Thursday, October 20, 2011

Generasi Ghuraba

NB:

Ukuran kebenaran itu bukan dari banyaknya pengikut.

Tetapi yang sedikit pengikutnya itu juga belum tentu benar.

Kebenaran adalah apa yang berasal dari Kitabullah dan As-sunnah..





Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu. (QS 2 : 147)



Hadist Abdillah bin Amr bin Al-Ash Radhiyallahu 'anhu beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah pada suatu hari dan kami bersama beliau, "Artinya : Beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba) ditanya Rasulullah siapakah Al-Ghuraba itu ? Beliau menjawab orang-orang shalih diantara banyaknya orang-orang yang buruk, orang yang menyelisihi mereka lebih banyak daripada mentaatinya" [H.R Ahmad]



Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, maka beruntunglah orang-orang yang asing (Al-Ghuraba)" (H.R. Muslim)



Hadits Abdillah bin Umar bin Al-Khaththab Radhiyallahu 'anhu beliau berkata : Telah bersabda Rasulullah, "Artinya : Sesungguhnya Islam dimulai dengan keterasingan dan akan kembali asing sebagaimana awalnya, mereka berlindung diantara dua masjid sebagaimana ular berlindung dalam lubangnya" (H.R. Muslim)



Generasi Ghuraba






Satu-persatu peringatan Rasulullah SAW mengenai keadaan penghujung zaman sudah menampakkan diri di depan mata. Sayangnya ia tidak cukup dilihat dengan hanya mata lahir bila hati tidak dipakai untuk melihat. Hakikat dunia memang sibuk dan menyibukkan bagi penghuni yang larut dengan segala hiruk-pikuknya. Kesibukan ini membuat manusia sulit mendapatkan waktu hanya untuk sekedar berpikir dan merenung, “Adakah jalan yang kutempuh bersesuaian dengan kalimat syahadatku?”



Sayangnya, tanda-tanda dari ALLAH hanya mampu ditangkap oleh mereka yang berpikir, mereka yang merenung, mereka yang menggunakan akalnya, dan mereka yang mengambil pelajaran. Di luar itu, sesibuk apa pun manusia dengan amalnya, bila mengabaikan tanda-tanda dari ALLAH, maka mereka adalah orang-orang yang lalai, heedless.



“Islam bermula dalam keadaan asing dan akan kembali menjadi asing. Maka beruntunglah orang yang diasingkan “ (HR. Muslim, At Tirmizi, Ibnu Majah, At Tabarani).



Cukup mudah mengetahui sejauh mana tingkat 'keasingan' Islam saat ini. Bukalah pintu dan melangkahlah ke luar, adakah kita temukan Islam sebagaimana yang didefinisikan oleh Al Quran dan As Sunnah ? Bahkan ketika di masjid sekalipun, seberapa yakin hati kita untuk sekedar mengatakan “Inilah Islam!” ? Islam menjadi asing bukan karena umatnya yang sedikit. Bahkan bila dilakukan pemisahan antara Katolik Roma dan Umat Nasrani lainnya, maka jumlah Umat Islam adalah yang terbesar di dunia saat ini.



Islam dan tauhid adalah satu definisi. Tidak mungkin seseorang berserah diri sepenuhnya kepada apapun yang diatur ALLAH kecuali jika ia sudah bersaksi dengan hati, lisan, tangan, dan kakinya bahwa ia sudah merelakan dirinya untuk Satu Ilah saja. Besar maupun kecil yang tergolong pada selain dari definisi ini, mau tidak mau, suka atau tidak suka, rela atau tidak rela, maka ia sudah termasuk syirik. Islam dan tauhid yang didefinisikan oleh Al Quran adalah Islam dan tauhid yang dicontohkan oleh generasi awal di Madinah ketika mereka langsung memutar badan mereka seketika itu juga tatkala mendapatkan berita bahwa ALLAH telah memerintahkan rasul-Nya untuk memalingkan kiblat dari semula di Baitul Maqdis menjadi Ka'bah di Masjidil Haram. Aturan ALLAH adalah sesuatu yang segera, tidak ditunda, dan bukan untuk dicari-cari alasannya.



Bukan syirik terang-terangan yang dikhawatirkan oleh Rasulullah SAW akan menimpa umatnya, tetapi syirik yang samar, seperti samarnya semut hitam di atas batu hitam pada malam yang gelap. Syirik yang membuat pelakunya tenang dan terlelap dalam kemusyrikan. Dahulu, zaman yang berlaku adalah zaman syirik, walaupun lisan mereka juga sudah menyebut ALLAH.



Zaman sekarang pun, lisan basah dengan nama ALLAH, tetapi amat sulit melepaskan diri dan mungkin tidak mau melepaskan diri dari berbagai berhala yang tidaklah tetap menjadi sandaran melainkan dengan alasan untuk mempertahankan penyembahan kepada ALLAH. Jadi fenomena keasingan Islam sebenarnya merupakan sisi lain dari sebuah fenomena besar yang mengiringi awal dan akhir perjalanan sejarah umat manusia, yaitu kemusyrikan.



Mencoba sedikit memahami persoalan sebenarnya yang mengiringi perjalanan Islam saat ini tidak bisa tidak harus mengacu pada pelajaran yang diberikan oleh Al Quran dan Al Hadits. Rasulullah SAW sudah mengingatkan akan fitnah terbesar, yang belum pernah ada sebelumnya, bahkan terbesar sejak dari penciptaan Nabi Adam a.s. hingga Hari Kiamat nanti, yaitu fitnah Al Masih Ad Dajjal. Tidaklah setiap nabi diutus melainkan mereka selalu mengingatkan mengenai fitnah Dajjal ini.



Amat disayangkan bila kebanyakan kaum muslimin lalai dengan Hari Akhir beserta berbagai huru-haranya dengan beralasan bahwa hanya ALLAH Yang Tahu waktu terjadinya. Yang aneh adalah sikap mereka. Betul bahwa hanya ALLAH Yang Tahu mengenai waktunya tetapi ALLAH tidak membiarkan peristiwa ini terjadi kecuali Dia telah mengirimkan peringatan mengenai tanda-tandanya. Kaum muslimin pun sudah abai dan lalai untuk mewaspadai Akhir Sejarah yang dalam Al Quran dan Al Hadits rasanya sudah lebih dari cukup peringatan yang gamblang mengenai Peristiwa Dahsyat ini beserta berbagai pengantarnya. Akhirnya yang terjadi adalah kelalaian (heedlessness) bahwa Hari Akhir itu masih jauh.



Sungguh kelalaian yang bukan pada tempatnya terjadi pada seorang mukmin jika Rasul mereka sendiri menyatakan bahwa jarak antara kehadiran dirinya dan datangnya Akhir Zaman itu seperti dua jarinya yang dirapatkan. Seharusnya seorang muslim mewaspadai kedatangan Hari-Nya itu seperti mereka mewaspadai datangnya maut yang sudah di ubun-ubun mereka. Tanpa disadari, Umat Islam terbawa arus membuat skenario sendiri mengenai zaman yang sedang mereka arungi berikut kesudahannya. ALLAH Yang Telah Membuat Skenario pun terlupakan.



Zaman Dajjal adalah zaman ketika semakin banyak saja definisi Islam yang sebelumnya fenomena ini tidak pernah terjadi. Apa yang tidak ada dalam Islam bisa menjadi ada dalam Islam dengan menambah label Islam di belakangnya. Apa yang bukan karakter dari Islam bisa dijadikan karakter dari Islam dengan menambah label Islam di depannya. Saat ini, bukankah yang lebih 'bersemangat' mendefinisikan Islam adalah mereka yang bukan tergolong dalam Islam. Fenomena yang aneh tetapi diterima di dunia Islam.



Musuh Islam sedang merumuskan dan mengajak Umat Islam untuk memakai definisi mereka, yaitu Islam yang bersahabat dan mengikuti kemauan musuhnya sendiri. Tidak heran jika kita melihat penguasa negeri muslim bisa begitu akrab dengan penguasa kaum kuffar yang tangannya berlumuran darah kaum muslimin. Memang terlalu besar fitnah Dajjal ini. Seorang muslim yang berusaha istiqamah layaknya sedang memegang bara api. Seorang muslim yang berusaha istiqamah harus memilih api ketimbang air. Ya, air yang dibawa oleh Dajjal sebenarnya adalah api, dan api yang dibawa olehnya sebenarnya adalah air.



Ada kejadian menarik dalam World Economic Forum lalu di Davos, Swiss. Ada sesi khusus yang pada saat itu benar-benar dikhususkan untuk membicarakan sesuatu yang sama sekali tidak berkaitan erat dengan agenda forum itu lazimnya, yaitu mencoba mengetahui lebih jauh apa yang sebenarnya terjadi dari Agresi biadab Israel terhadap Palestina di penghujung tahun itu. Peristiwa ini membuka mata dunia karena media internasional juga tidak lagi mampu menyembunyikan kebiadaban Israel yang sudah kelewat batas dan dilakukan begitu terang-terangan, mengabaikan bahwa segenap penduduk dunia menjadi saksi mata atas kekejaman mereka.



Ketika itu yang menjadi pembicara adalah Perdana Menteri Turki yang akhirnya walk out, Shimon Peres, Sekjen PBB, dan Sekjen Liga Arab. Mendapat kesempatan terakhir untuk memberikan pendapat setelah ketiga pembicara lainnya jelas-jelas menyudutkan Israel, maka Shimon Peres mengawali bicaranya dengan mengutip sebuah hadits yang dikatakan menjadi landasan piagam berdirinya Hamas di Palestina.



“Tidak akan terjadi Hari Kiamat hingga muslimin memerangi Yahudi. Orang-orang Islam membunuh Yahudi sampai Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon.” Sayang ia tidak meneruskan hadits shahih yang diriwayatkan Imam Muslim ini hingga “Namun batu atau pohon berkata,”Wahai Muslim, wahai hamba ALLAH, inilah Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuh saja! Kecuali pohon Gharqad, karena termasuk pohon Yahudi.” Ia berusaha membela diri dengan langsung menyentuh permasalahan mendasar yang melatarbelakangi semua peristiwa besar dunia yang sudah terjadi, sedang terjadi, dan yang akan terjadi, yaitu perang eksistensi antara Islam dan Yahudi. Ia langsung menyodorkan perkataan langsung dari Rasulullah SAW untuk menantang Umat Islam, apakah umat tetap mengikuti hadits ini atau mencari jalan lain yang menurut mereka lebih baik ketimbang apa yang diutarakan oleh hadits tersebut. Lalu apa tanggapan Umat Islam kebanyakan saat ini ?



