Monday, September 24, 2012

Re: # mediaumat # Banyak Sumber Kepolisian, Pemberitaan Kasus Teror Dinilai Kurang Sopan

Re: # mediaumat # Banyak Sumber Kepolisian, Pemberitaan Kasus Teror Dinilai Kurang Sopan

Waktu membahas teroris mediaelektronik juga keterlaluan dengan
dibelakang pembawa berita latar belakangnya layar lebar yang
menampilkan foto saat konferensi khilafah internasional di mana anak
anak muda lagi melakukan parade kibar arroya dan aliwa..... Ini secra
tidak langsung bahwa memang isu terorisme untuk menghadang laju dakwah
syariah dan khilafah ,


Pada tanggal 14/09/12, sultan Badui <sultanbadui@yahoo.co.id> menulis:
> Banyak Sumber Kepolisian, Pemberitaan Kasus Teror Dinilai Kurang Sopan
>
>
> Tanah Abang juga tidak pernah disebut
> media sebagai 'sarang bandar narkoba'
>
> Kamis, 13 September 2012
>
> Hidayatullah.com—Banyak pemberitaan media massa di Indonesia menyangkut
> kasus-kasus terorisme
> tidak seimbang. Bahkan lebih cenderung satu sumber. Pemberitaan seperti
> ini selain dinilai kurang bagus dan sangat tidak sopan.Pernyataan ini
> disampaikan pemerhati media dan dosen jurnalistik, Sirikit Syah.
> “Kurang seimbang dan lebih banyak sumber kepolisian,” ujar Sirikit kepada
> hidayatullah.com, Rabu (12/09/2012) kemarin.
> Wanita berjilbab yang meraih gelar MA bidang Komunikasi dari
> Westminster University, London ini tidak tahu, apakah media sengaja
> tidak menghubungi orang-orang yang dituduhkan, atau memang sumber-sumber
> tertuduh tidak mau, namun yang jelas, cara pelaporan berita seperti itu
> kurang baik dan tidak sopan.
> Hal yang juga ikut merisaukan mantan Direktur Lembaga Konsumen Media
> (LKM) ini adalah ketidaksetujuannya terhadap label-label dan stigma
> “teroris”.
> “Saya tidak setuju ada penyebutan yang sifatnya labelisasi, bahkan
> stigma "Ngruki Sarang Teroris". Narasumber maupun media yang menciptakan dan
> menyebarkan istilah itu tidak bertanggungjawab, dan tidak adil,”
> ujarnya.
> “Banyak preman Jakarta berasal dari Pulau Key, sampai tokohnya
> bernama John Key, berani sama polisi. Tapi media tidak pernah sebut
> pulau Pulau Key sebagai 'sarang preman',” lanjutnya.
>
> Penulis buku "Media di Bawah kapitalisme" itu juga mengatakan, Tanah Abang
> juga tidak pernah disebut media sebagai
> 'sarang bandar narkoba'. Namun terhadap Pondok Pesantren Terhadap
> Ngruki, media massa dan narasumber kepolisian sering berperilaku
> sewenang-wenang dan kurang sopan, ujarnya.* Rep: Panji Islam
> Red: Thoriq
>
>
> More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on twitter Share on
> email Share on print
>
> KOMENTAR
>
>   Boy J , Kamis, 13 September 2012
> setuju bu dosen... kaum muslimin harus cerdas memilih dan meyakini
> informasi...
>
>
>   Irfan , Kamis, 13 September 2012
> setuju bu, media massa cenderung manggutt manggut
> saja dari satu sumber tanpa verifikasi dan clarifikasi ke sumber lain
> sehingga tidak valid tapi tetap diberitakan!! itulah media massa
> kapitalis!!!
>
>
>   Matkodak , Kamis, 13 September 2012
> Penulis pembela fundamentalis
>
>
>   Ujang , Jum'at, 14 September 2012
> yah,,becik ketitik olo ketoro.. dengan ini semoga
> umat islam akan lebih yakin akan bahaya yahudi dan nasoro QS.2:120
>
>
>   Siti , Jum'at, 14 September 2012
> Kalao Mat Kodak jelas pembela Densus dan
> (B)Ansyaast Mbai, Hendropriyono dan LB Moerdani, Insyaallah, mari kita
> saksinya meninggalnya, apak diadzab apa oleh Allah orang2 yang kerjanya
> menyakiti perasaan jutaan orang Islam dan merekayasa negatif untuk
> menyudutkan hukum-hukum Allah? Maju terus Bunda Sirikit!
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
>
> Media Harus Berikan Fakta Bukan Opini dalam Kasus Terorisme
>
>
> Jangan karena ingin melakukan syariat Islam dikatakan teror
>
> Senin, 10 September 2012
>
> Hidayatullah.com—Liputan dugaan terorisme ikut membuat Jurubicara Hizbut
> Tahrir Indonesia (HTI), geram. Pasalnya, dalam sebuah tayangan liputan,
> tiba-tiba dinilai
> secara sengaja men-shoot gambar poster logo HTI berisikan kalimat
> “Dengan Syariah Indonesia Lebih Bermartabat.” Oleh sang reporter,
> tilisan tersebut dikaitkan dengan poster jihad.
>
> Kejadian ini
> terjadi ketika seorang reporter sebuah TV swasta mendatangi lokasi
> kediaman terduga kasus teror, Yusuf Rizaldi di daerah Petojo Utara,
> Gambir, Jakarta Pusat.
>
> Menurut Ismail Yusanto, tindakan reporter TV tersebut terlalu jauh
> menyimpulkan, dan bisa  memperkeruh keadaan.
>
> “Reporter
> itu terlalu jauh menyimpulkan. Dari mana dia bisa bilang itu poster
> jihad? Dengan menyimpulkan seperti itu seolah-olah ia ingin menunjukkn
> aksi-aksi pelaku tertentu dengan organisasi tertentu padahal
> poster-poster itu kan bisa didapat di mana saja. Hal seperti ini bisa
> memperkeruh keadaan, bisa menyimpulkan persepsi yang berbeda di
> masyarakat,”  jelasnya kepada hidayatullah.com., Senin sore (10/09/2012).
>
> Karenanya,
> Ismail Yusanto berpesan agar media-media yang memberitakan kasus-kasus
> terorisme tidak melakukan penggiringan dan harus bisa membedakan antara
> fakta dan opini.
>
> “Jangan ada semacam penggiringan opini. Media
> harus memberikan fakta jangan menyimpulkan dengan opini tertentu. Harus
> membedakan antara fakta dan opini,” pungkasnya
>
> Ia juga meminta  pemerintah untuk berhati-hati menyikapi masalah terorisme
> yang terjadi di Depok Minggu kemarin.
>
> “Penting
> untuk menyikapi dengan hati-hati, apakah betul mereka yang melakukan?
> Harus ditangani secara proporsional, jangan dilakukan generalisasi.
> Jangan karena orang yang ingin melakukan syariat Islam kemudian
> dikatakan seperti itu (baca : teroris). Jangan juga terjadi tindakan
> yang berlebihan,” katanya.
>
> Ismail menggapi  acara Kabar Petang, TVOne Ahad sore (09/09/2012), yang
> sempat menayangkan wawancara dengan Anggota
> Komisi III DPR, Susaningtyas Nefo Handayani Kertopati, M.Si. Anggota
> dewan dari Partai Hanura ini berpendapat bahwa orang gila pun harus
> dicurigai dalam kasus terorisme.* Rep: Sarah Mantovani
> Red: Cholis Akbar
>
> More Sharing ServicesShare | Share on facebook Share on twitter Share on
> email Share on print
>
> KOMENTAR
>
>   Sasa , Selasa, 11 September 2012
> Namanya juga media, yg dicari pasti yg
> sensasional, tp kan bisa dibuktikan dipengadilan. Habib Riziq dan anda
> juga jadi ngetop gara2 sering muncul di media (krn anada dan habib
> dianggap sensasi yg bisa dijual). Dulu mah saya nggak kenal
>
>
>   Anto , Selasa, 11 September 2012
> orang gila dicurigai..??!! wah klo masih byk
> rakyat yg miskin tp suka jalan2 pleseur ke LN.. klo untuk dunia yg
> sesaat digilai diupayakan dg segenap jiwa raga dan upaya ..lalu akherat
> yg kekal hanya sekenanya saja...aneh gak.. gila gak..lha jd byk to yg
> gila kan...ayo curigai tuh...
>
>
>   Zulkarnain Al Idrus , Selasa, 11 September 2012
> "JANGANLAH KAMU BERSEDIH HATI TERHADAP KEKAFIRAN
> MEREKA, DAN JANGANLAH KAMU BERSEMPIT DADA TERHADAP APA YANG MEREKA TIPU
> DAYAKAN". (AN NAHAL 127) "DAN JIKA KAMU MEMBERIKAN BALASAN, MAKA
> BALASLAH DENGAN BALASAN YANG SAMA DENGAN SIKSAAN(FITNAH) YANG DITIMPAKAN
> KEPADAMU." ( AN NAHAL 125 ). MEREKA MEMANG HIDUPNYA DARI FITNAH, TAMPA
> FITNAH MEREKA TIDAK HIDUP MAKMUR. TINGKATKAN KEWASPADAAN. ALLAH KELAK
> AKAN MEMBALAS DENGAN BALASAN YANG TELAK.
>
>
>   Halim , Selasa, 11 September 2012
> hati2 dengan banyaknya komentar2 org yg tak
> bertanggung jawab, berpura-pura simpati dgn kaum muslim tp sebenarnya
> hati mereka busuk sebagaimana umumnya kaum kuffar...contohnya si
> penyedap masakan ( SASA ), hati2 terhadap makhluk ini...( Provokator )
>
>
>   Abu Naqiya , Rabu, 12 September 2012
> ORANG2 KAFIR SUDAH TERANG TERANGAN DALAM
> PERMUSUHANNYA KEPADA KITA, SAATNYA HTI, JAT, MMI, HIDAYATULLAH, DAN
> ORMAS YANG PRO PENEGAKKAN SYARIAH DAN KHILAFAH UNTUK LEBIH INTENS LAGI
> DALAM UPAYA MENYADARKAN MEREKA AKAN KEWAJIBAN MENEGAKKAN SYARIAH DALAM
> BINGKAI DAULAH KHILAFAH..
>

Perangi Islam, AS Rangkul Kelompok Modernis, Tradisionalis dan Sufi

Perangi Islam, AS Rangkul Kelompok Modernis, Tradisionalis dan Sufi

http://www.voa-islam.com/counter/intelligent/2011/01/31/13042/perangi-islam-as-rangkul-kelompok-modernis-tradisionalis-dan-sufi/

Isu-isu tentang intoleransi, kekerasan fisik, radikalisme agama, dan deradikalisasi yang digulirkan oleh berbagai LSM liberal, ternyata agenda kampanye anti syariat Islam, adudomba antar kelompok Islam (devide et impera), pelemahan, dan penyesatan akidah.

