Sunday, April 10, 2011

Penguasa boneka ditelantarkan tuannya ketika dihantam revolusi

mediaumat.com- Para penguasa boneka tidak lagi aman dari kemarahan umat ketika sebuah hantaman telah menimpa kepala mereka, dan revolusi telah meledak mengguncang pilar-pilah kekuasaan mereka. Mereka tidak lagi aman setelah massa melakukan pemberontakan, menghancurkan tongkat ketaatan dan mengambil alih kendali kekuasaan. Sementara para tuan mereka yang selama puluhan tahun mereka layani dengan mudah meninggalkan mereka. Begitu juga dengan para pembesar dan pengikut mereka segere berpaling dari mereka ketika gelombang massa sudah menentang dan melawan mereka.

Lihatlah Mubarak, penguasa Mesir yang digulingkan, dan para pembantunya yang sedang menghadapi pengadilan, penjara dan penderitaan. Lihatlah Zine Ben Ali, penguasa Tunisia yang digulingkan, dan para pengikutnya yang telah melarikan diri karena takut pada rakyatnya. Ia bersembunyi ketakutan di Arab Saudi, meninggalkan semua uangnya, istana dan harta miliknya. Ia pergi tanpa membawa sesuatu apa pun untuk menyelamatkan dirinya.

Lihatlah pula Muammar Gaddafi yang telah memberikan potensi-potensi Libya untuk menyenangkan tuannya, Inggris dan Amerika. Dan sekarang justru ia menghadapi nasib suram yang datang dari negara-negara tuannya, yang ia layani selama empat puluh tahun pemerintahannya .

Ia mendorong Menteri Luar Negerinya, Musa Kusa yang telah membuat upaya-upaya besar untuk merehabilitasi Libya secara internasional. Dan seperti yang dikatakan bahwa karena kelebihannya, pintu gerbang Paris dan Roma terlah terbuka untuk Gaddafi. Juga seperti yang dilaporkan BBC pada 31\3\2011 bahwa ia punya hubungan erat dengan Dinas Intelijen Inggris, MI6.

Bahkan menteri yang punya hubungan erat dengan Inggris ini pun tidak berhasil untuk mendapatkan belas kasih dari MI6, dan tidak mendapatkan hak suaka politik, melainkan ia sekarang bergantung pada jaminan Scotland Yard sebagai tersangka kriminal.

Para penguasa di negara-negara Arab saat ini sedang menderita dan sedih akibat perlakuan buruk tuan mereka di saat mereka sedang dalam kesukaran dan kejatuhan. Sehingga mereka sangat marah karena tuan mereka tidak memberikan jaring pengaman terhadap mereka. Presiden yang digulingkan di antara mereka tidak memperoleh jaminan dari negara-negara Barat untuk melindunginya. Sedangkan jaminan tentara di negerinya sendiri tidak cukup untuk melindunginya mengingat jaminan itu telah terbukti tidak dapat diandalkan karena tidak distempel oleh tuan-tuan mereka yang sesunguhnya.

Dalam hal ini, sungguh pernyataan-pernyataan Gaddafi menunjukkan dengan jelas sejauh mana penghinaan yang diterimanya dan orang-orang yang seperti dirinya dari tuan mereka. Ia berkata dengan mengemis penjelasan: "Apa yang telah saya lakukan yang telah mengecewakan mereka." Bahkan sambil menghela napas, ia berkata: "Mereka telah berpartisipasi dalam konspirasi melawan saya."

Sementara anaknya yang bernama Saif al-Islam telah secara eksplisit mengakui adanya hubungan istimewa yang menyatukan antara Libya dan Inggris. Ia mengatakan: "Blair telah membangun hubungan yang sangat istimewa dengan ayah saya. Bahkan bagi kami, ia adalah teman pribadi keluarga." Ia menambahkan bahwa "Antara Libya dan Inggris ada hubungan khusus." Dan Inggris telah membantu membangun hubungan persahabatan antara Gaddafi dan anak-anaknya yang berafiliasi dengannya dengan Perancis dan Italia. Sayangnya, meskipun telah terdapat hubungan yang begitu mendalam, ternyata Gaddafi tidak mendapatkan dari negara-negara tersebut selain permusuhan dan kebencian. Kemudian mereka pun mengirim pesawat-pesawat tempur dan rudal-rudal mereka untuk membombardir markas-markas pasukannya.

