika memang
Khalifah itu melakukan kemaksiyatan atau kedazaliman kepada rakyat,
maka mengkritik dan menasehati mereka sangat didorong oleh Islam.
Bahkan Rasulullah menggambarkan seseorang yang meninggal karena
terbunuh saat mengkritik penguasa yang dzalim termasuk pemimpin
syuhada (sayyid asy syuhada’). Sungguh luar biasa!.
Dalam sejarah Islam yang sangat panjang, tentu diantara Khalifah dan
para pejabat lainnya ada yang menyimpang dari hukum syara’ dan
melakukan kedzaliman. Sejarah telah mencatat bahwa saat ada Khalifah
dan para pejabat lainnya yang menyimpang, rakyat pasti akan menasehati
dan mengoreksi mereka tanpa perasaan takut, terutama para ulama. Para
ulama paham betul tanggung-jawabnya bahwa mengoreksi penguasa
yang menyimpang adalah tugas utama mereka. Hal ini seperti
diungkapkan oleh Imam Al-Ghazali: “Sesungguhnya, kerusakan rakyat
disebabkan oleh kerusakan para penguasanya, dan kerusakan penguasa
disebabkan kerusakan ulama, dan kerusakan ulama disebabkan oleh
kerusakan cinta harta dan kedudukan, dan barangsiapa dikuasai oleh
ambisi duniawi ia tidak akan mampu mengurus rakyat, apalagi
penguasanya.” (Imam al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumuddin, Juz II, hal. 381).
Memberi nasihat, muhasabah dan kritik sama sekali bukan barang mewah
di dalam Khilafah Islamiyah.
Berikut ini sekedar contoh surat nasihat dari Abu Ubaidah bin Al-Jarrah
dan Mu'adz bin Jabal, kepada Umar bin Al-Khaththab. “Kesejahteraan
semoga dilirnpahkan kepadamu. Amma ba'd. Kami nasihatkan kepadamu,
sehubungan dengan tugasmu yang amat penting ini. Kini engkau sudah
menjadi pemimpin umat ini, apa pun warna kulitnya. Di hadapanmu akan
duduk orang yang mulia dan yang hina, musuh dan teman. Masing-
masing harus engkau perlakukan secara adil. Maka pikirkan kedudukanmu
dalam hal ini wahai Umar. Kami ingin mengingatkan kepadamu tentang
suatu hari yang pada saat itu wajah-wajah manusia akan mengisut dan
mengering, serta hujah-hujah akan terputus karena ada hujah Sang
Penguasa yang memaksa mereka dengan kekuasaan-Nya. Semua makhluk
akan dihimpun di hadapan-Nya, mengharapkan rahmat-Nya dan takut
akan siksa-Nya.
Kami juga ingin memberitahukan bahwa keadaan umat ini akan muncul
kembali pada akhir zaman, yang boleh jadi mereka akan menjadi saudara
di luarnya saja, padahal mereka adalah musuh dalam selimut. Kami
berlindung kepada Allah agar surat kami ini tiba di tanganmu bukan di
suatu tempat seperti yang turun pada hati kami. Kami perlu menulis surat
ini sekedar untuk memberikan nasihat kepadamu. wassalamu
alaika." (Ath-Thabrany di dalam Al-Majma', 5:214)
Contoh lainnya adalah kritik Dirwas bin Habib al-Ajali kepada Khalifah
Hisyam bin Abdul Malik, salah seorang khalifah Bani Umayyah, saat
rakyat tertimpa kelaparan dan paceklik.
Dirwas berkata, “Ya Amirul Mukminin. Tiga tahun berturut-turut, kami
para rakyat memikul beban berat dan sulit. Tahun pertama memakan
daging kami. Tahun kedua mencairkan lemak kami. Dan tahun ketiga