Hal itu diungkap Direktur An Nasr Institute For Strategic Policy, Munarman SH, dalam sebuah diskusi terbatas dengan sejumlah pimpinan ormas Islam di Jakarta, (12/1/2011). Munarman merujuk data rahasia itu dari sebuah dokumen berjudul “Civil Democratic Islam: Partners, Resources, and Strategies,” yang dikeluarkan oleh Rand Corporation, sebuah lembaga riset di AS. Dokumen itu menjabarkan sejumlah strategi untuk menghantam kelompok Muslim fundamentalis.

Munarman juga membeberkan aktor utama, bahasan, agenda, alur isu dan program serta strategi antek-antek AS dan Zionis Yahudi yang selama ini mendiskreditkan kelompok Islam dengan berbagai stigmatisasi, seperti fundamentalis, radikal, intoleran, dan terorisme.

Ada beberapa NGO yang sering mengangkat pokok bahasan soal toleransi, intoleransi, pluralisme, moderasi, radikalisasi agama, terorisme, dan demokrasi. Sebut saja seperti Setara Institute, Moderate Muslim Society (MMS), Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), dan Rand Corporation. Keempat NGO ini selalu kompak dalam mengangkat isu yang sama tentang topic tersebut.

BNPT misalnya sering mengangkat pokok bahasan tentang Darul Islam (DI), Negara Islam Indonesia (NII), Jamaah Islamiyah (JI), terorisme, dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sedangkan Setara Institute, MMS, dan LSM liberal lainnya kerap mengangkat isu tentang intoleransi, kekerasan fisik, radikalisme agama.
Agenda yang mereka gulirkan merupakan satu paket dalam rangka mengkampanyekan anti syariat Islam dan anti formalisasi syariat, membenturkan kelompok Islam (devide et impera), pelemahan, penyesatan dan penghapusan akidah, anti jihad, membelokkan jihad, memusnahkan jihad, pengakuan dan memuliakan agama lain benar, persamaan agama dan kontrol atas Islam dan umat Islam.


Belakangan, program bersama itu disebut-sebut sebagai program deradikalisasi. Sasaran bidiknya adalah ormas Islam, majelis taklim, para kiai dan ustadz/ustadzah, berbagai institusi perguruan tinggi, dan masyarakat. Untuk jangka panjang, program deradikalisasi yang dikembangkan oleh BNPT bekerjasama dengan LSM liberal, bisa menghasilkan pola pandang yang bisa melemahkan dan merapuhkan akidah umat Islam. Sehingga yang muncul adalah pimpinan ormas Islam, ustadz, kiai, mahasiswa, dan masyarakat Muslim yang anti syariat Islam, anti jihad, bersikap plural, sekuler dan liberal. Bahkan bukan tidak mungkin, murtad dengan sendirinya.

Adapun proses alur isu dan program yang digulirkan, bermula dari Zionis international, US Government, NGO International (seperti USAID, Asia Foundation dsb), LSM local, hingga kepada Rezim Pemerintah/BNPT.

Perlu juga diketahui, sumber rekrutmen antek-antek AS dan Zionis Yahudi itu biasanya merangkul intelektual dan akademisi muslim yang liberal dan sekuler, ulama muda yang moderat, komunitas-komunitas aktivis, kelompok-kelompok perempuan yang terlibat dalam kampanye kesetaraan, penulis dan jurnalis moderat.

Munarman juga membeberkan actor utama yang selama ini mengebiri Islam dan kelompok Islam di dunia internasional. Dari Rand Corporation terdapat actor utama, seperti: Angel Rabasa, Cheryl Bernard, Lowell H. Schwartz, Peter Sickle, Kim Cragin. Kemudian ada Ross Johnson dari CIA, Steven Cook dari Council on Foreign Religion, Micahel Whine dari British Jews, lalu ada J. Scott Carpenter dan Alberto Fernandez dari US State Secretary (Deplu AS). Aktor utama ini dikendalikan oleh kekuatan Zionis Internasional.

Lebih jauh Munarman juga membongkar alokasi dana untuk menyudutkan Islam di belahan dunia. Dari Smith Richardson Foundation disebarkan melalui NGO internasional lainnya, seperti NDI (National Democracy Institute), NED (National Endowment For Democracy), IRI (International Republican Institute), Asia Foundation, USAID, CSID (Center For The Study of Islam and Democracy).

Dana internasional (founding agency) itu kemudian dialokasi lagi kepada LSM-LSM local di Tanah Air atau yang disebut antek-antek local. Sebut saja seperti: Setara Institute (Hendardi, Bonar TN, Azyumardi Azra), Moderate Muslim Society/MMS (Zuhairi Misrawi), Yayasan Fahmina Cirebon, Maarif Institute, Wahid Institute, ICIP, Satgas BOM (Gorries Merre dan Petrus Gplose), BTPT (Ansyad Mbai), JIL (Ulil Absar Abdalla), Media (Kompas, Tempo, Jawa Pos).


Ada beberapa strategi dan taktik yang direkomendasikan Rand Corporation untuk kemudian diteruskan kepada LSM local berpaham Sepilis. Strategi itu, meliputi:
Melawan interpretasi mereka tentang Islam dan menampakkan ketidakakuratannya
Mengungkap hubungan mereka dengan kelompok dan tindakan yang illegal.
Mempublikasikan konsekuensi tindak kekerasan mereka.
Mendemonstrasikan ketidakmampuan mereka dalam memimpin untuk meraih pembangunan yang positif bagi negara dan komunitas mereka.

Menyebarkan pesan khususnya kepada generasi muda, penduduk tradisionalis yang saleh, kelompok minoritas di Barat dan kepada perempuan.
Mencegah memperlihatkan penghormatan dan kekaguman terhadap kekerasan kaum fundamentalis ekstremis dan teroris.

Menstigma mereka sebagai pihak perusak dan pengecut dan bukan sebagai pahlawan.
Mendorong para jurnalis untuk menginvestigasi isu-isu korupsi, sikap hipokrit dan tindakan amoral kelompok fundamentalis dan teroris


MAKAR JAHAT ANTEK-ANTEK AS

Untuk mendukung kelompok modernis guna melawan kaum fundamentalis, di antaranya: mempublikasikan dan mendistribusikan hasil kerja mereka dengan biaya yang disubsidi. Mendorong mereka menulis untuk massa dan untuk pemuda memasukkan pandangan-pandangan mereka ke dalam kurikulum pendidikan Islam

Kemudian, memberikan mereka platform public, menyediakan opini dan sikap mereka terhadap pertanyaan-pertanyaan fundamental tentang agama sebagai tandingan kaum fundamentalis dan tradisionalis yang memiliki website, rumah produksi, sekolah, institute dan berbagai kendaraan lain dengan tujuan untuk menghambat pemikiran kaum fundamentalis dan tradisionalis.

Selanjutnya, memposisikan sekularisme dan modernisme sebagai pilihan counterculture bagi pemuda muslim yang belum terpengaruh. Memfasilitasi dan mendorong kesadaran terhadap budaya dan sejarah pra-Islam dan yang tidak islami melalui media dan kurikulum di negara-negara yang relevan. Membantu pembangunan organisasi sipil yang independen untuk mempromosikan budaya sipil dan mendorong penduduk lokal untuk mendidik diri mereka tentang proses politik dan mengartikulasikan pandangan-pandangan mereka.

Adapun, strategi untuk kaum tradisionalis adalah sebagai berikut: Mempublikasikan kritik terhadap kekerasan fundamentalis dan kaum ekstremis, mendorong munculnya pertentangan antara tradisionalis dan fundamentalis, menghambat aliansi antara kaum tradisionalis dan fundamentalis, mendorong kerjasama antara kelompok modernis dan tradisionalis yang lebih dekat dengan kelompok modernis, mendidik kelompok tradisionalis untuk memberikan bekal kepada mereka agar dapat berdebat melawan kelompok fundamentalis karena kelompok fundamentalis dianggap sering memiliki retorika yang lebih superior.

Selanjutnya, meningkatkan citra dan profil kelompok modernis di institusi tradisionalis, membedakan berbagai aliran tradisional dan mendorong mereka agar memiliki persamaan dengan kelompok modernis, mendorong popularitas dan penerimaan kelompok Sufi.

Sementara itu strategi untuk melawan kelompok fundamentalis, meliputi: Melawan interpretasi mereka tentang Islam dan menampakkan ketidakakuratannya, mengungkap hubungan mereka dengan kelompok dan tindakan yang illegal, mempublikasikan konsekuensi tindak kekerasan mereka, mendemonstrasikan ketidakmampuan mereka dalam memimpin untuk meraih pembangunan yang positif bagi negara dan komunitas mereka.
Lalu, menyebarkan pesan khususnya kepada generasi muda, penduduk tradisionalis yang saleh, kelompok minoritas di Barat dan kepada perempuan, mencegah memperlihatkan penghormatan dan kekaguman terhadap kekerasan kaum fundamentalis ekstremis dan teroris, menstigma mereka sebagai pihak perusak dan pengecut dan bukan sebagai pahlawan, mendorong para jurnalis untuk menginvestigasi isu-isu korupsi, sikap hipokrit dan tindakan amoral kelompok fundamentalis dan teroris, mendorong perpecahan di antara kelompok fundamentalis. [desastian]

sumber : http://www.voa-islam.com/counter/intelligent/2011/01/31/13042/perangi-islam-as-rangkul-kelompok-modernis-tradisionalis-dan-sufi/

Mengkritik Penguasa Secara Terbuka Bolehkah?

Mengkritik Penguasa Secara Terbuka Bolehkah?

5:27 AM | Author: Denny Asseifff

Tanya : Ustadz, bolehkah kita mengkritik penguasa secara terbuka?

Jawab :

Hukumnya jaiz (boleh) mengkritik penguasa secara terbuka, tidak haram. Dalilnya
adalah kemutlakan dalil-dalil amar ma’ruf nahi mungkar kepada penguasa.
(Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, Muhasabah al-Hukkam, hal. 60; Ziyad Ghazzal,
Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.25).

Dalil-dalil tersebut antara lain sabda Nabi SAW, "Pemimpin para syuhada adalah
Hamzah bin Abdil Muthallib dan seseorang yang berdiri di hadapan seorang imam
yang zalim lalu orang itu memerintahkan yang ma’ruf kepadanya dan melarangnya
dari yang munkar, lalu imam itu membunuhnya." (HR Tirmidzi dan Al-Hakim).

Juga berdasarkan sabda Nabi SAW."Seutama-utama jihad adalah menyampaikan kalimat
yang haq kepada penguasa (sulthan) atau pemimpin (amiir) yang zalim." (HR Abu
Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Juga berdasarkan hadits Ubadah bin Ash-Shamit
RA tentang baiat kepada imam yang di dalamnya ada redaksi, "dan kami akan selalu
mengucapkan kebenaran dimana pun kami berada, kami tidak takut –karena Allah—
terhadap celaan orang yang mencela." (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Mengomentari dalil-dalil tersebut, Syaikh Muhammad Abdullah Al-Mas’ari berkata
bahwa nash-nash tersebut bersifat mutlak, yakni tidak membatasi cara tertentu
dalam menasehati nasehat penguasa, sehingga dapat disampaikan secara rahasia
atau terbuka. (Muhammad Abdullah Al-Mas’ari, ibid., hal. 60).

Selain dalil-dalil ini, kebolehan mengkritik penguasa secara terbuka juga
diperkuat oleh praktik para shahabat yang sering mengkritik para khalifah secara
terbuka. Diriwayatkan dari Nafi’ Maula Ibnu Umar RA, ketika menaklukkan Syam,
Khalifah Umar bin Khaththab tidak membagikan tanah Syam kepada para mujahidin.
Maka Bilal RA memprotes dengan berkata,"Bagilah tanah itu atau kami ambil tanah
itu dengan pedang!" (HR Baihaqi, no 18764, hadits sahih). Hadits ini menunjukkan
Bilal mengkritik Khalifah Umar secara terbuka di hadapan umum. (Ziyad Ghazzal,
Masyru’ Qanun Wasa’il Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.24)

Diriwayatkan dari ‘Ikrimah RA, Khalifah Ali bin Thalib RA telah membakar kaum
zindiq. Berita ini sampai kepada Ibnu Abbas RA, maka berkatalah beliau,"Kalau
aku, niscaya tidak akan membakar mereka karena Nabi SAW telah bersabda,
'Janganlah kamu menyiksa dengan siksaan Allah (api),' dan niscaya aku akan
membunuh mereka karena sabda Nabi SAW,’Barangsiapa mengganti agamanya, maka
bunuhlah dia." (HR Bukhari). Dalam hadits ini jelas Ibnu Abbas mengkritik
Khalifah Ali bin Thalib secara terbuka. (Ziyad Ghazzal, Masyru’ Qanun Wasa’il
Al-I’lam fi Ad-Daulah Al-Islamiyah, hal.25).

Berdasarkan dalil-dalil di atas, boleh hukumnya mengkritik penguasa secara
terbuka di muka umum, baik di media massa seperti di internet, koran, majalah,
maupun saat demonstrasi, di pasar, di kampus, dan sebagainya.

Sebagian ulama mengharamkan mengkritik pemimpin secara terbuka berdasar hadits
Iyadh bin Ghanam, bahwa Nabi SAW berkata,"Barangsiapa hendak menasehati penguasa
akan suatu perkara, janganlah dia menampakkan perkara itu secara
terang-terangan, tapi peganglah tangan penguasa itu dan pergilah berduaan
dengannya. Jika dia menerima nasehatnya, itu baik, kalau tidak, orang itu telah
menunaikan kewajibannya pada penguasa itu." (HR Ahmad). Menurut Syaikh Muhammad
Abdullah Al-Mas’ari, hadits ini dha’if karena sanadnya terputus (inqitha’) dan
ada periwayat hadits yang lemah, yaitu Muhammad bin Ismail bin ‘Iyasy.
(Muhasabah al-Hukkam, hal. 41-43). Wallahu a’lam.

Oleh : KH. Shidiq Al Jawi

ISLAM DAN KHILAFAH


4:42 PM | Author: Denny Asseifff

Tiada kemuliaan tanpa Islam
Tak sempurna Islam tanpa syariah
Takkan tegak syariah tanpa Khilafah

Sudah lama kita, sebagai bagian dari umat, santri dari guru-guru kita para ulama
yang mukhlis bercita-cita seperti guru kita. Cita-cita yang telah lama terpendam
dalam sanubari kita. Yaitu tegaknya syariah dalam bingkai khilafah.

Mengapa harus khilafah? Pertama, tentu saja karena dorongan keimanan. Aqidah
Islam yang terangkum dalam kalimat syahadatain “Laa ilaaha illa Allah Muhammad
Rasulullah,”
mendorong kita untuk:
1) Hanya mengimani Allah sebagai Tuhan kita, sebagai yang kita sembah. Bentuk
penyembahan yang benar tentu dengan menafikan yang selain-Nya. Dengan mematuhi
semua perintah dan menjauhi yang dilarang-Nya. Dengan menjalankan
hukum-hukum-Nya saja, bukan hukum dari selain-Nya. Dan perlu diingat bahwa
pelaksanaan hukum Allah tidaklah mungkin tanpa adanya khilafah.


2) Mengambil apa yang dibawa oleh Rasul SAW dan meninggalkan apa yang
ditinggalkannya. Karena Rasul SAW pembawa wahyu Allah. Wahyu yang harus beliau
sampaikan kepada umatnya. Untuk apa? Untuk dilaksanakan dalam kehidupan ini.
Termasuk yang beliau sampaikan kepada kita bahkan beliau praktikkan adalah
mendirikan khilafah di Madinah. Khilafah yang dilanjutkan, diteruskan dan dijaga
terus-menerus oleh para khalifah sepeninggal beliau. Bukankah kita tahu sejarah
telah mengakui bahwa Khilafah itu telah berjaya selama 13 abad. Hingga akhirnya
berkahir pada tahun 1924 ketika Khilafah yang saat itu berpusat di Turki
digulingkan oleh Inggris dan agennya yang setia, penggila sekularisme, Musthafa
Kemal At-taturk yang melakukan sekularisasi secar besar-besaran sampai adzan pun
dia ubah ke dalam bahasa Turki.


Yang kedua, Khilafah harus diperjuangkan karena ia merupakan satu-satunya
institusi yang dapat mempersatukan umat Islam sedunia. Bukankah kita tahu bahwa
Allah SWT memerintahkan agar kita bersatu? Adakah sistem yang dapat
mempersatukan umat Islam seluruh dunia selain Khilafah? Jawabannya jelas TIDAK
ADA. Hanya yang akan mempererat ukhuwah Islamiah.

Ketiga, Khilafah sebagai sebuah sistem pemerintahan satu-satunya yang dapat
membela kepentingan umat. Bukankah kita tahu tidak ada negara yang sengaja
dibangun untuk melindungi kepentingan umat? Negara demokrasi dibangun bukan
untuk kepentingan Islam. Wajarlah jika dalam sistem seperti ini umat seperti
ikan yang dikeluarkan dari air. Apa yang terjadi? Pasti akan mengelepar-gelepar
menuju kematiannya. Begitulah umat Islam yang hidup di dalam sistem demokrasi.
Mereka hanya bisa berteriak dan berbicara ketika kepentingannya terabaikan.
Tetapi tidak dapat melakukan lebih dari itu. Contoh yang sangat nyata adalah
dalam kasus Ahmadiah. Meskipun umat lantang berteriak menolak Ahmadiah namun
pemerintah demokrasi hanya menampung aspirasi itu. SKB pun hanya sekedar
penghias ide pluralisme yang tak punya gigi. Ketika umat bergerak dengan caranya
sendiri, justeru mereka yang dipojokkan. Mau contoh lain? Lihat kasus karikatur
Nabi. Negara demokrasi hanya mengecam tetapi tidak memutus hubungan diplomatik
apalagi sampai berani menindak tegas pelakunya.

Keempat, hanya khilafah yang dapat menjaga dan membela umat. Lihatlah bagaimana
negara kecil Israel begitu leluasanya menghabisi saudara-saudara kita di
Palestina. Sementara di sekelilingnya negara-negara Arab menutup mata bahkan
Mesir menutup pintu akses makanan dan bantuan untuk warga Palestina. Jelaslah
bahwa para penguasa Arab tidak lebih dari kumpulan pengkhianat yang telah
mengkhianati Allah, Rasul-Nya, dan kaum mukmin. Mengapa? Karena kekuasaan mereka
yang monarki itu dibangun bukan untuk menjaga umat tetapi untuk mejaga diri,
keluarga, kroni dan tuan besar mereka di Eropa dan Amerika.


Jadi apalagi yang bisa kita harapkan selain kembali pada kemuliaan Islam. Sampai
kapan kita mengabaikan kewajiban besar ini? Kewajiban menegakkan syariah dan
Khilafah? Seharusnya, setiap Muslim sadar akan kebutuhannya pada Khilafah. Dan
paham akan kewajibannya untuk menegakkan khilafah.

FW: Refress....KRONOLOGI TRAGEDI AMBON-MALUKU BERDARAH

FW: Refress....KRONOLOGI TRAGEDI AMBON-MALUKU BERDARAH



" Tragedi ini sudah lama terjadi , yang lama sudah berlalu ... kita hanya bisa
belajar dari semua ini .saya memposting ulang bukan bermaksud memicu konflik
ulang lagi ... biar umat islam yang belum tahu menjadi tahu , karena berita
seperti inipun pasti dulunya tidak berimbang.
Namun saya yakin umat islam akan selalu mengenang ( takkan terlupa )dan
mengambil hikmah yang terbesar , Bahwa Kita Islam adalah agama Cinta damai bukan
kekerasan , ... ini terbukti di kisah lama ini siapa yang menngunakan kekerasan
,. semoga di ambil pelajaranya bagi kita umat Islam "




KRONOLOGI TRAGEDI AMBON-MALUKU BERDARAH


Desember 1998 s.d. Desember 2000


BAGIAN 1-1: SEBELUM AMBON


Tragedi berdarah di Ambon dan sekitarnya bukanlah sesuatu yang tiba-tiba.
Menurut Majelis Ulama Indonesia (MUI), sebelum peristiwa Iedul Fithri 1419H
berdarah, tercatat beberapa peristiwa penting yang dianggap sebagai pra-kondisi,
bahkan jauh ke belakang pada tahun 1995. Beberapa peristiwa itu (sebagian)
adalah sebagai berikut.1)
15 Juni 1995: Desa berpenduduk Islam, Kelang Asaude (Pulau Manipa), diserang
warga Kristen Desa Tomalahu Timur, pada waktu Shubuh. Penyerangan
dikoordinasikan oleh empat orang yang nama-namanya dicatat oleh MUI.

21 Pebruari 1996 (Hari Raya Iedul Fithri) : Desa Kelang Asaude diserang lagi.
Serangan dilakukan oleh warga Tomahalu Timur dengan menggunakan batu dan panah.
Tiga hari sebelumnya, serombongan orang yang dipimpin oleh sersan (namanya
tercatat) datang ke Desa Asaude, menangkap raja (kepala desa) berikut istri dan
anak-anaknya. Mereka menggeledah isi rumah dan menginjak-injak peralatan
keagamaan.

18 Nopember 1998: Korem 174 Pattimura didemo. Sejumlah besar mahasiswa Unpatti
(Universitas Pattimura) dan UKIM (Universitas Kristen Indonesia Maluku), yang
dimotori oleh organisasi pemuda dan mahasiswanya menghujat Danrem Kolonel
Hikayat. Demonstrasi berlangsung dua hari. Mereka membakar beberapa mobil
keamanan, melukai tukang becak, dan merusak serta melempari kaca kantor PLN
Cabang Ambon. Jatuh korban luka-luka, baik di pihak mahasiswa maupun kalangan
ABRI.


Beberapa bulan sebelumnya, berlangsung desas-desus dan teror. Isu pengusiran
orang-orang Bugis-Buton-Makassar (BBM) sudah beredar di tengah masyarakat yang
membuat gelisah banyak orang. Mereka kurang bisa membedakan suku Bugis dan
Makassar. Kedua suku ini sebenarnya adalah satu. Orang-orang Muslim suku lain
(non-Maluku) juga diisukan untuk diusir. Produksi pesanan senjata tajam
ditengarai sangat tinggi. Pesanan dilakukan oleh kelompok tertentu.