Sesunguhnya pelajaran yang dapat diambil bahwa para penguasa tidak pernah menyadari akan datangnya mimpi buruk itu selamanya, yaitu bahwa nasib mereka tidak dijamin oleh tuan mereka ketika mereka sedang dihantam oleh gelombang revolusi.[]htpal

http://www.mediaumat.com/headline-news/2639-penguasa-boneka-ditelantarkan-tuannya-ketika-dihantam-revolusi.html

Dianggap Legalkan Rezim Represif, Ormas Islam Tolak RUU Intelijen

Dianggap Legalkan Rezim Represif, Ormas Islam Tolak RUU Intelijen

Jakarta. Sejumlah tokoh ormas Islam dan lembaga keislaman lainnya menggelar konferensi pers untuk menolak Rancangan Undang-Undang Intelijen, yang saat ini tengah dibahas di DPR, dengan alasan ada sejumlah pasal yang dapat melahirkan kembali rezim represif, Kamis (7/4) di Kantor DPP Hizbut Tahrir Indonesia, Jakarta.


Setelah mengadakan pengkajian terhadap RUU tersebut, mereka menyimpulkan setidaknya ada lima poin yang melegalkan kembali penguasa berbuat represif, salah satunya adalah poin yang tidak memberikan definisi terhadap istilah-istilah penting, seperti pada frase ancaman nasional, keamanan nasional, dan musuh dalam negeri.

“Tadi dalam diskusi kami sepakat bahwa ini masalah yang utama!” ujar Juru bicara HTI Muhammad Ismail Yusanto menjelaskan hasil pertemuan para tokoh ormas Islam beberapa jam sebelum konferensi pers dilakukan.

Dalam RUU tersebut istilah penting dimaksud tidak didefinisikan. Padahal apa yang diawasi, apa yang akan diintelijeni itu sangat tergantung kepada pengertian ini. “Karena pihak-pihak itulah yang akan dianggap sebagai musuh dalam negeri!” ujarnya.

Rumusan yang tidak jelas, kabur, cenderung multitafsir dan tidak terukur menyangkut definisi tersebut sangat mungkin disalahgunakan demi kepentingan politik kekuasaan. Karena bersifat subyektif, maka penafsirannya akan tergantung selera pemegang kebijakan dan kendali terhadap operasional intelijen.


“Jadi soal siapa dan kriteria ancaman adalah kalimat yang sangat karet!” ujarnya. Oleh karena itu sekitar 22 tokoh yang hadir dalam pengkajian RUU itu sepakat menolak RUU Intelijen tersebut.


Nampak hadir dalam pengkajian itu di antaranya adalah: Firos Fauzan (PB PII); Fakhrurrazi (KAHMI); Iing Solihin (MUI); Bambang Haryanto (PUI); Zhahir Khan (DDII); Djauhari Syamsuddin (SI); Joserizal Jurnalis (Mer-C); Son Hadi (JAT); Sukarjo Mahmud (Persis DKI Jakarta); Fikri Bareno (Al Ittihad); Bachtiar (Al Irsyad Al Islamiyyah); Mahmud Yunus (PITI); Han Mulyawan (Asyifa); Cuk Hudoro (GRN); dan Achmad Michdan (TPM).

Ormas Islam pun mempersilakan wartawan bertanya langsung kepada Badan Intelijen Negara (BIN) tentang siapa saja yang dimaksud dengan musuh dalam negeri itu. Karena dalam RUU tersebut tidak jelas.

“Yang dianggap sebagai musuh dalam negeri itu siapa? tidak jelas,” ujar Ismail. Para tokoh pun akan mendukung penuh RUU Intelijen itu bila yang disebut sebagai musuh dalam negeri itu adalah: antek penjajah; koruptor; penyebar paham sepilis (sekularisme, liberalisme, dan pluralisme), komunisme, dan kapitalisme.


“Tapi harus dicatat dan didefinisikan agar tidak kabur dan multitafsir!” tegas Ismail.

Poin lainnya yang menjadi keberatan ormas-ormas Islam menerima RUU Intelijen itu adalah kewenangan BIN untuk menyadap tanpa izin pengadilan; kewenangan BIN untuk melakukan penangkapan dan interograsi paling lama7×24 jam; tidak adanya mekanisme pengaduan dan gugatan dari individu yang merasa dilanggar haknya oleh BIN; dan tidak adanya mekanisme kontrol, pengawasan yang tegas, kuat dan permanen terhadap ruang lingkup dan fungsi kerja intelijen. (mediaumat.com)


http://hizbut-tahrir.or.id/2011/04/08/dianggap-legalkan-rezim-represif-ormas-islam-tolak-ruu-intelijen/

CIR Menyayangkan Pernyataan BNPT yang Menyebut Indonesia ‘Surga’ Teroris

CIR Menyayangkan Pernyataan BNPT yang Menyebut Indonesia ‘Surga’ Teroris

Direktur Center for Indonesian Reform, Sapto Waluyo menyayangkan pernyataan Ketua Badan Penanggulangan Terorisme atau BNPT, Ansyaad Mbai yang menyebut Indonesia sebagai ‘surga’ teroris. Pernyataan Ansyaad itu mengemuka dalam rapat dengan Komisi I di DPR.


“Pernyataan itu stigma lama yang dipakai pihak asing untuk jelekkan kita,” ujar Sapto melalui rilisnya yang diterima Eramuslim.