menghisap tulang kami. Padahal di tangan kalian terdapat harta yang
melimpah. Jika harta itu milik Allah maka sayangilah hamba-hambaNya
dengannya. Jika harta itu milik rakyat mengapa engkau menahannya dari
mereka sementara kalian membelanjakannya secara cepat dan berlebih-
lebihan, padahal Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebiha
n. Dan jika harta itu milik kalian, maka bersedekahlah kepada mereka.
Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang
bersedekah.”
Jadi, nasihat, muhasabah dan kritik, itu bebas dilakukan dalam Khilafah.
Tentu saja semuanya dilakukan dalam kerangka syariah. Inilah nasihat
dan kritik yang membangun. Sementara kritik yang dilakukan asal-asalan,
tanpa koridor yang jelas, seperti dalam demokrasi hanya akan membuat
kegaduhan dan kehebohan.
Lihatlah fenomena kritik dalam demokrasi saat ini. Kritik asal kritik.
Rezim A mengkritik rezim B sampai berbusa-busa. Pada saat lain, saat
rezim A berkuasa, sebaliknya rezim B mengkritik rezim A juga sampai
berbusa-busa. Padahal isi kritiknya sama. Coba perhatikan bagaimana
dahulu PDIP mengkritik kenaikan BBM. Namun saat mereka berkuasa,
semua kritiknya dahulu justru dijilat sendiri. Inilah kritik abal-abal! Kritik
tanpa standar yang jelas.
*****
Islam tidak akan mengekang manusia. Islam hanya mengatur manusia
sehingga kehidupan manusia berjalan dengan harmoni dan membawa
kebahagian serta keberkahan hidup. Islam memberi kebebasan yang
sehat, yaitu kebebasan dalam koridor syariah. Bukan kebebasan yang
merusak, yaitu kebebasan semata-mata karena nafsu.
Apakah Islam memperbolehkan kita jadi orang kaya? Tentu saja sangat
boleh. Bahkan sangat dianjurkan. Tetapi, semuanya harus dengan cara
yang dibenarkan oleh syara’ (halal). Lihatlah sahabat Abdur Rahma bin
Auf. Beliau adalah seorang pebisnis sukses pada zaman Rasulullah
dahulu, yang asetnya triliyunan rupiah (jika dikonversi ke rupiah). Apakah
Rasulullah pernah melarang bisnisnya? Tidak. Justru Rasulullah sangat
memuji beliau, karena bisnisnya dijalankan sesuai dengan syariah dan
hasilnya digunakan untuk mencari ridlo Allah.
Lalu, mengapa para aktivis Islam selalu mengkritik kapitalisme?
Bukankah kapitalisme adalah wujud penghargaan terhadap bisnis dan
modal (kapital)?
Jika kita jeli, kapital dengan kapitalisme itu dua hal berbeda. Kapital
adalah modal (ra’sul mal). Siapapun orang yang mau berbisnis tentu
butuh modal (kapital), dalam Islampun juga sama. Itulah kapital.
Sementara kapitalisme (kapital dengan tambahan isme) adalah sebuah
ideologi dengan doktrin dan praktik yang sangat bertentangan dengan
Islam. Kapitalisme merupakan paham yang mengharuskan segala sesuatu
harus mengikuti pasar bebas, dan melarang campur tangan negara dalam
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Kapitalisme adalah paham yang
menuntut bahwa negara harus memberikan semua SDA yang menguasai
hajat hidup orang banyak kepada swasta, baik domestik atau asing.
