Thursday, February 16, 2012

Jawab Soal :Ancaman Penutupan Selat Hormuz

Jawab Soal :Ancaman Penutupan Selat Hormuz


Soal:Kemarin Ahad 15/1/2012 Muhammad Ali Khathiby, utusan Iran di Opec,
memperingatkan negara-negara teluk agar tidak mengkompensasi (mengganti) suplay
minyak Iran ke pasar dalam kondisi dipaksakan sanksi terhadap Iran oleh Uni
Erpa. Ia menambahkan seperti yang dikutip oleh surat kabar Sharq Iran bahwa
berbagai dampak kompensasi (penggantian) suplay negerinya yang dilarang ke pasar
tidak dapat diprediksi! Pada hari yang sama, juru bicara kementerian luar negeri
Iran Ramin Mehmanparast seperti yang dikutip oleh kantor berita resmi Iran IRNA,
dia mengatakan bahwa Amerika Serikat menyerahkan surat kepada Iran tentang selat
Hormuz. Sebelum itu pada tanggal 28/12/2011 lalu Iran mengancam akan menutup
selat Hormuz sebagai balasan terhadap pengetatan sanksi internasional
terhadapnya. Iran mengumumkan pelaksanaan manuver laut di kawasan itu dan bahwa
Iran telah sukses melakukan uji penembakan rudal dengan berbagai dimensi dan
jangkauan. Lalu apakah Iran serius dalam menutup selat Hormuz? Apakah Iran
mengkawatirkan perang sungguhan terhadapnya? Jika benar, perang yang datang dari
pihak mana? Dan apakah dunia saat ini mentolerir perang tersebut?



Jawab: Untuk menjawab pertanyaan ini kami paparkan beberapa perkara berikut:


Wakil presiden Iran Mohammed Reza Rahimi mengancam akan menutup selat Hormuz. Ia
mengatakan: "jika diputuskan berbagai sanksi terhadap minyak Iran maka tidak
satu tetes pun minyak yang melewati selat Hormuz" (IRNA, 27/12/2011). Wakil
komandan pasukan Garda Revolusi Iran jenderal Hossein Salami mengancam bahwa
Iran akan bertindak tegas untuk mempertahankan kepentingan vitalnya. Iran
melakukan beberapa manuver laut pada tanggal 31/12/2011 di kawasan tersebut
untuk menunjukkan kesiapan Iran untuk berperang jika dipaksa melakukannya.
Panglima Angkatan Laut Iran Laksamana Habibullah Sayari meredakan logat
ancaman-ancaman itu. Ia mengatakan "penutupan selat Hormuz itu sangat mudah bagi
militer Iran atau seperti yang kami katakan di Iran bahwa hal itu mudah semudah
minum air. Hanya saja kami pada waktu ini tidak perlu menutupnya …" (Press TV
Iran, 28/12/2011). Itu artinya bahwa untuk saat ini, Iran tidak akan mengambil
jalan penutupan selat Hormuz jika tidak dipaksakan perang terhadapnya dan
diserang, dan bukannya semata karena dipaksanakan berbagai sanksi terhadap Iran.



Berbagai laporan menyatakan bahwa 30 % sampai 40 % transportasi minyak lewat
laut melewati selat Hormuz yang lebarnya mencapai 50 km. Di selat itu setiap
hari lewat sebanyak 20 sampai 30 kapal tanker pengangkut minyak sehingga minyak
yang melewati selat tersebut sekitar 19 juta barel per hari. Selat Hormuz
merupakan lokasi strategis dan penting sepanjang sejarah. Dahulu selat Hormuz
menjadi lokasi persaingan antara negara-negara Eropa imperialis. Pada era
Inggris Raya, Inggris menganggap selat Hormuz sebagai rute utama ke India yang
dianggap sebagai permata mahkota Inggris. Waktu itu Inggris memaksakan
kontrolnya terhadap selat Hormuz ketika Inggris menebarkan pengaruhnya atas Iran
dan negara-negara teluk lainnya. Hal itu berlangsung sampai datangnya periode
Amerika pada masa belakangan yang dimulai sejak dekade tujuh puluhan abad ke-20
untuk menggantikan posisi Inggris. Maka Amerika menganggap selat Hormuz itu
sebagai bagian dari keamanan nasionalnya. Amerika menempatkan komando armada
kelima di Bahrain dengan kedok perjanjian pertahanan bersama yang disepakati
dengan Bahrain pada tahun 1993. Kapal-kapal perang Amerika lalu lalang di
perairan teluk melalui selat Hormuz itu. Maka tidak mudah bagi Iran untuk
menutup selat Hormuz kecuali dengan persetujuan Amerika secara implisit dalam
menghadapi Eropa. Iran semasa perangnya melawan Saddam pada dekade 80-an abad
lalu juga mengancam akan menutup selat Hormuz, akan tetapi tidak dilakukan. Dan
sekarang setelah semua ancaman penutupan selat Hormuz itu, panglima Angkatan
Laut Iran menurunkan logat ancaman sesuai dengan pernyataannya yang telah
disebutkan sebelumnya.