Jawabannya bisa dilihat dari bagaimana kebanyakan Umat Islam menanggapi perjuangan saudara-saudaranya di berbagai negeri Islam. Saudara-saudaranya yang berjuang membebaskan tanahnya dari cengkraman kaum kuffar disebut teroris dan musuh bersama, dan makar serta propaganda yang dilakukan oleh musuh dituduhkan pada saudaranya sendiri. Mungkin ada benarnya pepatah yang mengatakan sesuatu yang salah bila terus diulang-ulang bisa menjadi sesuatu yang dianggap benar. Cukuplah ini menunjukkan bahwa kebanyakan Umat Islam saat ini bukan lagi di persimpangan jalan, malah sudah mengambil jalan seberang yang arahnya berlawanan. Bila demikian, semakin dekat atau jauhkah dengan tujuan ?



Muslim yang heedless akan sulit membedakan kenyataan dan penglihatan. Ketika penglihatan menunjukkan bahwa sekelompok orang di dunia ini sedang berkoar-koar untuk perdamaian dunia, maka kenyataan hanya menceritakan bahwa tidaklah tumbuh gerakan untuk menegakkan kalimat tauhid di penjuru dunia ini melainkan ia akan menjadi target penumpasan oleh mereka yang berkoar-koar. Ketika penglihatan menunjukkan betapa musuh selalu membuka pintu negosiasi, maka kenyataan hanya menunjukkan bahwa perampasan tanah terus berlangsung.



Masjidil Aqsa yang sekarang masih tegak entah apakah tetap tegak beberapa tahun ke depan. Pengungsi Palestina yang sekitar 7 juta entah siapa yang mau menampungnya. Israel Raya pun mungkin tinggal menunggu waktu implementasinya. Dan Umat Islam pun mungkin menjadi saksinya.



Musuh Islam selalu punya rencana dan skenario, dan ALLAH adalah Sebaik-baik Penyusun Rencana dan Skenario. Tidak ada yang kebetulan di muka bumi ini. Seekor semut yang merayap di telapak kaki pun adalah skenario-Nya. Sungguh terlalu abai dan lalai bila kita menganggap bahwa terjadinya Perang Dunia I, lepasnya Yerusalem dari kaum Muslimin, runtuhnya khilafah, terbentuknya Saudi, beralihnya predikat negara adidaya dari Inggris ke Amerika Serikat secara misterius, Perang Dunia II, penyeragaman mata uang acuan dunia menjadi Dollar, pembentukan PBB, peristiwa Nakba dan pembentukan paksa serta sepihak Negara Israel tahun 1948, peristiwa WTC, invasi ke Afghanistan dan Irak, krisis ekonomi AS yang menjadi tanda besar runtuhnya negara AS untuk menjadi jalan Israel yang selama ini di belakang layar menjadi penguasa berikutnya, perluasan wilayah rampasan Israel yang terus berlangsung hingga saat ini, dan penggalian bawah tanah di Baitul Maqdis yang terus berlangsung, tidak berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya.



Mereka yang merencanakan sedang melihat target mereka tercapai satu persatu, dan mereka yang heedless sedang bingung bersikap menghadapi perubahan zaman yang sudah sulit diikuti dengan akal sehat.



Lalu bagaimana Islam akan bangkit dengan keadaannya yang asing ini ? Sederhana jawabannya. Justru inilah sunnah-Nya untuk membangkitkan Islam. Dalam situasi keasingan seperti ini, akan terpisah mereka yang shiddiq, dan mereka yang fasik dan munafik. Dalam situasi asing ini akan terbedakan mereka yang berjihad dan mereka yang enggan dan lebih memilih duduk-duduk saja. Dalam situasi asing ini akan terpilih mereka yang layak menjadi tentara-Nya dan mereka yang tanpa sadar telah menjadi budak musuh-Nya.



Tidaklah ruh jihad akan berkumpul kecuali dalam kumpulan ruh jihad pula. Pada akhirnya, dalam situasi asing seperti ini, hanya akan ada dua golongan dari umat ini, mereka yang tergolong dalam generasi ghuraba, dan selainnya adalah golongan yang tanpa sadar sedang menuju lubang biawak !



“Orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang telah kami beri Alkitab (Taurat dan Injil) mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anak mereka sendiri. Dan sesungguhnya sebagian mereka pasti menyembunyikan kebenaran, padahal mereka mengetahui. “ (Al Baqarah 146)



“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti milah mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk ALLAH itulah petunjuk (yang sebenarnya).“ Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari ALLAH. “ (Al Baqarah 120)





Penulis : Ibnu Kahfi Bachtiar



http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/ibnu-kahfi-alumni-universitas-oldenburg-jerman-generasi-ghuraba.htm

AS Membajak Perjuangan Rakyat

Penguasa Baru Libya Memuluskan AS Membajak Perjuangan Rakyat


Syabab.Com - Barat benar-benar berusaha membajak perjuangan dan pengorbanan rakyat, berusaha agar setiap perubahan di suatu negeri berada di bawah kendalinya. Ketika rakyat mengorbankan darah dan nyawanya untuk menumbangkan rezim diktator, barat seolah mendukung rakyat dan menyiapkan agen-agen penggantinya, padahal selama ini para rezim diktator itu langgeng di bawah dukungan Barat. Menteri Luar Negeri Amerika Hillary

Clinton kini di Libya dalam kunjungan tanpa diumumkan sebelumnya untuk bertemu dengan penguasa baru negara itu, sementara pasukan pemerintah interim melancarkan serangan ke kubu pertahanan terakhir yang masih dikuasai oleh Moammar Gaddafi. Clinton tiba hari Selasa di ibukota Tripoli dimana ia menjanjikan jutaan dolar dalam bantuan baru untuk program pendidikan dan layanan medis bagi pejuang yang cedera.


Ia mengatakan dana yang lebih besar akan diperuntukkan bagi mengamankan gudang senjata dari pemerintahan Gaddafi dan memusnahkan persediaan senjata kimia. Pejabat-pejabat Amerika mengatakan bantuan kepada Libya sejak konflik dimulai berjumlah 135 juta dolar. Clinton bertemu dengan Perdana Menteri sementara Mahmoud Jibril dan Ketua Dewan Transisi Nasional Mustafa Abdel Jalil pada kunjungannya ini. Ia merupakan pejabat Amerika paling senior yang mengunjungi Tripoli sejak pergolakan menentang Gadhafi dimulai bulan Februari. Dalam jumpa pers bersama Mahmoud Jibril hari Selasa , Clinton mengatakan adalah suatu kehormatan baginya berada di tanah “ Libya yang merdeka” serta menyaksikan “lahirnya masa depan baru bagi Libya”. Ia kemudian bertemu dengan para tokoh mahasiswa dan masyarakat di Universitas di Tripoli dimana Clinton mengatakan ia ingin melihat mantan pemimpin Libya itu segera “ditangkap atau tewas”.



Demikianlah, sikap licik Barat yang ditemani oleh pengkhianatan para penguasa baru, berusaha membajak perjuangan rakyat yang bukan saja menginginkan perubahan rezim, tapi juga menginginkan perubahan sistem, dari sistem demokrasi menuju sistem Islam. Umat tak membutuhkan dolar dari Amerika, juga tidak membutuhkan para penguasa boneka bentukan Barat pengganti rezim sebelumnya. Umat hanya membutuhkan satu kepemipinan tulus di bawah naungan Khilafah yanag akan menyatukan kaum Muslim sedunia, menerapkan syariah dan memberikan kesejahteraan yang sesungguhnya kepada masyarakat dunia. Insya Allah, semakin dekat. [m/voa/syabab.com] RABU, 19 OKTOBER 2011 22 :44 REDAKS

sumber : syabab.com

Penyerangan Serentak Salibis ke Wilayah Muslim Ambon, Aparat Bungkam

Penyerangan Serentak Salibis ke Wilayah Muslim Ambon, Aparat Bungkam

Ambon (voa-islam) - Pihak Salibis kembali melakukan perencanaan secara sistematis dengan melakukan penyerangan serentak ke wilayah-wilayah Islam di Ambon. Tadi pagi, Kamis (20/10/2011) kaum Nasrani kembali berulah, sekitar pukul 03.30 WIT mereka menyerang kaum Muslimin yang bermukin di Jalan Baru. Lagi-lagi, pihak Salibis melakukan provokasi terhadap kaum Muslimin dengan memukul pemuda Muslim yang sedang jaga malam.

Belum hilang dari ingatan kaum Muslimin kerusuhan Ambon tanggal 11 September 2011 lalu, yang telah menewaskan delapan orang kaum Muslimin, ratusan luka, dan ratusan rumah kaum Muslimin terbakar di Waringin dan Mardika. Situasi dan kondisi di Ambon yang selalu digembar-gemborkan aman dan kondusif, nyatanya tidak seperti yang diharapkan. Bentrokan yang terjadi dini hari tadi, begitu minim akan pemberitaan media nasional. Berikut ini adalah kronologis kejadian yang baru saja terjadi dini hari hingga pagi tadi di Ambon:

1. Berawal dari pemukulan, berlanjut dengan saling memaki antar dua kelompok sampai akhirnya terjadi bentrokan dengan menggunakan senjata berupa batu, parang, dan panah besi. Seperti telah di persiapkan massa salibis, anak panah besi tersebut berbentuk runcing ujungnya yang diluncurkan dengan alat yang menyerupai ketapel. Jarak tembak panah besi tersebut bisa mencapai 50 – 70 meter.

2. Anak-anak muda Muslim yang berkumpul di Jalan Baru ketika terjadi bentrokan tidak lebih dari 50 orang. Adapun massa Kristen dalam hitungan beberapa menit saja telah berkumpul lebih dari 300 orang. Mereka terkonsentrasi dari Tugu Trikora, Pohon Pule, sampai Jalan Baru.

3. Dengan jumlah yang tidak seimbang terjadilah bentrokan antar dua komunitas massa tersebut. Diketahui, dua orang Muslim terluka dalam bentrokan tersebut.

Massa Kristen yang berkonsentrasi di Tugu Trikora sampai jembatan Pohon Pule terus melakukan penyerangan ke arah kaum Muslimin, sampai akhirnya massa Kristen berhasil membakar 3 bangunan milik kaum Muslimin. Ketiga bangunan milik kaum Muslimin yang dibakar oleh kaum Salibis adalah : Toko Kayu Liani, Salon, dan tempat pembuatan kerajinan Gypsum. Ketiga tempat tersebut sekarang diberi dengan police line.

5. Bersamaan dengan terjadinya bentrokan di wilayah Jalan Baru sampai Pohon Pule pada Kamis dinihari, kaum salibis juga menyusup dan memprovokasi di daerah Muslim lainnya. Di Talake pihak Kristen mencoba memprovokasi kaum Muslimin dengan cara melempari pemukiman kaum Muslimin dengan batu.