Kapitalisme adalah paham, dimana halal dan haram ditentukan
berdasarkan profit dan selera pasar. Kapitalisme adalah paham yang
memaksa bahwa orang fakir-miskin harus bersaing bebas dengan para
konglomerat. Kapitalisme adalah paham dimana kemuliaan sesorang
dinilai dari besarnya modal (kapital) yang dimiliki seseorang. Kapitalisme
inilah yang telah menjerumuskan manusia saat ini hingga ke derajat yang
lebih rendah dari hewan. Manusia memakan manusia, hanya demi
mengejar profit. Itulah kapitalisme. Sebuah ideologi yang sangat
bertentangan dengan Islam.
Kembali kepada kebebasan. Apakah dalam Khilafah boleh makan enak?
Silahkan aja, yang penting halal dan thoyyib. Apakah dalam Khilafah
wanita boleh berpendidikan tinggi? Tentu saja. Bahkan mencari ilmu itu
kewajiban semua orang, baik laki-laki atau perempuan. Apakah dalam
Khilafah kita boleh mengembangkan sains dan teknologi? Tentu. Bukan
hanya boleh, tetap pengembangan sains dan teknologi adalah fardlu
kifayah. Imam Al Ghazali pernah menyampaikan, bahwa jika sains dan
teknologi Umat Islam kalah dibanding orang kafir, maka kita semua
berdosa. Sebab, umat terbaik (khoiru ummah) itu harus nomer satu dalam
penguasaan sains dan teknologi. Apakah di dalam Khilafah dibolehkan
memakai pakai yang modis? Tentu saja. Yang penting pakaian yang
syar’i.
Singkatnya, silahkan melakukan apapun selama dalam kerangka syariah.
Hal-hal yang mubah itu jumlahnya nyaris tak hingga. Silahkan berkreasi
dalam area tersebut.
Jika demikian, mengapa sering dijelaskan tidak ada kebebasan dalam
Islam? Sebetulnya, yang dimaksud dengan pernyataan itu adalah
kebebasan model liberalisme, yaitu kebebasan tanpa batas. Mubah dalam
Islam tidak sama dengan liberalisme, karena liberalisme adalah bebas
tanpa batas atau bebas tanpa batasan yang jelas.
Sebenarnya konsep kebebasan tanpa batas, adalah konsep yang utopis.
Itu tidak mungkin. Sebab, di dunia ini, semuanya pasti ada batasnya.
Akan hancur dunia ini kalau kebebasan tidak ada batasnya. Dalam
liberalisme sendiri sebenarnya kebebasan juga dibatasi, yaitu dengan
ungkapan "selama tidak mengganngu kebebasan orang lain". Secara
filosofis, kebebasan yang terbatas sebenarnya bukanlah bebas.
Kebebasan dalam liberalisme justru sangat relatif, karena batasnya tidak
jelas. Karenanya batas kebebasan sering ditetapkan oleh para kapitalis
dan para pejabat, sesuai dengan kepentingan mereka. Liberalisme
memang memberi kebebasan kepada manusia, apakah mau pilih masuk ke
mulut singa atau buaya!?! Pilih pemimpin ndeso yang menaikkan BBM
atau pemimpin moderen (wajah kota) yang juga menaikkan BBM?!?
Memilih pemimpin itu pilihan bebas, tetapi kenaikan BBM itu bukan
pilihan. Itu keputusan IMF dan World Bank!.
Jadi, kebebasan dalam Islam jauh lebih definitif, yaitu kebebasan dalam
koridor syariah. Kebebasan dalam Islamlah yang akan mengantarkan
kepada kebahagiaan dan keharmonisan. Sementara kebebasan model
liberalisme justru akan mengantarkan kekisruhan di masyarakat.
Wallahu a’lam.