Dampak dari ancaman-ancaman Iran itu, juru bicara kementerian luar negeri
Amerika Victoria Nuland menyatakan: "kami telah menyaksikan banyak perilaku
irasional dari Iran belakangan ini. Hal itu membuat kami merasa yakin bahwa Iran
mulai merasakan lebih dari sebelumnya atas beban sanksi-sanksi internasional dan
meningkatnya tekanan terhadapnya yang menyebabkan meningkatnya protes-protes di
dalam negeri Iran. Sesuatu yang mungkin kami gambarkan adalah bahwa
sanksi-sanksi internasional mulai memberi hasil yang diharapkan dan ketegangan
makin meningkat …" (Al-Arabia, 30/12/2011).

Amerika ingin memastikan bahwa sanksi-sanksi yang diterapkan terkait program
nuklir Iran telah memadai sehingga mencegah Yahudi melakukan ancaman serangan
militer mereka terhadap Iran. Para pejabat Amerika sejak beberapa tahun lalu
menentang diarahkannya serangan oleh Yahudi dalam bentuk apapun terhadap Iran.
Para pejabat Amerika menyatakan berkali-kali bahwa sanksi-sanksi yang ada telah
memadai untuk mencegah Iran dalam hal yang terkait dengan program nuklirnya.
Oleh karena itu juru bicara kementerian luar negeri Amerika Victoria Nuland
menyatakan "bahwa sanksi-sanksi tersebut telah mulai memberikan hasil yang
diharapkan". Sejak beberapa bulan lalu menteri pertahanan Amerika Leon Paneta
mengulang-ulang pernyataannya bahwa sanksi-sanksi tersebut telah memadai untuk
menghalangi Iran terus mengembangkan program nuklirnya dan bahwa sanksi-sanksi
itu adalah satu-satunya opsi. Amerika meminta entitas Yahudi untuk tidak
melakukan aksi apapun terhadap Iran tanpa berkoordinasi dengan Amerika. Hal itu
adalah bagian dari upaya Amerika untuk tetap mempertahankan kendali di
tangannya.


Tampak pada jangka waktu paling akhir bahwa Amerika melihat ada niyat serius
dari entitas Yahudi untuk melancarkan serangan militer terhadap
instalasi-instalasi nuklir Iran. Amerika melihat bahwa di sana ada pergerakan
Inggris yang serius mendukung entitas Yahudi agar melancarkan serangan. Hal itu
mendorong Amerika untuk bergerak memperketat sanksi-sanksi sehingga sampai pada
tingkat pelarangan transaksi dengan Bank Sentral Iran. Pejabat Amerika
mengumumkan pada tanggal 13/1/2012 bahwa sanksi-sanksi baru Amerika yang
dijatuhkan pada bulan lalu terhadap Iran untuk memaksa Iran menarik diri dari
program nuklirnya ditargetkan sampai melumpuhkan transaksi Bank Sentral Iran.
Hal itu membuat transaksi Bank Sentral Iran dengan bank-bank internasional
menjadi sulit. Amerika dengan jalan itu berupaya menampakkan bahwa solusi itu
ada dalam sanksi-sanksi dan pengetatan sanksi-sanksi itu. Hal itu untuk
menghalangi entitas Yahudi melancarkan semacam serangan militer dan menghalangi
Eropa terutama Inggris untuk memainkan peran dalam isu ini.