Faktanya, menurut Sapto, Indonesia bak ‘neraka’ karena terduga teroris saja bisa ditembak mati. Contohnya, Ibrahim yang dikepung di Temanggung atau Dulmatin yang dieksekusi di warnet di kawasan Ciputat.

Selain itu, Sapto juga menyebut bahwa sejak tahun 2000, sudah 44 tersangka ditembak mati dan 563 orang diadili. “Kenapa BNPT tidak melakukan threat assesment lebih obyektif dan konfrehensif?” ujar Sapto.


Selain BNPT, CIR juga mengkritisi pernyataan Kepala BIN yang menyebut hukum Indonesia sangat lemah dalam menghadapi terorisme. “UU antiterorisme no. 15/2003 membolehkan penahanan 7 x 24 jam berdasarkan bukti awal. Dulu mau direvisi dua tahun, tapi tak jadi,” jelas Sapto.


Kondisi Indonesia, masih menurut Direktur CIR, memang beda dengan Malaysia yang menerapkan ISA (Internal Security Act). Karena pasca reformasi, kita menghapuskan UU Antisubversib. “Karena itu, BIN jangan putar roda sejarah ke belakang,” ujar Sapto. (eramuslim.com, 4/4/2011)

Mengkritik Pemimpin Secara Terbuka, Bolehkah?

Mengkritik Pemimpin Secara Terbuka, Bolehkah?

Tanya :

Ustadz, bolehkah kita mengkritik pemimpin secara terbuka?


Jawab :


Hukumnya jaiz (boleh) mengkritik pemimpin secara terbuka, tidak haram. Dalilnya adalah kemutlakan dalil-dalil amar ma’ruf nahi mungkar kepada penguasa. (Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, Muhasabah al-Hukkam, hal. 60; Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.25).


Dalil-dalil tersebut antara lain sabda Nabi SAW,”Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdil Muthallib dan seseorang yang berdiri di hadapan seorang imam yang zalim lalu orang itu memerintahkan yang ma’ruf kepadanya dan melarangnya dari yang munkar, lalu imam itu membunuhnya.” (HR Tirmidzi dan Al-Hakim). Juga berdasarkan sabda Nabi SAW,”Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat yang haq kepada penguasa (sulthan) atau pemimpin (amiir) yang zalim.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Juga berdasarkan hadits Ubadah bin Ash-Shamit RA tentang baiat kepada imam yang di dalamnya ada redaksi,“dan kami akan selalu mengucapkan kebenaran dimana pun kami berada, kami tidak takut -karena Allah- terhadap celaan orang yang mencela.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).


Mengomentari dalil-dalil tersebut, Syaikh Muhammad Abdullah Al-Mas’ari berkata bahwa nash-nash tersebut bersifat mutlak, yakni tidak membatasi cara tertentu dalam menasehati nasehat penguasa, sehingga dapat disampaikan secara rahasia atau terbuka. (Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, ibid., hal. 60).


Selain dalil-dalil ini, kebolehan mengkritik pemimpin secara terbuka juga diperkuat oleh praktik para shahabat yang sering mengkritik para khalifah secara terbuka. Diriwayatkan dari Nafi’ Maula Ibnu Umar RA, ketika menaklukkan Syam, Khalifah Umar bin Khaththab tidak membagikan tanah Syam kepada para mujahidin. Maka Bilal RA memprotes dengan berkata,”Bagilah tanah itu atau kami ambil tanah itu dengan pedang!” (HR Baihaqi, no 18764, hadits sahih). Hadits ini menunjukkan Bilal mengkritik Khalifah Umar secara terbuka di hadapan umum. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.24)


Diriwayatkan dari ‘Ikrimah RA, Khalifah Ali bin Thalib RA telah membakar kaum zindiq. Berita ini sampai kepada Ibnu Abbas RA, maka berkatalah beliau,”Kalau aku, niscaya tidak akan membakar mereka karena Nabi SAW telah bersabda,”Janganlah kamu menyiksa dengan siksaan Allah (api),” dan niscaya aku akan membunuh mereka karena sabda Nabi SAW,’Barangsiapa mengganti agamanya, maka bunuhlah dia.” (HR Bukhari). Dalam hadits ini jelas Ibnu Abbas mengkritik Khalifah Ali bin Thalib secara terbuka. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.25).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, boleh hukumnya mengkritik pemimpin secara terbuka di muka umum, baik di media massa seperti di internet, koran, majalah, maupun saat demonstrasi, di pasar, di kampus, dan sebagainya.