kenapa mereka begitu benci dan dendam kepafa khalifah sulaiman al qanuni



Kenapa mereka begitu benci dan dendam kepada Khalifah Sulaiman al-
Qonuni (King Sulaiman the Magnificentl)???
Simak kisah singkat ini :
Pernahkah anda mendengar tentang perang Mohacs?
Sesungguhnya itu bukanlah perang..tapi pembantaia. Peristiwa ini terjadi
pada 21/11/932 hijriyah.
Ringkas cerita :
utusan khalifah utsmani Sulaiman al-Qonuni berangkat untuk mengambil
jizyah dari raja Hongaria dan pemimpin Eropa ketika itu luis II.
Maka atas saran paus di Vatikan raja Hongaria membunuh utusan
Sulaiman al-Qonuni.
Mendengar berita itu bersiap-siaplah
Sulaiman al-Qonuni untuk menyerang Eropa.
Begitu juga gereja dan eropa menyiapkan pasukannya.
Sulaiman al-Qonuni menyiapkan pasukan yang terdiri dari 100.000
prajurit, 350 meriam dan 800 kapal perang.
Sedangkan kekuatan eropa 200.000 pasukan berkuda. 35 ribu diantaranya
bersenjata lengkap dengan baju besi.
Sulaiman dan pasukannya menempuh jarak 1000 kilo meter dan berhasil
merebut benteng-benteng sepanjang perjalanannya guna mengamankan
jalan ketika menarik pasukannya mundur jika terjadi kekalahan.
Beliau dan pasukannya melewati sungai....yang terkenal dan menunggu
di lembah Mohacs selatan Hongaria dan timur Rumania menanti pasukan
Eropa yg terdiri dari Hongaria, Rumania, Kroasia, Buhemia, Kekaisaran
Romawi, negara kepausan dan Polandia.
Masalah yang dihadapi Sulaiman adalah banyaknya pasukan berkuda
Romawi dan Hongaria yg tertutup penuh oleh baju besi yang sulit
ditembus panah atau peluru.
Lalu apa yang ia lakukan?
Setelah selesai sholat subuh ia berdiri dihadapan pasukannya yang
menatap pasukan Eropa yg banyak yang tidak terlihat ujungnya.
Kemudian ia berkata disertai tangisan (sesungguhnya Ruh Nabi
Muhammad melihat kalian dengan kerinduan dan cinta) maka
menangislah semua pasukan kaum muslimin.
Kemudian...
Kedua pasukan saling berhadapan...
Taktik perang Sulaiman adalah sebagai berikut :
Ia membagi pasukannya menjadi tiga barisan sepanjang 10 km.
Dan pasukan Inkisyaariah di garis depan, mereka ini adalah prajurit
pilihan.
Kemudian di barisan kedua pasukan berkuda dengan senjata ringan dan
pasukan pejalan kaki (invanteri) diantara mereka adalah relawan.
Adapun barisan ketiga adalah beliau dan pasukan meriam.
Pasukan Eropa menyerang setelah sholat ashar. Maka Sulaiman
memerintahkan pasukan Inkisyaariyah bertahan selama satu jam saja.
Kemudian ia memerintahkan mereka lari...
Dan ia perintahkan pasukan lapis kedua untuk membuka jalan pelarian ke
kiri dan ke kanan bukan ke belakang.
Sesuai arahan sulaiman para pahlawan pasukan Inkisyaariah bertahan
dengan gagah berani. Dan berhasil menghancurkan kekuatan eropa
dengan sempurna pada dua penyerangan bertubi-tubi yang dipancarkan
eropa.
Dalam satu serangan saja habis 20 ribu pasukan eropa.
Kemudian kekuatan inti pasukan eropa serempak menyerang...tibalah saat
melarikan diri dan dibukalah jalan untuk lari..maka mundurlah pasukan
Inkisyaariah ke sisi kiri dan kanan diikuti pasukan infantri, sehingga
jantung pasukan Utsmani benar-benar terbuka..maka masuklah 100 ribu
pasukan eropa sekaligus menuju (jebakan) jantung pasukan kaum
muslimin.
Dan inilah awal pembantaian itu...
Mereka langsung berhadapan dengan meriam-meriam pasukan
Utsmaniyah tanpa mereka sadari.
Meriam-meriam itu langsung menyalak menyambut 100 ribu pasukan
eropa yang tidak sadar telah masuk jebakan.
Tidak sampai satu jam musnahlah pasukan eropa semua dihantam
meriam dari segala arah..menjadi kenangan hitam orang2 kafir sampai
saat ini.
Sisa-sisa pasukan eropa di garis belakang berusaha lari menyeberangi
sungai..apa daya karena ketakutan dan berdesak-desakan ribuan prajurit
tenggelam di sungai.
Akhirnya pasukan eropa hendak menyerah. Dan keputusan Khalifah
Sulaiman al Qonuni yang tidak pernah dilupakan Eropa sampai sekarang
dan mereka mengingatnya dengan penuh dendam.
Sulaiman memutuskan : Tidak ada tawanan!
Maka pasukan Utsmaniyyun menyerahkan kembali senjata kepada
pasukan eropa yang ditawan agar mereka berperang lagi atau dibunuh!
Akhirnya mereka kembali berperang dengan putus asa.
Berakhirlah perang dengan tewasnya
raja Hongaria Louis II beserta para uskup yang tujuh orang mewakili
nasrani dan utusan paus dan 70 ribu pasukan.
Disamping itu 25 ribu ditawan dalam keadaan terluka.
Pasukan Utsmaniyyah melakukan parade militer di ibukota Hongaria.
Setelah dua hari mengurus urusan kenegaraan di sana Khalifah Sulaiman
kembali pulang ke Turki.
Pasukan Utsmaniyyah yang gugur dalam perang itu hanya 150 orang saja
dan tiga ribu terluka.
Selebihnya pasukan masih sempurna tanpa kurang suatu apapun
walhamdulillah..
Diringkas dari web dr. Roghib Sirjani.