Di sana terdapat berbagai indikasi yang menunjukkan bahwa Eropa berpihak pada
dilancarkannya seragan terhadap Iran dan mendorong entitas Yahudi untuk
melakukan hal itu, bahkan membekalinya dengan apa diperlukan untuk urusan itu
serta berdiri di belakang Yahudi apa saja yang berkaitan dengan hal itu. Prancis
dua tahun lalu telah meluncurkan satelit di atas kawasan itu untuk memata-matai
Iran dan mensuplay Yahudi dengan citra dan informasi tentang situs-situs militer
Iran dan instalasi serta aktivitas nuklir Iran. Jerman membekali entitas Yahudi
dengan kapal selam yang mampu membawa rudal. Inggris bekoordinasi secara militer
dengan entitas Yahudi dalam masalah ini secara kuat. Menteri pertahanan Inggris
Philips Hammond mengancam "Iran dari semua upaya yang mungkin untuk menutup
selat". Media-media Eropa terus bekerja menaikkan eskalasi situasi dan
mengobarkan opini melawan Iran. Surat kabar The Guardian pada tanggal 3/11/2011
menyatakan bahwa "militer Inggris mempercepat persiapan bagi kemungkinan
dilakukannya operasi militer terhadap Iran dengan dalih kekhawatiran terhadap
program nuklir Iran". Para pejabat Inggris mengintensifkan kontak dengan entitas
Yahudi pada bulan-bulan terakhir. Kantor berita UPI Amerika pada tanggal
2/11/2011 mengutip bahwa "kepala staf militer Inggris jenderal David Richard
melakukan kunjungan rahasia ke Israel yang berlangsung selama tiga hari.
Sementara menteri pertahanan Israel Ehud Barak pergi ke Inggris pada sore
tanggal 2/11/2011 pada waktu makin meningkatnya pembicaraan tentang
dilancarkannya serangan militer Israel terhadap Iran". Surat kabar Daily Mail
Inggris menyatakan dalam konteks laporannya di situs elektroniknya pada tanggal
10/11/2011 bahwa para pejabat di pemerintahan Inggris menegaskan bahwa ada
kesepahaman di pemerintah bahwa Israel akan menargetkan instalasi nuklir Iran
cepat atau lambat. Media massa Israel pada awal bulan Nopember 2011 melansir
bahwa pesawat tempur zionis telah melakukan manuver udara di salah satu
pangkalan NATO di Italia. Manuver itu mencakup semua formasi udara yang mungkin
dilibatkan dalam serangan jangka panjang ke depan.
Ancaman Israel akan melancarakan serangan terhadap instalasi nuklir Iran makin
meningkat pada bulan ini. Surat kabar Wall Street Journal pada tanggal 14/1/2012
menyebutkan bahwa Washington mengkhawatirkan serangan militer yang mungkin
dilakukan Israel terhadap instalasi-instalasi nuklir di Iran yang membuat para
pejabat Amerika mengintensifkan pesan-pesan yang mengekspresikan penolakan
mereka terhadap serangan itu dan memperingatkan berbagai konsekuensinya kepada
para pejabat Israel … The Wall Street Journal menyatakan dalam konteks laporan
yang dinyatakannya seputar isu tersebut bahwa presiden Amerika Barack Obama,
menteri pertahanan Leon Paneta dan para pejabat senior Amerika lainnya
akhir-akhir ini telah menyampaikan serangkaian seruan-seruan rahasia kepada para
komandan Israel untuk memperingatkan mereka dari berbagai konsekuensi buruk
serangan yang diperkirakan itu, juga memberitahukan kepada mereka atas sikap
Amerika yang serius untuk memberi tambahan waktu bagi sanksi-sanksi yang
dijatuhkan terhadap Teheran supaya sanksi-sanksi itu memberikan hasilnya dan
berikutnya menghalangi Iran membuat senjata nuklir.


Amerika memfokuskan bahwa sanksi-sanksi itu akan berpengaruh terhadap Iran dan
bahwa operasi militer tidak akan memberikan manfaat, khususnya tahun ini 2012
adalah tahun pemilu presiden Amerika. Maka negara Yahudi dan Eropa ingin
memanfaatkan tahun pemilu di Amerika ini untuk melakukan serangan militer
terhadap Iran dimana pemerintahan Amerika saat ini di bawah Obama disibukkan
untuk meraih kemenangan di pemilu presiden kedua kalinya. Pemerintahan Obama
bekerja untuk meraih suara Yahudi dan lainnya. Maka ketika terjadi serangan
semacam itu maka Amerika akan berada pada posisi kritis yang memaksanya
mendukung serangan jika serangan itu terjadi selama masa pemilu. Demikian juga,
berbagai perkara akan bercampur baur melawan Amerika di kawasan. Hal itu akan
memberi Inggris, yang memang memiliki jejak dalam menjajah kawasan, kesempatan
untuk melakukan intervensi di dalamnya dan memainkan peran berpengaruh di
kawasan teluk. Maka Inggris bekerja untuk merusak pengaruh Amerika di kawasan
dan merusak situasi di dalam negeri Iran yang akan memberi jalan agar Inggris
memiliki kembali suatu pengaruh yang telah hilang dari mereka akibat revolusi
Iran tahun 1979 dengan jatuhnya antek Inggris Shah Mohammed Reza Pahlevi.