Isu pengusiran BBM memang berbau SARA, terutama yang menangkut suku dan agama.
Entah bagaimana awalnya dari dalam Gereja. yang tepat, isu BBM bertiup dengan
kencang dari kalangan Kristen, bahkan kabarnya disuarakan oleh Gereja.


Menjelang akhir Nopember 1998: Sekitar 200 preman Ambon dari Jakarta, yang
bekerja sebagai penjaga keamanan tempat judi pulang kampung. Merekalah yang
memulai bentrok dengan penduduk Ketapang (Jakarta). Karena umat Islam Jakarta
marah, mereka dikepung. Beberapa darinya tewas. Sejumlah besar yang lain diminta
masyarakat agar dievakuasi oleh aparat keamanan. Sebagian dari mereka - sekitar
200 orang - inilah yang pulang ke Ambon.
Beberapa 'Test Case' Sebelum Iedul Fithri Berdarah


Setidaknya, ada tiga peristiwa penting yang dapat dianggap sebagai bagian dari
tragedi Iedul Fithri berdarah 1999. Ketiga peristiwa itu adalah peristiwa
Wailete tanggal 13 Desember 1998, peristiwa Air Bak 27 Desember 1998, dan
peristiwa Dobo 14 dan 19 Januari 1999.
Peristiwa-perista di atas adalah sebuah 'test case' yang dinilai berhasil
mendeteksi keberanian, persatuan dan kesatuan serta kesiapan Ummat Islam
se-Ambon untuk berperang. Kesabaran Ummat Islam yang tengah menyongsong bulan
Ramadhan itu dianggap suatu kelemahan terutama penilaian terhadap suku
Bugis-Buton-Makassar yang kurang kompak. Atas dasar penilaian demikian itu
tampaknya dijadikan peluang untuk mengobarkan Tragedi Iedul Fithri Berdarah. Hal
ini terbukti dengan tiba-tiba didatangkan ratusan preman dari Jakarta,
eks-konflik Jalan Ketapang, Jakarta sebagai pelaku di lapangan.


Serangan Massa Kristen ke Desa Wailete


13 Desember 1998 : Desa Wailete yang merupakan perkampungan Muslim masyarakat
asal Bugis-Buton-Makasar (BBM) diserang oleh warga Kampung Hative Besar
(Kristen). Ratusan massa Kristen menyerbu dengan batu, dan membakar kampung
Wailete. Serangan dilakukan dua kali pada malam itu dimana tahap kedua dilakukan
secara tuntas membakar habis semua rumah sehingga penghuni hanya menyelamatkan
diri dengan baju yang melekat di badan saja. Empat rumah dilaporkan terbakar dan
satu kios bensin milik orang Bugis terbakar dan meledak. Penduduk desa tersebut
mengungsi.2)


Tidak pernah ada kejelasan penyelesaian dalam peristiwa itu. Bahkan polisi
tampak ragu menghadapi ancaman warga desa Hative Besar. Keraguan aparat ini
tampak jelas sebagai hasil penghujatan selama demo dengan pecahnya insiden Batu
Gajah. Dalam rangkaian penghujatan lewat berbagai media massa sebagian
berpendapat bahwa oknum Polri telah berhasil digalang untuk melaksanakan rencana
mereka. Surat kabar Suara Maluku tidak memberitakan peristiwa besar ini secara
proporsional, dua kali pemberitaan yang tidak jelas kemudian menghilang, padahal
kasus Batu Gajah diberitakan luar biasa bahkan tulisan-tulisan dengan ungkapan
Anjing dan Babi masih berulang selama sebulan.
Ummat Islam yang menjadi panas karena solidaritas Islamiyahnya sebenarnya
mengharapkan adanya reaksi protes, pembelaan dan pertolongan yang memadai tetapi
hal itu tidak terjadi karena para pemimpinnya memang lemah dan tidak ada tokoh
pemersatu. Warga masyarakat desa Hative Besar telah membuktikan secara nyata isu
yang berkembang bahwa suku Bugis-Buton-Makassar dan Jawa-Sunda akan diusir dari
Ambon.


Setelah aksi pembakaran itu para tokoh desa Hative Besar mengeluarkan pernyataan
bahwa mereka tidak akan menerima kedatangan suku Bugis-Buton-Makasar lagi ke
desa Wailete, karena itu desa Wailete tidak pernah dibangun lagi, bahkan
parapenghuni yang telah melarikan diri itu tak berani mengunjungi bekas
kampungnya. Pemerintah daerah tidak memasukanpembakaran desa Wailete ini kedalam
program rehabilitasi, dianggap bukan dalam rangka kerusuhan Ambon.3)
Serangan Massa Kristen ke Desa Air Bak Akhir Desember 1998


27 Desember 1998 : Desa Air Bak, yang hanya berpenduduk sekitar 8 keluarga
beragama Islam (desa kecil) diserbu warga Desa Tawiri yang mayoritas beragama
Kristen. Pertikaian ini diawali ketika ada Babi peliharaan masyarakat Tawiri
memasuki kebun masyarakat desa Bak Air, hal seperti ini biasa terjadi. Menghalau
dengan lemparan batu saja Babi akan keluar dari kebun. Kali ini, kejadian ini
dijadikan masalah oleh orang Kristen Tawiri. Orang-orang Muslim dilempari batu.
Tidak ada penyelesaian, malah warga Muslim yang ditahan polisi.
5 Januari 1999 : Di tengah masyarakat beredar isu akan tejadinya kerusuhan pada
Hari Raya Iedul Fithri, meski beberapa penyampaian di antaranya dengan bahasa
yang disamarkan. Di bagian lain bisa dibaca bagaimana isu itu berkembang di
Kampung Batu Gantung Waringin. Seluruh rumah di situ dibakar dan diruntuhkan.
Kampung ini dihuni oleh mayoritas orang Bugis.

Tragedi Berdarah di Dobo, Maluku Tenggara
14 Januari 1999 : Kerusuhan pecah di Dobo, kecamatan Pulau Aru (Kepulauan
Tanimbar, Maluku Tenggara). Korban tewas delapan orang. Penyerangan dilakukan
oleh kelompok Kristen tersebut bukanlah yang pertama kali. Sekitar satu bulan
sebelumnya sempat terjadi kontak senjata tradisional meski dengan skala yang
lebih kecil di tempat yang sama.
19 Januari 1999: Hari Raya Iedul Fithri. Kerusuhan pecah lagi di Dobo, setelah
umat Islam melaksanakan sholat Ied. Dikabarkan 14 orang terbunuh, 10 orang di
antaranya adalah orang Kristen. Sebanyak 55 rumah habis terbakar.


Ketiga peristiwa di atas jelas telah direncanakan sebelumnya dalam rangka
mencoba rencana besar mereka, yakni pembantaian Muslim Ambon di Hari Raya Iedul
Fithri. Kerusuhan Dobo (14/1) layak dianggap sebagai awal meletusnya Kerusuhan
Ambon. Cukup banyak anggota TNI yang dikirim ke Dobo sehingga kekuatan TNI di
Ambon berkurang dalam jumlah yang berarti. Jumlah sisanya tidak mampu berbuat
apa-apa di kota Ambon pada tanggal 19 dan 20 Januari, sebelum datangnya bala
bantuan TNI dari tempat lain. Apalagi kemudian, di Dobo, pada Iedul Fithri, juga
pecah kerusuhan lanjutan yang cukup besar.4)


Dikaitkan dengan Tragedi Iedul Fithri Berdarah, rentetan ketiga peristiwa di
atas harus dianggap sebagai bagian yang tak terpisahkan, atau sebagai 'babak
pertama' dari seluruh babak yang berjudul 'Tragedi Iedul Fithri Berdarah'.
Seandainya ummat Islam di Ambon menyatakan protes keras kepada pihak Kristen
yang berpura-pura tidak tahu maka mereka akan ragu memasuki 'babak kedua', yaitu
adegan 'Tragedi Iedul Fithri Berdarah'. Dengan kata lain Tragedi Iedul Fithri
Berdarah itu belum tentu bisa terjadi karena uji cobanya tidak berhasil, Ummat
Islam masih siap dan kompak, siaga menghadapi setiap kemungkinan.


Begitu pula Polri, jika betul-betul profesional dan bersungguh-sungguh dalam
menangani kasus di atas, termasuk datangnya ratusan orang kiriman itu, maka
peristiwa yang amat menyakitkan Ummat Islam se Indonesia ini mungkin tidak akan
terjadi. Begitu juga kegelisahan masyarakat luas akibat munculnya kabar burung
bahwa akan ada kekacauan besar ketika Shalat Iedul Fithri. Jadi sesungguhnya
tragedi ini merupakan ketidak-profesionalan TNI atau lemahnya TNI akibat
penghujatan. Jelas ini merupakan peluang yang mulus bagi golongan untuk
merencanakan rencana makarnya.


Marilah kita lihat tragedi ini sebagai salah satu bukti rencana strategis pihak
Kristen yang teratur dan terencana, sehingga berhasil demikian baiknya.5)
Catatan kaki :


1.Menyulut Ambon, Sinansari Ecip, hal 48, Mizan 1999
2.Tragedi Ambon, hal 35, Yayasan Al-Mukminun 1999
3.Konsporasi Politik RMS Kristen Menghancurkan Umat Islam,Rustam Kastor, hal 25,
Wihdah Press
4.Menyulut Ambon, Sinansari Ecip, hal 51, Mizan 1999
5.Konsporasi Politik RMS Kristen Menghancurkan Umat Islam,Rustam Kastor, hal 27,
Wihdah Press


BAGIAN 1-2-2:IEDUL FITHRI BERDARAH 1999 (2/2) - HARI-HARI PEMBANTAIAN BERLANJUT


Hari-hari Pembantaian Berlanjut ...


Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maluku mengeluarkan catatan resmi rentetan
peristiwa penting pasca pecahnya Tragedi Iedul Fithri Berdarah, 19 Januari 1999.
Dokumen ini ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin MUI, orpol, ormas, tokoh-tokoh
Islam di Maluku.

Selain itu, juga ada laporan terperinci berbagai peristiwa tiap hari yang
diterima dan kemudian dikeluarkan secara terbatas oleh Pusat Informasi dan
Komunikasi Umat Islam, Masjid Al-Fatah Ambon, dan Posko Umat Maluku Tenggara
perwakilan Ambon.


Peristiwa-peristiwa penting itu - dari MUI Pusat, Informasi Al-Fatah, dari Posko
Ummat Maluku Tenggara - sebagian dirangkum, disunting, dan disajikan di bawah
ini.
2 Pebruari 1999 : Insiden terjadi di Terminal Mardika. Seorang penumpang angkot
turun dari mobil dengan tidak mau membayar ongkos. Supir dan kernet menagihnya
tetapi tetap tidak mau membayar bahkan penumpang tersebut lari. Di saat
melarikan diri orang yang melihatnya berteriak 'Copet-copet!' kemudian dikejar
massa. Pada saat itu aparat keamanan yang bertugas di pasar mengeluarkan
tembakan. Massa semakin panik ditambah lagi Patroli Helikopter juga mengeluarkan
tembakan. Tidak berapa lama kemudian, terjadi pengejaran warga Islam di
kantor-kantor pemerintah yang berada di wilayah pemukiman Kristen, seperti di
Kanwil Depsos Karang Panjang dan Dinas Pertaninan Tanaman Pangan Dati I Maluku
di Tanah Tinggi. Pegawai beragama Islam bahkan ada yang diparang di halaman
kantornya (Depsos). Tiga karyawan Depkes dicegat ketika pulang melewati SMP
Negri I, yang beragama Islam diancam dan ditikam.

11.00 WIT : Enam orang pejabat yang akan menghadiri pertemuan dengan lima
Menteri di kantor Gubernur Maluku, di Ambon, terjebak barikade dan diancam
dengan kekerasan.
Seorang Bugis dibacok di Gang Singa, Belakang Soya, hingga meninggal.
SMEA Negri I Ambon di Karang Panjang diserang oleh para pemuda dari Pondok Paty.
Empat kendaraan roda dua dibakar.
3 Pebruari 1999 : Pagi hari, di Karang Tagepe, Kuda Mati, terjadi perusakan atas
empat rumah warga Muslim. Rumah-rumah warga Muslim yang belum dibakar atau
dirusak akan diratakan dengan tanah. Para pengungsi dari Karang Tagepe berada di
dalam tenda-tenda di lingkungan transmisi RCTI/SCTV Gunung Nona. Mobil dan
kendaraan roda dua dibakar. Rumah-rumah telah dibakar atau dirusak.


Makar Kristen di Kairatu dan Pembantaian di Desa Waraloki


Pukul 14.00 WIT : Diadakan jamuan makan 'Patita Damai' warga Kairatu, Rumberu
dan Rumaitu di satu pihak dan masyarakat Muslim Kairatu. Ternyata ada rencana
jahat pihak Kristen. Mereka datang dengan persenjataan lengkap seperti panah,
dan tombak, sehingga suasana pesta itu bukan dijadikan wahana Perdamaian
melainkan justru berubah menjadi ajang pertempuran. Dalam insiden itu 4 orang
warga Muslim terkena panah. Pertikaian meluas menjadi pembakaran pasar, dan
rumah-rumah warga Muslim di sekitar Masjid.


4 Pebruari 1999 : Pukul 05.30 WIT warga Desa Waraloki yang sedang melaksanakan
Shalat Shubuh diserang oleh massa Kristen dari Desa Kamariang, Sariawang (orang
gunung) dan juga warga Kristem lainnya, dengan formasi penyerangan berbentuk
huruf L. Dalam insiden itu 7 orang warga Muslim Waraholi terbunuh, salah satunya
adalah gadis cilik berumur delapan tahun. Menurut saksi, gadis cilik ini
dianiaya lebih dahulu sebelum dibunuh. Satu jam kemudian penyerang dipukul
mundur.


Pukul 07.00 WIT : Terjadi penyerangan kedua yang tidak dicegah oleh aparat
keamanan yang dipimpin oleh Letda Sitorus. Perusuh dilepas dan akhirnya lari ke
gunung. Warga yang melihat keadaan tersebut berkata agar pelaku perusuh
ditembak, tetapi oknum aparat mengatakan bahwa pelurunya telah habis. Dalam
insiden itu 52 rumah hancur dan kebanyakan korban adalah orang Buton.


Pukul 10.30 WIT : Kota Kairatu kembali diserang oleh massa Kristen yang datang
dari kampung-kampung yang berada di pegunungan, sehingga 40 rumah terbakar.
5 Pebruari 1999 : Pagi hari, kerusuhan kembali terjadi di Kairatu, berupa
pembakaran di Kairatu. Masyarakat Desa Pelauw (mayoritas Muslim) bergerak maju
menuju Kairatu untuk mengevakuasi masyarakat Muslim. Pada malam harinya,
rumah-rumah dan masjid dilempari batu.

Kerusuhan juga terjadi di Dusun Alinong. Sejumlah massa Kristen Kuda Mati
menyerang warga Muslim Dusun Alinong. Jalan menuju Karang Tagepe di Kuda Mati
dibarikade dengan batang-batang kayu. Sejumlah 25 keluarga minta tolong untuk
dievaluasi. Imam Masjid Al-Muqaram Kampung Karang Tagepe (Kuda Mati) dengan
istrinya ditemukan meninggal oleh polisi di ruang tamu rumahnya. Tubuhnya
terlilit kabel listrik telanjang. Pada pukul 10.00 WIT massa Kristen Kamariang
menyerang lagi, tetapi berhasil dihalau.


Desa Batu Merah Diguncang Bom


8 Pebruari 1999 : Pukul 08.00 WIT pertama kalinya Desa Batu Merah dilempari
dengan bom-bom rakitan.


13 Pebruari 1999 : Tertangkap 6 orang warga Kristen asal Maluku Tenggara yang
melecehkan Islam dengan menghujat Rasulullah dan menulis 'Yesus Maju Terus' pada
rumah warga Muslim di simpang tiga Air Besar STAIN-Ahuru.
Pembantaian Muslim di Pulau Haruku, Maluku Tengah

14 Pebruari 1999 : Di Pulau Haruku, Maluku Tengah, warga Kariu yang beragama
Kristen dibantu beberapa orang aparat membantai warga Muslim Pelauw. Dilaporkan
15 warga Muslim terbunuh dan 43 lainnya luka berat akibat terkena tembakan dan
granat. Tercatat, empat anggota Polisi terlibat dalam aksi penyerangan itu.
Mereka adalah Serka Loupatty, Serta Titir Loloby, Serda Hendrik Nandatu dan
Latumahina.
Ketegangan Terjadi Lagi di Passo


17 Pebruari 1999 : Pagi hari terjadi lagi ketegangan di Passo. Awalnya sebuah
mobil truk dari Hitu menuju Ambon yang dilempari batu. Penghuni Kristen di kiri
kanan jalan keluar sambil membawa parang dan panah. Kaca mobil dipecah dan
aparat keamanan yang berada di tempat kejadian tidak bereaksi. Menurut
keterangan korban, ada barikadi di jalan mulai di Negeri Lama sampai dengan
pasar, menggunakan batu, drum, dan batang pohon. Tiap mobil yang lewat
penumpangnya ditanyai. Dua orang warga Hitu yang menumpang mobil lain ditahan
karena membawa senjata tajam, sementara massa Kristen yang berkumpul di situ -
dengan membawa berbagai senjata tajam - dibiarkan begitu saja oleh aparat.
Dua jam kemudian, ada sebuah mobil Kijang menuju Hitu ditumpangi warga Muslim.
Pengemudinya dipanah oleh warga Kristen Desa Passo, mobil dilempari. Para
penyerang tidak diamankan oleh aparat keamanan yang ada.

Ambon Terus Bergolak


18 Pebruari 1999 : Ambon kembali diguncang bom. Peledakan itu terjadi pada hari
Kamis (18/2), pukul 1.00 WIT, dini hari. Smentara itu pemerintah melaporkan ada
81 berkas kasus kerusuhan Ambon yang siap disidangkan dengan menjerat 192
tersangka.

22 Pebruari 1999 : Terjadi bentrokan berdarah antara warga Muslim dan warga
Kristen. Peristiwa ini menyusul aksi pembakaran 15 rumah warga Muslim di Batu
Merah Dalam, Ambon dan satu buah Masjid di Ihamahu, Maluku Tengah. Sedikitnya 9
orang terbunuh dan puluhan lainnya luka-luka.


23 Pebruari : Puluhan bom dilemparkan ke perkampungan Muslim di Batu Merah
Dalam, Kodya Ambon. Puluhan rumah musnah terbakar. Dilaporkan 15 orang terbunuh,
13 orang tidak diketahui nasibnya dan 34 orang luka-luka.


Dikabarkan banyak murid sekolah yang dipulangkan, terutama di Galunggung Batu
Merah, Kapaha dan sekitarnya. Seorang ibu hamil berjilbab yang pulang dari pasar
ketika melewati Gereja Bethabara, Batu Merah Dalam diejek sekelompok orang,
tetapi tidak dihiraukan. Ia sempat ditendang. Ini terjadi pada pukul 09.00 WIT.
Memasuki tengah hari, terjadi kerusuhan di Desa Batu Merah Bawah dengan
pelemparan beberapa bom rakitan dari arah Batu Merah Atas. Terjadi juga
pembakaran warga Muslim di Dusun Rinjani (Desa Batu Merah).


Sampai akhir Pebruari 1999 banyak terjadi insiden di berbagai tempat. Serang
menyerang ini dilakukan dengan lemparan batu, lemparan bom, pemanahan,
pencegatan, pemukulan, pembacokan, perusakan, penjarahan dan pembakaran rumah.
Jama'ah Sholat Shubuh Ahuru Dibantai


1 Maret 1999 : Sejumlah massa membantai warga Muslim Ahuru, Kodya Ambon, yang
tengah melaksanakan Shalat Shubuh berjama'ah di Masjid Al-Huda. Sembilan orang
terbunuh. Dua orang bocah, Mansyur (7) dan Parman (1.5) lolos dari serangan
brutal ini. Aparat Polisi diduga terlibat dalam aksi penyerangan ini. Dilaporkan
pula bahwa di kawasan Kopertis, Kodya Ambon, juga terjadi penyerangan yang
diikuti pembakaran sebuah Masjid. 1)
Passo Bergolak Lagi


8 Maret 1999 : Terjadi kerusuhan lagi di Passo. Lewat tengah hari, sebuah
Mikrolet dari Tulehu yang dikawal 3 orang Polisi dihadang massa di tikungan
Jalan Baru Passo. Penumpangnya ditanya, agamanya Kristen atau Islam. Pak Sopir
diseret keluar, lalu lehernya dibacok. Para penumpangnya juga diseret keluar,
dibawa ke rumah warga setempat, alu diinterogasi. Mereka yang mengaku beragama
Kristen diminta beribadah menurut cara Kristen.


Pada tengah malam, dilaporkan ada kebakaran di dekat Masjid Jabal Tsur, Benteng
Atas. Diterima kabar lain kemudian bahwa yang terbakar adalah satu rumah warga
Muslim dan empat rumah warga Kristen. Keadaan dapat dikendalikan aparat
keamanan. Masjid Jabal Tsur sejak petang hingga Shubuh menjadi sasaran
pelemparan. Esok paginya, sekitar pukul 05.00 WIT, masjid itu dilempari bom,
tetapi tidak menimbulkan korban.


Catatan kaki :
1.Menyulut Ambon, Sinansari ecip, hal 97, Konspirasi Politik RMS Kristen, Rustam
Kastor, hal 185.
2.Tragedi Ambon, hal. 50, Yayasan Al-Mukminun.


Thursday, September 13, 2012

KERAPUHAN SISTEM FINANSIAL KAPITALIS*

KERAPUHAN SISTEM FINANSIAL KAPITALIS*

Oleh : H. Dwi Condro Triono, SP., M.Ag**

1. PENDAHULUAN

Aktivitas ekonomi senantiasa berputar dalam dua kelompok pasar. Pasar yang pertama disebut pasar barang, yang terdiri dari pasar barang dan jasa. Pasar yang kedua disebut pasar faktor produksi, yang terdiri dari pasar lahan, pasar tenaga kerja dan pasar keuangan. Keberadaan pasar faktor produksi tentu saja adalah untuk mendukung keberadaan pasar barang.

Namun, dalam perkembangan sistem ekonomi kapitalisme, ada pasar salah satu dari pasar faktor produksi yang mengalami perkembangan teramat pesat. Pasar tersebut tidak lain adalah pasar keuangan atau yang biasa dikenal dengan financial market. Pesatnya perkembangan pasar ini bahkan sampai mengakibatkan pasar ini terlepas dari induknya, kemudian menjadi pasar yang berkembang sendiri. Keberadaan pasar ini kemudian dikenal dengan pasar non riil, sebagai lawan dari pasar riil atau pasar barang.

Keberadaan pasar keuangan ini berkembang dengan sangat luas dan sangat kompleks, sehingga menjadi sebuah pasar yang berjalan dengan sebuah mekanisme atau sistem yang teramat rumit. Sistem ini kemudian dikenal dengan sistem finansial/keuangan (financial system).

Untuk memahami keberadaan sistem ini memang tidak mudah. Namun, dapat kita mulai dengan pendekatan filosofi yang paling sederhana, yaitu dimulai dengan memahami hakikat dari pasar uang itu sendiri.

Setelah kita memahami secara sekilas tentang seluk beluk dari pasar uang tersebut, barulah kita akan membahas secara agak lebih mendalam, mengapa sistem keuangan dalam sistem ekonomi kapitalisme tersebut sangatlah rapuh dan senantiasa menjadi sumber krisis ekonomi.

2. PENGERTIAN PASAR UANG

Untuk memahami apa yang dimaksud dengan pasar uang, kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan pasar menurut teori ekonomi. Pasar menurut teori ekonomi pasar adalah segala hal yang mencakup berbagai pertemuan antara permintaan dan penawaran.

Dari definisi pasar tersebut, sekarang kita dapat memahami apa yang dimaksud dengan pasar uang. Jika dalam pasar secara umum mencakup semua transaksi, maka di dalam pasar uang, yang ditransaksikan adalah hak untuk menggunakan uang (untuk dibelanjakan barang dan jasa) untuk jangka waktu tertentu (Boediono, 1992).

Dalam pasar tersebut akan terjadi transaksi pinjam-meminjam dana yang menimbulkan hubungan hutang-piutang. Sedangkan "barang" yang ditransaksikan tidak lain adalah secarik kertas berupa "surat hutang". Selanjutnya, orang yang meminjam uang disebut debitur, yaitu orang yang menjual surat utangnya kepada meminjamkan uang atau kreditur.

Selanjutnya, dalam transaksi tersebut tentu akan menghasilkan "harga". Apa yang dimaksud dari harga tersebut? "Harga" adalah harga penggunaan uang tersebut untuk jangka waktu tertentu. Harga tersebut dinyatakan dalam persen (%) per satuan waktu tertentu. Harga tersebut disebut dengan suku bunga (tingkat bunga). Bunga tersebut dapat dianggap sebagai "sewa" atas penggunaan uang tersebut dalam jangka waktu tertentu.

Dari pengertian pasar uang tersebut, maka kita dapat memahami hakikat dari uang menurut pandangan ekonomi kapitalisme. Uang yang beredar di tengah-tengah kita, yang biasa dikenal dengan uang tunai sesungguhnya adalah uang yang ditukar dengan surat hutang.

Uang tunai tersebut sesungguhnya adalah pengertian dari uang dalam arti yang paling sempit, yaitu uang kartal atau currency (C). Sedangkan wujud uang yang lain, dalam pengertian yang lebih luas dikenal sebagai berikut:

M1 = C + DD (demand deposits/uang giral)

M2 = M1 + TD (time deposits) + SD (savings deposits)

M3 = M2 + QM (quasi money)

L = total liquidity, mencakup semua alat-alat yang ‘likuid’ yang ada di masyarakat.

Sedangkan bila ditinjau dari perannya menciptakan uang yang beredar di tengah masyarakat, maka dikenal ada tiga pelaku utama, yaitu:

1. Otorita Moneter, yaitu pihak yang mempunyai peran sebagai sumber awal dari terciptanya uang beredar yang merupakan sumber ‘penawaran’ (supply) uang kartal (C) untuk memenuhi ‘permintaan’ masyarakat dan sumber ‘penawaran’ yang dibutuhkan lembaga keuangan dalam bentuk cadangan bank (bank reserves (R).

2. Lembaga keuangan (bank dll), yaitu pihak yang menjadi sumber penawaran uang giral (DD), deposito berjangka (TD), simpanan tabungan (SD) dan aktiva keuangan lain yang ‘diminta’ masyarakat.

3. Masyarakat adalah konsumen terakhir dari uang tercipta yang digunakan untuk memperlancar kegiatan produksi, konsumsi dan pertukaran mereka.

III. KERAPUHAN SISTEM FINANSIAL KAPITALIS

Setelah kita memahami sekilas tentang pasar uang, tibalah saatnya bagi kita untuk melihat kerapuhan dari sistem pasar keuangan yang telah diciptakan oleh sistem ekonomi kapitalisme tersebut. Ada banyak faktor yang menyebabkan sistem keuangan tersebut menjadi sangat rapuh, sehingga senantiasa memunculkan problem bagi sistem ekonomi secara keseluruhan. Problem ekonomi yang senantiasa identik dengan sistem keuangan biasa dikenal dengan istilah inflasi.

Paling tidak ada 5 faktor yang menyebabkan sistem keuangan ini sangat rapuh, sehingga selalu menimbulkan masalah dalam ekonomi, bahkan tidak jarang telah menjadi sumber utama terjadinya krisis-krisis besar ekonomi dunia. Kelima faktor tersebut yaitu:

1. Keberadaan Seignorage

Keuntungan yang diperoleh dari pencetakan mata uang dikenal dengan istilah seignorage (Hifzur-Rab, 2002; Karim, 2002). Keuntungan yang mudah didapat dari pencetakan mata uang inilah yang akan mendorong bagi pemerintah untuk mencetak mata uang tanpa kendali, sehingga bisa melampaui penerimaan anggaran pendapatan pemerintah. Kebijakan ini biasa dikenal dengan istilah anggaran defisit. Kebijakan anggaran defisit dari pemerintah biasanya akan ditutup dengan hutang atau dengan mencetak uang baru (Tambunan, 1996). Jika pencetakan uang baru ini terus dilakukan, hal ini tentu akan menyebabkan terjadinya inflasi yang berterusan.

2. Keberadaan Sistem Cadangan Sebagian (Fractional Reserve System)

Adanya ketentuan sistem cadangan sebagian (fractional reserve system), Bank Umum diberi kewenangan yang besar untuk melipatgandakan uang (Rothbard, 2007). Sistem cadangan sebagian memberikan kewenangan pada Bank Umum untuk menciptakan "uang baru" melalui hutang (kredit) melebihi uang riil yang disimpan. Jumlah "uang baru" yang dapat dilipatgandakan melalui hutang oleh bank akan mengikuti rumus umumnya, yaitu (Sukirno, 2000): PU = D (1/FR); dimana PU: Penggandaan Uang; D: Deposito; FR: Fractional Reserve.

Sebagai contoh, jika jumlah cadangan yang disyaratkan dimiliki setiap bank adalah 10%, dengan jumlah deposit Rp. 10 milyar, bank akan dapat menggandakan jumlah deposit menjadi Rp.100 milyar. Adanya kewenangan dari seluruh bank umum untuk melakukan proses penggandaan uang ini jelas akan mudah menimbulkan inflasi.

3. Keberadaan Suku Bunga

Penetapan suku bunga yang bersifat pasti (fix rate) dengan tanpa mempertimbangkan resiko bisnis, ternyata telah menimbulkan dampak buruk yang luar biasa bagi perekonomian. Krisis ekonomi yang melanda dunia tahun 2008 silam dapat menjadi contoh nyata untuk melihat betapa buruknya penggunaan sistem bunga tetap ini. Krisis ekonomi dunia yang banyak dipicu oleh skandal subprime mortgage di AS, ternyata berawal dari "permainan" suku bunga ini.

4. Keberadaan Motif Spekulasi

Keberadaan suku bunga selain akan berdampak buruk kepada perekonomian, ternyata juga akan menyebabkan kegunaan uang semakin jauh dari hakikat yang sebenarnya. Mata uang akhirnya lebih banyak digunakan sebagai alat komoditi yang dapat diperjualbelikan, dari digunakan sebagai alat tukar untuk keperluan sektor ekonomi yang riil. Perubahan kegunaan mata uang tersebut telah memperbesar terjadinya praktik-praktik spekulasi dan selanjutnya akan mengakibatkan terjadinya ekspansi permintaan mata uang (money demand) yang cepat untuk keperluan-keperluan yang tidak produktif (Siregar, 2001).

Hal inilah menyebabkan uang tumbuh dengan cepat pada aktivitas di sektor tersebut. Hanya sekitar 5 % saja dari peredaran uang tersebut yang benar-benar untuk keperluan sektor riil. Uang dan derevasinya dapat tumbuh 800 kali lebih besar dibanding untuk keperluan di sektor riil. Fenomena inilah yang dapat menyebabkan terjadinya bubble economy, yang sewaktu-waktu dapat meledak dan menyebabkan terjadinya krisis ekonomi (Lestari, 2005).

5. Keberadaan Sistem Nilai Tukar (Kurs) Mata Uang

Penggunaan mata uang yang berbeda-beda pada setiap negara akan menimbulkan adanya sistem nilai tukar mata uang (exchange rate) atau lebih dikenal dengan istilah kurs mata uang (Pass, Lowes & Davies, 1994; Karim, 2002). Adanya perbedaan kurs mata uang inilah yang menyebabkan terjadinya volatilitas nilai tukar yang tinggi. Pengaruh kurs tersebut selanjutnya tentu akan berdampak pada kinerja perdagangan internasional. Sebab, setiap terjadi perubahan nilai mata uang, tentu akan mempengaruhi harga dan daya saing produk suatu negara di pasaran internasional (Dornbusch, Fischer & Startz, 1998; Mishkin, 2001).

IV. SISTEM FINANSIAL ISLAM

Di dalam sistem ekonomi Islam, disamping berisi tentang aturan-aturan ekonomi di sektor riil, tentu juga ada pengaturan dalam sistem keuangannya. Bangunan dasar dari sistem keuangan Islam adalah bahwa Islam mewajibkan bagi negara untuk mencetak mata uang yang terbuat dari emas dan perak. Namun demikian, disamping adanya kewajiban dalam pencetakan mata uang emas dan perak bagi negara tersebut, Islam juga memberikan ketentuan bagi negara untuk melakukan penjagaan terhadap mata uang tersebut agar penggunaannya senantiasa sesuai dengan aturan syara̢۪, yaitu:

1. Hanya menggunakan mata uang sebagai alat tukar dan alat berjaga-jaga saja (tidak untuk aktivitas spekulasi).

2. Wajib memungut zakat maal ke atas harta kekayaan (termasuk di dalamnya adalah mata uang yang disimpan), yang sudah sampai nishob dan haulnya.