6. Sedangkan di Mardika, beberapa orang Kristen dengan berkendaraan sepeda motor mencoba menyusup ke daerah Muslim. Ketika dipergoki oleh masyarakat Muslim, mereka melarikan diri ke arah kampung Kristen.

7. Kejadian di tiga tempat yang berbeda tersebut terjadi dalam waktu yang bersamaan, yaitu antara pukul 03.30 WIT. Melihat kejadian tersebut nampak dengan jelas bahwa pihak Kristen telah melakukan perencanaan dengan matang untuk melakukan penyerangan serentak ke wilayah-wilayah Islam.

Dari kejadian itu, tidak terlihat aparat keamanan yang bertindak atas provokasi yang selalu dilakukan oleh pihak Kristen. Semoga Allah Swt senantiasa melindungi kaum Muslimin di Ambon.

(Ahmad Widad/des)

http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/10/20/16449/penyerangan-serentak-salibis-ke-wilayah-muslim-ambon-aparat-bungkam/
Pria bersenjata api dan sniper Kristen bersiaga di Ambon

M. Fachry


Hits: 3258

AMBON (Arrahmah.com) – Menyusul bentrokan terbaru di Ambon hari ini, Kamis (20/10/2011) pukul 03.30 WIT, di Jalan Baru, nampaknya sudah direncanakan dengan matang oleh pihak Kristen. Hal ini diperjelas dengan cepatnya massa Kristen berkumpul dan persenjataan yang dipergunakan. Senjata api dan sniper pun berkeliaran. Akankah kaum Muslimin Ambon kembali menjadi korban kedzaliman pihak salibis?

Pihak Kristen Ambon sudah merencanakan?

Bentrokan antar massa Muslim dan Kristen di Jalan Baru, Ambon, pada hari ini, Kamis (20/10/2011) sekitar pukul 03.30 WIT, sepertinya sudah direncanakan oleh pihak Kristen dengan matang dan terorganisir dengan rapi. Hal ini bisa dlihat dari kronologis kejadian di TKP, banyaknya massa Kristen yang berkumpul dengan cepat hanya dalam hitungan menit dan persiapan mereka dengan perlengkapan perang yang memadai untuk ukuran bentrok antar warga. Massa Kristen sebagian besar mempersenjatai diri dengan panah besi, batu, dan parang.

Koresponden Arrahmah.com melaporkan bahwa berdasarkan pengamatan langsung di TKP, ketika terjadi bentrokan memang yang tampak massa Kristen bersenjatakan batu, parang, dan panah besi saja. Namun, sebenarnya tidak demikian. Pasukan Kristen yang berada di garis depan memang bersenjata batu, parang, dan panah besi, namun pada bagian belakang pasukan Kristen ada beberapa pria yang membawa senjata api laras panjang dan pendek.

Keterangan dari saksi mata yang bernama Fajar (nama samaran) yang berada di lokasi kejadian mengatakan bahwa ia melihat ada dua orang berpakaian hitam membawa senjata api. Tidak jelas senjata api jenis apa yang dibawa karena suasana masih gelap. Ke-2 pria tersebut berada di dekat tempat pencucian mobil di samping lorong yang menuju kampung Kristen, Pardais. Tidak jauh dari tempat tersebut juga terlihat beberapa orang membawa senjata api laras pendek.

Ketika 2 pria bersenjata api laras panjang mengarahkan senjatanya ke arah kaum Muslimin, saksi Fajar berteriak kepada anggota Brimob dari Makassar yang sedang mengamankan massa dengan mengatakan, “Pak! Itu ada orang yang mau menembak kea rah kita.” Mendengar teriakan itu, ke-2 orang pria bersenjata tersebut lari dengan cepat menuju perkampungan Kristen Pardais. Bukan hanya pasukan Kristen bersenjata api yang turun dalam bentrokan di Jalan Baru, beberapa sniper Kristen pun telah siaga di beberapa titik menunggu kesempatan untuk membidik ke arah kaum Muslimin.

Akankah kaum Muslimin Ambon kembali didzolimi?

Dengan perbandingan jumlah pasukan dan persenjataan yang tidak seimbang terjadilah bentrokan antara kelompok Islam dan Kristen di Jalan Baru. Akankah kaum Muslimin Ambon kembali menjadi korban kedzaliman kaum salibis? Mudah-mudahan Allah SWT., menjaga mereka dan kaum Muslimin di tempat lainnya yang peduli dengan nasib saudara-saudaranya di Ambon. Insya Allah!

(M Fachry/arrahmah.com)

http://arrahmah.com/read/2011/10/20/15875-pria-bersenjata-api-dan-sniper-kristen-bersiaga-di-ambon.html

Saturday, October 8, 2011

Tanpa Resolusi Jihad, Tidak Akan Ada NKRI

Tanpa Resolusi Jihad, Tidak Akan Ada NKRI



Kenapa harus alergi mendengar kata jihad. Padahal seruan jihad, mendorong perlawanan bangsa Indonesia hingga terbebas dari belenggu penjajah. Tanpa jihad dan berkat rahmat Allah, Indonesia tak akan merdeka, tidak punya harga diri dan kedaulatan di negeri ini. Tapi kini, jihad dikebiri, diredam, bahkan dikaburkan maknanya. Padahal, sesungguhnya, jihad tak akan lekang oleh waktu.



Berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidak bisa dilepaskan dari peran para pejuang muslim, atau lebih tepatnya kaum santri. Yang menarik, berdasarkan laporan pemerintah Belanda sendiri, bahwa peristiwa perlawanan sosial politik terhadap penguasa kolonial, dipelopori oleh para kiai sebagai pemuka agama, para haji, dan guru-guru ngaji.

Ironis, sejarah yang diajarkan kepada anak-anak sekolah, tidak mengenalkan peran “Resolusi Jihad” yang dikomandoi oleh KH. Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan fatwa “wajib” bagi setiap muslim untuk mempertahankan kemerdekaan.



Dan sangat disayangkan, sejarah negeri ini tenyata tidak pernah berkata jujur tentang peran Laskar santri yang terhimpun dalam Hizbullah maupun laskar kiai yang tergabung dalam Sabilillah, dalam berperang melawan penjajah. Ketika itu Hizbullah berada di bawah Masyumi, dimana KH. Hasyim Asy’ari menjabat sebagai Ketua Masyumi.

Laskar Hizbullah (Tentara Allah) dan Sabilillah (Jalan Allah) didirikan menjelang akhir pemerintahan Jepang, dan mendapat latihan kemiliteran di Cibarusah, sebuah desa di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat. Laskar Hizbullah berada di bawah komando spiritual KH. Hasyim Asy’ari dan secara militer dipimpin oleh KH. Zaenul Arifin. Adapun laskar Sabilillah dipimpin oleh KH. Masykur. Konon, pemuda pesantren dan anggota Ansor NU (ANU) adalah pemasok paling besar dalam keanggotaan Hizbullah.



Peran kiai dalam perang kemerdekaan ternyata tidak hanya dalam laskar Hizbullah-Sabilillah saja, tetapi banyak diantara mereka yang menjadi anggota tentara PETA (Pembela Tanah Air). Menurut penelitian Agus Sunyoto, dari enam puluh bataliyon tentara PETA, hampir separuh komandannya adalah para kiai.



Patut diketahui, Hizbullah dan Sabilillah adalah laskar rakyat paling kuat yang pernah hidup di bumi Indonesia. Meskipun dalam sejarah, keberadaan laskar tersebut disisihkan. Buktinya, perjuangan mereka tidak ditemukan dalam museum-museum. Boleh jadi, para laskar ini seringkali berselisih paham dengan pemerintah Soekarno yang tidak bersikap tegas dalam menentang pendaratan pasukan Sekutu dan Belanda ketika itu.

Resolusi Jihad



Tahukah? Pada 21 Oktober 1945, telah berkumpul para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO (Ansor Nahdlatul Oelama). Setelah rapat darurat sehari semalam, maka pada 22 Oktober dideklarasikan seruan jihad fi sabilillah yang belakangan dikenal dengan istilah “Resolusi Jihad”. Sejarawan Belanda Bruinessen mengakui, Resolusi Jihad ini tidak mendapat perhatian yang layak dari para sejarawan.



Dari perspektif historis, banyak orang-orang NU sendiri yang tidak mengerti posisi sejarah Resolusi Jihad. Sangat disayangkan, Resolusi Jihad yang diperankan NU termaginalisasi, bahkan terhapus dari memori sejarah bangsa. Itu akibat pergulatan dan manuver politik, ada upaya-upaya dari kelompok tertentu yang ingin menggusur NU dari dinamika percaturan politik kebangsaan.

Tak dipungkiri, semangat ke-jam’iyyah-an NU di kalangan generasi muda kini semakin merosot. Pada lingkup internal, banyak kader-kader muda NU yang tidak mengerti rangkaian sejarah Resolusi Jihad. Survei membuktikan, ingatan masyarakat tentang Resolusi Jihad NU 1945 yang memiliki mata rantai dengan Peristiwa 10 November di Surabaya semakin punah.

“Oleh karena itu, wacana Resolusi Jihad NU harus dihidupkan kembali, direkonstruksi dan tidak ditempatkan pada upaya politisasi sejarah. Tanpa Resolusi Jihad, tidak akan ada NKRI seperti yang kita cintai saat ini,” kata Gugun El-Guyanie, penulis buku Resolusi Jihad Paling Syar’i.

Jangankan masyarakat umum, generasi-generasi penerus NU dari pusat sampai ranting, Ansor-Fatayat, IPNU-IPPNU pun banyak yang tidak mendapatkan transfer sejarah mengenai resolusi penting itu.

Setelah menginjak lebih dari setengah abad, memori tentang resolusi itu hendak dihidupkan kembali. Di Surabaya, sudah mulai dibangun museum Resolusi Jihad oleh PCNU Surabaya. Pengurus NU dan kader-kadernya pun mulai berdiskusi dan memperingati hari Resolusi Jihad tiap tanggal 22 Oktober.



Anti Kolonial



Untuk menyegarkan ingatan kembali, dulu, NU telah mengharamkan pantalon dan dasi. NU dengan tegas menolak sistem pendidikan model Belanda. Ketika itu NU memakai hadits: ”man tasyabbaha bi qaumin fahuwa minhum” (siapa yang menyerupai suatu golongan, tentu dia merupakan bagian dari mereka).



Perlawanan kultural terhadap pemerintah kolonial Belanda, berhasil membentuk kiai dan santri-santrinya menjadi lapisan masyarakat bangsa Indonesia yang sangat anti penjajah, Pada gilirannya, sikap anti penjajah ini memberikan sumbangan yang sangat besar pada perjuangan menuju Indonesia merdeka.