Saturday, December 6, 2014

pemimpin yg di gulirkan

 Ust Dr. Fahmy Lukman:

Suatu saat kami duduk di Masjid Jogokariyan, di hadirat Syaikh Dr. Abu
Bakr Al 'Awawidah, Wakil Ketua Rabithah 'Ulama Palestina. Kami katakan
pada beliau, "Ya Syaikh, berbagai telaah menyatakan bahwa persoalan
Palestina ini takkan selesai sampai bangsa 'Arab bersatu. Bagaimana
pendapat Anda?"

Beliau tersenyum. "Tidak begitu ya Ukhayya", ujarnya lembut.
"Sesungguhnya Allah memilih untuk menjayakan agamanya ini sesiapa
yang dipilihNya di antara hambaNya; Dia genapkan untuk mereka syarat-
syaratnya, lalu Dia muliakan mereka dengan agama & kejayaan itu."
"Pada kurun awal", lanjut beliau, "Allah memilih Bangsa 'Arab. Dipimpin
RasuluLlah, Khulafaur Rasyidin, & beberapa penguasa Daulah 'Umawiyah,
agama ini jaya. Lalu ketika para penguasa Daulah itu beserta para
punggawanya menyimpang, Allahpun mencabut amanah penjayaan itu
dari mereka."

"Di masa berikutnya, Allah memilih bangsa Persia. Dari arah Khurasan
mereka datang menyokong Daulah 'Abbasiyah. Maka penyangga utama
Daulah ini, dari Perdana Menterinya, keluarga Al Baramikah, hingga
panglima, bahkan banyak 'Ulama & Cendikiawannya Allah bangkitkan dari
kalangan orang Persia."

"Lalu ketika Bangsa Persia berpaling & menyimpang, Allah cabut amanah
itu dari mereka; Allah berikan pada orang-orang Kurdi; puncaknya
Shalahuddin Al Ayyubi dan anak-anaknya."
"Ketika mereka juga berpaling, Allah alihkan amanah itu pada bekas-
bekas budak dari Asia Tengah yang disultankan di Mesir; Quthuz,
Baybars, Qalawun di antaranya. Mereka, orang-orang Mamluk."
"Ketika para Mamalik ini berpaling, Allah pula memindahkan amanah itu
P
pada Bangsa Turki; 'Utsman Orthughrul & anak turunnya, serta khususnya
Muhammad Al Fatih."
"Ketika Daulah 'Aliyah 'Utsmaniyah ini berpaling juga, Allah cabut amanah
itu dan rasa-rasanya, hingga hari ini, Allah belum menunjuk bangsa lain
lagi untuk memimpin penjayaan Islam ini."
Beliau menghela nafas panjang, kemudian tersenyum. Dengan matanya
yang buta oleh siksaan penjara Israel, dia arahkan wajahnya pada kami
lalu berkata. "Sungguh di antara bangsa-bangsa besar yang menerima
Islam, bangsa kalianlah; yang agak pendek, berkulit kecoklatan, lagi
berhidung pesek", katanya sedikit tertawa, "Yang belum pernah ditunjuk
Allah untuk memimpin penzhahiran agamanya ini."
"Dan bukankah Rasulullah bersabda bahwa pembawa kejayaan akhir
zaman akan datang dari arah Timur dengan bendera-bendera hitam
mereka? Dulu para 'Ulama mengiranya Khurasan, dan Daulah 'Abbasiyah
sudah menggunakan pemaknaan itu dalam kampanye mereka
menggulingkan Daulah 'Umawiyah. Tapi kini kita tahu; dunia Islam ini
membentang dari Maghrib; dari Maroko, sampai Merauke", ujar beliau
terkekeh.
"Maka sungguh aku berharap, yang dimaksud oleh Rasulullah itu adalah
kalian, wahai bangsa Muslim Nusantara. Hari ini, tugas kalian adalah
menggenapi syarat-syarat agar layak ditunjuk Allah memimpin peradaban
Islam."
"Ah, aku sudah melihat tanda-tandanya. Tapi barangkali kami, para
pejuang Palestina masih harus bersabar sejenak berjuang di garis depan.
Bersabar menanti kalian layak memimpin. Bersabar menanti kalian
datang. Bersabar hingga kita bersama shalat di Masjidil Aqsha yang
merdeka insyaaLlah."
Ah.. Campur aduk perasaan, tertusuk-tusuk rasa hati kami di Jogokariyan
mendengar ini semua. Ya Allah, tolong kami, kuatkan kami..

debat


Abu Ibrahiem Full

Ini salah satu perdebatan saya dg muslim yg sekuler di Sydney beberapa
tahun lalu.

Mereka juga mengatakan hal yg sama dg pandangan musuh2 ISLAM bhw
umat Islam itu jauh tertinggal dg barat. Dg mengambil data di Pakistan,
Bangladesh, Indonesia dan negara muslim yg berkembang-kempis
lainnya.

Koruptornya mayoritas Islam, yg tawuran mayoritas anak2 orang Islam,
yg jorok dan kotor orang Islam dan banyak lagi stigma yg disematkan
kpd masyarakat dan negri (bukan negara) Islam yg intinya Islam adalah
brengsek!

Bahkan yg paling extreme lagi ia katakan bhw yg maling sendal di Mesjid
pun orang Islam. Sementara kalau di Mesjid ada piano maka pasti bakal
hilang. Mereka membandingkan itu semua dg sebagian negara Eropa dan
Australia.

Bagi saya melihat hal itu adalah analisa dangkal yg tdk cerdas.
Karena mereka maling2 itu, koruptor2 itu ataupun para orang2 brengsek
itu dididik di sekolah2, di masyarakat serta media dan pergaulan
bukanlah pendidikan yg Islami akan tetapi pendidikan yg kufuri.
Sekularisasi, Liberalisasi, Demokrasi, dll. Tdk ada kehidupan yg syar'i pd
wilayah publik.

Seharusnya justru yg disalahkannya adalah kehidupan Barat dan sistim
hidupnya.

Itu analisa pertama. Adapun yg kedua dilihat dari mayoritas agama
penduduknya: Didalam sample2 yg dikemukakan oleh mereka selalu di
negara2 itu. Mereka tdk menganalisa Mexico, Brazil, Afrika Selatan
bahkan AS di negara2 bagiannya. Kalau mereka mau fair maka kristen
juga seharusnya di negara2 ini brengsek. Bahkan secara konstitusional
dan institusi negara Eropa dan AS adalah penjahat dunia. Tp saya tdk
akan berfikir sbgmn orang2 yg dangkal yg mendebat saya. Karena
penyebab itu adalah bukannya agama akan tetapi sistim hidup dan sistim
ketata negaraan. Yaitu sistim yg bukan sistim Islam alias Khilafah.
Jd jika mau membandingkan haruslah bandingkan dg zaman. Yaitu
zaman atau era Khilafah dg era Colonialism saat ini. Inilah yg cerdas.
Untuk itu marilah kita tegakkan sistim Islam dan tinggalkan sistim kufur
Barat ini. — 

surat terbuka yg menolak ahok

Abu Zufar Al Musaid
SURAT TERBUKA UNTUK SAUDARA-SAUDARAKU YANG MENOLAK AHOK.
Kalau kita sedikit saja mau berpikir mendalam, akar dari masalah ini
sebenarnya adalah karena diterapkannya sistem kufur demokrasi. Karena
demokrasilah yang mebuat orang kafir seperti Ahok bisa menjadi seorang
pemimpin.
Demokrasi mempersilakan siapa saja berkuasa dan menjadi seorang
pemimpin, asal tidak menerapkan Islam atau berlandaskan kepada syariah
Islam.
Menurut cara pandang demokrasi, adalah melanggar demokrasi itu sendiri
jika menolak orang yang terpilih secara konstitusional, meskipun orang
yang terpilih tersebut kafir.
Oleh karena itu wahai saudaraku, sadarlah bahwasannya demokrasi itu
bukan untuk Islam.
Hanya Khilafah sistem Islam warisan Nabi yang menutup kemungkinan
peluang orang kafir untuk menjadi seorang pemimpin.
Jadi jika tidak mau dipimpin orang kafir, CAMPAKKAN DEMOKRASI &
TEGAKKAN KHILAFAH....!!

presiden tanpa harapan

Presiden Tanpa Harapan
Oleh: H.M Ismail Yusanto

Jokowi, A New Hope. Itulah judul kulit muka majalah Time Asia
terbaru edisi akhir Oktober 2014 menyambut pelantikan Presiden
Jokowi. Benarkah rezim baru ini memberikan harapan baru? Ini
tentu menjadi pertanyaan banyak orang saat ini. Pertanyaan
serupa juga dimajukan kepada saya dalam acara Halqah Islam
dan Peradaban (HIP) Edisi 53 bertajuk, “Membaca Arah Rezim
Baru Jokowi JK,” pada 30 Oktober 2014 lalu. Hadir sebagai
pembicara dalam diskusi bulanan itu Zuhairi Misyrawi (Tim
Media Jokowi JK), Eggi Sudjana (Tim Kampanye Probowo
Hatta), Ari Junaidi (Dosen Fisip UI) dan saya sendiri.
++++
Kapan sebenarnya kita bisa berharap sebuah pemerintahan baru
akan menghasilkan perubahan ke arah yang lebih baik?
Sesungguhnya perubahan ke arah yang lebih baik hanya bisa
kita harap bila negara ini diatur dengan sistem yang baik dan
dipimpin oleh orang yang baik.

Apa sistem yang baik itu? Sistem yang baik itu tentu adalah
sistem yang berasal dari Zat Yang Mahabaik. Itulah Allah SWT.
Dialah Yang Mahatahu atas setiap ciptaan-Nya. Dia pula Yang
bisa menetapkan sistem yang terbaik buat kita, manusia
ciptaan-Nya. Adapun pemimpin yang baik adalah pemimpin
yang amanah dan mau tunduk pada sistem yang baik tersebut.
Apakah rezim Jokowi–JK dengan Kabinet Kerja-nya itu
memenuhi kedua syarat itu? Jelas sekali rezim baru ini tidaklah
memenuhi kedua syarat tadi. Karena itu bisa dipastikan,
pemerintahan Jokowi JK tidak akan membawa perubahan ke
arah yang lebih baik. Pasalnya, meski pemerintahan Jokowi JK
telah merencanakan banyak hal, khususnya terkait
kesejahteraan rakyat, semua masih dalam kerangka sistem
lama, yakni sistem sekular-kapitalis-liberal. Sebagaimana terjadi
di sepanjang rezim pemerintahan sebelumnya, meski banyak hal
dilakukan khususnya di bidang ekonomi, rasio gini (yang
menunjukkan tingkat kesenjangan pendapatan masyarakat)
malah terus meningkat, dari sebelumnya sekitar 0.31 menjadi
0.43. Itu artinya, sekian banyak program bidang ekonomi selama
sekian puluh tahun itu ternyata tidak memberikan pengaruh
positif terhadap kesejahteraan seluruh masyarakat. Kalaupun
memberi efek, efek peningkatan kesejahteraan itu hanya
dinikmati segelintir orang saja. Akibatnya, kesenjangan ekonomi
pun makin melebar.

Nah, keadaan serupa diyakini akan terjadi lagi di sepanjang
pemerintahan Jokowi-JK karena kerangka sistem dan ideologi
yang dipakai tidaklah berbeda dengan sebelumnya. Apalagi
sejumlah menteri dalam kabinet Jokowi JK adalah pengusaha.
Sudah lama diketahui, banyak pogram di bidang industrialisasi
di negeri ini, misalnya di bidang otomotif, tidak berjalan bagus
karena dikalahkan oleh kepentingan kaum pedagang. Mereka
lebih suka berperan sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang
Merek) bagi produk otomotif asing ketimbang memproduksi
kendaraan sendiri yang memang memerlukan usaha yang lebih
keras untuk melakukan riset pengembangan teknologi, disain
dan sebagainya. Dengan menjadi ATPM saja mereka sudah
untung besar, dengan cara yang lebih mudah dan lebih cepat.
Dominasi kepentingan kaum pedagang pula yang ditengarai
amat kuat memengaruhi kebijakan Pemerintah di bidang ekspor
dan impor produk pangan khususnya. Akibatnya, sejak beberapa
tahun terakhir ini Indonesia—yang notabene adalah negara
agraris-maritim dengan lahan pertanian yang sangat luas dan
panjang pantai terpanjang di dunia—justru dibanjiri oleh aneka
barang-barang produk pertanian dari luar negeri seperti beras,
buah-buahan bahkan garam. Akibatnya, nilai tukar petani dari
tahun ke tahun terus menurun. Nilai tukar petani (NTP) adalah
rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan indeks
harga yang dibayar petani. Nilai tukar petani merupakan salah
satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan petani.
Jadi, alih-alih Pemerintah berhasil mengangkat derajat
kesejahteraan mereka, yang terjadi sebaliknya, kebijakan
Pemerintahlah yang justru makin memurukkan kehidupan
ekonomi para petani.

Oleh karena itu, pantas dipertanyakan: Untuk siapa sebenarnya
Pemerintah selama ini bekerja? Pertanyaan serupa tentu layak
pula dialamatkan kepada rezim Jokowi-JK. Keputusan Jokowi-
JK menaikkan harga BBM menjadi buktiJokowi-JK bekerja bukan
demi rakyat, tetapi demi memenuhi kepentingan perusahaan
migas asing. Mereka memang sudah lama berharap tidak ada
lagi BBM murah sehingga mereka bisa ikut jualan BBM eceran
lewat SPBU yang mereka dirikan.

Contoh lain, tahun 2017 nanti, Blok Mahakam yang selama lebih
dari 30 tahun dikelola oleh Total Indonesie, perusahaan migas
Prancis, akan berakhir masa kontraknya. Kita akan lihat,
beranikah Jokowi-JK menarik Blok yang kaya gas itu untuk
dikelola sendiri? Selain Blok Mahakam, kontrak tambang emas
Freeport juga akan berakhir pada tahun 2021. Mereka telah
mengajukan perpanjangan kontrak hingga 2041. Beranikah
Jokowi JK menyetop kontrak Freeport itu, dan mengambilnya
untuk dikelola sendiri? Bila kontrak Blok Mahakam untuk Total
dan Freeport diperpanjang, maka kita juga bisa menilai: untuk
siapa sebenarnya mereka bekerja. Yang pasti, rezim Jokowi JK
punya beban untuk memenuhi janji-janji kepada sejumlah
konglomerat (Kwik Kian Gie dalam acara ILC TV One beberapa
minggu lalu dengan tegas menyebut 9 taipan) yang telah
mendukung dia. Dari sini saja kita bisa melihat, rezim Jokowi-
JK pasti bekerja untuk kepentingan 9 taipan itu.

Jadi, masih percayakah bahwa Jokowi adalah a New Hope?
++++
Kebaikan bisa dilahirkan hanya bila kita hidup dalam sistem
kehidupan Islam melalui penerapan syariah Islam secara kaffah.
Inilah satu-satunya sistem yang akan membawa rahmatan
lil’alamin atau kebaikan bagi negeri ini, sekarang dan yang akan
datang. Dengan syariah Islam, seluruh aspek kehidupan
bermasyarakat dan bernegara akan diatur dengan cara yang
benar. Ekonomi akan tumbuh, stabil dan akan memberikan
keadilan dan kesejahteraan kepada seluruh rakyat. SDA yang
melimpah itu akan dikelola oleh negara untuk rakyat. Dengan
syariah akan terwujud sistem pendidikan dan budaya yang akan
membentuk SDM yang beriman dan bertakwa serta mampu
menjawab tantangan kemajuan zaman.

Karena itu penting sekali kita tetap istiqamah menggerakkan
dakwah politis (dakwah siyasiyah). Itulah dakwah demi suatu
perubahan politik ke arah Islam berupa tegaknya kehidupan
Islam yang di dalamnya diterapkan syariah secara kaffah dalam
naungan Khilafah. []
Dari < http://hizbut-tahrir.or.id/2014/12/02/presiden-tanpa-h
arapan/>