3. Larangan menimbun mata uang (kanzul maal), yaitu menyimpan uang tanpa ada hajat tertentu untuk pembelanjaannya.

4. Larangan mengambil riba nashiah (riba dalam utang-piutang).

5.Larangan mengambil riba fadhl (riba dalam tukar-menukar atau jual beli pada barang tertentu yang telah ditetapkan oleh syara̢۪, seperti: jual beli mata uang, saham dsb. secara tidak kontan dan tidak berada di tempat).

6. Larangan jual beli yang mengandung unsur judi (maysir), yaitu: jual beli mata uang, saham dsb. yang mengandung unsur spekulasi dan dilakukan secara tidak kontan dan tidak berada di tempat.

7.Larangan jual beli barang dan jasa yang haram (tabdzir).

8. Larangan menggunakan harta untuk berfoya-foya (tarif).

9. Larangan untuk kikir (taqtir) dalam membelanjakan hartanya.

V. PENUTUP

Demikianlah penjelasan sekilas tentang kerapuhan dari sistem finansial yang berasal dari sistem ekonomi kapitalisme, serta solusinya menurut sistem ekonomi Islam. Walaupun sangat singkat, semoga dapat memberi gambaran awal bagi ummat Islam dalam mengelola sistem keuangannya.

Tentu kajian ini tidak boleh berhenti sampai di sini. Semoga ummat Islam senantiasa terdorong untuk terus mengkaji dan menyosialisasikan sistem keuangan Islam tersebut, sehingga ummat dapat segera menjadi sadar dan mau segera kembali kepada sistem keuangan Islam khususnya, dan secara umum tentu juga akan berkenan untuk kembali pada pengaturan kehidupan Islam secara menyeluruh. Amin.

= = = = =
*Makalah disampaikan dalam Kajian Tsaqofah Islam, Jum'at, 29 Januari 2010, di STEI Hamfara Jl Gurami no 31 Sorosutan, Umbulharjo, Yogyakarta, diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia Chapter Kampus Kota Yogyakarta bekerjasama dengan Pondok Pesantren Hamfara Yogyakarta.

**Aktivis Hizbut Tahrir Indonesia, Dosen STEI Hamfara Yogyakarta, dan Kandidat Doktor Ekonomi Universitas Kebangsaan Malaysia.

Citra

Citra

“Anda tidak mau disebut radikal. Tidak mau juga disebut fundamentalis. Lantas maunya disebut apa?” tanya wartawan Newsweek kepada saya dalam satu kesempatan wawancara.

++++

Sebutan ‘Islam radikal’ (radical Islam) dan ‘Islam fundamentalis’ (fundamentalist moslem), juga istilah ‘Islam garis keras’ (hard-liner moslem) atau ekstremis Islam memang harus ditolak. Pasalnya, itu semua adalah istilah pejoratif. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah pejoratif adalah unsur bahasa yang memberikan makna menghina dan merendahkan.

Bahasa membawa cerita. Demikianlah, tiap sebutan juga pasti mengandung citra dan cerita tertentu yang telah terbentuk atau dibentuk sebelumnya. Celakanya, semua sebutan tadi telah memiliki citra yang buruk. “Radikalis”, “Fundamentalis”, “Ekstremis”, “Garis Keras” adalah istilah-istilah dalam wacana (discourse) yang dikembangkan oleh Barat untuk menyebut kelompok atau individu Muslim yang menurut mereka eksklusif, doktriner, anti dialog dan memusuhi Barat serta cenderung pada kekerasan. Sekali Anda melakukan kekerasan, baik benar-benar Anda melakukan ataupun dibuat seolah-olah Anda melakukan, maka cap teroris akan melekat. Sekali dicap teroris, maka Anda akan menjadi pesakitan selamanya.

Lihatlah bagaimana Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) akhirnya dicap sebagai kelompok teroris. Sebagai organisasi, sesungguhnya JAT tidak pernah terbukti terlibat dalam kekerasan, bahkan secara tegas mereka ikut mengecam Bom Bali. Namun, karena Ustadz Abubakar Ba’asyir dituduh ikut terlibat dalam pelatihan di Janto, Aceh, maka cap teroris itu seolah absah dilekatkan padanya, meski kemudian di Pengadilan tuduhan itu tidak terbukti.

Itulah dahsyatnya hegemoni wacana. Dan melalui hegemoni itu, Noam Chomsky, profesor linguistik dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT), AS, menyebut media Amerika Serikat telah memproduksi consent (imaji lewat media untuk memberikan sekutunya semacam hak untuk melakukan sesuatu yang salah secara hukum tetapi berhak untuk tidak dituntut) ke dalam benak masyarakat. Imaji lewat media itu dilakukan melalui serangkaian istilah-istilah yang terus disemburkan ke ruang publik melalui media yang memang telah didominasi Barat. Jadilah publik, termasuk orang Islam sendiri, percaya bahwa janganlah menjadi orang Islam yang radikal, fundamentalis dan ekstremis; jangan pula masuk ke dalam kelompok garis keras (hard liner) karena itu semua adalah buruk.

Melalui hegemoni wacana, publik juga dipaksa percaya bahwa al-Qaida adalah benar-benar teroris karena, menurut Pemerintah AS, mereka telah melakukan kekerasan. Padahal andaipun benar mereka melakukan kekerasan, sesungguhnya AS dan sekutunya juga melakukan kekerasan, bahkan dengan skala dan intensitas yang jauh lebih dahsyat dimana-mana. Namun, mengapa AS dan sekutunya itu tidak pernah disebut teroris?

Pemberitaan media massa, sebagaimana sejarah, adalah realitas tangan kedua (second-hand reality). Yang kita baca di koran atau kita dengar dan lihat di televisi bukanlah realitas sesungguhnya, tetapi rumusan atas realitas di lapangan yang telah diolah oleh reporter, redaktur, termasuk para juru foto dan kamerawan sesuai dengan garis kebijakan atau ideologi pemberitaan yang mereka anut. Hasil olahan media itu bisa menampilkan citra yang sangat berbeda dengan fakta sesungguhnya. Maka dari itu, bila sekadar dari media, orang memang bisa salah menilai.

Dalam Konferensi Tokoh Umat (KTU) Yogyakarta pada 10 Juni lalu, ada seorang peserta yang menyebut HTI sebagai kelompok jalanan karena sering melakukan demo. Orang ini pasti telah terpengaruh oleh pemberitaan karena memang dari sekian banyak kegiatan HTI, yang di mata media massa bernilai berita, mungkin adalah aksi demo itu. Akibat pemberitaan media, tidak sedikit orang yang memang salah menilai HTI. Jadilah orang mengira kegiatan HTI hanya demo, atau bisanya cuma demo. Padahal kegiatan HTI bukan hanya demo.

Citra juga bisa terbentuk melalui foto-foto atau gambar yang menyertai pemberitaan. Ada anggota masyarakat yang takut dengan HTI karena menganggap HTI itu seram. Rupanya ia telah terpengaruh oleh foto atau gambar-gambar aksi demo HTI yang oleh fotografernya diambil dari wajah-wajah peserta aksi yang kebetulan tengah meneriakkan takbir dengan kepalan tangan ke atas, yang tentu saja kelihatan sangat garang.

Menjelang Konferensi Khilafah di Sydney tahun 2007 lalu saat saya menjadi salah satu pembicara, media massa di sana mempersoalkan mengapa Pemerintah Australia memberikan visa kepada saya. Untuk melengkapi pemberitaan, dan mungkin untuk memberikan kesan seram, dipasang foto close-up saya dengan raut muka yang memang tampak keras dengan judul besar Indonesia Radical Moslem Cleric. Saya sendiri tidak tahu mereka dapat foto itu dari mana. Namun, membaca berita itu, ditambah dengan foto dengan wajah yang tampak tidak bersahabat, pasti orang akan mendapatkan citra kurang bagus.

Namun, percayalah, itu adalah citra yang bersifat sementara. Semua bisa berubah atau diubah ketika terjadi kontak langsung. Melalui pertemuan dengan HTI, orang akan mendapati fakta yang sesungguhnya tentang HTI, idenya dan orang-orangnya, yang boleh jadi sangat berbeda dengan kesan atau citra yang ada di dalam benaknya selama ini. Di sinilah pentingnya kontak atau pertemuan-pertemuan langsung; bahwa semua citra buruk tentang HTI itu tidaklah benar.

++++

Jadi, Anda maunya disebut apa? Kepada wartawan Newsweek, saya katakan, “Sebut kami, the Truly Moslem atau Muslim yang sebenarnya.”

Ini istilah yang saya reka sendiri, meniru jargon pariwisata Malaysia yang dalam advetorialnya menyebut Malaysia sebagai the Truly Asia atau Asia yang sebenarnya. Saya sendiri tidak tahu apakah istilah itu tepat atau tidak. Insya Allah sih, tepat. Maksudnya, istilah itu menggambarkan bahwa kita, dan tentu umat Islam lain, adalah orang-orang yang meyakini Islam sepenuhnya dan memahami serta mengamalkan seluruh ketentuan Islam dengan sebaik-baiknya.

Mengapa tidak digunakan saja istilah Muslim kaffah? Betul. Semestinya kita tidak kesulitan untuk menyebut siapa diri kita. Namun, itulah yang terjadi. Di era globalisasi seperti sekarang ini, saat Barat mendominasi hampir seluruh sendi kehidupan, termasuk mendominasi ruang opini publik, ternyata kita direpotkan dengan istilah-istilah, hingga kita kesulitan menyebut diri kita sendiri.

Jadi, benarkah HTI itu “kelompok jalanan”? Setengah bercanda, saya katakan kepada peserta KTU yang bertanya tadi, bahwa HTI itu bukanlah kelompok jalanan, tapi “kelompok ruangan” karena kegiatannya lebih banyak di dalam ruangan daripada di jalanan. Buktinya, ya KTU ini.

Setelah sekian lama wawancara, saya balik bertanya kepada wartawan Newsweek, TV ABC dan NBC yang berbarengan mewawancarai saya, “Apakah Anda percaya orang seperti saya ini adalah teroris?” Serentak mereka menjawab, “Oh, no, no…”

Lalu wartawan The Washington Post setelah wawancara dengan enteng nyeletuk, “You are too smart to be Moslem.”

Jadi benarlah, meeting makes changing. Pertemuan akan merubah semua. Karena itu, mari kita rajin bertemu atau kontak dengan orang lain. Tentu bukan sekadar kontak, tetapi kontak yang terarah (ittishalah maqsudah). Dengan kesungguhan dan penjelasan yang jelas dan tegas disertai keikhlasan yang berangkat dari semangat tauhid, pertemuan-pertemuan itu insya Allah akan mampu mengubah sikap orang dari yang semula antipati menjadi simpati; dari menentang menjadi pendukung. Yakin. []

Kenapa Harus Khilafah?

Kenapa Harus Khilafah?

(REFLEKSI 83 TAHUN RUNTUHNYA KHILAFAH ISLAMIYAH )

3 Maret 1924, Khilafah dibubarkan Kamal Attartuk, agen Inggris keturunan Yahudi. Inilah puncak kemerosotan kaum muslim yang memang sudah lama menggerogoti tubuh umat. Atas nama Dewan Agung Nasional Turki (Al Jam’iyyatu al Wathaniyah al Kubro), Kamal merubah Turki menjadi Republik dengan asas sekulerisme. Tidak hanya itu, Kamal melakukan proses sekulerisasi dengan tangan besi. Khilafah dibubarkan, alasannya diktator, korup, dan bermacam tuduhan keji lainnya. Hukum syara’ pun diganti, dianggap kuno dan tidak manusiawi. Segala yang berbau Islam, dituduh berbau Arab, dan harus diganti. Mulai dari bahasa Arab, pakaian Arab, sampai adzan semua harus diubah. Islam dicampakkan. At Tatturk lupa, Islamlah yang membuat umat Islam, rakyat Turki, jaya dan gemilang.Sekarang, 3 Maret 2007. Penderitaan umat semakin bertambah. Negeri-negeri Islam terpecah belah menjadi puluhan negara yang dikontrol oleh penjajah Barat. Negara lemah, yang tidak bisa menolong saudaranya sendiri. Bayangkan, mereka tidak bisa menyelamatkan Pelestina, yang dijajah Israel. Rakyat Irak dibantai, Fallujah negeri dengan seribu menara masjid dinodai, tapi penguasa-penguasa negeri-negeri Islam yang sekuler itu sekedar jadi penonton. Darah kaum muslim, demikian gampang ditumpahkan oleh penjajah Amerika Serikat dan sekutunya dibantu agen-agen pengkhianat dari umat Islam sendiri. Mulai dari Palestina, Irak, Afghanistan, Bosnia, Chechnya, Uzbekistan, Sudan, Pattani Thailand, Moro Philipina, Poso, Ambon, Aceh. Padahal jumlah kaum muslim lebih dari 1,5 milyar. Kemiskinan, kebodohan, konflik, kemaksiatan pun identik dengan negeri-negeri Islam. Inilah buah sekulerisasi. Inilah buah diruntuhkannya Khilafah. Sekarang, tidak ada lagi alasan bagi kaum muslim untuk tidak kembali menegakkan Khilafah. Sebab, beribu argumentasi bisa kita kumpulkan, untuk menunjukkan kenapa kita butuh Khilafah Islam. Beberapa argumentasi penting itu antara lain : (1) Tuntutan Aqidah dan Syariah Islam. Ikrar seorang muslim yang bersyahadah : la ilaha illa Allah menuntut seorang muslim untuk mau diatur oleh aturan Allah SWT. Allah mengecam tidak beriman sampai seorang muslim mau diatur oleh aturan Islam. Persoalannya, bagaimana mungkin kita bisa menerapkan hukum Allah secara total kalau kita tidak punya negara Khilafah ? Aturan Islam yang lengkap pun tidak akan pernah terwujud tanpa Negara Khilafah. Demikian penting perkara ini sampai Rasulullah SAW menyebut mati jahiliyah yang dipundaknya tidak ada bai’at kepada Khalifah. (2) Mensejahterakan rakyat. Tanpa Khilafah umat diatur dengan sistem kapitalistik yang serakah. Sistem kapitalistik ini hanya mensejahterakan sebagian kecil orang. Sementara mayoritas umat hidup dalam kemiskinan. Jangan untuk pendidikan, kesehatan, dan transportasi yang semakin mahal dan tidak terjangkau, untuk makanpun sulit. Meksipun negeri Islam, negeri yang kekayaan alamnya luar biasa. Bagaikan kata pepatah : Ayam mati di lumbung padi. Sementara kebijakan ekonomi khilafah adalah menjamin kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) tiap individu rakyat. Pendidikan, kesehatan, keamanan, transportasi yang merupakan kebutuhan vital rakyat pun diperoleh dengan biaya murah, bahkan bisa gratis. Sebab, kekayaan alam seperti emas, minyak, gas, hutan adalah milik umum yang hasilnya diberikan kepada rakyat.(3) Menjamin keamanan rakyat. Penguasa sekuler negeri-negeri Islam karena lebih menghamba kepada kepentingan penjajah, membiarkan rakyatnya dibunuh. Atas nama demokrasi, kebebasan, perang melawan terorisme, penguasa itu membunuh rakyatnya. Saudi, Kuwait, Bahrain, Qatar, Turki, bahkan menyediakan lahan bagi pesawat dan pangkalan militer negara penjajah untuk lebih gampang membunuh saudaranya di Irak dan Afghanistan. Tidak halnya dengan Khalifah yang agung, mereka akan menjaga nyawa rakyatnya. Rasulullah SAW marah besar saat ada seorang muslim yang terbunuh di Madinah oleh segerombolan Yahudi yang mengeroyoknya. Pasalnya, pria muslim tadi membela seorang muslimah yang dinodai kehormatannya oleh gerombolan Yahudi. Apa yang dilakukan Rasulullah SAW untuk membela rakyatnya yang terbunuh ? Hukuman mati bagi pelaku pembunuhan dan mengusir Yahudi yang telah melanggar perjanjian. Jangankan nyawa manusia, Umar bin Khaththab sangat khawatir kalau di perjalanan ada unta yang terperosok karena jalan yang rusak. Khalifah juga akan bertindak tegas terhadap pelaku pembunuhan apalagi para perusuh yang membunuh banyak orang. Khalifah tentu saja tidak membiarkan ada rakyat yang dibunuh dan dibantai. (4) Menjaga pertahanan, keutuhan dan persatuan negeri-negeri Islam. Ketiadaan Khilafah, membuat kaum muslim bagaikan kehilangan penjaga rumah mereka. Akibatnya, orang-orang jahat dengan gampang masuk dan membuat kerusakan di negeri-negeri Islam. Ironisnya, orang-orang jahat ini diundang oleh penguasa muslim sendiri, atas nama demokrasi, rekontruksi, pembangunan, investasi dan lain-lain. Padahal penjajah tersebut punya tujuan yang satu mengeksploitasi negeri-negeri Islam. Negeri-negeri Islam yang tadinya satu dibawah naungan Khilafahpun dipecah-pecah, atas nama kemerdekaan dan penyelesaian konflik. Timor Timur lepas, Sudan diambang perpecahan, muncul konflik etnis di Irak, semuanya tidak lepas dari peran penjajah. Khalifah-lah yang akan kembali menyatukan umat Islam. Dan itu pernah terbukti bukan omong kosong. Khilafah Islam berhasil menyatukan umat manusia dari berbagai ras, suku, bangsa, warna kulit dan latar belakang agama yang sebelumnya berbeda. Semuanya dilebur dengan prinsip ukhuwah Islamiyyah. Tentu saja Khalifah tidak akan membiarkan ada penjajah yang ingin masuk ke negeri Islam. Lihat sikap tegas Rasulullah mempertahankan keutuhan negeranya. Melihat pengkhianatan kabilah Yahudi Khoibar yang menikam dari dalam saat membantu pasukan koalisi dalam perang Ahzab, Rasulullah tidak tinggal diam, s
egera setelah kembali dari Makkah, Rasulullah menyerang dan menghukum Yahudi Khoibar.
(5) Memuliakan dan menjaga kehormatan wanita. Kapitalisme telah merendahkan wanita dengan serendah-rendahnya. Mereka menganggap wanita tidak lebih dari barang ekonomi yang bisa diperjual belikan. Lihat saja bisnis pelacuran , hiburan, yang semuanya mengekspolitasi wanita. Para kapitalis yang rakus juga memperkerjakan wanita di pabrik-pabrik dengan upah yang sangat murah. Sangat berbeda dengan Islam, yang demikian memuliakan wanita. Pesan Rasulullah: sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap wanitanya. Benar-benar dilaksanakan oleh umat Islam. Islam menjaga kehormatan wanita dengan kewajiban menutup aurat dan mengatur pergaulan wanita. Siapa yang menuduh wanita baik-baik berzina tanpa bukti dijatuhkan sanksi oleh Kholifah dengan tuduhan qadzaf. Wanitapun diposisikan Islam pada tempat yang sangat mulia di keluarga sebagai ummu wa rabbatul bait (pengatur rumah tangga), dengan demikan para ibu menjadi ujung tombak terciptanya generasi islam yang berkualitas dan bertakwa. (6) Melindungi orang-orang yang lemah dan warga non muslim. Kapitalisme telah mendiskriminasi manusia berdasarkan kekuatan modalnya. Anda bisa dapat makan layak, pelayanan kesehatan prima, pendidikan unggul, rumah yang asri dan nyaman, kalau anda punya modal besar, uang. Kalau tidak, anda layak untuk tidak hidup layak. Berbeda dengan Islam , yang akan menjamin orang-orang lemah dan miskin. Termasuk juga melindungi warga non muslim ahlul dzimmah. Rasulullah sampai mengingatkan dengan keras untuk tidak menganggu ahlul dzimmah. Orang-orang non muslim dibiarkan beribadah, makan, dan minum sesuai dengan ajaran agama mereka. Tidak ada paksaan bagi mereka untuk masuk Islam. Kebutuhan pokok mereka dijamin sebagai bagian dari hak mereka menjadi warga negara Daulah Islam. Tidak mengherankan begitu kagetnya pasukan tentera salib, saat melihat komunitas Nasrani di negeri Daulah Khilafah malah membantu pasukan Islam untuk memerangi pasukan salib. Mereka lupa, Islam telah mensejahterakan orang-orang non Islam. (7) Menyebarluaskan rahmat lil ‘alaminnya Islam. Penyebaran nilai-nilai Kapitalisme seperti sekulerisme, demokrasi, HAM, pluralisme, pasar bebas, telah menjadi bencana besar bagi umat manusia. Negara-negara penjajah hidup mewah , sementara mayoritas sisanya hidup miskin. Siapa yang bisa menyelamatkan ini semua. Tidak lain kecuali Islam. Nilai-nilai Islam yang bersumber dari Allah SWT akan memberikan rahmat bagi seluruh dunia, saat Syariat Islam ditegakkan. Inilah yang pernah terjadi. Bagaimana peradaban Islam telah memberikan sumbangan yang luar biasa bagi dunia baik dari segi nilai-nilai ideologis yang mengatur hidup manusia maupun kemajuan material seperti sains dan teknologi. Sejarawan jujur banyak mencatat kenyataan ini.

Point-point diatas akan semakin panjang kalau argumentasi kenapa harus Khilafah dilanjutkan. Saatnyalah umat Islam bangkit untuk kembali menegakkan Khilafah Islam. Dengan Khilafah Islam, kemajuan material yang dijanjikan oleh kapitalis bisa diraih. Tapi tidak hanya sekedar kemajuan materi, dengan Khilafah Islam kehidupan kaum muslim diridhoi oleh Allah SWT. Sebab mereka hidup dengan dasar ketaqwaan kepada Allah SWT. Tidak hanya untuk muslim saja tapi juga bagi orang-orang muslim, sebab Syariah Islam akan memberikan kebaikan bagi setiap manusia. Ya Allah jadikanlah kami, umat Islam segera dapat membai’at seorang Khalifah, sehingga bendera La ilaha illa Allah bisa berkibar di penjuru dunia, dan syariahMu bisa kami laksanakan. Amin.