Sebagian ulama mengharamkan mengkritik pemimpin secara terbuka berdasar hadits Iyadh bin Ghanam, bahwa Nabi SAW berkata,”Barangsiapa hendak menasehati penguasa akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara terang-terangan, tapi peganglah tangan penguasa itu dan pergilah berduaan dengannya. Jika dia menerima nasehatnya, itu baik, kalau tidak, orang itu telah menunaikan kewajibannya pada penguasa itu.” (HR Ahmad). Menurut Syaikh Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, hadits ini dha’if karena sanadnya terputus (inqitha’) dan ada periwayat hadits yang lemah, yaitu Muhammad bin Ismail bin ‘Iyasy. (Muhasabah al-Hukkam, hal. 41-43). Wallahu a’lam.


http://hizbut-tahrir.or.id/2011/03/08/mengkritik-pemimpin-secara-terbuka-bolehkah/

Saturday, March 19, 2011

Bagi Demokrasi, Islam Sesuai Cara Nabi adalah Garis Keras

Bagi Demokrasi, Islam Sesuai Cara Nabi adalah Garis Keras

Jakarta (voa-islam.com) - Acara Today's Dialogue MetroTV yang dipandu oleh Kania Sutisnawinata pada Selasa (15/3) hangat membicarakan Kasus "Bom dan Islam Liberal". Para narasumber berasal dari kapolda Metro Jaya, Irjen.Pol. Sutarman, Mantan Kepala BIN AM. Hendropriyono, pengamat politik Burhanudin Muhtadi, dan pemerhati Islam Moderat Marbawi Karto

Seorang Narasumber yang melabelkan diri sebagai pemerhati Islam Moderat Marbawi Karto, menyebut pengirim paket bom ke markas Radio 68H yang dekat dengan Jaringan Islam Liberal adalah dari Drs. Sulaiman Azhar, Lc. Ia menyebut gelar LC dari Timur Tengah ini sebagai label keilmuan Islam garis keras dan ancaman bagi
demokrasi.Celakanya opini diarahkan agar umat Islam harus berpaham demokrasi yang sejatinya telah gagal sejak didirikan yaitu sejak zaman Yunani kuno.

Kenyataannya, kini hampir di seluruh dunia pada abad 20 ini mengadopsi sistem demokrasi dan menjadi sistem paling laris di pasaran dunia. Tak pelak, banyak negara mengadopsi demokrasi sebagai spirit dalam konstitusi kenegaraan mereka, termasuk negara mayoritas muslim seperti Indonesia.

Nah di Indonesia, meski telah merdeka lebih dari 60 tahun, kita tetap menjadi negara dengan tingkat kedunguan yang luar biasa, korup dimana-mana, kekayaan alam dibuang percuma buat kepentingan asing, islam diberangus agar islam cara Nabi Muhammad yang berkah diubah dengan islam yang tunduk pada aturan AS, Zionis Yahudi dan para sekutunya yang melegalkan dengan seks bebas, minuman keras.

Negeri tempat Islam berdiri, Arab Saudi, juga telah dijadikan sapi perahan kepentingan AS dan Israel, mereka menjadikan para raja dan pemimpin negeri jazirah Arab layaknya setan bisu dan tak berdaya menghadapi tekanan AS dan Israel demi melanggengkan kekuasaanya. Namun Allah tak tidur, Hosni Mubarak, Ben Ali, Khadafi, mulai digoyang dari kekuasaannya...

Bayangkan, Umat Islam di Arab Saudi pun tidak diperkenankan mengkritik tindakan AS dan Yahudi Israel yang memboikot Palestina, jika berani melanggar maka jeruji besi siap menerima kehadiran para pelakunya

Saat ini, jikalau kita berkaca dengan kondisi Negara-negara dunia yang menerapkan demokrasi, ternyata sistem ini justru mengalami kegagalan waktu demi waktu. Di Eropa dan Amerika mereka tidak mampu menekan penyakit masyarkat dab malah melindungi seks bebas, minuman keras, menyerang Islam minoritas dan mendukung kebrutalan Israel. Di Indonesia meski negaranya melarang minuman keras dan seks bebas, namun korupsi menjadi mainan penguasa dengan beking elit politik partai besar dan anggota DPR. Aspirasi rakyat yang tadinya menjadi “tuhan” kini hanya menjadi isapan jembol belaka.
Ironinya, para pengusung demokrasi tetap berkelit, menurut mereka kebobrokan sistem demokrasi selama ini disebabkan perilaku oknum dan bukan sistemnya. Mereka nampaknya mulai lupa bahwa demokrasi memliki basis kapitalisme dan liberalisme sehingga rakyat menjadi dibuat bingung dengan celoteh pengusung demokrasi. Mereka satu sama lain memiliki perbedaan  kepentingan, perbedaan latarbelakang sosial ekonomi, dan perbedaan tingkat pendidikan dam kini menjadi ajang pertempuran konflik kepentingan berbagai kelompok sosial dan pertarungan elit kekuasaan.

Dan jika kamu mengikuti kebanyakan orang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti prasangka belaka, dan mereka tidak lain membuat kebohongan (Al-An’aam: 116)”
Tak berlebihan apabila para pengobar demokrasi menyebut umat Islam yang menjalankan sunguh-sungguh semua perintah Allah dan sesuai Cara Nabi Muhammad yang sahih akan disebut sebagai Islam Garis Keras. Jangankah meminta kembali ke sistem pemerintahan khilafah islamiyah, minta jadi imam shalat saja akan diboikot. Demikian ungkap AM Hendorpriyono yang menghalangi umat islam yang Pro-Nabi Muhammad untuk meminta bergantian memimpin shalat berjamaah dimasjid.

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan- ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahayanya, walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai” (Attaubah : 32).
“Sesungguhnya Kami benar-benar telah membawa kebenaran kepada kalian, tetapi kebanyakan dari kalian membenci kebenaran itu.” (Az-Zukhruf: 78)
Islam kini tengah diuji dan kembali asing bagi pemeluknya, tetapi juga dihalangi bukan oleh orang bule yang pura-pura menjadi islam seperti Snouck Hungronje (atau christian snouck hurgronje), melainkan oleh orang islam sendiri, bahasanya sama, warna kulitnya sama, sukunya sama tapi ideologinya berhala dan dedikasi pada agama demokrasi dengan label islam moderat dan islam liberal. Waspadalah. (voa-islam.com/d5vn2)

http://www.voa-islam.com/news/indonesiana/2011/03/16/13792/bagi-demokrasi-islam-sesuai-cara-nabi-adalah-garis-keras/
 

Syaikh Yusuf An Nabhani (1849-1932)

Syaikh Yusuf An Nabhani (1849-1932)

Nama Syaikh Yusuf An Nabhani pastilah sudah tidak asing lagi di telinga sebagian besar para habib, kyai, dan santri yang senantiasa menyenandungkan cinta dan pujian untuk Rasulullah SAW. Karena tulisan, kutipan,riwayat, karangan, dan kumpulan syair yang ditulisnya menjadi rujukan di sebagian besar pesantren Tanah Air dan dunia Islam.

Yusuf selalu mengisi waktu malam dan siangnya dengan melaksanakan ibadah-ibadah wajib dan sunah tanpa henti, bosan, atau lupa. Tak terhitung banyaknya peristiwa luar biasa yang terjadi padanya, peristiwa-peristiwa yang hanya dikhususkan untuk para wali dan hamba Allah yang selalu dekat dengan-Nya.

Karena itu ia sangat dikenal sebagai seorang sufi. Meski saat ini banyak sufi dan kelompok tasawuf yang membimbing umat pada kelezatan spiritual dan sangat abai terhadap syariah yang mengatur dimensi sosial, tapi Yusuf bukan sufi sembarang sufi yang sekadar mementingkan kelezatan spiritual secara pribadi dan keshalihan individual.

Ia adalah seorang sufi sejati yang memahami bahwa tasawuf adalah disiplin ilmu yang banyak berbicara tentang nafsiyah dan akhlak pada setiap aktivitas ibadah baik mahdlah maupun ghairu mahdlah. Sebagai salah satu upaya melahirkan jiwa yang ihsan dalam menjalani hidup sebagai seorang Mukmin dan Muslim sejati.

Kualitas kesadaran transedental menjadi nyawa dari setiap amal dan konsekuensinya akan mengatur dan menyelaraskan seluruh perbuatanya dengan parameter ridla dan kebencian Allah SWT, dan jalannya adalah dengan mengamalkan semua syariat Islam bukan malah membuang syariat.

Dalam konteks seperti itulah tasawuf yang dipahaminya. Maka, ia tidak mengenal istilah syariah adalah kulit sedangkan hakikat adalah isi, sehingga tidak ada istilah ketika seorang sudah sampai pada maqam hakikat maka bisa meninggalkankulit.

Hal itu tidak diragukan lagi karena ia adalah seorang qadhi (hakim) dan salah seorang ulama terkemuka dalam Negara Khilafah Utsmaniyah, di samping sebagai seorang sufi, penyair dan sastrawan tentunya.

Ia menangani peradilan (qadha') di Qushbah Janin, termasuk wilayah Nablus. Kemudian berpindah ke Konstantinopel (Istambul) dan diangkat sebagai qadhi untuk menangani peradilan di Sinjiq yang termasuk wilayah Moshul.

Ia kemudian menjabat sebagai ketua Mahkamah Jaza' di Al Ladziqiyah, kemudian di Al Quds. Selanjutnya dia menjabat sebagai Ketua Mahkamah Huquq di Beirut. Ia menulis banyak kitab yang jumlahnya mencapai 80 buah.

Kitab-kitabnya menjadi rujukan para habib dan kyai di pesantren. Di antaranya ialah kitan Al Syarf Al Mu'abbad li Aali Sayyidinaa Muhammad (Kemuliaan Abadi Bagi Keluarga Nabi Muhammad);Jawaahir al-Bihaar fi Fadlaail al-Nabiyy al-Mukhtaar (Permata-Permata Samudera pada Keutamaan Nabi yang Terpilih), Mukhtashar Riyaadl al-Shaalihiin li An-Nawawiy (Ringkasan Riyadush Shalihin karya Imam Nawawiy); Fath Al Kabiir fi Dlamm Al-Ziyaadah ila al-Jaami' Al Shaaghir (Fath al-Kabiir [Kemenangan Besar] dalam Kumpulan Tambahan untuk Kitab al-Jaami' al-Shaghiir karya Imam As Suyuthi), Hasyiyah Dalaail al-Khairaat (Catatan Pinggir Kitab Dalaail al-Khairaat);dan Jaami' Karaamaat al-Auliyaa' (Kemenyeluruhan Karamah Para Wali).

Riwayat Singkat
Yusuf lahir pada 1265 H (1849 M). Nama lengkapnya adalah Nasiruddin Yusuf bin Ismail An Nabhani, keturunan Bani Nabhan, salah satu suku Arab Badui yang tinggal di Desa Ijzim, sebuah desa di bagian utara Palestina, daerah hukum kota Haifa yang termasuk wilayah Akka, Beirut.

Ia menghafal Alquran dengan berguru kepada ayahnya sendiri, Ismail bin Yusuf, seorang syaikh berusia 80 tahun yang hafidz serta selalu mengkhatamkan Alquran setiap tiga hari sekali.

Selesai mengkhatamkan hafalan Alquran, Yusuf disekolahkan orang tuanya ke Al Azhar, dan mulai bergabung pada Sabtu awal Muharram 1283 H (1866 M). Ia tekun belajar dan menggali ilmu dengan baik dari imam-imam besar dan ulama-ulama umat yang kritis dan ahli ilmu syariah dan bahasa Arab dari empat imam madzhab.

Ia sangat tekun berikhtiar dan meminta bimbingan kepada orang-orang berilmu tinggi yang menguasai dalil aqli dan naqli, sehingga ia dapat mereguk samudera ilmu mereka dan mengikuti metode keilmuan mereka. Hal ini berlangsung sampai bulan Rajab 1289 H (1872 M).

Kemudian ia mulai berkelana meninggalkan Mesir untuk ikut serta menyebarkan ilmu dan mengabdi kepada Islam agar bermanfaat bagi kaum Muslimin dan meninggikan mercusuar agama.Ketika namanya semakin terkenal, bintangnya semakin bersinar, dan banyak orang mendapatkan bimbingan dan petunjuk darinya, ia diangkat sebagai pejabat pengadilan di wilayah Syam, dan akhirnya menjadi ketua Pengadian Tinggi di Beirut.

Pekerjaannya itu dijalaninya dengan penuh kesungguhan dan niat menolong serta dianggapnya sebagai ibadah disertai niat yang tulus ikhlas. Hatinya senantiasa berzikir dan membaca Alquran, banyak bershalawat untuk Rasulullah SAW, keluarga, dan para sahabat ra.

Mengader Cucu
Selain menegakkan hukum Islam di pengadilan dan mendidik masyarakat, Yusuf pun menggembleng anak dan cucunya. Maka salah satu anak laki-laki dari puteri Yusuf AnNabhani, yakni Taqiyuddin An Nabhani (1909-1979), dikirim oleh Yusuf kepada para kolega dan gurunya di Al Azhar Kairo untuk belajar di sana. Tentu saja sebelumnyaYusuf telah menggembleng sang cucu.

Dengan penuh kedisiplinaan, Yusuf membimbing Taqiyuddin menghafal Alquran sehingga Taqiyuddin pun telah hafal Alquran seluruhnya sebelum menginjak usia 13 tahun. Yusuf pun mengajari cucunya masalah-masalah politik yang penting, memperkenalkannya dengan para penguasa Khilafah Utsmani. Pada majelis-majelis dan diskusi-diskusi fiqih yang diselenggarakannya, Taqiyuddin pun sering kali diajak.

Bahkan saat berdebat dengan orang-orang yang terpengaruh peradaban Barat, para pengikut ide pembaharuan (modernisme), tokoh-tokoh Freemasonry, dan pihak-pihak lain yang membangkang terhadap Khilafah Islam, Yusuf pun tidak lupa mengajak cucu kesayangannya itu.

Yusuf pun melihat kecerdasan dan kecerdikan Taqiyuddin saat mengikuti majelis-majelis ilmu dan debat tersebut. Oleh karenanya, Yusuf berusaha meyakinkan ayah Taqiyuddin mengenai perlunya mengirim Taqiyuddin ke Al Azhar untuk melanjutkan pendidikan dalam ilmu syariah.

Setelah Yusuf An Nabhani pensiun dari tugasnya sebagai qadhi, ia menghabiskan waktunya untuk menulis dan beribadah. Ia pergi ke Madinah Munawwarah dan berdiam di sana untuk beberapa waktu.

Kemudian, ia pulang kembali ke Beirut. Ia meninggal dunia menghadap Allah SWT pada awal bulan Ramadhan tahun 1350 H (1932 M), delapan tahun setelah khilafah runtuh. Ia dimakamkan di pemakaman Basyura, di dekat distrik Bastha di Beirut, Libanon.

Kelak,Taqiyuddin menjadi qadhi juga, kemudian pada 1953 mendirikan gerakan Islam yang bernama Hizbut Tahrir, sebagai wadah untuk memperjuangkan tegaknya kembali syariah dan khilafah. []
sumber : http://mediaumat.com/sosok/2532-50-ulama-sufi-yang-taat-syariah.html

Liberal, Musuh Besar Islam

Liberal, Musuh Besar Islam

Habib Rizieq Syihab
Ketua Umum DPP Front Pembela Islam

”Mereka ingin untuk memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan / pernyataan) mereka, dan Allah tetap menyempunakan cahaya-Nya meski pun orang-orang kafir benci. Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar (Islam) agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meski pun orang-orang musyrik benci.” (Terjemah QS. Ash-Shaff [61]: 8–9).

Kenalilah musuh Islam, tandai ciri-cirinya, agar kita tahu apa, siapa dan bagaimana mereka ?! LIBERAL adalah musuh besar Islam, karenanya sebut saja mereka dengan nama LIBERAL atau KAFIR LIBERAL, jangan sekali-kali menyebut mereka ISLAM LIBERAL, sebab Islam bukan LIBERAL, dan LIBERAL bukan Islam.

LIBERAL adalah jenis kanker pemikiran yang paling berbahaya. LIBERAL merupakan komplikasi dari berbagai penyakit pemikiran yang disebabkan berbagai virus yang mematikan akal dan nalar serta membunuh iman, yaitu : Petama, RELATIVISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang memandang semua kebenaran relative (tidak pasti), sehingga tidak ada kebenaran mutlak, termasuk kebenaran agama. Virus ini menimbulkan penyakit PLURALISME yang memandang semua agama sama dan benar, sehingga tidak boleh suatu umat beragama mengklaim agamanya saja yang paling benar, tapi juga harus mengakui kebenaran agama lain. Penyakit ini disebut juga INKLUSIVISME atau MULTIKULTURALISME. Ini adalah kanker pemikiran stadium satu.

Kedua, SKEPTISISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang meragukan kebenaran agama dan menolak universalitas dan komprehensivitas agama yang mencakup semua sektor kehidupan, sehingga agama hanya mengatur urusan ritual ibadah saja, tidak lebih. Virus ini menimbulkan penyakit SEKULARISME yang memisahkan urusan agama dari semua urusan Negara, baik yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, industri mau pun tekhnologi. Ini adalah kanker pemikiran stadium dua.

Ketiga, AGNOSTISISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang melepaskan diri dari kebenaran agama dan bersikap tidak tahu menahu tentang kebenaran agama, sehingga agama tidak lagi menjadi standar ukur kebenaran. Virus ini menimbulkan penyakit MATERIALISME yang mengukur segala sesuatu dengan materi, termasuk mengukur kebenaran agama. Ini adalah kanker pemikiran stadium tiga.

Keempat, ATHEISME, yaitu VIRUS LIBERAL yang menolak semua kebenaran, khususnya kebenaran agama, dan memandang Tuhan hanya sebagai Faith Identity (Identitas Kepercayaan) yang menjadi Mitos (Takhayyul) suatu agama yang harus dirumus ulang berdasarkan Rasionalitas. Virus ini menimbulkan penyakit RASIONALISME yaitu segala sesuatu hanya diukur dengan akal semata, sehingga akal dipertuhankan. Ini adalah kanker pemikiran stadium empat.

Seorang LIBERAL adalah orang yang pemikirannya sudah terserang keempat virus di atas dan telah mengidap keempat penyakit kanker pemikiran tersebut. Itulah sebabnya, kaum LIBERAL di seluruh dunia dengan aneka sektenya memiliki karakter pemikiran yang sama, sehingga semua kelompok LIBERAL sepakat dan bersatu dalam aneka kesesatan, antara lain : Tuhan hanya Mitos (Takhayyul), Semua masalah Ghaib adalah Mitos, Agama hanya produk budaya dan sejarah, Semua Kitab Suci adalah buatan manusia, Semua agama sama dan benar, Iman dan Kafir hanya merupakan pilihan, Taat dan ma’siat harus sama diberi ruang, Manusia memiliki kebebasan mutlak, Hak Asasi Manusia di atas segalanya, Hak Asasi Manusia di atas segalanya, Aliran sesat hanya perbedaan penafsiran, Murtad adalah kebebasan beragama, Atheis adalah kebebasan berkeyakinan, Setiap orang bebas untuk mengaku Nabi, Polygami haram karena Syariat Syahwat, Homo Lesbi hanya orientasi seksual biasa, Perkawinan sejenis harus dilegalkan, Pria dan Wanita sama dalam segala hal, Syariat Islam bias gender, Syariat Islam pemasung kebebasan, Syariat Islam diskriminatif, Syariat Islam tidak relevan, Syariat Islam sudah kadaluwarsa, Syariat Islam harus dimodernkan, Penerapan Syariat Islam adalah ancaman, Agama harus dipisah dari urusan Negara, dll.

Dengan demikian, menjadi jelas bahwa LIBERAL adalah kelompok anarkis pemikiran, perusak agama dengan mengatas-namakan agama, musuh Syariat Islam, preman intelektual, koruptor dalil dan manipulator hujjah, serta tidak diragukan lagi sebagai antek IBLIS.

Karena itulah, kelompok LIBERAL di Indonesia senantiasa menolak segala bentuk Formalisasi Syariat Islam, bahkan mereka selalu membela berbagai kebathilan dan kemunkaran, seperti : pornografi, pornoaksi, legalisasi judi, legitimasi minuman keras, lokalisasi pelacuran, sex bebas, perkawinan sejenis Homo dan Lesbi, Kafir Ahmadiyah dan aliran sesat lainnya, perdukunan, penodaan agama dan pemurtadan. Kaum LIBERAL selalu memusuhi kelompok Islam yang secara istiqomah memperjuangkan penerapan Syariat Islam. Kaum LIBERAL memfitnah Gerakan Islam Istiqomah sebagai preman berjubah, anarkis, radikalis, ekstrimis dan teroris. Bahkan kaum LIBERAL selalu berusaha untuk membubarkan Ormas Islam Istiqomah dengan berbagai macam cara.

Informasi paling aktual dan faktual di akhir tahun 2010 kemarin adalah bahwa SETARA INSTITUT sebagai salah satu sayap LIBERAL INDONESIA yang diketuai oleh Hendardi dengan Wakil Ketua Bonar Tigor Naipospos, membuat laporan tahunan yang direkomendasikan kepada pemerintah Republik Indonesia, dengan didanai oleh USAID yaitu sebuah lembaga donasi Amerika Serikat. Isi laporannya antara lain : Pemberantasan Aliran Sesat adalah intoleransi (hal.1), Al-Qur’an sbg pedoman adl fundamentalisme (hal.12), Tafsir Ulama Salaf penyebab kekerasan (hal.13), Totalitas dlm beragama adalah Puritanisme (hal.19), Kasus Maluku & Poso disebabkan Radikalisme Islam (hal.32), UU dan Perda Syariat lahir akibat Radikalisme Islam (hal.33), Penamaan organisasi dari Al-Qur’an adl radikal (hal.34), UU dan Perda Syariat Islam adl ancaman (hal.35), UU dan Perda Syariat Islam adl diskriminatif (hal.36), Masjid, Ponpes, Majlis Ta’lim Kyai dan Habaib adl basis radikalisme (hal.41), Anggota Ormas Islam adl pengangguran dan preman dibalut jubah (hal.41), Murtad dan Atheis adl kebebasan beragama (hal.52), Fatwa MUI ttg Ahmadiyah dan Sepilis adl intoleransi (hal.66), Penegakkan Syariat Islam adl penyebab Terorisme (hal.68), Terorisme dan Ormas Islam tujuannya sama (hal.69) dan Syariat Islam tdk boleh jadi sumber penyelenggaraan Negara (hal.70). Selain itu di halaman 90 s/d 97 disebutkan bahwa cirri Islam garis keras yaitu : Penegakan Syariat Islam, Pemberantasan Ma’siat, Pemberantasan Aliran Sesat dan Anti Pemurtadan.

Itulah sebabnya, LIBERAL adalah musuh besar Islam, dan musuh besar paling berbahaya, jauh lebih berbahaya dari segala kemunkaran dan kesesatan yang ada. LIBERAL adalah antek IBLIS nomor satu, bahkan sering lebih Iblis dari pada Iblis itu sendiri, karena sesesat-sesatnya Iblis masih mengenal kebesaran dan keagungan Tuhan-nya, sedang LIBERAL sudah bisu, tuli dan buta dari pengenalan kebesaran dan keagungan Allah SWT.

Intinya, Islam akan selalu berhadap-hadapan dengan LIBERAL. Dan perang antara Islam vs LIBERAL adalah perang abadi, sebab perang antara Haq dan Bathil adalah Perang Abadi yang tidak akan pernah berhenti sampai Hari Akhir nanti.

Sekali lagi, kenalilah musuh Islam, tandai ciri-cirinya !
Hasbunallahu wa Ni’mal Wakiil, Ni’mal Maulaa wa Ni’man Nashiir.

http://www.suara-islam.com/news/muhasabah/analisis-kontemporer/2190-liberal-musuh-besar-islam