Friday, May 13, 2011

Siapa Radikal, Siapa Teroris?: Ketika Kekejaman Kristen Tidak Disebut Teroris (3)

Siapa Radikal, Siapa Teroris?: Ketika Kekejaman Kristen Tidak Disebut Teroris (3)

Dalam kasus terorisme, media memang terkenal tidak adil dalam memberitakan Islam. Islam menjadi agama yang paling banyak disudutkan dalam aksi kekerasan. Jika pada kasus pemboman Bali, Gerakan Amrozi Cs dicari sampai ke akar-akarnya, bahkan ditumpas tak bersisa, menjadi lain ceritanya jika Kristen yang melakukan tindakan sama. Seakan media menjadi bungkam seketika.

Dalam kasus kerusuhan Poso misalnya, pengadilan hanya berhenti pada nama tiga orang terdakwa Fabianus Tibo, Dominggus da Silva, dan Marinus Riwu, dan tidak pernah diteruskan kepada siapa dibalik mereka sampai ke anggota-anggotanya. Padahal jelas Tibo cs bertindak atas nama gerakan.

Begitu juga dalam peberitaan internasional. Bush dan serdadunya -yang dikorbankan semangat Fundamentalisme Kristen-yang membunuh jutaan umat muslim di Timur Tengah, seakan-akan lenyap tanpa dosa. Media-media pun tidak ada yang memanggil Bush dengan sapaan teroris. Berbeda jika Usamah Bin Ladin yang diberitakan, baik media cetak maupun televisi ramai-ramai mencapnya teroris tanpa mendudukan kronologis dan pra asumsi yang berkembang.

Kita tentu bertanya-tanya, entah mengapa jika Kristen yang melakukan aksi kekerasan, stigma teroris menjadi kebal bagi mereka. Padahal sejarah mencatat bagaimana kekejaman yang dilakuakn Kristen bukanlah isapan jempol semata, mereka tidak hanya membantai Islam, tapi juga Yahudi, kaum Pagan, pelaku bid’ah secara keji dan tak beradab. Tulisan ini bukan untuk membangkitkan luka, namun bisa jadi pelajaran bagi kita untuk meluruskan isu seputar terorisme atas nama agama.

Pembunuhan Kaum Pagan [1]

Sejak agama Kristen diresmikan pada tahun 315 M, kuil-kuil kaum Pagan makin banyak dihancurkan oleh pengikut Kristen. Pendeta kaum pagan pun banyak dibunuh. Antara tahun 315 dan abad ke-6, ribuan orang penyembah berhala disembelih. Dan itu semua dilakukan atas nama misi Gereja.

Melaksanakan ritual ibadah pagan menjadi sangat berbahaya bagi pelakunya dan terancam hukuman mati, ini sudah terjadi mulai tahun 356 Masehi. Kaisar Kristen Theodosius (408-450M) bahkan membunuh anak-anaknya sendiri karena mereka bermain-main dengan patung-patung pagan. Menurut penulis Christian Chronicles, kaisar yang melakukan hal tersebut didasari akan kepatuhan terhadap seluruh ajaran Kristen.

Akhirnya, pada abad ke 6 seluruh hak hidup para penganut Pagan dinyatakan dicabut. Bahkan sebelumnya pada awal abad ke-4, filosof Sopratos dihukum mati atas perintah penguasa Kristen.

Selanjutnya di tahun 415 M, Hypatia dari Alexandria, seorang filosof wanita yang terkenal, diseret kemudian dipotong-potong tubuhnya oleh orang-orang Kristen Koptik radikal yang dipimpin oleh pendeta Peter. Hypatia sendiri adalah seorang ilmuwan Yunani dari Alexandria Mesir. Hypatia dibunuh karena menjadi penyebab kekacauan dalam agama. Ia dijuluki sebagai "pembela ilmu pengetahuan yang gagah berani melawan agama". Dan beberapa pendapat mengatakan kematiannya menandai akhir dari zaman Hellenistik dan dimulainya zaman kegelapan (The Dark Ages).

Pembunuhan Atas Nama Misi Gereja

Selain membunuh secara kejam dan membabi buta kaum pagan, Kristen juga melakukan terorisme dan kesadisan terhadap mereka-mereka yang tidak mau ikut agamanya. Kaisar Karl (Charlemagne), misalnya, pada tahun 782 M tanpa punya nurani memenggal kepala 4500 orang Saxon, karena mereka tidak mau memeluk agama Kristen.

Kaum tani yang tidak mau membayar sumbangan kepada Gereja pun mengalami hal serupa. Mereka dijatuhi hukuman mati layaknya manusia penuh dosa. Jumlahnya pun tidak main-main, antara 5000 sampai 11.000 pria, wanita dan anak-anak, dibunuh pada tanggal 27 Mei 1234 dekat Altenesch (Jerman).

Lalu pada abad ke 16 dan 17 M, tercatat puluhan ribu warga Irlandia dibunuh. Pasukan Inggris terjun ke wilayah ini semata-mata demi menjinakkan orang-orang Irlandia yang liar. Mereka di anggap tidak lebih dari binatang yang hidup tanpa mengindahkan hukum-hukum Tuhan. Seorang pimpinan tentara Inggris yang terkenal kejam adalah Humphrey Gilbert yang memerintahkan untuk memenggal kepala semua tawanan.

Pembantaian Dalam Perang Salib

Belum lagi fakta, di Semlin dan Wieselburg (Hungaria), pada tanggal 12 sampai 24 Juni 1096 ribuan orang dihilangkan nyawanya secara kejam. Hanya dalam waktu hitungan hari dari tanggal 9 sampai 26 September 1096 sekitar 1000 orang dibunuh di Nikala atau Xerigordon (Turki).

Kita juga tidak lupa pada tanggal 11 Desember 1098, seribu orang Muslim di bantai di Marra. Tentara Salib yang lapar karena kehabisan makanan sampai-sampai mengambil daging mayat musuh yang sudah mulai membusuk dan memakannya (Christian Chronicle, Albert Aquensis).

Penaklukkan kota Jerusalem yang terjadi pada tanggal 15 Juli 1099 pun dihiasi kematian 60.000 warga Muslim, Yahudi, laki-laki dan anak-anak, yang dibunuh secara keji oleh Pasukan Perang Salib. Puluhan ribu kaum muslim yang mencari penyelamatan diatas masjid Al Aqsha pun dikejar sampai dapat dan mereka dibantai dengan sangat sadis.

Kekejaman demi kekejaman pasukan salib memang sulit dinalar oleh akal sehat. Setahun sebelumnya, pada tahun 1098, pasukan tentara bengis itu telah membunuh ratusan ribu kaum muslim di Arra’t-un-Noman, salah satu kota di Syria. [2] Mereka bergerak atas “sabda” Paus Urban yang menyeru “Killing these godless monsters was a holy act: it was a Christian Duty to exterminate thi vile race from our lands” atau “Membunuh para monster tak bertuhan itu adalah tindakan suci: adalah kewajiban umat Kristen untuk memusnahkan angsa jahat itu dari wilayah kita.”

Salah satu saksi mata sampai-sampai menyatakan bahwa ,"Genangan darah manusia di depan Kuil Solomon setinggi pergelangan kaki orang dewasa”. Sedangkan, salah seorang penulis Kristen bernama Eckehad dari Aura mengatakan, “bahkan berlanjut hingga musim panas, udara di seluruh Palestina masih tercemari oleh bau mayat-mayat yang membusuk".

Pembunuhan Terhadap Orang Bid’ah (Inkuisisi)

Sejatinya, Inkuisisi (dengan huruf I besar) adalah istilah yang secara luas digunakan untuk menyebut pengadilan terhadap bidaah oleh Gereja Katolik Roma. Undang-undang ini mengandung peraturan-peraturan yang sangat keras. Sanksi pelaku bid’ah bahkan bisa sangat mengerikan daripada kaum pagan yang jelas-jelas kafir dalam konsep mereka.

Dalam sejarahnya, Gereja Trinitarian yang menjatuhkan keputusan bersalah kepada seorang pelaku bid’ah akan memberikan hukuman tak berperi dari mulai penyiksaan, pembakaran sampai pemenggalan kepala.

Kasus ini sempat menimpa kaum Manichaean. Kaum Manichean adalah salah satu sekte yang dinyatakan bid’ah dalam Kristen karena melakukan praktek pengendalian kelahiran (KB) yang tidak diajarkan oleh Gereja Katholik. Bayangkan karena hal itu, ribuan orang Manichean menjadi korban seiring kampanye besar-besaran ke seluruh kekaisaran Romawi antara tahun 372 M sampai 444 M.

Selain pembasmian yang menimpa kaum Manichean, hal serupa juga menimpa kelompok Cathars. Orang-orang Cathars pada dasarnya menganut Kristen dengan baik, tetapi pada sisi lain mereka menolak segala peraturan Gereja Katholik Roma yang dirasa tidak adil seperti pajak dan larangan pengendalian kelahiran.

Lantas hanya karena hal itu, Paus Innocent III memerintahkan untuk membunuh para pengikut Cathars di tahun 1209. Kota Beziers (Perancis) pada tanggal 22 Juni 1209 pun dihancurkan. Semua makhluk yang hidup di dalamnya pun dibantai tanpa ampun. Jumlah korban menurut catatan sejarah berkisar pada angka 70.000 manusia, angka itu termasuk jumlah pemeluk Katolik yang menolak untuk menyerahkan tetangga dan sahabatnya yang di kategorikan bid’ah oleh Gereja.

Bid;ah lainnya yang juga dilakukan oleh Waldensians, Paulikians, Runcarians, Josephite dan lain-lain juga dienyahkan hingga tak bersisa. Ratusan ribu orang kemudian mati tak bernyawa oleh kekejeman pihak gereja. Bahkan John Huss, yang mengkritisi "Papal Infallibility" (Kemustahilan Paus berbuat salah) dan Surat penebusan dosa, dibakar hidup-hidup di tiang pancang pada tahun 1415.

Pembunuhan Terhadap Yahudi

Yang juga turut mengalami kekejaman selain Islam adalah kaum Yahudi. Max Margolis dan Alexander Marx dalam “A History of Jewish People” menceritakan bahwa pada periode 612-620 M, banyak kasus terjadi dimana Yahudi dibaptis secara paksa. Euric (680-687) membuat keputusan bahwa seluruh orang Yahudi yang dibaptis secara paksa ditempatkan dibawah pengawasan khusus pejabat dan pemuka gereja. Setelah diKristenkan secara paksa, orang-orang Yahudi itu tetap diawasi secara ketat oleh gereja, takut kalau-kalau mereka kembali melakukan ibadah Yahudi.

Bahkan Raja Egica (687-701) membuat keputusan bahwa semua Yahudi di Spanyol dinyatakan sebagai budak. Keputusan sepihak itu tidak saja berlangsung dalam satu sampai dua tahun, namun untuk selamanya. Harta benda kaum Yahudi disita dan mereka diusir dari rumah-rumah sehingga tersebar ke berbagai provinsi. Lebih dari itu anak-anak Yahudi yang berumur tujuh tahun ke atas diambil paksa dari orangtuanya dan diserahkan kepada keluarga Kristen. [3]

Selanjutnya pada tahun 1096, saat Perang Salib pertama, ribuan orang Yahudi dibunuh oleh Salibis Kristen di kota Worm teparnya pada tanggal 18 Mei 1906, di Mainz. Lalu pada tanggal 27 Mei 1096 sekitar 1100 orang Yahudi juga mengalami pembantaian.

Dalam Perang Salib itu, tercatat 12.000 orang Yahudi dibunuh dimana tempatnya membentang dari Worms, Mainz, Cologne, Neuss, Altenahr, Wevelinghoven, Xanten, Moers, Dortmund, Kerpen, Trier, Regensburg, Prag hingga Metz di Perancis.

Sedangkan pada tahun 1348 nasib naas juga dialami Yahudi, dua ribu orang diantara mereka dibunuh di Bassel (Swiss) dan Strassbourg. Sedangkan pada tahun 1349 diKita Praha, data menyatakan bahwa 3000 orang Yahudi telah tewas terbunuh. Sedang pada 42 tahun selanjutnya, takni pada tahun 1391, kaum Yahudi Seville habis oleh Kardinal Martines. Dalam catatan sejarah tercatat sebanyak 4000 orang Yahudi tewas dan 25.000 lainnya dijual sebagai budak.

Ternyata itu pun belum berakhir. Abad 15 adalah abad yang menjadi saksi pembantaian besar-besaran kaum Yahudi dan muslim di Spanyol dan Portugal. Pada tahun 1483 misalnya, 13.ooo orang Yahudi dieksekusi atas perintah komandan inquisisi Spanyol, Faray Thomas de Torquemada.

Jatuhnya Granada ke tangan Spanyol juga berbuah ancaman bagi Yahudi. Hanya dalam beberapa bulan antara akhir April sampai 2 Agustus 1492, sekitar 150.000 kaum Yahudi diusir dari Spanyol. Sebagian besar dari mereka kemudian mengungsi ke wilayah Turki Utsmani yang menyediakan tempat aman bagi Yahudi.

Stand J Shaw dalam “The Jews of the Ottoman Empire and the Turkish Republic” mencatat jumlah Yahudi yang terusir dari Spanyol tahun itu sebanyak 160.000. Dari jumlah itu, 90.000 mengungsi ke Turki. 25.000 ke Belanda, 20.000 ke Maroko, 10.000 ke Prancis, 10.000 ke Italia dan 5.000 ke Amerika. Yang mati dalam perjalanan diperkirakan 20.000 orang. Sedangkan yang dibaptis tetap di Spanyol sebanyak 50.000 orang. [4]

Kekejeman Terhadap Muslim di Guantanamo

Dalam perkembangan modern, terror Kristen pun tidak pernah berhenti. Kebencian mereka terhadap Islam dilakukan dalam jejak-jejak pemerintahan Amerika Serikat. Mereka tidak saja membasmi jutaan umat muslim di Afghanistan, Pakistan, Kaukasus, Somalia, Palestina, Bosnia tapi juga menahan tawanan-tawanan muslim di penjara terkejam di Guantanamo. Umat muslim disiksa, dilecehkan, namun lagi-lagi tidak ada yang menyebut mereka dengan sapaan teroriss, bahkan sampai detik ini.

Lawrence Wilkerson, asisten mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, pernah membuat pengakuan dalam suatu pernyataan yang ditandatangani untuk mendukung gugatan yang diajukan oleh seorang tahanan Guantanamo, Adel Hassan Hamad.

Hamad, seorang pria Sudan yang ditahan di Teluk Guantanamo sejak Maret 2003 sampai Desember 2007, mengklaim bahwa dia mengalami penyiksaan oleh agen-agen AS saat berada di dalam tahanan dan mengajukan gugatan terhadap beberapa nama pejabat Amerika.

Menurut Wilkerson, baik Dick Cheney maupun Donald Rumsfeld sebenarnya mengetahui bahwa sebagian besar dari 742 tahanan yang pertama kali dikirim ke Guantanamo pada tahun 2002 adalah mereka yang tidak bersalah, tetapi yakin bahwa ada kemungkinan untuk membiarkan para tahanan itu bebas.

Wilkerson, yang menjabat sebagai kepala staf Powell sebelum ia meninggalkan pemerintahan Bush tahun 2005, mengklaim bahwa sebagian besar tahanan, yang terdiri dari anak-anak berumur 12 hingga kakek-kakek setua 93 tahun, tidak pernah melihat seorang tentara AS sebelumnya, kecuali setelah mereka ditangkap.

Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa Rumsfeld dan Cheney pada khususnya, tidak punya belas kasihan bagi orang yang tak bersalah dan harus mendekam di Guantanamo selama bertahun-tahun, serta harus mengalami penderitaan hanya demi kepentingan AS untuk membenarkan perang melawan terornya.

“Dia (Cheney) sama sekali tidak memiliki kekhawatiran bahwa sebagian besar tahanan Guantanamo itu tidak bersalah … Jika ratusan individu yang tidak bersalah harus menderita,” kata Wilkerson.

Selanjutnya, Mohammad al-Kahtani, tersangka ke-20 peledakan serangan 11 September yang ditahan di Teluk Guantanmo, Kuba dalam sebuah catatan harian penjara mengaku dipaksa telanjang sambil menirukan gonggongan anjing saat menjalani penyidikan.

Saat tengah malam, kepala Kahtani kerap digebyuri air dan telinganya dijejali musik-musik keras karena mendadak harus menjalani pemeriksaan. Permintaannya untuk shalat senantiasa ditolak.

Selain itu, warga Arab Saudi ini juga diinterogasi di sebuah ruangan yang didekorasi dengan gambar-gambar korban 11 September. Sudah tak terhitung berapa kali dia harus kencing di celana karena ketakutan. Harga dirinya juga dicabik-cabik ketika lehernya dikalungi gambar wanita setengah bugil. Sampai pernah suatu saat dia minta diperbolehkan bunuh diri.

Gambar-gambar yang sangat mengagetkan dunia, mengenai bagaimana para tahanan diperlakukan pernah beredar di awal tahun 2002 silam. Kondisi mereka lemah, dalam pakaian oranye yang menyala, mata, mulut, dan telinga disekap, kedua tangan dan kaki dirantai. Sel-selnya seperti kandang ayam. Kawat- kawat berduri melintang ke sana kemari siap merobek kulit dan daging.

Selanjutnya, Mohammed Sagheer, 52 tahun, seorang da’i Pakistan yang telah dikeluarkan dari Guantánamo juga menglima terror mental. Para sipir penjara menurutnya menggunakan obat untuk mengendalikan para tahanan. Sagheer menyatakan bahwa para tentara itu memberi tahanan sebuah tablet yang akan membuat para tahanan tak sadarkan diri.

“Saya sembunyikan tablet-tablet itu di bawah lidah, lalu membuangnya begitu penjaga tidak melihat,” katanya. Sagheer mengaku dua kali dihukum di sel isolasi yang gelap karena meludahi penjaga, yang menurutnya telah memprovokasinya dengan melempar Qur’an dan memukulinya. (pz/bersambung)

Catatan Kaki

[1] Bisa dilihat dala tulisan Kelsos dengan judul Victims of The Christian Faith di situs www.truthbeknown.com yang kemudian ditulis kembali oleh Hj. Irena Handono dalam buku Fitnah dan Teror, (Bekasi: Gerbang Publishing, 2008)

[2] Adian Husaini, Tinjauan Historis Konflik Yahudi Kristen Islam, (Jakarta: GIP, 2004) h. 141

[3] Ibid, h. 140

[4] Ibid. h. 145

http://www.eramuslim.com/berita/laporan-khusus/siapa-radikal-siapa-teroris-ketika-kekejaman-kristen-tidak-disebut-teroris-3.htm

Dunia Sarat Tipuan

Dunia Sarat Tipuan


Banyak manusia yang menyangka bahwa dunia merupakan tempat yang final dan menentukan. Menang di dunia dianggapnya sebagai suatu perkara yang mesti dan harus. Sebab jika tidak menang di dunia lalu mau menang di mana lagi? Demikian pula sebaliknya, kalah di dunia merupakan suatu kehinaan yang bagaimanapun caranya harus dihindari. Sebab menurutnya mana mungkin seseorang masih bisa mengangkat kepalanya bila ia harus hidup di dunia dengan status sebagai pecundang. Itulah anggapan yang begitu terpateri di benak fikiran setiap orang yang menjadi *hamba dunia*.


Ketika sahabat Rib’iy bin Amer radhiyallahu ‘anhu ditugaskan untuk bernegosiasi dengan panglima militer Persia, Rustum, ia menjelaskan misi diutusnya ummat Islam oleh Allah subhaanahu wa ta’aala ke muka bumi. Salah satu misi tersebut dijelaskan olehnya sebagai berikut:


ÇÈÊÚËäÇ Çááå áäÎÑÌ ÇáäÇÓ ãä ÖíÞ ÇáÏäíÇ Åáì ÓÚÊ ÇáÏäíÇ æ ÇáÂÎÑÉ


”Kami (ummat Islam) diutus Allah ta’aala ke muka bumi untuk mengeluarkan manusia dari sempitnya dunia menuju lapangnya dunia dan akhirat.”


Inilah salah satu misi utama ajaran Islam. Melahirkan manusia beriman yang keyakinan dan penghayatannya akan negeri akhirat sedemikian kuatnya sehingga mereka tidak pernah terkurung di dalam keterbatasan dunia yang sempit. Orang beriman selalu hidup dengan hati yang lapang sebab mereka tidak mudah terseret oleh tipuan kesenangan (maupun kesengsaraan) dunia yang fana.


Seberapa nikmatnya kesenangan dunia, maka bagi seorang mu’min tidak bisa menandingi apalagi melebihi kebahagiaan hakiki di surga akhirat kelak.

Demikian pula, sedahsyat apapun kesengsaraan di dunia, maka bagi orang beriman hal itu tidak bisa menandingi apalagi melebihi penderitaan sejati di neraka akhirat kelak nanti.


Namun dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat begitu banyak manusia yang menyangka bahwa dunia sedemikian hakikinya sehingga mereka rela melakukan dan mengorbankan apapun hanya untuk meraih kesenangan fana dunia.

Begitu pula mereka akan rela berbuat dan meyerahkan apapun demi terbebaskan dari penderitaan sementara dunia ini. Dan itu semua dilakukan dengan mempertaruhkan kemungkinan meraih kesenangan hakiki surga akhirat dan dengan kemungkinan malah berujung di kesengsaraan sejati neraka akhirat.


Tidak banyak manusia yang rela bersabar kehilangan surga dunia demi meraih surga akhirat. Tidak banyak orang yang rela menghadapi neraka dunia demi terbebaskan dari neraka akhirat. Hal ini cuma menunjukkan betapa tidak sabarnya manusia. Dan hal ini juga menunjukkan betapa mudahnya manusia terjebak dengan hal-hal yang zahir dari kehidupan dunia ini dan mereka tidak cukup tajam penglihatannya untuk mamandang hal-hal ghaib dari kehidupan akhirat.



íóÚúáóãõæäó ÙóÇåöÑðÇ ãöäó ÇáúÍóíóÇÉö ÇáÏøõäúíóÇ æóåõãú Úóäö ÇáúÂóÎöÑóÉö åõãú ÛóÇÝöáõæäó


”Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS ArRuum ayat 7)


Para *ahlud-dunya *atau pencinta dunia memang merupakan kaum materialis.

Mereka hanya sibuk tenggelam dalam hal-hal yang material semata. Mereka tidak pernah mau tahu dengan hal-hal yang bersifat “behind the material”.

Sebab mereka tidak sanggup menjangkaunya. Dan ketidak-sanggupan itu disebabkan oleh tidak hadirnya al-iman di dalam dadanya.


Orang beriman tentunya ingin berhasil juga di dunia. Tetapi doanya dan harapannya kepada Allah ta’aala tidak pernah berhenti hanya pada hal-hal sebatas dunia. Mereka selalu mengharapkan akhirat bersamaan dengan harapannya akan dunia.



æóãöäúåõãú ãóäú íóÞõæáõ ÑóÈøóäóÇ ÂóÊöäóÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ÍóÓóäóÉð æóÝöí ÇáúÂóÎöÑóÉö ÍóÓóäóÉð æóÞöäóÇ ÚóÐóÇÈó ÇáäøóÇÑö


”Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a, “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”” (QS Al-Baqarah ayat 201)


Singkat kata, seorang mu’min adalah manusia yang lebih memilih menderita di dunia asal senang di akhirat. Sedangkan seorang kafir atau munafik lebih memilih sukses di dunia walau harus berakibat masuk neraka di akhirat kelak.

Seorang mu’min berprinsip: “Lebih baik susah sekarang asal senang belakangan.” Sedangkan seorang kafir atau munafik berprinsip: “Yang penting kita harus senang selagi bisa. Soal neraka, yah, belum tentu juga benar-benar ada.”


Nabi Muhammad shollallahu ‘alaih wa sallam mengingatkan kita ummat Islam agar jangan hendaknya tertipu oleh dunia. Hendaknya selalu sadar bahwa hakikat senang dan susah adalah di akhirat bukan di dunia. Senang di dunia tidak perlu membuat kita lupa. Susah di dunia tidak perlu membuat kita berputus asa.


Itulah sebabnya Nabi shollallahu ‘alaih wa sallam menyampaikan suatu hadits yang menggambarkan salah satu episode di hari pengadilan kelak nanti.

Penggambaran yang menjelaskan betapa kesenangan surga sejenak cukup membuat orang yang paling menderita sewaktu di dunia lupa samasekali akan penderitaannya. Sedangkan kesengsaraan neraka walau sekejap cukup untuk menjadikan orang yang paling nikmat sewaktu hidup di dunia tidak ingat lagi akan semua kesenangannya.



ÍóÏøóËóäóÇ ÚóãúÑñæ ÇáäøóÇÞöÏõ ÍóÏøóËóäóÇ íóÒöíÏõ Èúäõ åóÇÑõæäó ÃóÎúÈóÑóäóÇ ÍóãøóÇÏõ Èúäõ ÓóáóãóÉó Úóäú ËóÇÈöÊò ÇáúÈõäóÇäöíøö Úóäú ÃóäóÓö Èúäö ãóÇáößò ÞóÇáó ÞóÇáó ÑóÓõæáõ Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó íõÄúÊóì

ÈöÃóäúÚóãö Ãóåúáö ÇáÏøõäúíóÇ ãöäú Ãóåúáö ÇáäøóÇÑö íóæúãó ÇáúÞöíóÇãóÉö

ÝóíõÕúÈóÛõ Ýöí ÇáäøóÇÑö ÕóÈúÛóÉð Ëõãøó íõÞóÇáõ íóÇ ÇÈúäó ÂÏóãó åóáú ÑóÃóíúÊó ÎóíúÑðÇ ÞóØøõ åóáú ãóÑøó Èößó äóÚöíãñ ÞóØøõ ÝóíóÞõæáõ áóÇ æóÇááøóåö íóÇ ÑóÈøö æóíõÄúÊóì ÈöÃóÔóÏøö ÇáäøóÇÓö ÈõÄúÓðÇ Ýöí ÇáÏøõäúíóÇ ãöäú Ãóåúáö

ÇáúÌóäøóÉö ÝóíõÕúÈóÛõ ÕóÈúÛóÉð Ýöí ÇáúÌóäøóÉö ÝóíõÞóÇáõ áóåõ íóÇ ÇÈúäó ÂÏóãó åóáú ÑóÃóíúÊó ÈõÄúÓðÇ ÞóØøõ åóáú ãóÑøó Èößó ÔöÏøóÉñ ÞóØøõ ÝóíóÞõæáõ áóÇ

æóÇááøóåö íóÇ ÑóÈøö ãóÇ ãóÑøó Èöí ÈõÄúÓñ ÞóØøõ

æóáóÇ ÑóÃóíúÊõ ÔöÏøóÉð ÞóØøõ


*”Pada hari kiamat didatangkan orang yang paling nikmat hidupnya sewaktu di dunia dari penghuni neraka. Lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sejenak.

Kemudian ia ditanya: “Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kebaikan, pernahkah kamu merasakan suatu kenikmatan?” Maka ia menjawab: “Tidak, demi Allah, ya Rabb.” Dan didatangkan orang yang paling menderita sewaktu hidup di dunia dari penghuni surga. Lalu ia dicelupkan ke dalam surga sejenak.

Kemudian ditanya: “Hai anak Adam, pernahkah kamu melihat suatu kesulitan, pernahkah kamu merasakan suatu kesengsaraan?” Maka ia menjawab: “Tidak, demi Allah, ya Rabb. Aku tidak pernah merasakan kesulitan apapun dan aku tidak pernah melihat kesengsaraan apapun.” (HR Muslim 5018)*


Sumber : Eramuslim.com. Sunday, 17/08/2008 14:49 WIB


http://www.eramuslim.com/suara-langit/kehidupan-sejati/dunia-sarat-tipuan.htm

Ada Apa dengan Negara Islam?

Ada Apa dengan Negara Islam?

Islam datang untuk melepaskan manusia dari berbagai bentuk belenggu perbudakan, perhambaan, dan penjajahan. Perbudakan ini bisa dilakukan oleh manusia terhadap manusia lainnya, negara terhadap rakyatnya, dan oleh suatu negara terhadap negara lainnya.

Islam datang untuk menegakkan keadilan, bahwa tidak ada manusia yang merasa berhak untuk menjadi mulia, agung dibanding manusia lainnya, selain dari ALLAH yang menetapkan kemuliaan itu berdasarkan kadar takwa manusia itu sendiri. Islam datang untuk menyadarkan manusia bahwa satu-satunya yang pantas disembah hanyalah ALLAH, karena Dia lah Yang Maha Adil, Dia lah yang Maha Bijaksana, dan Dia lah Yang Maha Raja, Pemilik semesta alam raya ini.

Negara Islam adalah negara yang menjadikan Islam sebagai nafasnya. Hukum nya bukanlah aturan-aturan yang dibuat berdasar hawa nafsu, sehingga berlaku untuk sebagian manusia namun sebagian yang lain terhindar darinya. Hukum tertingginya adalah pedoman cara hidup yang tidak ada keraguan di dalamnya, tidak bengkok, memuat penjelasan terperinci untuk segenap manusia, yaitu Al Quran dan Sunnah.

Negara Islam adalah negara yang menjamin setiap hak hidup kaum minoritas sebagaimana mereka menjamin hak mayoritasnya. Keadilannya terang-benderang, meliputi setiap manusia yang hidup dalam naungannya.

Sudah sepatutnya bagi setiap muslim untuk menunjukkan keislamannya dengan terang dan tegas. Terlebih di negeri ini yang benihnya tumbuh dengan siraman darah para syuhada, maka tidak ada alasan bagi setiap muslim untuk kemudian menyembunyikan identitas keislaman mereka. Seorang muslim yang beriman, tidaklah memiliki cita-cita yang lebih mulia selain menegakkan kalimat ALLAH di tempat di mana kakinya berpijak. Ia bercita-cita bisa menghirup nafas tauhid, bersih dari segala racun kemusyrikan, merdeka untuk tidak lagi diperbudak dalam bentuk apapun, dan tegaknya keadilan tanpa kompromi pada berbagai bentuk kezaliman.

Negara Islam adalah keniscayaan perjuangan bagi setiap muslim, karena tidaklah dapat dikatakan ia berislam secara total bila ia mengambil sebagian dan berpaling pada bagian yang lain, kecuali bila ia memilih menjadi sedemikian karena merasa aman dari pertanggungjawaban di hadapan ALLAH kelak. Untuk orang-orang yang memilih cara hidup sedemikian, maka hendaknya mereka menyebut diri mereka sendiri part-time moslem.

Sungguh aneh di dunia ini ada saja orang-orang yang merasa bahwa bumi ini milik mereka, negara adalah lahan yang mereka perebutkan simpanannya, kepentingan orang banyak adalah bahan gurauan mereka, dan agama hanya menjadi bahan perdebatan dan makar mereka. Tetapi alangkah lebih mengherankan, jika orang-orang seperti ini bertebaran di setiap negeri Islam. Nama mereka muslim. Lidah mereka fasih mengutip kitab suci. Tetapi sayang hanya sebatas itu. Mereka sudah terbiasa untuk membius darah mereka dengan harta haram. Akal dan suara hati nurani tertutup oleh nyanyian ribut dan nyaring hawa nafsu mereka. Mereka adalah makhluk melata pengkhianat. Mereka hidup dari menghisap manusia-manusia lain yang mereka anggap lemah. Mereka berlindung di balik setiap aturan dan hukum mainan mereka. Mari kita mengenal karakter mereka yang dijelaskan secara rinci oleh Al Quran.

“Dan di antara manusia ada yang berkata,“Kami beriman kepada ALLAH dan Hari Akhir”, padahal sesungguhnya mereka itu bukanlah orang-orang yang beriman. Mereka menipu ALLAH dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ALLAH menambah penyakitnya itu, dan mereka mendapat azab yang pedih karena mereka berdusta. Dan apabila dikatakan pada mereka, “Janganlah berbuat kerusakan di bumi!” Mereka menjawab,”Sesungguhnya kami justru orang-orang yang melakukan perbaikan.” Ingatlah, sesungguhnya merekalah yang berbuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. Dan apabila dikatakan kepada mereka,“Berimanlah kamu sebagaimana orang lain telah beriman!” Mereka menjawab,“Apakah kami akan beriman seperti orang-orang yang kurang akal itu beriman?” Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang kurang akal, tetapi mereka tidak tahu. Dan apabila mereka berjumpa dengan orang yang beriman, mereka berkata,“Kami telah beriman.” Tetapi apabila mereka kembali kepada setan-setan (para pemimpin) mereka, mereka berkata,“Sesungguhnya kami bersama kamu, kami hanya berolok-olok.”(Q.S.Al Baqarah: 8-14)

Sungguh panjang lebar Al Quran menceritakan karakter makhluk melata ini, dan bagaimana akhir segala tindak tanduk mereka terhadap umat. Orang-orang beriman tidak perlu terlalu gusar dengan sikap para makhluk melata ini. ALLAH yang akan mengurus mereka. Setiap gerak-gerik dan siasat mereka tanpa disadari akan mengubur mereka sendiri. Orang-orang inilah yang ditelan dengan sendirinya oleh sejarah.

Tetaplah setiap orang-orang beriman fokus pada perjuangan mereka untuk menegakkan Islam di muka bumi ini. Islam adalah Dien dan Daulah. Sungguh setiap badai yang menerpa hanya menyapu puing-puing yang rapuh, dan setiap yang berakar kokoh akan tetap tegak. Berjuanglah untuk mengembalikan 'izzah umat ini. Bersihkan hati dari segala penyakit. Bersihkan amal dari segala perbuatan yang dibenci ALLAH namun telah diperindah setan hingga kita terpedaya untuk melakukannya.

Ketika segenap para penjajah dan pengikut mereka hendak menghapus kata jihad dalam kitab kita, maka pahatlah kata ini di hati kita, alirkan saripatinya dalam darah kita, kobarkan apinya di sorot mata kita ketika berhadapan dengan para penjajah tersebut. Ketika manusia-manusia sombong hendak mengada-ngadakan kitab suci baru bagi umat ini, maka teruslah genggam Kitabullah ini, berpikirlah dengannya, bicaralah dengannya, beramallah dengannya, dan matilah dalam keadaan berakrab dengannya.

Saksikanlah, kami adalah muslim. Islam adalah pilihan hidup kami. Islam adalah negara kami. Islam adalah hidup dan mati kami. Sesiapa yang hendak bermain-main dengan Islam, dengan sendirinya akan berhadapan dengan kami.

Profil penulis : Ibnu Kahfi Bachtiar, guru di Universitas Maritim Raja Ali Haji

http://www.eramuslim.com/suara-kita/pemuda-mahasiswa/ibnu-kahfi-bachtiar-guru-di-universitas-maritim-raja-ali-haji-ada-apa-dengan-negara-islam.htm

Teror Amerika: Teror Hakiki Dan Ancaman Terbesar Dunia

Teror Amerika: Teror Hakiki Dan Ancaman Terbesar Dunia

[Al Islam 556] Para pemimpin Barat mungkin bisa bernafas lebih lega. Osama bin Laden dinyatakan tewas dalam sebuah operasi yang dilakukan pasukan Navy Seal Amerika Serikat di pinggiran kota Abbottabad, barat laut ibu kota Pakistan, Islamabad, Senin tengah malam (2/5/2011).

Meski sebagian pihak meragukan kematian Osama dalam operasi itu. Karena AS kerap berdusta kepada publik dunia atas keberhasilannya mengeksekusi Osama. Seperti pengakuan Paul Craig Roberts, mantan deputi menteri keuangan AS dalam wawancaranya dengan Press TV, berdasarkan laporan Dinas Intelijen AS, Osama Bin Ladin telah tewas pada 2001 lalu dan ini adalah kedua kalinya militer Amerika membunuh Osama (lihat, Republika.co.id, 10/5).

Beberapa jam setelah keberhasilan operasi tersebut, Presiden Obama berpidato mengumumkan kematian Osama. Obama menyatakan bahwa operasi penyerbuan itu dalam rangka “melindungi bangsa kita dan untuk membawa pihak-pihak yang bertanggungjawab atas serangan biadab ini pada sebuah keadilan.” Obama juga menyatakan, “Malam ini, kita dapat berkata kepada keluarga-keluarga yang telah kehilangan orang yang dicintai karena teror al Qaeda: Keadilan telah ditegakkan.”

AS memperlakukan jasad Osama dengan keji dan tidak sesuai syariat Islam. Jenazah Osama dijatuhkan ke laut Arab dari dek sebuah kapal induk Amerika Serikat.

Perlakuan yang bertentangan dengan syariat Islam dan nilai-nilai kemanusiaan itu jelas menyulut protes. Dr Ahmaed El-Tayeb, Sheikh Al Azhar Mesir, mengecam pelemparan jenazah Osama bin Laden ke laut itu. Seorang pengacara muslim terkenal di Mesir, Montasser al-Zayat, juga mengecamnya seraya bertanya, “Tidakkah cukup bahwa mereka telah membunuhnya dan memamerkan kegembiraan mereka kepada dunia?” (lihat, Kompas, 3/5).

Teror Amerika: Teror Hakiki dan Ancaman Terbesar Dunia

Banyak masyarakat dunia dipaksa untuk percaya bahwa Osama bin Laden dan jaringan al-Qaedanya bertanggung jawab atas tewasnya 3000 orang di gedung WTC -Meski hingga kini kebenarannya masih diragukan banyak pihak, karena sejumlah kejanggalan yang ada-. Tidak cukup di situ, Obama dalam pidatonya tanggal 3 Mei lalu juga menyatakan bahwa jaringan al-Qaeda pimpinan Osama juga telah membunuhi muslim secara massal.

Dunia, termasuk kaum muslimin, terus diberondong dengan kampanye kebohongan yang semestinya membuat muak siapa saja yang mengetahui kebenaran. Ketika di awal jabatannya Obama menyatakan akan bersahabat dengan dunia Islam, ia justru mengirimkan 17.000 dari rencana 21.000 pasukan tambahan ke Afghanistan pada tahun 2009.

Pasukan AS dan sekutunya bertindak seolah di wilayah mereka sendiri, membunuhi warga sipil dan muslim yang tak berdaya, termasuk anak-anak, wanita dan orang tua di negeri muslim. Pada bulan Mei 2009 misalnya, dengan dingin pasukan NATO membunuh seorang bocah perempuan berusia 12 tahun, melukai seorang wanita dan seorang pria yang tengah berangkat menuju pesta pernikahan di Afghanistan Barat (Republika, 5/5/2009).

Di tahun 2008 saja sebanyak 2.100 orang rakyat sipil telah jadi korban. Di tahun 2009 jumlah korban perang Afghanistan meningkat hingga 40 persen. Dalam sebuah serangan pasukan NATO misalnya, tidak kurang 100 warga sipil menjadi korban (eramuslim, 6/5/2009). Menurut hitungan AFP berdasar hitungan resmi dan sebuah laman Internet independen, lebih dari 10.000 orang, sekitar seperlimanya warga sipil, telah tewas akibat kekerasan di Afghanistan tahun 2010 (investor.co.id, 3/1/2011).

Sementara di Irak, kantor berita Al Jazeera, mencatat sekitar 680 warga sipil di Irak, termasuk perempuan hamil dan penderita gangguan mental, tewas terbunuh hanya karena melintas terlalu dekat dengan pos-pos pemeriksaan militer di jalanan yang dijaga pasukan AS dan sekutunya (Kompas, 25/10/2010).

Lembaga independen Iraq Body Count (IBC) yang bermarkas di Inggris mencatat jumlah korban sipil akibat kekerasan di Irak mencapai 100.709 - 110.006 orang. Analisis penuh atas data wikileaks masih bisa menambah angka 15.000 lagi (www.iraqbodycount.org, diakses pada 10/5).

Kalau Osama ‘patut’ dihabisi karena bertanggung jawab atas kematian 3000 orang di AS, yang sampai saat ini pun belum bisa dibuktikan kebenarannya, lalu bagaimana dengan pemerintah AS dan sekutunya yang telah membunuhi puluhan ribuan orang tak berdosa di Irak, Afghanistan dan Pakistan?

Disamping itu, kekejaman pasukan AS dan sekutunya di Irak seharusnya membuat Obama malu mengucapkan kata ‘keadilan’. Sungguh Obama tidak memiliki kredibilitas untuk berbicara tentang keadilan. Pertanyaan yang seharusnya terlontar adalah: kapan kepada keluarga puluhan ribu korban invasi AS dan sekutunya bisa dikatakan “hari ini keadilan telah ditegakkan“?

Kata ‘keadilan’ yang dilontarkan Obama pun di mata para pakar hukum internasional juga dianggap retorika kosong. Bila memang Osama bersalah bukankah seharusnya ada pengadilan yang membuktikannya?

Mantan Kanselir Jerman Helmut Schmidt menyatakan bahwa tindakan AS sudah merupakan kriminalitas tingkat internasional dan pelanggaran hukum internasional. Hal senada dilontarkan Ehrhart Koerting, Menteri Dalam Negeri di Berlin.

Menurut pakar hukum internasional Gert-Jan Knoops yang tinggal di Belanda, Osama seharusnya ditangkap dan diekstradisi ke Amerika. Sementara menurut Reed Brody, penasihat di Human Rights Watch, AS tak berhak melanggar protokol HAM atau hukum internasional meski dengan tujuan untuk membuat dunia lebih aman. (lihat, detiknews.com, 4/5/2011)

Tapi Amerika Serikat tidak akan pernah mempedulikan kecaman atas tindakan brutal mereka. Karena mereka sudah menjadikan diri mereka sendiri sebagai hukum, hakim sekaligus eksekutornya. AS yang menentukan siapa teroris dan bagaimana cara menghukumnya. Bukan pengadilan internasional apalagi suara dunia Islam.

AS telah menghabiskan dana US $ 1.3 triliun, menangkap dan menyiksa ratusan orang tanpa pengadilan, dan membunuhi ribuan warga sipil, membuat ketidakstabilan di berbagai wilayah di dunia, dan mendorong sektarianisme yang semuanya dilakukan dengan alasan untuk memberangus al Qaeda dan Osama. Mereka juga tidak takut untuk mengeluarkan uang lebih banyak lagi dan membunuh lebih banyak lagi untuk menunjukkan kepongahan mereka. Pasca kematian Osama, AS akan terus melanjutkan operasi militer brutal degan dalih war on terror. Maka AS sendirilah yang sebenarnya melakukan aksi teror dengan mengatasnamakan demokrasi dan perang melawan terorisme. Amerika The Real Terroris!

Amerika Serikat Musuh dan Ancaman Sejati Dunia, Lawan!

Kaum muslimin tidak boleh tertipu oleh omong kosong perang melawan terorisme dan penegakkan keadilan yang dilontarkan AS dan pemimpinnya Barack ‘pembual’ Obama. Baginya, sebenarnya yang paling penting bukanlah keadilan bagi rakyat AS apalagi kedamaian dunia. Obama hanya mementingkan popularitasnya yang terus merosot karena ketidakbecusannya mengurus negerinya. Terbukti dukungan terhadapnya naik menjadi 53 persen setelah berita kematian Osama. Ia berkepentingan agar kembali bisa terpilih menjadi presiden di periode berikutnya. Maka ia tak peduli berapapun biaya yang dikeluarkan dan berapa ribu muslim yang akan terbunuh.

Penjajahan dan kezaliman AS dan sekutunya itu harus dienyahkan, baik Osama ada ataupun tidak. Untuk itu kaum muslim tidak bisa mengandalkan dan berharap pada pemimpin mereka saat ini. Sebab sebagian pemimpin mereka justru berkolusi dengan musuh dan berkhianat dengan membuka jalan bagi kaum kuffar untuk membunuh kaum muslim rakyat mereka sendiri. Bagaimana bisa mereka mengaku mengurusi umat sementara mereka sendiri bersekutu dengan para penjajah? Sementara pemimpin yang lainnya lebih memilih menyanjung para penjajah dan bersembunyi di balik ketiaknya. Mereka lupa, suatu hari mereka pasti akan menyesalinya dan ingin melarikan diri dari persekongkolan itu sejauh-jauhnya. Diakhirat mereka akan tertimpa azab yang pedih.

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ ﴿١٦٥﴾ إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ ﴿١٦٦﴾ وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا ۗ كَذَٰلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ ۖ وَمَا هُم بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ ﴿١٦٧﴾

Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.” Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka.” (QS. al-Baqarah: 165-167)

Wahai kaum muslimin!

Semua itu menunjukkan bahwa umat membutuhkan pemimpin dan sistem yang bisa mengenyahkan penjajahan dan kezaliman AS (Barat) dan melindungi setiap tetes darah umat ini. Yaitu tidak ada yang lain kecuali Khalifah dan sistem Khilafah yang menerapkan syariah islam dan menegakkan kedaulatan syariah. Hanya dengan khilafah kehormatan dan darah umat akan terjaga. Maka wakai kaum muslim! bersegeralah memperjuangkan penerapan syariat dan tegaknya khilafah yang dijanjikan Allah untuk mendapatkan keridhaanNya dan perlindungan dari musuh-musuh Anda. Wallâh a’lam bi ash-shawâb. [ ]

Komentar al-Islam:

Seluruh partai politik besar yang berideologi nasionalis kini memiliki organisasi sayap yang bersifat keagamaan. Selain efektif untuk meningkatkan suara, kebaradaan sayap itu untuk meningkatkan soliditas dan citra partai (Kompas, 10/5)
1. Itulah politisasi agama, memperalat agama untuk kepentingan politik. Hal itu justru akan memperburuk citra Islam dan menjauhkan umat dari agamanya.
2. Umat harus hati-hati jangan sampai terpedaya dengan politisasi agama itu.
3. Memperjuangkan agama yang sesungguhnya adalah melalui perjuangan politik memperjuangkan penerapan syariah secara formal dalam bingkai negara.

UU Intelijen berpotensi memberi kekuasaan tak terbatas bagi intelijen untuk bertindak. Lewat UU ini aparat keamanan diduga ingin kembali mengatur segi-segi kehidupan masyarakat, persis seperti zaman orde baru dulu. “Ini seolah-olah intelijen sapu jagat. Mulai dari menginteli, menyadap hingga menangkap”, ujar pengamat intelijen Mufti Makarim (lihat, detiknews.com, 10/5).
1. Umat islam perlu waspada lahirnya rezim negara intel.
2. Waspadai kriminalisasi islam idelogi dengan visi islam politik dan para pengusungnya, dijstifikasi sebagai ancaman dan musuh dengan UU represif.

Ikhwan dan Salafi Pun Kini Menuntut Penegakkan Khilafah Islamiyyah

Ikhwan dan Salafi Pun Kini Menuntut Penegakkan Khilafah Islamiyyah

Selasa, 10 Mei 2011 10:09




Syabab.Com - Media Al Masry al-Youm melaporkan bahwa ribuan orang menghadiri rapat akbar kelompok Ikhwan dan Salafi. Lebih dari 50.000 orang pada hari Sabtu menghadiri rapat akbar bersama yang digelar oleh Ikhwanul Muslim dengan Salafis di distrik Haram, Giza. Penyelenggara meneriakkan slogan yang menyatakan bahwa Ikhwan dan Salafi adalah satu, dan keduanya berusaha menerapkan Syariah Islam.

"Negara Arab Bersatu dan Negara Islam Bersatu pasti tiba," kata ulama Salafi Safwat Hegazy pada pertemua tersebut. "Dan segera kami akan memiliki satu Khalifah yang mengatur kita semua."

Hegazy juga menutuh pembakaran geraja di Imbaba pada hari Sabtu. "Mereka bukan Salafi atau Ikhwan, bukan juga orang Mesir," katanya. "Mereka adalah musuh yang memicau permusuhan sektarian."

Pembicara Salafi Mohamed Hassa, untuk bagian ini, meminta semua jamaah Islam untuk meyakinkan umat Muslim dan Kristen bahwa mereka sama-sama bangsa Mesir. "Mesir bukan milik umat Islam saja," katanya. "Dan Koptik dilindungi oleh Islam. Mereka tidak perlu hijrah ke Amerika Serikat untuk hal itu."

Seiring tuntutan perubahan di Timur Tengah, di awali dari Tunisa dan Mesir yang berhasil menumbangkan rezim Ben Ali dan Mubarak, rakyat kini semakin berani untuk melawan rezim represif.

Tuntutan perubahan secara total, dengen penerapan syariah terus disuarakan. Khilafah kini mulai menjadi isu bagi kelompok-kelompok Islam. Kaum Muslim mulai menyadari bahwa mereka terlalu lama sengsara hidup tanpa naungan Khilafah. Revolusi prematur yang terjadi baru pergantian muka pada rezim yang sama.

Seruan penegakkan Khilafah pun terus menggema, sejak 1953, di mana Masjid Al-Aqsa yang diberkahi menyerukannya. Hingga kini Al-Aqsa terus memanggil serta negeri-negeri kaum Muslim lainnya pun menanti kaum Muslim dan para tentaranya untuk bersegera membebaskan negeri-negeri Muslim dari cengkraman penjajah.

Bukan hanya di negeri-negeri Timur Tengah, seruan penegakkan Khilafah juga menggema dari jantung peradaban Barat. Kelompok Hizbut Tahrir yang sejak awal munculnya konsisten dengan seruan penegakkan Khilafah bersama kaum Muslim sering menyelenggarakan aksi di kota London, Sydney, Amsterdam, dan Kopenhagen. Mereka bersuara sama menginginkan Khilafah Islamiyyah.

Seruan akan terus bergema hingga pertolongan Allah tiba yang semakin dekat. Insya Allah, yang dinanti-nanti, Khilafah Islamiyyah, institusi pelaksana syariah itu akan segera tiba dalam waktu yang sangat dekat. [m/almasrylyoum/syabab.com]

Dialog antara anshar tauhid dengan anshar thaghut di dalam sijn (penjara)

Dialog antara anshar tauhid dengan anshar thaghut di dalam sijn (penjara)

M. Fachry

Ini adalah dialog antara saya dengan 2 anshar thaghut Densus 88 Bagian Deradikalisasi… Ini adalah dialog yang kedua antara saya dengan kedua orang itu… Saya tulis global apa yang berlangsung sebagai mudzakarah ilmu bagi saya disaat tidak ada orang yang bisa diajak bermudzakarah…

Mereka berkata : Kami datang kepada ustadz untuk berdiskusi dengan ustadz…

Saya berkata : Diskusi itu harus memiliki tujuan dalam mencari kebenaran, bukan formalitas menjalankan tugas dari pimpinan bapak, apalagi dalam rangka membahayakan orang muslim. Semestinya bapak keluar saja dari pekerjaan bapak, karena di akhirat kelak pimpinan yang bapak taati sekarang tidak akan menolong bapak, bahkan akan saling menghujat dan berlepas diri… Allah berfirman :

“Pada hari (ketika) wajah mereka dibolak-balikan dalam neraka, mereka berkata : “Wahai, kiranya dahulu kami taat kepada Allah dan taat (pula) kepada Rasul”. Dan mereka berkata : “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah mentaati para pemimpin dan para pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan laknatlah mereka dengan laknat yang besar.” (Al Ahzab : 66-68).

“(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti berlepas tangan dari orang-orang yang mengikuti, dan mereka melihat azab, dan (ketika) segala hubungan anatara mereka terputus. Dan orang-orang yang mengikuti berkata : “Sekiranya kami mendapat kesempatan (kembali ke dunia), tentu kami akan berlepas tangan dari mereka, sebagaimana mereka berlepas tangan dari kami”. Demikian Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatan mereka yang menjadi penyesalan mereka, dan mereka tidak akn keluar dari api neraka.” (Al Baqarah : 166-167).

Segala hubungan nanti putus, baik itu hubungan kedinasan maupun yang lainnya, dan bahkan para pengikut dan para bawahan itu kelak ingin kembali ke dunia, bukan untuk shalat, zakat, shaum atau yang lainnya, tetapi untuk berlepas diri dari pimpinannya dan dari hukum perbuatan yang dahulu dijunjung tinggi.

Kita ini tidak akan selamanya di dunia ini, pasti nanti akan datang kepada Allah. Sekarang pemerintah sedang berkuasa di dunia dan merasa benar, tetapi kelak semua itu akan sirna dan di sana hanya Allah-lah Yang Berkuasa…

Saya pada kondisi lemah ini yang mana bapak bisa membunuh saya atau memotong-motong tubuh saya sesuka bapak, tetapi jujur dan tidak ingin menipu diri saya dan menipu bapak, saya juga bukan penjilat, saya tidak peduli sama bapak, maka saya menyampaikan hal itu…

Mereka menimpal : Ustdz, kan kita ini sama… Tidak ada perbedaan… Kami juga bersyahadat laa ilaaha illallaah muhammad rasulullah, shalat, zakat, shaum, haji, dan yang lainnya… Jadi kenapa dikatakan beda…?!!

Saya berkata : Kita berbeda pak, saya berbeda dengan bapak dan pemerintah ini…

Mereka berkata : Apa yang berbeda ?

Saya berkata : Perbedaan di antara kita bukan pada sholat, zakat, shaum, dan haji, karena bapak dan pemerintah tidak melarang dari hal-hal itu… Tapi perbedaan di antara kita adalah pada laa ilaaha illallaah…

Mereka berkata : Tidak beda, kami juga mengikrarkan laa ilaaha illallaah muhammad rasulullah… Tidak ada tuhan selain Allah… Jadi kenapa beda ???

Saya berkata : Laa ilaaha illallaah itu bukan hanya pengucapan, akan tetapi ia mengandung makna dan konsekwensi, yang intinya ibadah kepada Allah dan menjauhi thaghut, sebagaimana firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat, (para rasul itu menyerukan) “beribadahlah kalian kepada Allah dan jauhilah thaghut itu.” (An Nahl : 36).

Jadi makna laa ilaaha illallaah itu adalah ibadah kepada Allah dan menjauhi thaghut, sedangkan bapak dan pemerintah ini malah menjungjung hukum thaghut dan loyalitas kepadanya…

Mereka betanya : Apakah di ayat itu disebut kata “thaghut” ?

Saya menjawab : Ya, disebutkan “beribadahlah kepada Allah dan jauhilah thaghut itu !”

Mereka bertanya : Tadi surat apa dan ayat berapa ?

Saya jawab : An Nahl 36… Supaya jelas saya jabarkan, Allah berfirman :

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelummu (Muhammad) melainkan Kami wahyukan kepadanya : “Bahwa tidak ada ilah (yang haq) kecuali Aku, maka beribadahlah kalian kepada-Ku” (Al Anbiyaa : 25).

Ayat ini menjelaskan bahwa setiap rasul diwahyukan laa ilaaha illallaah sehingga kalimat ini adalah inti ajaran Allah yang mereka (para rasul) dakwahkan…

Kemudian laa ilaaha illallaah Allah jelaskan makna kandungannya di dalam surat An Nahl 36:

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat, (para rasul itu menyerukan) : “Ibadahlah kalian kepada Allah dan jauhi thaghut itu.”

Jadi bukan sekedar pengucapan dan pengikraran lisan, tapi konsekwensinya adalah menjauhi dari loyal atau ibadah kepada thaghut dan beribadah hanya kepada Allah…

Bahkan Allah juga berfirman dalam surat Al Baqarah 256 :

“Barangsiapa kafir (ingkar) kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka dia sungguh telah memegang ikatan tali yang sangat kokoh yang tidak mungkin putus.”

Di sini Allah menjelaskan bahwa orang disebut telah memegang laa ilaaha illallaah yang merupakan ikatan tali yang sangat kokoh adalah bila dia kafir atau ingkar kepada tahghut dan iman kepada Allah…

Dan Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

“Barangsiapa mengucapkan laa ilaaha illallaah dan dia ingkar terhadap segala yang ibadati selain Allah, maka terjagalah darah dan hartanya…” (HR. Muslim)

Di sini juga beliau menetapkan status keislaman seseorag terhadap pengucapan laa ilaaha illallaah yang disertai sikap ingkar terhadap segala yang diibadati selain Allah, yaitu ingkar kepada thaghut…

Dan para ulama juga telah ijma (sepakat) bahwa ikrar syahadat tidak manfaat tanpa ingkar kepada thaghut. Al Imam Sulaiman Ibnu Abdillah Ibnu Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah berkata dalam kitab Taisir Al Aziz Al Hamid yang dinukil oleh Syaikh Ali Al Khudlair, berkata :

“Sekedar pengucapan kalimat syahadat tanpa mengetahui maknanya dan tanpa mengamalkan konsekwensinya berupa komitmen dengan tauhid, meninggalkan syirik akbar dan ingkar kepada thaghut, maka sesungguhnya (pengucapan syahadat) itu tidak bermanfaat berdasarkan ijma.”

Coba perhatikan Al Baqarah 256, hadits shahih Muslim dan juga ijma ulama, semua menyatakan bahwa ingkar kepada thaghut itu adalah syarat keislaman di hadapan Allah yang merupakan separuh makna laa ilaaha illallaah…

Salah seorangnya bertanya : Apa thaghut itu?

Saya berkata : Di antara thaghut itu adalah hukum buatan dan para pembuatnya, sebagaimana firman-Nya dalam surat An Nisa 60 :

“Tidakkah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan (beriman) kepada apa yang diturunkan sebelummu ? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thaghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thaghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) kesesatan yang sejauh-jauhnya.

Di dalam ayat ini Allah menyebutkan hukum atau undang-undang yang dijadikan acuan hukum selain apa yang Allah turunkan adalah sebagai thaghut yang diharuskan untuk diingkari, sedangkan pemerintah ini malah menerapkannya dan bapak sebagai perangkat penegaknya.

Padahal bila orang berpaling dari hukum yang diturunkan kepada Rasulullah dan malah merujuk kepada hukum-hukum Allah yang asli yang sudah dihapus yang ada di dalam Taurat dan Injil, maka dia divonis kafir, maka bagaimana dengan orang yang malah menerapkan hukum buatan manusia ??? Ibnu Katsir rahimahullah berkata di dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 13 hal 119 :

“Barangsiapa meninggalkan hukum yang baku yang diturunkan kepada Muhammad Ibnu Abdillah, dan dia malah mengacu hukum kepada yang lainnya berupa ajaran-ajaran (Allah) yang sudah dinasakh, maka dia kafir. Maka bagaimana gerangan dengan orang yang merujuk hukum kepada ALYASA dan dia mengedepankannya terhadap hukum (Allah) itu, maka dia kafir berdasarkan ijma kaum muslimin.”

Alyasa itu adalah Yasiq, yaitu kitab undang-undang hukum yang dibuat oleh Jengis Khan, yang dia rangkum sebagian dari Islam, sebagian dari Nashrani, sebagian dari Yahudi, sebagian dari ahli bid’ah dan sebagian dari buah pikirannya. Ini sama seperti yang dipakai pemerintah ini, di mana sebagiannya dari Islam seperti yang di pakai di Pengadilan Agama, sebagiannya dari Nashrani (Belanda) yaitu KUHP, sebagiannya dari hasil buatan Parlemen. Dan itu yang bapak pakai…

Salah satunya bertanya : Kalau syirik itu apa ?

Saya jawab : Syirik itu adalah penyekutuan Allah, dan dalam kaitan diskusi ini adalah syirik hukum. Allah berfirman :

“Ingatlah, hanya milik Allah penciptaan dan perintah itu.” (Al A’raf : 54).

Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa menciptakan dan memerintah (mengatur) itu hanya hak khusus Allah, karena manusia adalah ciptaan Allah, maka hukum aturan yang diberlakukan kepada mereka pun harus aturan Allah.

Bila seseorang meyakini bahwa ada pencipta selain Allah, maka itu adalah musyrik kafir, maka begitu juga bila seseorang meyakini ada yang berwenang membuat hukum selain Allah maka dia musyrik kafir juga, karena Allah tidak memperkenankan penyekutuan di dalam hak hukum-Nya. Ini sebagaimana firman-Nya:

“Dan Dia tidak menyertakan seorangpun di dalam hukum-Nya.” (Al Kahfi : 26).

Dan bila seseorang memberikan loyalitas kepada hukum buatan itu, maka dia telah menyekutukan Allah, sedangkan pembuat hukum itu telah memposisikan dirinya sebagai tuhan, sebagaimana dalam firman-Nya:

“Mereka menjadikan orang-orang alim dan rahib-rahibnya sebagai tuhan selain Allah, dan jugaAl Masih putra Maryam, padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan selain Dia, Maha Suci Dia dari apa yang mereka persekutukan.” (At Taubah : 31)

Di dalam ayat ini Allah mencap Nashrani dengan banyak vonis :

* Mereka mempertuhankan alim ulama dan pendeta mereka
* Mereka beribadah kepada alim ulama dan pendeta mereka
* Mereka musyrik
* Alim ulama dan pendeta mereka telah mempertuhankan diri.

Di dalam hadits hasan riwayat At Tirmidzi, Rasulullah membacakan ayat (At Taubah : 31) ini di hadapan ‘Adiy Ibnu Hatim -yang saat itu Nashrani lalu masuk Islam-, dan ketika mendengar ayat itu dengan vonis-vonis tersebut, maka ‘Adiy Ibnu Hatim berkata :

“Kami tidak mengibadati mereka”, Rasulullah bersabda : “Bukankah mereka itu menghalalkan apa yang Allah haramkan kemudian kalian ikut menghalalkannya ?, dan bukankah mereka mengharamkan apa yang telah Allah halalkan terus kalian ikut mengharamkannya ??. Maka ‘Adi Ibnu Hatim menjawab : “Ya…”, maka Rasulullah bersabda : “Itulah peribadatan kepada mereka.”

Jadi, kesetiaan kepada hukum buatan itu adalah peribadatan kepada pembuat hukum dan merupakan kemusyrikan. Dan itu adalah pekerjaan bapak…

Salah seorang berkata : Berarti yang masuk di sini adalah parlemen, hakim, jaksa, polisi, tentara… dan tentunya presiden tertinggi… Kalau begitu Tifatul Sembiring masuk juga karena ikut membuat hukum…

Saya jawab : Ya begitu…

Dia berkata : Yang ustadz katakan itu benar, tapi kita kan di Indonesia… Umat agama yang lain bagaimana…??

Saya berkata : Kalau sudah mengetahui benar, maka seharusnya diikuti, karena kalau sekedar yakin atau mengetahui maka tidak ada gunanya, karena Abu Thalib juga meyakini bahwa ajaran Rasulullah adalah benar, namun tidak mau mengikutinya…

Kalau masalah umat agama yang lain… Islam itu tidak memaksa orang kafir untuk masuk Islam, kan di Islam ada yang namanya kafir dzimmi, yaitu orang kafir yang mau tunduk hidup di bawah naungan kekuasaan dengan kewajiban membayar jizyah atas pria dewasa setahun sekali seukuran kurang lebih 1 dinar (4,25 gram mas) dengan jaminan jiwa, harta dan keluarga. Nilai yang jauh lebih kecil dibandingkan segala pajak yang diambil pemerintah ini darinya sekarang, motor, mobil, tanah, rumah, dan lain sebagainya…

Lagi pula saya tidak mengajak kepada hal yang saya sendiri belum mampu karena hal itu bukan kewajiban kepada individu tertentu, tapi kewajiban umat secara kolektif. Namun saya ajak bapak kepadanya adalah minimal merealisasikan tauhid dengan keluar dari pekerjaan bapak… Sumber rezeki masih banyak…

Yang satu menimpali : Sebenarnya di antara kita ada kesamaan… Coba lihat aturan lalu lintas… Lampu merah… Bagaimana di Islam ?!!

Saya jawab : Berbeda pak… Kami tidak sama dengan pemerintah ini, kami ingin Allah sebagai rujukan hukum, sedangkan pemerintah ini punya rujukan yang lain… Kitabnya saja berbeda… Perlu diketahui, bahwa di dalam islam ini ada hukum-hukum yang baku yang sudah ditentukan yang disebut hukum syar’iy dan ada pula hukum idariy (tata tertib), yaitu permasalahan-permasalahan yang berkembang dengan zaman yang tidak diatur secara khusus, namun Islam memberikan kaidah-kaidah umum sebagai panduan yang nanti penetapannya tergantung kepada pemimpin dengan mempertimbangkan maslahat kaum muslimin…

Nah, masalah lampu merah ini masuk dalam hukum idariy… Andai pun ada kesamaan pada hasilnya, namun sumber rujukannya berbeda… Bukankah ketika orang Nashrani berbuat jujur karena -umpamanya- agamanya mengajarkan untuk jujur, bukankah dengan jujurnya itu dia tidak disebut muslim walaupun ada kesamaan dalam anjuran berbuat jujur, ini karena bedanya rujukan dan ketundukan.

Terus, dalam hal-hal yang baku, pemerintah ini merujuk kepada hukum buatan…

Dalam islam, masalah pencurian bila memenuhi syarat maka akan dipotong tangan, tapi di sini merujuk kepada pasal 362 dan 363 KUHP, yaitu penjara.

Perampokan di islam adalah dikenakan hukuman hirabah, bisa disalib atau dibunuh, atau dipotong tangan dan kaki secara silang atau diasingkan, akan tetapi di sini dikarenakan pasal 365 KUHP maka hukumannya yaitu penjara.

Pembunuhan di islam ada hukum tersendiri, tapi di sini dikenakan pasal 340 KUHP, bila pembunuhan tersebut terbukti direncankan diancam seumur hidup atau hukuman mati, bila tidak direncanakan maka dikenakan pasal yang lebih ringan.

Zina di islam ada hukumannya walaupun sama-sama ridla dan dewasa dan si wanita tidak punya suami, tapi di sini kalau sama-sama ridla dan dewasa dan si wanita tidak punya suami maka itu legal lagi tidak ada sanksi, bahkan kalau di lokasi khusus maka ada pajaknya…

Ini kan beda pak… Belum hukum lainnya, karena segala permasalahan di islam putusannya harus mengacu kepada hukum Allah, sebagaimana firman-Nya:

“Dan apapun yang kalian perselisihkan di dalamnya, maka putusannya diserahkan kepada Allah.” (Asy Syuraa : 10).

Mereka berkata : Karena kami tidak begitu menguasai, maka kami tidak bisa mengoreksi, tapi mungkin kalau kami bawa orang yang selevel dengan ustadz, mungkin dia bisa menanggapi, karena bisa jadi itu hanya penafsiran ustadz, tapi orang lain bisa jadi penafsirannya beda…

Saya berkata : Yang jelas saya sudah menjelaskan prinsip saya, di atas itu saya hidup dan mati, tapi saya tetap mengajak bapak untuk keluar dari polisi karena itu kemusyrikan yang membatalkan amalan…

Mereka berkata : Kami selalu ingat ajakan ustadz itu…

*Dialog ini sebenarnya panjang, tapi itu ringkasannya

Polres Jakarta Barat

Aman Abdurrahman

18 Jumada Ula 1432 H

http://arrahmah.com/read/2011/05/12/12474-dialog-antara-anshar-tauhid-dengan-anshar-thaghut-di-dalam-sijn-penjara.htm

Cara konyol kriminalisasi Khilafah

Cara konyol kriminalisasi Khilafah

Harits Abu Ulya,
Ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI

Seperti pepatah “sekali dayung dua tiga pulau terlampaui” bom buku pun meletup di saat Presiden SBY tersandung bocoran Wikileaks dan rekayasa peradilan Ustadz Abu Bakar Baasyir mulai terbongkar. Dan celakanya BNPT menuding target bom buku itu adalah para penghalang khilafah. Benarkah pelakunya pejuang khilafah? Ataukah pihak pemerintah sendiri?
Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Ketua Lajnah Siyasiyah DPP Hizbut Tahrir Indonesia Harits Abu Ulya. Berikut petikannya.

Bagaimana tanggapan Anda tentang pernyataan bahwa target bom buku adalah penghalang khilafah?
Polisi sendiri belum menyimpulkan siapa pelaku paket bom hingga saat ini, sebaliknya kita malah menyaksikan ngototnya Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dengan opininya.
Artinya, BNPT berbicara bukan berdasarkan data dan bukti tapi lebih tepat disebut sebagai propaganda dan opini untuk mengkriminalisasi dan nafsu membungkam gerakan pengusung khilafah dengan cara-cara tidak fair dan konyol.

Konyol bagaimana?
Karena tidak satu jalan pun yang dapat digunakan mereka untuk melawan atau membuktikan baik secara intelektual, rasional, emosional, maupun secara legal yang dapat mengaitkan teror dengan perjuangan khilafah.
Ketua BNPT Ansyaad Mbai dalam berbagai kesempatan diskusi di radio, TV dan forum-forum diskusi menyatakan bahwa target dari bom buku ini adalah para penghalang khilafah.
Ini tidak lebih sebagai upaya licik untuk mendapatkan legitimasi baik dari sisi opini atau regulasi, yang nantinya dipakai untuk menindak secara represif kelompok-kelompok yang menyuarakan khilafah.
Maka kita bisa menangkap logika yang sedang dibangun; kenapa paket bom itu diarahkan ke person tertentu dan representasi dari entitas tertentu? Ini sebuah pola penyampaian pesan dengan obyek yang 'tepat' untuk mendapatkan justifikasi bahwa yang melakukan adalah kelompok yang radikal: kontra demokrasi, liberalisme atau juga dianggap membahayakan Pancasila. Disertai instrumen pendukung yang relevan dengan buku-buku yang judulnya 'menyerang' sebagai sampul bom.

Kalau begitu, siapa pelakunya?
Ada tiga kemungkinan. Pertama, kemungkinan murni person atau kelompok jihadis yang melakukan. Ini berdasarkan produk rakitan yang meledak di Utan Kayu, dan beberapa indikasi lainya, sekalipun terlihat kurang profesional karena beberapa faktor.
Tapi terkait motif sangat sumir. Apa hanya ingin menunjukkan bahwa diri mereka masih eksis dengan menciptakan terror atau memang memiliki target lebih dari itu? Di sini antara ranah aksi dan nilai yang lebih besar dalam kontek politik yang hendak mereka raih sama sekali tidak ada benang merahnya.
Kedua, kooptasi pihak intelijen terhadap kelompok pertama untuk melakukan aksi. Mengingat pihak aparat intelijen yang konsen urusan kontra-terorisme telah mengendalikan sebagian dari mereka dan menggunakan untuk beberapa proyek jebakan.

Contohnya?
Contoh, kasus aktifis di Solo yang berinisial BN dituntut hukuman 20 tahun penjara karena kepemilikan peluru. BN ditangkap atas laporan seseorang yang bernama Ipung, dan sementara si Ipung sendiri buron (DPO) dan sekaligus sebagai pihak yang menitipkan peluru kepada BN.
Bagaimana bisa orang yang menitipkan bebas berkeliaran dengan dibahasakan menjadi DPO, tapi dia bisa memberikan laporan kepada pihak Densus 88 untuk menangkap seorang BN?
Ini hanya satu contoh kasus adanya person tertentu yang faktanya mereka di bawah kendali pihak tertentu untuk kepentingan operasi tertentu.
Ketiga, murni dilakukan kelompok jihadis dan kemudian ditunggangi pihak intelijen hitam untuk membuat eskalasi dan target bom paket ini lebih besar. Saya melihat banyak bingkisan di berbagai tempat dibuat untuk membuat cerita bom paket bisa lebih bombastis efek sosial politiknya. Kemudian memudahkan menggiring opini dan propaganda melalui media masa dengan target politik tertentu.

Apa itu?
Menurut saya targetnya tidak akan keluar dari beberapa hal. Pertama, paket bom ini bisa menjadi 'obat tidur' sejenak bagi penguasa negeri ini setelah dihajar berbagai isu termasuk Wikileaks.
Kedua, ada kemungkinan kecemasan pihak penegak hukum atas tuduhan dan pasal yang berlapis untuk ABB terbuka kedok rekayasanya. Karena adanya pengakuan taubat Khairul Ghazali yang mencabut kembali semua kesaksiannya.

Jadi pengaitan bom buku dengan visi khilafah, sebagai upaya kriminalisasi terminologi khilafah?
Paket mercon yang dikatakan Mbai sebagai “target bom, penghalang Khilafah,” ini merupakan langkah sengaja membangun opini dan propaganda untuk mengkriminalisasi terminologi Khilafah. Ini cara pandang yang mendramatisir secara sengaja dua perkara yang tidak dapat dipertanggungjawabkan relevansinya.

Tapi Mbai mengatakan bahwa itu berdasarkan pengakuan orang-orang yang ditangkap sebelumnya?
Apa iya itu pengakuan yang jujur tidak di bawah tekanan? Riset saya; orang-orang yang ditangkap dengan tuduhan teroris rata-rata di bawah intimidasi dan siksaan, dipaksa tanda tangan BAP yang kerap kali sudah disiapkan. Contoh kecil, lihatlah pengakuan Khairul Gazhali bagaimana rekayasa atas apa yang dia lakukan atas order dari pihak aparat Densus 88, kemudian Gazhali taubat menyesalinya.

Bila pengakuan mereka tidak di bawah tekanan?
Kita bisa menguji visi politik mereka yang dituduh teroris tentang khilafah. Sejauh riset saya, kelompok jihadis justru kurang mampu merumuskan visi politiknya tentang khilafah.
Dari gerakan Islam yang terbuka dengan visi politik khilafahnya, Hizbut Tahrir-lah yang terdepan dan sekaligus mampu menjaga metode penegakan khilafahnya tidak dengan jalan teror atau fisik.
Saya lihat orang-orang yang dengan ideologi jihadnya terjebak dalam pragmatisme, kabur visi politiknya. Jadi susah rasanya kalau paket mercon kemudian ditarik jauh ke visi politiknya. Maka ini sebuah rencana tendensius dan penuh dengan motif dan target jangka panjang dari WOT.

Target akhirnya?
Saya melihat pendekatan BNPT dengan “hard power”nya ditujukan kepada kelompok yang melakukan langkah-langkah fisik yang kemudian dicap sebagai aktifitas terorisme adalah bukan target akhir.
Karena BNPT memandang, yang menjadi akar persoalan ini adalah ideologi radikal. Karena itu target akhir yang sesungguhnya adalah kelompok yang dianggap masih satu “link mind” yakni kelompok yang dianggap mengusung ideologi radikal.
Karenanya di lapangan agar bisa sampai di target ini, cenderung tampak adanya upaya mengkriminalisasi ide-ide Daulah Islam, Khilafah Islam melalui jebakan dan provokasi orang-orang tertentu yang sudah di bawah monitoring mereka.
Pengaitan antara aksi perampokan atau paket mercon atau dengan modus baru lainya dengan visi politik khilafah adalah konyol dan memaksakan diri. Ini fitnah keji untuk sudutkan perjuangan menegakkan khilafah!
Karena menegakkan Khilafah adalah kewajiban yang mulia dan wajib diraih dengan cara yang mulia mengikuti manhaj Nabi Mumahammad SAW. Manhaj mulia yang dicontohkan Rasul SAW sehingga berdirinya Daulah Islam (Khilafah) yang pertama di Madinah itu fikriyah (edukasi kepada umat) dan siyasiyah (politik), tanpa teror atau kekerasan fisik. Begitu juga yang dilakukan pejuang khilafah saat ini.
Maka umat harus waspada terhadap cara pandang yang tendensius mencurigai setiap perjuangan Islam, sekalipun dengan cara yang damai.[]


http://www.mediaumat.com/wawancara/2723-56-cara-konyol-kriminalisasi-khilafah.html