Juga ingatlah, ketika Jepang mewajibkan agar bangsa Indonesia mengikuti pendewaan terhadap Kaisar Jepang Tenno Haika dengan cara membungkukkan badan ke arah Timur pada waktu-waktu tertentu, NU langsung menyatakan penolakannya. Seperti juga semua orang Islam, pendewaan kepada selain Allah, dipandang sebagai perbuatan syirik oleh NU.

KH. Hasyim Asy’ari secara terbuka menyatakan penolakan itu. Pengaruhnya yang besar menghantarkan kiai pendiri NU ini dijebloskan Jepang ke dalam tahanan. Saikerei yang diwajibkan kepada bangsa Indonesia menjadi api yang membakar perlawanan umat Islam. Adalah KH. Zaenal Musthofa dari Singaparna, seorang anggota NU, kemudian mengangkat senjata. Sebuah perlawanan bersenjata pertama kali terhadap Jepang.



Ketika NU melihat ancaman terhadap negara yang sudah menyatakan proklamasi kemerdekaannya, dan sudah mempunyai konstitusinya sendiri (UUD 1945), maka pada tanggal 22 Oktober 1945, organisasi ini mengeluarkan sebuah Resolusi Jihad. Namun, sebelumnya NU mengirim surat resmi kepada pemerintah yang berbunyi:



”Memohon dengan sangat kepada pemerintah Indonesia supaya menentukan sikap dan tindakan yang nyata serta sepadan terhadap tiap-tiap usaha yang akan membahayakan kemerdekaan agama dan negara Indonesia, terutama terhadap Belanda dan kaki tangannya. Supaya pemerintah melanjutkan perjuangan yang bersifat ”sabilillah” untuk tegaknya Negara Republik Indonesia yang merdeka dan beragama Islam.”

Adapun resolusi yang diputuskan dalam rapat para konsul NU se-Jawa itu berbunyi:



1. Kemerdekaan Indonesia yang diproklamirkan pada 17 Agustus 1945 wajib dipertahankan.
2. Republik Indonesia (RI) sebagai satu-satunya pemerintahan yang sah, wajib dibela dan diselamatkan.
3. Musuh RI, terutama Belanda yang datang dengan membonceng tentara Sekutu (Inggris) dalam masalah tawanan perang bangsa Jepang tentulah akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia.
4. Umat Islam, terutama NU wajib mengangkat senjata melawan Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia.
5. Kewajiban tersebut adalah jihad yang menjadi kewajiban tiap-tiap muslim (fardhu ’ain) yang berada pada jarak radius 94 km (jarak dimana umat Islam diperkenankan shalat jama’ dan qashar). Adapun mereka yang berada di luar jarak tersebut berkewajiban membantu saudara-saudaranya yang berada dalam jarak radius 94 km tersebut.



Resolusi jihad tersebut akhirnya mampu membangkitkan semangat arek-arek Surabaya untuk bertempur habis-habisan melawan penjajah. Dengan semangat takbir yang dipekikkan Bung Tomo, maka terjadilah perang rakyat yang heroik pada 10 November 1945 di Surabaya.

Dari sejarah ini, warga NU dan para elitnya, seyogianya tidak menjadi alergi ketika akhir-akhir ini ada upaya untuk mengebiri, meredam dan mengaburkan makna jihad. Resolusi Jihad yang diserukan KH. Hasyim Asy’ari, seyogianya diingat kembali. Karena resolusi jihad yang bersejarah itu tak pernah lekang oleh waktu. Karena umat Islam memenuhi panggilan jihad, maka disaat itulah harga diri dan kemuliaan akan diraih.

Di era kemerdekaan ini, bisa saja seruan jihad dikembangkan maknanya, tapi bukan berarti jihad harus dilenyapkan dan dikubur dalam-dalam. Apalagi sampai membuat stigmatisasi, seolah jihad adalah sesuatu yang mengancam dan membahayakan penguasa. Tanpa jihad, umat ini akan lesu dan ternina-bobokan, juga tak punya visi ke depan. (Desastian/dbs)


http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/08/17/15800/tanpa-resolusi-jihad-tidak-akan-ada-nkri/

Dalam kediktatoran tak da kebebasan politik, dalam demokrasi tak ada kebebasan ekonomi.

Cape Town, Afrika Selatan, 28 Maret 2011
Ya Walad! - Pelajaran Pertama

Shaykh Dr. Abdalqadir as-Sufi -
Dalam kediktatoran tak da kebebasan politik, dalam demokrasi tak ada kebebasan
ekonomi.


DEFINISI KEDIKTATORAN

Dalam kediktatoran tidak ada kebebasan politik.

Perbedaan pendapat dihukum dengan pemberangusan masyarakat - dikurung, disiksa,
dipenjara bahkan dihukum mati.

Ada kebebasan ekonomi dasar karena negara adalah penguasa tunggal atas kekayaan.

DEFINISI DEMOKRASI

Dalam demokrasi tidak ada kebebasan ekonomi. Anda adalah seorang warga negara
dalam satu set negara demokratis yang seragam. Menjadi warga negara berarti Anda
adalah seorang debitur (penghutang). Anda bertanggung jawab terhadap utang
nasional, jadi anak asal Mauritania yang lahir di padang pasir saat memasuki
fase kehidupannya langsung menanggung pembagian dari utang nasional, hingga
lahir ke dunia dengan berhutang sejumlah ribuan euro yang tak terbayarkan. Anda
bebas untuk mengubah perwakilan politik Anda, tetapi, tidak berdaya kecuali
mewajibkan pajak Negara atas Anda, dia tidak berdaya. Dia harus mencegah Anda
dari bangkit - Anda diperbolehkan protes tapi tidak dengan kekerasan - maka Anda
harus dibungkam. Itu adalah status quo. Ketika bank gagal, kehilangan jutaan,
Anda harus membantu mereka keluar dari krisis. Dalam melakukan ini Anda, rakyat,
dianggap, (berkat demokrasi) pasif dan patuh.

DEFINISI BANKIR

Para bankir, yang disebut oleh Proudhon (Pent. Pierre-Joseph Proudhon, politisi
dan ekonom asal Prancis 1809-1865) sebagai sebuah Sekte, adalah persaudaraan
mistis atheis. Mereka mengoperasikan sistem riba pinjaman dengan bunga, tidak
menggunakan komoditi yang substantif, yaitu kekayaan riil, tetapi dengan uang
kertas, sebuah 'kuitansi' terhadap suatu kekayaan riil. Kekuasaan mereka tumbuh,
dan berkembang sejak Revolusi Perancis dan "pemandulan" monarki Inggris pada
saat itu oleh para bankir menyingkirkan bangsawan yang sah dan menggantinya
dengan bangsawan Jerman yang patuh.

Perang Dunia II dan sesudahnya, datang dengan transformasi komputer berbasis
informasi global, melmbawa lompatan evolusi penting dalam perilaku dan
kekuasaan. Sistem keuangan yang berlaku meninggalkan mata uang (dokumen kertas
janji pembayaran hutang) dan hanya berfungsi dalam sejumlah 'mata uang' dan
transfer dari titik global A ke titik global B. Bahkan tidak lagi berupa jumlah
numerik , melainkan hanya impuls elektronik yang berkedip antara dua komputer.
Dengan kata lain, para bankir memerintah dengan menggunakan sihir. Mereka
menguasai politikus - yang akhirnya menyadari bahwa terpilihnya mereka bukan
disebabkan oleh rakyat pemilih tetapi karena publikasi di media (yang dimiliki
oleh para bankir) dan keikutsertaan mereka dalam program fidusia mereka.


Saat ini para bankir telah menemukan bahwa politikus lebih mudah diperbudak dari
yang mereka bayangkan sebelumnya. Terkuak, saat politisi mengungkapkan kepatuhan
mereka dengan menyelamatkan (sistem bail out) runtuhnya sistem keuangan yang
dialami para bankir. Sekarang, kata mereka, lihatlah kekacauan ini. Kita harus
menyelamatkan pasar ini. Padahal yang benar adalah Anda, para politikus,
berhutang kepada kita sejumlah besar dalam bentuk hutang nasional. Saatnya untuk
membayar. Ubah istilah itu - defisit ? jumlah yang terutang itu - yang jelas
kini Anda harus membayarnya.

Dalam satu langkah para bankir (sebuah sistem tapi dijalankan oleh semacam
kependetaan sistemik) membawa kepada langkah besar mendekati akhir dari logika
dan kalkulasi agama mereka - satu bank, tidak ada mata uang, dan semua umat
manusia sebagai debitur.

Langkah untuk mengumpulkan deficit, mengikuti krisis keuangan para bankir '-
lebih dari dua puluh triliun dolar - orang dibuat terlalu trauma - sekarang
mereka harus, harus membayar tagihan hutang mereka.

Tidak ada seorang pun di suatu negara yang bertanya - kemana uang itu pergi?
Apakah menghilang begitu saja? Apakah itu berarti memang tidak pernah ada sejak
awalnya?

Apa yang disebut 'krisis defisit' terus semakin merendahkan dan memperbudak
rakyat.

Mitos 'pemulihan kriris' hadir sebelum pemotongan hampir menyeluruh pelayanan
sosial yang menjadi fondasi masyarakat sipil. Untuk memberikan para bangkir
vitalitas baru, mereka membutuhkan nasabah baru. Mereka membutuhkan beberapa
juta klien baru untuk memungkinkan mereka bergerak terus mendominasi dunia dan
untuk menjaga elit mereka, terus makin kaya dan dihargai. Misalnya pada saat
krisis defisit Inggris, Barclays Bank memberikan bonus kepada bos mereka sebesar
? 9.000.000, menyusul protes publik, bos (dengan nama abadi Bapak Diamond!)
dengan rendah hati mengatakan bahwa mengingat masalah yang sedang dialami orang
lain, maka ia hanya akan mengambil enam juta saja!

Ya Walad!

Dan ini, adalah di mana Anda hadir. Para bankir bertanya: "Sekarang bagaimana
kita bisa mendapatkan puluhan juta nasabah bank baru? Baru, muda, menginginkan
'demokrasi', yaitu debtorship tanpa diktator, dan dengannya kita dapat mengimpor
obat, rock and roll, kebebasan seksual dan bahkan fashion. Tentu saja ? di
sepanjang pesisir Laut Tengah, di sana hiduplah kaum pengangguran, tertindas dan
terbebas dari ajaran Islam, yang mungkin akan mengungkap sifat jahat rencana
fidusiari kami!"

Anak-anak muda, Anda menginginkan demokrasi ? TEKAN TOMBOL ENTER.

Diterjemahkan dari :
http://www.shaykhabdalqadir.com/content/articles/Art113_16032011.html

Toleransi yang Salah Kaprah

Toleransi yang Salah Kaprah

Sebagian orang berkata, "bentuk akhlak mulia dan toleransi dalam Islam adalah memberi ucapan selamat kepada orang Yahudi dan Nashrani atas hari raya mereka." Alasannya, mereka memberikan ucapan selamat kepada kaum muslimin. Maka wajib juga atas kaum muslimin membalas ucapan selamat mereka atas hari raya mereka.