Begitulah, politik Amerika terfokus pada bahwa sanksi-sanksi yang ada telah
memadai untuk sampai pada tujuan. Amerika memperketat sanksi-sanksi itu setiap
kali makin dekat terjadinya ancaman perang yang menjadi tekad negara Yahudi
dengan dukungan dari Eropa selama tahun pemilu saat ini. Bisa jadi Amerika
berhasil meluputkan kesempatan di akhir tahun masehi yang lalu, dimana berbagai
berita menyebar bahwa akhir tahun lalu menjadi waktu yang diprediksikan bagi
terjadinya serangan itu seperti yang disebutkan di situs al-Mashhad.com/news
pada tanggal 10/11/2011. Disitu dinyatakan: "pejabat di kementerian luar negeri
Inggris yang tidak disebutkan namanya mengungkap bahwa telah disampaikan kepada
kabinet Inggris bahwa serangan Israel mungkin akan dilakukan pada awal tahun
2012". Meski demikian, tidak bisa dikesampingkan akan dilakukan berbagai upaya
baru oleh Eropa dan entitas Yahudi untuk mengocok kartu pemerintahan Amerika
disebabkan oleh situasi tahun pemilu. Kemungkinan Amerika tidak akan mentolerir
Inggris untuk merebut kesempatan ini dan agar Amerika akan terus memegang
kendali. Setiap kali Eropa hampir mendukung entitas Yahudi untuk melakukan
serangan militer terhadap Iran selama tahun pemilu dan menyulitkan Obama
dihadapan para pemilih Yahudi, maka setiap kali itu pula Obama memperketat
sanksi-sanksi terhadap Iran. Hal itu untuk menjelaskan kepada Yahudi bahwa
itulah solusi yang efektif, bukan serangan militer terhadap Iran! Obama bekerja
demi kepentingannya dengan memperketat sanksi-sanksi untuk mendapatkan suara
Yahudi.



Adapun pernyataan Iran bahwa negara-negara teluk akan memikul tanggungjawab jika
mengkompensasi kekurangan yang diakibatkan oleh sanksi-sanksi Eropa dengan tidak
mengimpor minyak Iran, maka pernyataan itu berporos pada penutupan selat Hormuz
untuk menciptakan ketegangan di pasar minyak sehingga harga minyak akan naik dan
hal itu akan berpengaruh terhadap Eropa, khususnya Eropa sedang mengalami krisis
ekonomi … sehingga Eropa tidak akan melanjutkan niyatnya mendukung Yahudi dalam
hal operasi militer terhadap Iran.


Adapun pesan Obama kepada para pejabat Iran, meski dia tidak mengungkap kedok,
namun tidak bisa dikesampingkan bahwa permintaan itu menjadi "peringatan" dari
Amerika kepada Iran agar menurunkan suasana ketegangan, baik itu dari sisi
pernyataan penutupan selat Hormuz atau dari sisi pernyataan ancaman kepada
negara-negara teluk akan memikul tanggungjawab atas pengkompensasian kekurangan
suplay minyak. Hal itu untuk meredakan provokasi yang bisa membuat Eropa dan
Yahudi memanfaatkannya untuk melakukan operasi militer terhadap Iran pada tahun
pemilu ini. Pada hari-hari terakhir ini tampak berbagai indikasi bahwa Amerika
dan Iran selama hari-hari terakhir telah mengambil langkah-langkah yang bisa
meredakan eskalasi ketegangan diantara keduanya, dimana Teheran setuju untuk
menerima delegasi inspektur nuklir dibawah PBB selama bulan ini. Sementara itu
Washington selama bulan yang sama telah dua kali menyelamatkan kapal Iran dari
pembajakan di kawasan" (The Wall Street Journal, 14/1/2012).
Sungguh ini merupakan borgol di dalam jiwa untuk menjadikan kawasan teluk dengan
seluruh daratan, perairan dan selat Hormuz, agar menjadi bagian dari keamanan
Amerika dan salah satu kepentingan penting diantara kepentingan vital dan
strategis Amerika. Padahal kawasan teluk adalah kawasan islami yang murni.
Teluknya adalah teluk islami dengan kedua bagiannya baik yang disebut teluk arab
atau teluk Persia. Kaum muslim telah mempertahankan semua kawasan itu menghadapi
invasi Eropa, Portugal, Belanda, Prancis, Inggris … Dan terakhir datang
orang-orang Amerika dan bekerja menguatkan kontrol mereka terhadap kawasan
tersebut dan merampok kekayaannya.