Jawaban pertama, bahwa toleransi dan akhlak mulia maknanya bukan ikut-ikutan dengan pemeluk agama lain dalam kebatilan mereka, bekerjasama dan berserikat dalam kebatilan tersebut. Khususnya jika kebatilan tersebut adalah menyekutukan Allah. Dalam masalah ini, wajib berbara' darinya dan tidak memberi wala' (loyalitas) kepada pelakunya. Hal itu termasuk perintah Allah dan sunnah para nabi-Nya.

Kedua, hari raya-hari raya ini berkaitan dengan masalah aqidah. Mengucapkan selamat berhari raya kepada mereka dan ikut serta merayakannya menunjukkan kecocokan dan keridlaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka. Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari raya tersebut meyakini berbeda aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas bahaya besar akibat kejahilannya dalam sikapnya tersebut.

Berikut ini beberapa hari raya kaum Nashrani yang masyhur supaya orang Islam mengenalnya dengan benar-benar kemudian tidak latah ikut-ikutan merayakannya:

- Hari kebangkitan Isa al Masih. Hari ini dirayakan kaum Nashrani sebagai kebangkitan Tuhan mereka (al Masih) setelah disalib dan mati selama tiga hari.

- Hari Natal (crismash), mereka merayakan kelahiran al Masih atau Jesus (diyakini sebagai tuhan atau anak Tuhan).

- Perayaan Tahun baru. Ini termasuk perayaan bid'ah kaum Nsharani karena mereka meyakini adanya beberapa mitos di dalamnya, meminum khamar, dan lainnya. lalu kaum muslimin ikut-ikutan dalam perayaan itu tanpa memahami hakikatnya.

Mengucapkan selamat berhari raya kepada mereka dan ikut serta merayakannya menunjukkan kecocokan dan keridlaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka.

Sesungguhnya ikut serta merayakan perayaan-perayaan tadi termasuk bentuk loyalitas yang diharamkan berdasarkan firman Allah Ta'ala:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ áóÇ ÊóÊøóÎöÐõæÇ ÇáúíóåõæÏó æóÇáäøóÕóÇÑóì ÃóæúáöíóÇÁó ÈóÚúÖõåõãú ÃóæúáöíóÇÁõ ÈóÚúÖò æóãóäú íóÊóæóáøóåõãú ãöäúßõãú ÝóÅöäøóåõ ãöäúåõãú Åöäøó Çááøóåó áóÇ íóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáÙøóÇáöãöíäó

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS. Al Maidah: 51)

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, berdasarkan ayat ini."

Mendengarkan dan mengikuti pesta-pesta perayaan keyakinan batil dan rusak semacam ini adalah tanda kenifakan. Allah berfirman:

ÈóÔøöÑö ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó ÈöÃóäøó áóåõãú ÚóÐóÇÈðÇ ÃóáöíãðÇ ÇáøóÐöíäó íóÊøóÎöÐõæäó ÇáúßóÇÝöÑöíäó ÃóæúáöíóÇÁó ãöäú Ïõæäö ÇáúãõÄúãöäöíäó ÃóíóÈúÊóÛõæäó ÚöäúÏóåõãõ ÇáúÚöÒøóÉó ÝóÅöäøó ÇáúÚöÒøóÉó áöáøóåö ÌóãöíÚðÇ æóÞóÏú äóÒøóáó Úóáóíúßõãú Ýöí ÇáúßöÊóÇÈö Ãóäú ÅöÐóÇ ÓóãöÚúÊõãú ÂóíóÇÊö Çááøóåö íõßúÝóÑõ ÈöåóÇ æóíõÓúÊóåúÒóÃõ ÈöåóÇ ÝóáóÇ ÊóÞúÚõÏõæÇ ãóÚóåõãú ÍóÊøóì íóÎõæÖõæÇ Ýöí ÍóÏöíËò ÛóíúÑöåö Åöäøóßõãú ÅöÐðÇ ãöËúáõåõãú Åöäøó Çááøóåó ÌóÇãöÚõ ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó æóÇáúßóÇÝöÑöíäó Ýöí Ìóåóäøóãó ÌóãöíÚðÇ

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140)

Dalam tiga ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang duduk-duduk di majelis yang di dalamnya terdapat penghinaan dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dan di antara bentuk kekufuran yang paling besar adalah ucapan orang Nashrani bahwa Allah punya anak, dia mati, Dia satu dari tiga (trinitas), Maha suci dan Mahatinggi Allah dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.

Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang yang mendengarkan celotehan dari keyakinan-keyakinan batil ini, dia seperti mereka dan dihukumi sebagai munafik dan kelak akan dihimpun pada hari kiamat bersama mereka, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan ini.

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh Allah punya anak, Dia mati lalu hidup kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah perkara yang sangat buruk dan jahat yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin bergidik, bahkan benda-benda matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.

"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)

Langit dan bumi kaget dengan ucapan tersebut, bagaimana mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah bisa ikut serta, mendukung, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:

æóÇáøóÐöíäó áóÇ íóÔúåóÏõæäó ÇáÒøõæÑó

"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72)

Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.

Sedangkan kaum Yahudi dan Nashrani yang memberi ucapan selamat kepada kaum muslimin pada hari raya mereka, bukan berarti seorang muslim harus ikut memberi ucapan selamat hari raya kepada mereka sebagai bentuk balas budi. Sesungguhnya seorang muslim berada di atas kebenaran, yang lebih pas ia menyeru mereka kepada kebenaran yang diyakininya. Jika tidak mampu berdakwah maka janganlah ikut serta dalam kebatilan mereka, dan itu selemah-lemahnya iman.

Sikap mereka mengucapakan selamat kepada kaum muslimin pada hari raya Islam adalah bentuk mudahanah (sikap lunak) sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan:

æóÏøõæÇ áóæú ÊõÏúåöäõ ÝóíõÏúåöäõæäó

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)." (QS. Al-Qalam: 9)

Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar orang kafir, walau tidak ikut serta mereka dalam merayakannya.



Mudahanah adalah sesuai dalam dzahir tanpa adanya keridlaan batin, dan mudahanah dilarang oleh Allah Ta'ala. Bahkan Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar orang kafir, walau tidak ikut serta mereka dalam merayakannya. Dasarnya adalah hadits Anas radliyallah 'anhu, berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, mereka memiliki dua hari hari untuk bermain-main (bersenang-senang) pada masa jahiliyah. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti untuk kalian yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya korban." (Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih al Jaami', no. 4460)

Dalam hadits 'Uqbah bin 'Aamir radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hari 'Arafah dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita umat Islam, hari-hari itu adalah hari untuk makan dan minum (bersenang-senang)," (dishaihkan oleh Al Albani).



Umat Islam memiliki hari raya yang tersendiri. Bagi seorang muslim, haram merayakan selain hari raya mereka, karena perayaan hari raya termasuk Syi'ar dzahir setiap ajaran/ agama suatu kaum.

Bagi seorang muslim, haram merayakan selain hari raya mereka, karena perayaan hari raya termasuk Syi'ar dzahir setiap ajaran/ agama suatu kaum.

Melarang ikut serta merayakan hari raya dan hari besar orang kafir sangat berat. Pada zaman kita, seorang muslim dipaksa melaksanakan banyak keharaman yang menyelisihi aqidah Islam. Misalnya, penghormatan kepada tokoh kafir atau orang munafik. Hal ini sangat dimurkai Allah 'Azza wa Jalla. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ÅöÐóÇ ÞóÇáó ÇáÑøóÌõáõ áöáúãõäóÇÝöÞö íóÇ ÓóíøöÏñ ÝóÞóÏú ÃóÛúÖóÈó ÑóÈøóåõ ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì

"Jika seorang laki-laki (muslim) berkata seorang munafik, 'wahai Tuan", sungguh dia telah membuat marah Tuhan-nya Tabaraka wa Ta'ala." (HR. al Hakim, Abu Nu'aim dalam Akhbaar Ashbahaan dari 'Uqbah bin Abdillah al Asham dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya. Dishahihkan oleh Al Albani dalam al Silsilah al Shahihah, no. 371)

Dalam hadits marfu' dari Buraidah,

áÇó ÊóÞõæáõæÇ áöáúãõäóÇÝöÞö ÓóíøöÏóäóÇ ÝóÅöäøóåõ Åöäú íóßõ ÓóíøöÏóßõãú ÝóÞóÏú ÃóÓúÎóØúÊõãú ÑóÈøóßõãú ÚóÒøó æóÌóáøó

"Jangan katakan kepada orang munafik, "tuan kami" sunguh jika dia menjadi pemimpin kalian, kalian benar-benar telah membuat murka Rabb kalian 'Azza wa Jalla." (Dishahihkan oleh Al Albani dalam al Silsilah al Shahihah). Kesimpulannya, bahwa menghormati orang-orang munafikin dan kafirin terdapat kemurkaan Allah 'Azza wa Jalla.

Jawaban ketiga, dalam iklan perayaan hari-hari besar mereka, baik melalui media audio atau visual, sering didapatkan seruan persaudaraan (ukhuwah) antara umat Islam dan umat Nashrani. Padahal Allah Ta'ala telah berfirman:

Ãóáóãú ÊóÑó Åöáóì ÇáøóÐöíäó äóÇÝóÞõæÇ íóÞõæáõæäó áöÅöÎúæóÇäöåöãõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö áóÆöäú ÃõÎúÑöÌúÊõãú áóäóÎúÑõÌóäøó ãóÚóßõãú æóáóÇ äõØöíÚõ Ýöíßõãú ÃóÍóÏðÇ ÃóÈóÏðÇ æóÅöäú ÞõæÊöáúÊõãú áóäóäúÕõÑóäøóßõãú æóÇááøóåõ íóÔúåóÏõ Åöäøóåõãú áóßóÇÐöÈõæäó

"Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli Kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu". Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta." (QS. Al Hasyar: 11)

Dan di antara tanda kemunafikan adalah iklan persaudaraan dengan orang kafir sebagaimana yang telah Allah jelaskan, karena Ukhuwwah khusus bagi kaum mukminin. Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "orang muslim itu adalah saudara orang muslim." (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah dan Rasul-Nya telah mengistimewakan ukhuwwah hanya bagi kaum mukminin saja. Setiap orang yang mentauhidkan Allah maka dia memiliki ikatan ukhuwah (persaudaraan) walau dia berada jauh di negeri yang lain.

Sedangkan merubahnya dengan menjadikan ikatan ukhuwah (persaudaraan ) karena ikatan negara, suku, kasta, dan keturunan merupakan praktek-praktek jahiliyah dan fanatisme yang dihancurkan Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Ingatlah, segala perkara jahiliyah tempatnya di bawah telapak kakiku." (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 1218)

Dari Ibnu Umar rahimahullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah pada saat Fathu Makkah,

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ Åöäøó Çááøóåó ÞóÏú ÃóÐúåóÈó Úóäúßõãú ÚõÈøöíøóÉó ÇáúÌóÇåöáöíøóÉö æóÊóÚóÇÙõãóåóÇ ÈöÂÈóÇÆöåóÇ ÝóÇáäøóÇÓõ ÑóÌõáóÇäö ÈóÑøñ ÊóÞöíøñ ßóÑöíãñ Úóáóì Çááøóåö æóÝóÇÌöÑñ ÔóÞöíøñ åóíøöäñ Úóáóì Çááøóåö æóÇáäøóÇÓõ Èóäõæ ÂÏóãó æóÎóáóÞó Çááøóåõ ÂÏóãó ãöäú ÊõÑóÇÈò

"Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyyah dan membanggakan nenek moyangnya. Maka manusia hanya dua; (pertama), orang baik, bertaqwa dan mulia di sisi Allah. (kedua), orang pendosa dan hina di sisi Allah. Manusia adalah anak keturunan Adam, dan Allah menciptakan Adam berasal dari tanah." (HR. Tirmidzi dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh al Albani rahimahullah)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Empat perkara jahiliyah yang masih ada pada umatku. Mereka tidak akan meninggalkannya, yaitu membanggakan kehormatan leluhur, mencela keturuan, menisbbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang, dan niyahah (meratap mayit)." (HR. Ahmad: 5/342-343 dan Muslim no. 943; dari Abu Musa al Asy'ari radliyallah 'anhu)

Kebanggaan terhadap suku (fanatisme kesukuan) dan nasionalisme adalah perkara yang hina dalam Islam, tidak boleh dihidupkan lagi untuk kedua kalinya. Seperti membuat organisasi yang mengikat kaum muslimin berdasarkan ikatan jahiliyah dan fanatisme terhadap tanah kelahiran dan negara. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan menyeru dengan seruan ala jahiliyah." (HR. Al Bukhari)

Kebanggaan terhadap suku (fanatisme kesukuan) dan nasionalisme adalah perkara yang hina dalam Islam, tidak boleh dihidupkan lagi untuk kedua kalinya.

Orang yang berusaha menghidupkan tradisi jahiliyah adalah orang yang paling dimurkai oleh Allah berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "orang yang paling Allah murkai ada tiga; pelaku dosa di tanah haram, orang yang menginginkan tradisi jahiliyah di dalam Islam, dan orang yang menuntut darah seseorang tanpa hak untuk dialirkan." (HR. Bukhari no. 7882)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berlepas diri dari kaumnya karena kekufuran mereka. Ali bin Abi Thalib pernah mencela ayahnya ketika meninggal di atas kekafiran, lalu dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "telah meninggal pamanmu, orang tua yang sesat." Saat itu Salman al Farisi berada di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memuji dan membanggakan Salman, padahal dia bukan dari kaumnya dan bukan orang Arab. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "seandainya iman berada di (bintang) Tsurayya, pasti laki-laki dari mereka (beberapa orang dari Persia) mendapatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang berusaha menghidupkan tradisi jahiliyah adalah orang yang paling dimurkai oleh Allah



Sebut orang kafir sebagai saudara?

Sedangkan orang yang berdalil bahwa Allah telah menetapkan ukhuwah (persaudaraan) antara orang yang beda aqidah, yaitu ukhuwah sesuku, senegara, dan satu kepentingan. Yaitu dengan firman Allah Ta'ala:

æóÅöáóì ÚóÇÏò ÃóÎóÇåõãú åõæÏðÇ

"Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." (QS. Huud: 50); "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, shaleh." (QS. Huud: 61); "Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." (QS. Huud: 84); "Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 106); "Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 161). Kemudian mereka, orang yang pemahamannya terbalik, menyimpulkan dari ayat-ayat tersebut bahwa kita boleh menyebut orang Yahudi dan nashrani sebagai saudara kita, karena mereka satu negara dengan kita. Kita berlindung kepada Allah dari kesesatan ini.

Maknanya yang benar

Pertama, sesungguhnya di antara pokok iman bahwa ukhuwah (persaudaraan) tidak terjalin kecuali bagi kaum muslimin, berdasarkan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)

Imam al Qurthubi dalam tafsrnya berkata, "sesungguhnya kaum mukminin bersaudara dalam agama dan kehormatan, bukan karena nasab. Karenanya dikatakan, "ukhuwah karena dien lebih kuat daripada ukhuwah karena nasab. Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda agama. Sedangkan ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda nasab"."

Ukhuwah karena dien lebih kuat daripada ukhuwah karena nasab.

Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda agama. Sedangkan ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda nasab


Kedua, persaudaraan yang disebutkan antara para nabi dengan kaumnya dan yang disebutkan tentang mereka dalam beberapa ayat adalah sebagai ungkapan, hikayat, dan pemberitahuan bahwa para nabi yang Allah utus dari kalangan kaumnya dan satu nasab dengan mereka. Dan Al Qur'an tidak pernah menyebutkan bahwa para Nabi berkata kepada kaumnya bahwa mereka adalah saudara kita. Bahkan, sikap para nabi terhadap kaumnya malah sebaliknya. Lihatlah sikap Nabi Ibrahim 'alaihis salam ketika berbicara kepada kaumnya:

ÅöäøóÇ ÈõÑóÂóÁõ ãöäúßõãú æóãöãøóÇ ÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäö Çááøóåö

"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, . . ." (QS. Al Mumtahanah: 4) mana persaudaraan dan kepentingan bersama dalam pernyataan Nabi Ibrahim?

Lihatlah perkataan Nabi Nuh 'alaihis salam kepada kaumnya: "Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26) Mana ukhuwah dan kepentingan bersama?

Lihatlah sikap penentang para nabi dan rasul. Kaum Nabi Luth berkata, "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih." (QS. Al Naml: 56)

Lihatlah sikap kaum Nabi Syu'aib 'alaihis salam, "Pemuka-pemuka dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami." (QS. Al A'raaf: 88)

Lihatlah perilaku Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam firman Allah Ta'ala, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu." (QS. Al Anfaal: 30) di mana kepentingan bersama dan ukhuwah antara para rasul dan kaumnya yang mereka klaim?

slogan-slogan kesukuan dan nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nashrani

Sekarang ini, lihatlah bagaimana penghinaan terhadap Islam dan pemeluknya di penjuru dunia yang tanpa melihat negara dan kemanusiaan? Sesungguhnya slogan ini dibuat untuk menipu kaum muslimin dan sebagai cover kedengkian orang kafir dan munafikin. Tidak diragukan lagi, bahwa slogan-slogan kesukuan dan nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang dikampanyekan oleh orang Islam, baik karena kejahilan mereka, kemunafikan, atau mencari keridlaan terhadap kafirin. Namun yang jelas bahwa mereka tidak akan pernah ridla. Allah Ta'ala berfirman:

æóáóäú ÊóÑúÖóì Úóäúßó ÇáúíóåõæÏõ æóáóÇ ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó ãöáøóÊóåõãú Þõáú Åöäøó åõÏóì Çááøóåö åõæó ÇáúåõÏóì æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó ÃóåúæóÇÁóåõãú ÈóÚúÏó ÇáøóÐöí ÌóÇÁóßó ãöäó ÇáúÚöáúãö ãóÇ áóßó ãöäó Çááøóåö ãöäú æóáöíøò æóáóÇ äóÕöíÑò

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah: 120) karena mereka tidak akan ridla kecuali kalau umat Islam mengikuti ajaran mereka secara global. Dan celaan ada pada mengikuti hawa nafsu mereka, baik sedikit atau banyak.

Mengikuti hawa nafsu (kemauan) orang kafir berarti berharap keridlaan mereka sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di atas, didasarkan pada dua alasan:

Pertama, murka Allah dan keluar dari kecintaan Allah dan Rasul-Nya serta kaum mukminin dan terjerumus dalam area kaum kafir.

Kedua, orang-orang kafir tidak akan ridla terhadap kaum muslimin dan akan tetap menimpakan gangguan, karena keinginan mereka agar kaum muslimin mengikuti agama mereka. Dan ini merupakan syarat mendapatkan keridlaan orang-orang kafir. Siapa melakukan itu, sungguh rugi dunia akhirat, dan itu merupakan kerugian yang sebenarnya.

Oleh: Purnomo


(PurWD/voa-islam.com)

Toleransi yang Salah Kaprah

Toleransi yang Salah Kaprah

Sebagian orang berkata, "bentuk akhlak mulia dan toleransi dalam Islam adalah memberi ucapan selamat kepada orang Yahudi dan Nashrani atas hari raya mereka." Alasannya, mereka memberikan ucapan selamat kepada kaum muslimin. Maka wajib juga atas kaum muslimin membalas ucapan selamat mereka atas hari raya mereka.

Jawaban pertama, bahwa toleransi dan akhlak mulia maknanya bukan ikut-ikutan dengan pemeluk agama lain dalam kebatilan mereka, bekerjasama dan berserikat dalam kebatilan tersebut. Khususnya jika kebatilan tersebut adalah menyekutukan Allah. Dalam masalah ini, wajib berbara' darinya dan tidak memberi wala' (loyalitas) kepada pelakunya. Hal itu termasuk perintah Allah dan sunnah para nabi-Nya.

Kedua, hari raya-hari raya ini berkaitan dengan masalah aqidah. Mengucapkan selamat berhari raya kepada mereka dan ikut serta merayakannya menunjukkan kecocokan dan keridlaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka. Walaupun orang yang ikut-ikutan merayakan hari raya tersebut meyakini berbeda aqidah dengan mereka, tapi ia berada di atas bahaya besar akibat kejahilannya dalam sikapnya tersebut.

Berikut ini beberapa hari raya kaum Nashrani yang masyhur supaya orang Islam mengenalnya dengan benar-benar kemudian tidak latah ikut-ikutan merayakannya:

- Hari kebangkitan Isa al Masih. Hari ini dirayakan kaum Nashrani sebagai kebangkitan Tuhan mereka (al Masih) setelah disalib dan mati selama tiga hari.

- Hari Natal (crismash), mereka merayakan kelahiran al Masih atau Jesus (diyakini sebagai tuhan atau anak Tuhan).

- Perayaan Tahun baru. Ini termasuk perayaan bid'ah kaum Nsharani karena mereka meyakini adanya beberapa mitos di dalamnya, meminum khamar, dan lainnya. lalu kaum muslimin ikut-ikutan dalam perayaan itu tanpa memahami hakikatnya.

Mengucapkan selamat berhari raya kepada mereka dan ikut serta merayakannya menunjukkan kecocokan dan keridlaan terhadap perayaan itu dan pengakuan akan kebenaran keyakinan mereka.

Sesungguhnya ikut serta merayakan perayaan-perayaan tadi termasuk bentuk loyalitas yang diharamkan berdasarkan firman Allah Ta'ala:

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáøóÐöíäó ÂóãóäõæÇ áóÇ ÊóÊøóÎöÐõæÇ ÇáúíóåõæÏó æóÇáäøóÕóÇÑóì ÃóæúáöíóÇÁó ÈóÚúÖõåõãú ÃóæúáöíóÇÁõ ÈóÚúÖò æóãóäú íóÊóæóáøóåõãú ãöäúßõãú ÝóÅöäøóåõ ãöäúåõãú Åöäøó Çááøóåó áóÇ íóåúÏöí ÇáúÞóæúãó ÇáÙøóÇáöãöíäó

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barang siapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang dzalim." (QS. Al Maidah: 51)

Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Muhammad bin Sirin, dia berkata: Abdullah bin 'Utbah berkata, "hendaknya salah seorang mereka berhati-hati agar tidak menjadi Yahudi dan Nashrani tanpa disadarinya, berdasarkan ayat ini."

Mendengarkan dan mengikuti pesta-pesta perayaan keyakinan batil dan rusak semacam ini adalah tanda kenifakan. Allah berfirman:

ÈóÔøöÑö ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó ÈöÃóäøó áóåõãú ÚóÐóÇÈðÇ ÃóáöíãðÇ ÇáøóÐöíäó íóÊøóÎöÐõæäó ÇáúßóÇÝöÑöíäó ÃóæúáöíóÇÁó ãöäú Ïõæäö ÇáúãõÄúãöäöíäó ÃóíóÈúÊóÛõæäó ÚöäúÏóåõãõ ÇáúÚöÒøóÉó ÝóÅöäøó ÇáúÚöÒøóÉó áöáøóåö ÌóãöíÚðÇ æóÞóÏú äóÒøóáó Úóáóíúßõãú Ýöí ÇáúßöÊóÇÈö Ãóäú ÅöÐóÇ ÓóãöÚúÊõãú ÂóíóÇÊö Çááøóåö íõßúÝóÑõ ÈöåóÇ æóíõÓúÊóåúÒóÃõ ÈöåóÇ ÝóáóÇ ÊóÞúÚõÏõæÇ ãóÚóåõãú ÍóÊøóì íóÎõæÖõæÇ Ýöí ÍóÏöíËò ÛóíúÑöåö Åöäøóßõãú ÅöÐðÇ ãöËúáõåõãú Åöäøó Çááøóåó ÌóÇãöÚõ ÇáúãõäóÇÝöÞöíäó æóÇáúßóÇÝöÑöíäó Ýöí Ìóåóäøóãó ÌóãöíÚðÇ

"Kabarkanlah kepada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. (Yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur'an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahanam." (QS. Al Nisa': 138-140)

Dalam tiga ayat di atas, Allah Subhanahu wa Ta'ala melarang duduk-duduk di majelis yang di dalamnya terdapat penghinaan dan pengingkaran terhadap ayat-ayat Allah. Dan di antara bentuk kekufuran yang paling besar adalah ucapan orang Nashrani bahwa Allah punya anak, dia mati, Dia satu dari tiga (trinitas), Maha suci dan Mahatinggi Allah dari apa yang mereka tuduhkan kepada-Nya.

Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang yang mendengarkan celotehan dari keyakinan-keyakinan batil ini, dia seperti mereka dan dihukumi sebagai munafik dan kelak akan dihimpun pada hari kiamat bersama mereka, kita berlindung kepada Allah dari kehinaan ini.

Sesungguhnya Allah dan Rasul-Nya berlepas diri dari orang yang menolong pelaku kebatilan dalam melakukan aksinya. Dan kebatilan terbesar adalah kufur kepada Allah dan menuduh Allah punya anak, Dia mati lalu hidup kembali. Keyakinan-keyakinan ini adalah perkara yang sangat buruk dan jahat yang membuat kulit dan bulu setiap mukmin bergidik, bahkan benda-benda matipun tak terima dengan tuduhan tersebut.

"Dan mereka berkata: 'Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak'. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh, karena mereka mendakwa Allah Yang Maha Pemurah mempunyai anak. Dan tidak layak bagi Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak. Tidak ada seorang pun di langit dan di bumi, kecuali akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pemurah selaku seorang hamba." (QS. Maryam: 88-93)

Langit dan bumi kaget dengan ucapan tersebut, bagaimana mungkin seorang muslim yang mentauhidkan Allah bisa ikut serta, mendukung, dan bergembira dengan perayaan-perayaan hari raya tersebut yang jelas-jelas menghina Allah dengan terang-terangan. Keyakinan ini membatalkan peribadatan kepada Allah, karena inilah Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:

æóÇáøóÐöíäó áóÇ íóÔúåóÏõæäó ÇáÒøõæÑó

"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72)

Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.

Sedangkan kaum Yahudi dan Nashrani yang memberi ucapan selamat kepada kaum muslimin pada hari raya mereka, bukan berarti seorang muslim harus ikut memberi ucapan selamat hari raya kepada mereka sebagai bentuk balas budi. Sesungguhnya seorang muslim berada di atas kebenaran, yang lebih pas ia menyeru mereka kepada kebenaran yang diyakininya. Jika tidak mampu berdakwah maka janganlah ikut serta dalam kebatilan mereka, dan itu selemah-lemahnya iman.

Sikap mereka mengucapakan selamat kepada kaum muslimin pada hari raya Islam adalah bentuk mudahanah (sikap lunak) sebagaimana yang Allah Ta'ala firmankan:

æóÏøõæÇ áóæú ÊõÏúåöäõ ÝóíõÏúåöäõæäó

"Maka mereka menginginkan supaya kamu bersikap lunak lalu mereka bersikap lunak (pula kepadamu)." (QS. Al-Qalam: 9)

Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar orang kafir, walau tidak ikut serta mereka dalam merayakannya.



Mudahanah adalah sesuai dalam dzahir tanpa adanya keridlaan batin, dan mudahanah dilarang oleh Allah Ta'ala. Bahkan Allah melarang menampakkan kebahagiaan pada saat hari besar orang kafir, walau tidak ikut serta mereka dalam merayakannya. Dasarnya adalah hadits Anas radliyallah 'anhu, berkata: "Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tiba di Madinah, mereka memiliki dua hari hari untuk bermain-main (bersenang-senang) pada masa jahiliyah. Lalu beliau bersabda: "Sesungguhnya Allah telah memberikan ganti untuk kalian yang lebih baik dari keduanya, yaitu hari raya Idul Fitri dan hari raya korban." (Dishahihkan oleh al Albani dalam Shahih al Jaami', no. 4460)

Dalam hadits 'Uqbah bin 'Aamir radliyallah 'anhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Hari 'Arafah dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kita umat Islam, hari-hari itu adalah hari untuk makan dan minum (bersenang-senang)," (dishaihkan oleh Al Albani).



Umat Islam memiliki hari raya yang tersendiri. Bagi seorang muslim, haram merayakan selain hari raya mereka, karena perayaan hari raya termasuk Syi'ar dzahir setiap ajaran/ agama suatu kaum.

Bagi seorang muslim, haram merayakan selain hari raya mereka, karena perayaan hari raya termasuk Syi'ar dzahir setiap ajaran/ agama suatu kaum.

Melarang ikut serta merayakan hari raya dan hari besar orang kafir sangat berat. Pada zaman kita, seorang muslim dipaksa melaksanakan banyak keharaman yang menyelisihi aqidah Islam. Misalnya, penghormatan kepada tokoh kafir atau orang munafik. Hal ini sangat dimurkai Allah 'Azza wa Jalla. Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

ÅöÐóÇ ÞóÇáó ÇáÑøóÌõáõ áöáúãõäóÇÝöÞö íóÇ ÓóíøöÏñ ÝóÞóÏú ÃóÛúÖóÈó ÑóÈøóåõ ÊóÈóÇÑóßó æóÊóÚóÇáóì

"Jika seorang laki-laki (muslim) berkata seorang munafik, 'wahai Tuan", sungguh dia telah membuat marah Tuhan-nya Tabaraka wa Ta'ala." (HR. al Hakim, Abu Nu'aim dalam Akhbaar Ashbahaan dari 'Uqbah bin Abdillah al Asham dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya. Dishahihkan oleh Al Albani dalam al Silsilah al Shahihah, no. 371)

Dalam hadits marfu' dari Buraidah,

áÇó ÊóÞõæáõæÇ áöáúãõäóÇÝöÞö ÓóíøöÏóäóÇ ÝóÅöäøóåõ Åöäú íóßõ ÓóíøöÏóßõãú ÝóÞóÏú ÃóÓúÎóØúÊõãú ÑóÈøóßõãú ÚóÒøó æóÌóáøó

"Jangan katakan kepada orang munafik, "tuan kami" sunguh jika dia menjadi pemimpin kalian, kalian benar-benar telah membuat murka Rabb kalian 'Azza wa Jalla." (Dishahihkan oleh Al Albani dalam al Silsilah al Shahihah). Kesimpulannya, bahwa menghormati orang-orang munafikin dan kafirin terdapat kemurkaan Allah 'Azza wa Jalla.

Jawaban ketiga, dalam iklan perayaan hari-hari besar mereka, baik melalui media audio atau visual, sering didapatkan seruan persaudaraan (ukhuwah) antara umat Islam dan umat Nashrani. Padahal Allah Ta'ala telah berfirman:

Ãóáóãú ÊóÑó Åöáóì ÇáøóÐöíäó äóÇÝóÞõæÇ íóÞõæáõæäó áöÅöÎúæóÇäöåöãõ ÇáøóÐöíäó ßóÝóÑõæÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáúßöÊóÇÈö áóÆöäú ÃõÎúÑöÌúÊõãú áóäóÎúÑõÌóäøó ãóÚóßõãú æóáóÇ äõØöíÚõ Ýöíßõãú ÃóÍóÏðÇ ÃóÈóÏðÇ æóÅöäú ÞõæÊöáúÊõãú áóäóäúÕõÑóäøóßõãú æóÇááøóåõ íóÔúåóÏõ Åöäøóåõãú áóßóÇÐöÈõæäó

"Apakah kamu tiada memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli Kitab: "Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kami pun akan keluar bersama kamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapa pun untuk (menyusahkan) kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu". Dan Allah menyaksikan, bahwa sesungguhnya mereka benar-benar pendusta." (QS. Al Hasyar: 11)

Dan di antara tanda kemunafikan adalah iklan persaudaraan dengan orang kafir sebagaimana yang telah Allah jelaskan, karena Ukhuwwah khusus bagi kaum mukminin. Allah Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "orang muslim itu adalah saudara orang muslim." (HR. Bukhari dan Muslim)

Allah dan Rasul-Nya telah mengistimewakan ukhuwwah hanya bagi kaum mukminin saja. Setiap orang yang mentauhidkan Allah maka dia memiliki ikatan ukhuwah (persaudaraan) walau dia berada jauh di negeri yang lain.

Sedangkan merubahnya dengan menjadikan ikatan ukhuwah (persaudaraan ) karena ikatan negara, suku, kasta, dan keturunan merupakan praktek-praktek jahiliyah dan fanatisme yang dihancurkan Islam. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: "Ingatlah, segala perkara jahiliyah tempatnya di bawah telapak kakiku." (HR. Muslim dalam Shahihnya, no. 1218)

Dari Ibnu Umar rahimahullah, bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berkhutbah pada saat Fathu Makkah,

íóÇ ÃóíøõåóÇ ÇáäøóÇÓõ Åöäøó Çááøóåó ÞóÏú ÃóÐúåóÈó Úóäúßõãú ÚõÈøöíøóÉó ÇáúÌóÇåöáöíøóÉö æóÊóÚóÇÙõãóåóÇ ÈöÂÈóÇÆöåóÇ ÝóÇáäøóÇÓõ ÑóÌõáóÇäö ÈóÑøñ ÊóÞöíøñ ßóÑöíãñ Úóáóì Çááøóåö æóÝóÇÌöÑñ ÔóÞöíøñ åóíøöäñ Úóáóì Çááøóåö æóÇáäøóÇÓõ Èóäõæ ÂÏóãó æóÎóáóÞó Çááøóåõ ÂÏóãó ãöäú ÊõÑóÇÈò

"Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya Allah telah menghilangkan kebanggaan jahiliyyah dan membanggakan nenek moyangnya. Maka manusia hanya dua; (pertama), orang baik, bertaqwa dan mulia di sisi Allah. (kedua), orang pendosa dan hina di sisi Allah. Manusia adalah anak keturunan Adam, dan Allah menciptakan Adam berasal dari tanah." (HR. Tirmidzi dan Baihaqi, dihasankan oleh Syaikh al Albani rahimahullah)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "Empat perkara jahiliyah yang masih ada pada umatku. Mereka tidak akan meninggalkannya, yaitu membanggakan kehormatan leluhur, mencela keturuan, menisbbatkan turunnya hujan kepada bintang-bintang, dan niyahah (meratap mayit)." (HR. Ahmad: 5/342-343 dan Muslim no. 943; dari Abu Musa al Asy'ari radliyallah 'anhu)

Kebanggaan terhadap suku (fanatisme kesukuan) dan nasionalisme adalah perkara yang hina dalam Islam, tidak boleh dihidupkan lagi untuk kedua kalinya. Seperti membuat organisasi yang mengikat kaum muslimin berdasarkan ikatan jahiliyah dan fanatisme terhadap tanah kelahiran dan negara. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul pipi, merobek-robek pakaian, dan menyeru dengan seruan ala jahiliyah." (HR. Al Bukhari)

Kebanggaan terhadap suku (fanatisme kesukuan) dan nasionalisme adalah perkara yang hina dalam Islam, tidak boleh dihidupkan lagi untuk kedua kalinya.

Orang yang berusaha menghidupkan tradisi jahiliyah adalah orang yang paling dimurkai oleh Allah berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "orang yang paling Allah murkai ada tiga; pelaku dosa di tanah haram, orang yang menginginkan tradisi jahiliyah di dalam Islam, dan orang yang menuntut darah seseorang tanpa hak untuk dialirkan." (HR. Bukhari no. 7882)

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah berlepas diri dari kaumnya karena kekufuran mereka. Ali bin Abi Thalib pernah mencela ayahnya ketika meninggal di atas kekafiran, lalu dia berkata kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, "telah meninggal pamanmu, orang tua yang sesat." Saat itu Salman al Farisi berada di sisi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Beliau memuji dan membanggakan Salman, padahal dia bukan dari kaumnya dan bukan orang Arab. Lalu beliau shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "seandainya iman berada di (bintang) Tsurayya, pasti laki-laki dari mereka (beberapa orang dari Persia) mendapatkannya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Orang yang berusaha menghidupkan tradisi jahiliyah adalah orang yang paling dimurkai oleh Allah



Sebut orang kafir sebagai saudara?

Sedangkan orang yang berdalil bahwa Allah telah menetapkan ukhuwah (persaudaraan) antara orang yang beda aqidah, yaitu ukhuwah sesuku, senegara, dan satu kepentingan. Yaitu dengan firman Allah Ta'ala:

æóÅöáóì ÚóÇÏò ÃóÎóÇåõãú åõæÏðÇ

"Dan kepada kaum Ad (Kami utus) saudara mereka, Hud." (QS. Huud: 50); "Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka, shaleh." (QS. Huud: 61); "Dan kepada (penduduk) Mad-yan (Kami utus) saudara mereka, Syu'aib." (QS. Huud: 84); "Ketika saudara mereka (Nuh) berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 106); "Ketika saudara mereka, Lut, berkata kepada mereka: "Mengapa kamu tidak bertakwa?" (QS. Al Syu'araa: 161). Kemudian mereka, orang yang pemahamannya terbalik, menyimpulkan dari ayat-ayat tersebut bahwa kita boleh menyebut orang Yahudi dan nashrani sebagai saudara kita, karena mereka satu negara dengan kita. Kita berlindung kepada Allah dari kesesatan ini.

Maknanya yang benar

Pertama, sesungguhnya di antara pokok iman bahwa ukhuwah (persaudaraan) tidak terjalin kecuali bagi kaum muslimin, berdasarkan firman Allah Ta'ala: "Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara." (QS. Al Hujuraat: 10)

Imam al Qurthubi dalam tafsrnya berkata, "sesungguhnya kaum mukminin bersaudara dalam agama dan kehormatan, bukan karena nasab. Karenanya dikatakan, "ukhuwah karena dien lebih kuat daripada ukhuwah karena nasab. Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda agama. Sedangkan ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda nasab"."

Ukhuwah karena dien lebih kuat daripada ukhuwah karena nasab.

Karena ukhuwah berdasar nasab terputus karena beda agama. Sedangkan ukhuwah karena dien tidak akan terputus karena beda nasab


Kedua, persaudaraan yang disebutkan antara para nabi dengan kaumnya dan yang disebutkan tentang mereka dalam beberapa ayat adalah sebagai ungkapan, hikayat, dan pemberitahuan bahwa para nabi yang Allah utus dari kalangan kaumnya dan satu nasab dengan mereka. Dan Al Qur'an tidak pernah menyebutkan bahwa para Nabi berkata kepada kaumnya bahwa mereka adalah saudara kita. Bahkan, sikap para nabi terhadap kaumnya malah sebaliknya. Lihatlah sikap Nabi Ibrahim 'alaihis salam ketika berbicara kepada kaumnya:

ÅöäøóÇ ÈõÑóÂóÁõ ãöäúßõãú æóãöãøóÇ ÊóÚúÈõÏõæäó ãöäú Ïõæäö Çááøóåö

"Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, . . ." (QS. Al Mumtahanah: 4) mana persaudaraan dan kepentingan bersama dalam pernyataan Nabi Ibrahim?

Lihatlah perkataan Nabi Nuh 'alaihis salam kepada kaumnya: "Nuh berkata: "Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi." (QS. Nuh: 26) Mana ukhuwah dan kepentingan bersama?

Lihatlah sikap penentang para nabi dan rasul. Kaum Nabi Luth berkata, "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; karena sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (mendakwakan dirinya) bersih." (QS. Al Naml: 56)

Lihatlah sikap kaum Nabi Syu'aib 'alaihis salam, "Pemuka-pemuka dari kaum Syu'aib yang menyombongkan diri berkata: "Sesungguhnya kami akan mengusir kamu hai Syu'aib dan orang-orang yang beriman bersamamu dari kota kami, kecuali kamu kembali kepada agama kami." (QS. Al A'raaf: 88)

Lihatlah perilaku Quraisy kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dalam firman Allah Ta'ala, "Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu." (QS. Al Anfaal: 30) di mana kepentingan bersama dan ukhuwah antara para rasul dan kaumnya yang mereka klaim?

slogan-slogan kesukuan dan nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nashrani

Sekarang ini, lihatlah bagaimana penghinaan terhadap Islam dan pemeluknya di penjuru dunia yang tanpa melihat negara dan kemanusiaan? Sesungguhnya slogan ini dibuat untuk menipu kaum muslimin dan sebagai cover kedengkian orang kafir dan munafikin. Tidak diragukan lagi, bahwa slogan-slogan kesukuan dan nasionalisme adalah buatan musuh-musuh Islam dari kalangan Yahudi dan Nashrani yang dikampanyekan oleh orang Islam, baik karena kejahilan mereka, kemunafikan, atau mencari keridlaan terhadap kafirin. Namun yang jelas bahwa mereka tidak akan pernah ridla. Allah Ta'ala berfirman:

æóáóäú ÊóÑúÖóì Úóäúßó ÇáúíóåõæÏõ æóáóÇ ÇáäøóÕóÇÑóì ÍóÊøóì ÊóÊøóÈöÚó ãöáøóÊóåõãú Þõáú Åöäøó åõÏóì Çááøóåö åõæó ÇáúåõÏóì æóáóÆöäö ÇÊøóÈóÚúÊó ÃóåúæóÇÁóåõãú ÈóÚúÏó ÇáøóÐöí ÌóÇÁóßó ãöäó ÇáúÚöáúãö ãóÇ áóßó ãöäó Çááøóåö ãöäú æóáöíøò æóáóÇ äóÕöíÑò

"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al Baqarah: 120) karena mereka tidak akan ridla kecuali kalau umat Islam mengikuti ajaran mereka secara global. Dan celaan ada pada mengikuti hawa nafsu mereka, baik sedikit atau banyak.

Mengikuti hawa nafsu (kemauan) orang kafir berarti berharap keridlaan mereka sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat di atas, didasarkan pada dua alasan:

Pertama, murka Allah dan keluar dari kecintaan Allah dan Rasul-Nya serta kaum mukminin dan terjerumus dalam area kaum kafir.

Kedua, orang-orang kafir tidak akan ridla terhadap kaum muslimin dan akan tetap menimpakan gangguan, karena keinginan mereka agar kaum muslimin mengikuti agama mereka. Dan ini merupakan syarat mendapatkan keridlaan orang-orang kafir. Siapa melakukan itu, sungguh rugi dunia akhirat, dan itu merupakan kerugian yang sebenarnya.

Oleh: Purnomo


(PurWD/voa-islam.com)