Satu hal yang lebih serius lagi adalah bahwa pertarungan internasional menemukan
alat-alat diantara para penguasa di kawasan yang memudahkan pencapaian
tujuan-tujuannya. Meski demikian maka dengan izin Allah tidak akan lama lagi
waktu sampai umat ini bangkit, termasuk kawasan teluk. Sehingga umat ini menjadi
umat yang satu di bawah satu negara, Khilafah Rasyidah, yang akan memutus
tangan-tangan negara-negara itu untuk menjamah bagian manapun dari negeri kaum
Muslim. Dan hari esok itu bagi orang yang menunggunya adalah dekat.
Ringkasnya:


Eropa khususnya Inggris, dan entitas Yahudi ingin memanfaatkan persaingan di
pemilu untuk Obama, dalam mengarahkan serangan militer terhadap
fasilitas-fasilitas nuklir Iran. Dan karena tahun pemilu maka akan memberatkan
Obama jika Obama menentang serangan militer sebab ia memerlukan suara Yahudi.


Obama mementingkan Iran dan tidak ingin serangan militer terhadap Iran kecuali
jika telah melewati lampu merah yang ditetapkan Amerika untuk selat Hormuz
seperti yang dinyatakan oleh menteri pertahanan Leon Paneta pada tanggal
8/1/2012. Pada waktu yang sama Obama juga menganggap penting entitas Yahudi dan
tidak ingin kehilangan suara Yahudi. Oleh karena itu Obama bekerja
memperlihatkan bahwa sanksi-sanksi merupakan jalan ideal untuk menghalangi Iran
membuat senjata nuklir, sesuatu yang dipentingkan oleh entitas Yahudi. Juga
memperlihatkan bahwa serangan militer tidak akan efektif bahkan akan
membahayakan seluruh kawasan, sesuatu yang bisa mempengaruhi kepentingan Amerika
dan barat.



Dengan begitu, Obama setiap kali operasi militer makin dekat, maka setiap kali
itu pula, Obama akan mengalihkan perhatian kepada pengetatan sanksi-sanksi
sehingga sanksi itu sampai menimpa Bank Sentral Iran dengan memfokuskan bahwa
itu adalah senjata efektif terhadap upaya nuklir Iran, dan bukannya serangan
militer. Satu hal yang mungkin bahwa akan terus berangsung proses saling
menerima dan memberi dalam masalah ini, minimal sepanjang tahun pemilu Amerika:
yaitu Eropa dan entitas Yahudi akan memfokuskan diri untuk memanfaatkan
kesempatan guna melancarkan serangan militer terhadap berbagai fasilitas nuklir
Iran. Sementara Amerika memfokuskan diri untuk menghalangi serangan militer itu
dengan memperlihatkan bahwa sanksi-sanksi dan pengetatan sanksi-sanksi itu
adalah solusi efektif. Begitulah yang mungkin terjadi …


Adapun pesan Obama kepada Iran, maka meski pesan itu tidak membongkar kedok dari
apa yang dibawa, namun tidak bisa dikesampingkan permintaan itu menjadi
"peringatan" kepada Iran untuk meredakan ketegangan akibat dari berbagai
pernyataan Iran seputar penutupan selat Hormuz, dan pernyataan-pernyataan
seputar ancaman terhadap negara-negara teluk. Hal itu untuk menjauhkan
justifikasi dilancarkannya aksi-aksi militer.


Yang menyakitkan adalah bahwa negara-negara barat itu bertarung memperebutkan
kawasan islami kita, dan mereka menemukan alat-alat untuk mereka di kawasan yang
berjalan bersama mereka, bukan menjadikan kita memiliki negara kita, Khilafah
Rasyidah yang akan memotong setiap tangan yang berani lancang menjamah negeri
Islam kita yang bersih. Meski demikian maka kezaliman itu tidak akan terus
berlangsung. Begitu pula kegelapan ini. Dengan izin Allah Islam dan Khilafah
pasti datang.Firman Allah SWT : "Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui
(kebenaran) berita Al Quran setelah beberapa waktu lagi (QS Shad [38]: 88)


22 Shafar 1433 H/16 Januari 2012 M

No comments: