Sunday, January 29, 2012

PEMBEBASAN YERUSALEM

PEMBEBASAN YERUSALEM Di ambil dari kitab : Al futuhat Al -islamiyah ( abdul Aziz as shinnawiy ) Sebelumnya kota tersebut di kenal dengan nama Iliya'. Dzul Ishba' mengatakan ''Ya Rasulullah. A pabila kami masih hidup setelah engkau wafat , kemana engkau perintahkan kami pergi?'' Rasulullah saw menjawab, ''Pergilah ke Baitul Maqdis . Mungkin Allah akan memberi kalian keturunan yang datang dan pergi ke sana.'' Dalam riwayat lain di katakan, ''Mungkin engkau akan mempunyai anak-anak yang pergi ke masjid itu dan datang darinya “ ( HR . Ibnu Zanjawih dan Ibnu Nafi '. Thabrani dalam Al-Kabir dan Ibnu an-Najjar Abu Dzar al-Ghifari berkata ''Wahai Rasulullah, manakah yang lebih baik, shalat di masjidmu ini atau shalat di (masjid) Baitul Maqdis ''Rasulullah saw menjawab ''Shalat di masjidku adalah lebih baik daripada shalat empat kali di Baitul Maqdis, sekalipun ia adalah tempat yang paling baik untuk shalat karena ia adalah tanah kebangkitan. Akan tiba waktunya, manakala seseorang dapat melihat Baitul maqdis melalui jerat tempat ia menggantungkan cambuknya (maksudnya amat dekat denganya) dan hal itu lebih baik daripada segala kenikmatan di dunia ini.'' Maimunah, pembantu Rasulullah saw, pernah bertanya kepada Rasulullah ''Wahai Rasulullah, katakan kepadaku tentang Baitul Maqdis ''Rasulullah saw menjawab ''Negeri kebangkitan dan tempat berkumpul. Pergilah ke sana dan shalatlah di sana, karena shalat di tempat tersebut seribu kali lebih utama dari pada shalat di masjid-masjid lainnya.'' Maimunah kembali bertanya ''Bagaimana jika seseorang tidak dapat pergi ke sana? ''Rasulullah menjawab, ''Orang yang tidak dapat pergi kesana dapat mendermakan sebuah lampu minyak untuk meneranginya, karena siapa saja yang mendermakannya sama halnya dengan orang yang shalat di sana.'' (HR Abu Dawud, Imam Ahmad , dan Ibnu Zanjawih dari Maimunah, pembantu Rasulullah saw)

 Pemberangkatan Pasukan Menuju Yerusalem Abu ' Ubaidah bin Jarrah ra memberangkatkan tujuh pasukan yang masing masing di komandani oleh seorang panglima. Beliau menugaskan lima ribu pasukan berkuda pada masing-masing pasukan tersebut dan memberikan sebuah panji-panji kepada setiap komandannya. Dengan demikian keseluruhan pasukan berjumlah tigapuluh lima ribu tentara berkuda. Para panglima yang ditunjuk adalah Khalid bin Walid, Yazid bin Abi Sufyan, Syurahbil bin Hasanah, Mirqal bin Hasyim bin 'Utbah bin Abi Waqash, Qais bin Hubairah al-Muradi, Musayyab bin Najiyah al-Fazazi, dan 'Urwah bin Muhalhil bin Zaid al-Khail. Pasukan berkuda yang dikomandani Syurahbil berangkat dari Yaman. Abu 'Ubaidah bin Jarrah memerintahkan Mirqal bin Hasyim untuk langsung menuju benteng pertahanan, dan ia pun segera berangkat. Ketujuh panglima beserta pasukannya bergerak sendiri-sendiri. Setiap hari ,seorang panglima dan pasukannya bergerak untuk menakut-nakuti dan membuat bingung musuhnya. Pasukan yang pertama yang bergerak dengan membawa panji-panjinya adalah pasukan Khalid bin Walid , yang selalu meneriakkan '' Allahu Akbar ! Allahu Akbar ! '' takkala datang menyerang . Pasukan Kalid bin Walid menyaringkan suara mereka saat berseru 'Allahu Akbar!' Ketika orang- orang Yerusalem mendengar suara riuh-rendah yang ditimbulkan oleh seruan tersebut, mereka merasa takut dan kebingungan. Lalu mereka menaiki dinding kota dan mencari tahu sumber keributan itu; ternyata mereka mendapati bahwa pasukan yang ada di balik dinding kota mereka hanya sedikit jumlahnya. Maka mereka pun menganggap remeh pasukan Muslim itu. Orang-orang Bizantium mengira bahwa pasukan yang ada di balik dinding kota itu semuanya adalah Muslim. Kemudian, Khalid dan pasukannya berkemah di dekat Ariha. Pada hari kedua, Yazid bin Abi Sufyan dan pasukanya bergerak maju. Pada hari ke tiga, pasukan Syurabil bin Hasanah pun maju kedepan; menyusul kemudian pasukan Mirqal bin Hasyim maju kedepan pada hari keempat. Pada hari kelima mereka menyaksikan kedatangan pasukan Musayyab bin Najiyah; sedangkan pada hari keenam datanglah Qais bin Hubairah dan pasukanya. Terakhir, pada hari ketujuh, datanglah pasukan, Urwah bin Muhalhil bin Zaid al-Khail dari jalan menuju Ramallah. Pergerakan Pasukan Pasukan Muslim berkemah di sekitar Yerusalem selama tiga hari tanpa bertempur atau menyerang. Pasukan Muslim tidak menemui atau berbicara dengan orang-orang Bizantium. Namun, orang-orang Bizantium itu sudah bersiap mempertahankan dinding kotanya dengan manjaniq, pedang, perisai, dan baju besi yang paling bagus. Musayyab bin Najiyah meriwayatkan, ''Kami belum pernah pergi ke suatu kota di Syam dan melihat perhiasan dan persiapan sebagaimana yang kami saksikan di Yerusalem. Kami belum pernah mengepung penduduk suatu kota, kecuali mereka meminta belas kasihan kepada kami akibat ketakutan dan kengerian yang mereka rasakan. Tetapi tidak demikian dengan penduduk Yerusalem. Kami berkemah di dekat mereka selama tiga hari tetapi tidak seorangpun yang berbicara dengan kami atau meninggalkan kota tersebut.'' Pada hari kemepat, salah seorang Badwi berkata kepada Syurahbil bin Hasanah, ''Wahai panglima! Nampaknya orang-orang ini tuli, bodoh, atau buta. Mari kita serbu saja mereka.” Pada hari kelima, setelah kaum Muslim selesai melaksanakan sholat Shubuh, salah seorang panglima pasukan Muslim, Yazid bin Abi Sufyan, mengendarai kudanya untuk berbicara dengan penduduk Yerusalem. Ia mengeluarkan pedang dari sarungnya, dan berjalan mendekati dinding benteng. Ia diiringi seorang penerjemah yang bertugas menerjemahkan dan menyampaikan seruanya. Yazid berdiri menghadap dinding benteng agar mereka dapat mendengar ucapanya, tetapi mereka tetap diam takkala penerjemah tersebut menyampaikan kata-kata Yazid bin Abi sufyan. Kepda penerjemahnya, Yazid berkata, ''Katakan kepada mereka, bahwa para pemimpin Arab menyeru kepada kalian semua: 'Agar kalian menyambut seruan untuk masuk Islam dan untuk menyatakan bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah . Dengan pernyataan ini, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian yang terdahulu dan dengan demikian kalian dapat menyelamatkan jiwa kalian. Kalau kalian menolak dan tidak mau mengikuti seruan ini, maka berdamailah dengan kami atas nama kota kalian, sebagaimana yang dilakukan orang-orang selain kalian, yang lebih kuat daripada kalian. Kalau kalian menolak kedua tawaran ini, maka kalian akan hancur binasa dan neraka akan menjadi tempat tinggal kalian.'' Si penerjemah maju ke depan dan menyeru kepada mereka, “Panglima ini menyeru kalian untuk memilih salah satu di antara tiga tawaran yang diajukan: masuk Islam, membayar Jizyah, atau perang. “Kemudian, salah seorang pendeta menjawab, “Kami tidak akan meninggalkan agama yang mulia ini. Membunuh kami adalah lebih baik bagi kami daripada hal itu.” Yazid bin Abu Sufyan lembali dan menemui para panglima yang lain, lalu menyampaikan jawaban dari pendeta tersebut. Yazid bertanya, “Apa yang membuat kita harus menunggu lebih lama?” Panglima yang lain menjawab, “Abu 'Ubaidah tidak memerintahkan kita untuk menyerang atau berperang dengan orang-orang ini. Sebaiknya kita menulis surat kepada 'Pelindung Umat Abu 'Ubaidah. “Maka, setelah itu, Yazid bin Abi Sufyan menulis surat kepada Abu 'Ubaidah untuk menyampaikan jawaban orang-orang Yerusalem dan meminta petunjuk tentang langkah berikutnya. Abu 'Ubaidah membalas surat tersebut dengan perintah untuk maju menyerang, dan memberitahukan bahwa beliau akan segera menyusul setelah surat itu dikirimkan. Ketika para panglima membaca surat Abu 'Ubaidah itu, mereka merasa senang, berharap penuh, dan menunggu-nunggu datangnya pagi hari. Masing-masing tentara Muslim berharap agar futuhat dapat diwujudkan melalui tangan-tangan mereka, sehingga mereka bisa segera melaksanakan shalat di Yerusalem dan menyaksikan peninggalan para nabi. Ketika adzan shubuh dikumandangkan, para tentara Muslim segera melaksanakan shalat; Yazid membacakan firman Allah Swt: Wahai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”. (TQS. Al-Maidah (5): 21) Ketika shalat shubuh selesai dilaksanakan, mereka segera berseru, “Persenjatai diri kalian! Persenjatai diri kalian! Kuda-kuda Allah, majulah!” Kelompok pertama yang melakukan penyerangan adalah pasukan Muslim dari Himyar dan Yaman. Kaum Muslim bertempur habis-habisan seperti singa-singa yang gagah berani. Orang-orang Yerusalem menyaksikan kaum Muslim yang datang menyerang dengan penuh semangat. Mereka pun menghujani pasukan Muslim dengan perisai kulit. Pertempuran itu berlangsung dari terbit fajar hingga senja. Ketika matahari terbenam, kedua belah pihak mundur ke posisi mereka masing-masing. Sementara itu, kaum Muslim menjalankan ibadah shalat yang mereka tinggalkan pada hari itu. Kedatangan Pasukan Abu 'Ubaidah Pasukan Muslim menggunakan waktu malam hari untuk memulihkan kondisinya; mereka makan, beristirahat, dan tidur secukupnya. Keesokan harinya, pasukan panah maju ke depan dan kemudian menghujani penduduk Yerusalem dengan anak panah sembari memuji kebesaran Allah dan memohon rahmat-Nya. Peperangan seperti itu berlangsung terus selama beberapa hari. Pada hari ke sebelas, Abu 'Ubaidah dan pasukannya tiba; panji-panji pasukan dibawa oleh pembantunya, Salim. Pasukan berkuda mengelilingi beliau dari segala sisi dengan panji-panji merej\ka masing-masing. Para perempuan dan uang juga tiba bersama pasukan Abu 'Ubaidah. Pasukan Muslim yang berada di tempat itu bersorak kegirangan. Kegembiraan pasukan Muslim dalam memuji dan bersyukur kepada Allah Swt ternyata membuat penduduk Yerusalem merasa ngeri. Pendeta Shopronius menaiki dinding yang persis berada di tempat Abu 'Ubaidah berada, akan tetapi dinding itu terlalu tinggi. Salah seorang yang mendampingi sang oendeta berseru, “Wahai pasukan Muslim! Hentikanlah serangan, agar kami dapat berbicara kepada kalian dan menjelaskan sejumlah perkara.” Pasukan Muslim menghentikan serangan. Salah seorang di antara penduduk Yerusalem berbicara kepada pasukan Muslim dengan Bahasa Arab yang fasih, “Kalian lebih mengenal sifat-sifat orang yang akan menaklukan kota kami, Yerusalem; dan kami mengenal seluruh negeri yang berada di bawah kekuasaan kami. Kalau kami mendapati sifat-sifat tersebut pada diri panglima kalian, maka kami akan menyerah kepada kalian dan berhenti berperang. Bila tidak, maka kami tidak akan pernah menyerah dan akan terus melanjutkan peperangan.” Mendengar kata-kata tersebut, beberapa tentara muslim menemui Abi 'Ubaidah dan menyampaikan kata-kata yang mereka dengar. Lalu, Abu Ubaidah mendekati orang-orang Bizantium itu. Pendeta Sophronius memandangi Abu 'Ubaidah kemudian berkata, “Dia bukan orang yang kumaksud.” Selanjutnya, ia melihat ke arah pasukannya, dan berseru, “Bersemangatlah dan berperanglah demi kota, agama, dan perempuan-perempuan kalian!” Maka, mereka kembali melanjutkan peperangan. Sophronius pergi meninggalkan Abu 'Ubaidah tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepadanya. Kaum Muslim bertempur habis-habisan melawan orang-orang Bizantium itu. Peperangan yang dahsyat itu berlanjut dari hari ke hari, hingga berlangsung selama empat bulan penuh. Kaum Muslim sempat mengalami musim dingin yang berat, hujan salju, dan juga hujan yang sangat deras. Ketika orang-orang Yerusalem menyadari betapa kokohdan kuatnya tekad pasukan muslim yang mengepung mereka, maka mereka mendatangi pendeta Sophronius dan menceritakan kesulitan yang mereka hadapi; mereka juga memintanya untuk berunding dengan pasukan Muslim dan mendengarkan tuntutan mereka. Pemuka Yerusalem itu pun menaiki dinding benteng bersama beberapa penduduk Yerusalem dan mamandangi tempat dimana Abu 'Ubaidah berada. Salah seorang penduduk Yerusalem berseru, “Wahai orang-orang Arab! Pemuka Nasrani dan pelaksana hukum-hukumnya datang untuk berbicara dengan kalian. Maka, panggillah pemimpin kalian untuk maju ke depan!” Abu 'Ubaidah diberitahu pasukan Muslum apa yang diinginkan oleh orang-orang Bizantium itu, lalu beliau menjawab, “Aku akan pergi menemuinya.' . Kemudian, Abu 'Ubaidah bersama para panglima, pengawal, dan seorang penerjemah berdiri berhadapan dengan pendeta Sophronius. Penerjemah dari kalangan penduduk Yerusalem berkata, “Apa sesungguhnya yang kalian inginkan dari kami atas kota suci ini, sehingga orang yang merencanakan hal ini akan menghadapi kemurkaan Tuhan.' Abu 'Ubaidah menjawab, “Benar, ini adalah kota yang mulia, tempat di mana nabi kami diangkat ke surga. Kami lebih layak menguasai kota ini daripada kalian, dan kami akan memerangi kalian sampai Allah memberikan pertolongan kepada kami untuk menguasai kota ini, sebagaimana pertolongan yang Ia berikan kepada kami untuk menguasai kota-kota lainnya.' Sang pendeta bertanya, “Apa yang kalian kehendaki dari kami?” Abu 'Ubaidah menjawab, “ Yang pertama, kami menyeru kalian untuk mengakui bahwa tidak ada tuhan selain Allah, dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Bila kalian menyatakan demikian, mka kalian akan mendapatkan hak sebagaimana yang kami miliki dan mempunyai tanggung jawab sebgaimana yang kami miliki.” Pendeta Sophronius menjawab, “Itu adalah pernyataan yang sangat besar. Kami akan menyatakan hal itu, namun kami belum percaya bahwa nabi kalian Muhammad adalah seorang rasul. Alternatif ini tidak akan kami pilih. Apa alternatif kedua?” “Hendaklah kalian berdamai dengan kami atas nama kota kalian, membayar jizyah, baik secara sukarela maupun terpaksa, sebgaimana yang dilakukan orang-orang Syam,” kata Abi “Ubaidah. Kemudian Sophronius mengatakan, “Dinyatakan dalam kitab kami bahwa orang yang akan menaklukkan kota Yerusalem ini adalah seorang sahabat Muhammad yang bernama 'Umar, atau dikenal dengan sebutan al-Faruq, yaitu orang yang mampu membedakan yang haq dan yang bathil. Dia dikenal sebagai orang yang tegas, yang tidak pernah takut menyalahkan orang lain dalam perkara-perkara yang berkaitan dengan Allah. Namun, kami tidak melihat orang dengan sifat-sifat seperti itu di antara kalian.” Ketika Abu 'Ubaidah Jarrah mendengar kata-kata tersebut, beliau tersenyum dan berkata, “kalau begitu, kami membebaskan kota ini atas kehendak Tuhannya Ka'bah.' kemudian beliau mendekati Sophronius dan bertanya, “Dapatkah engaku mengenali jika engkau melihatnya?” Pendeta itu menjawab, “Tentu saja. Bagaimana mungkin aku keliru, padahal aku sangat mengetahui kemuliaan, kehidupan, dan jasa-jasanya.' Abu 'Ubaidah berkata, “Dia adalah Khalifah kami dan merupakan salah seorang sahabat nabi kami. Dalam hal ini aku bersumpah dengan nama Allah.” “ Kalau memang benar begitu kata-katamu, maka itu berarti engkau memahami kesungguhan kata-kata kami. Selamatkanlah darah kami dan datangkan Kalifah kalian kepada kami. Bila kami melihat dan mengenalinya, serta dapat memastikan sifat-sifat dan kemuliaannya, kami akan membuka kota ini baginya tanpa sedikitpun kesulitan dan penderitaan, dan kami akan membayar jizyah.' Abu 'Ubaidah menjawab, “Kami lebih memilih untuk berperang, atau apakah kalian menghendaki gencatan senjata?” Sophronius menjawab, “ Hai kalian orang-orang Arab! Tidak bisakah kalian menghentikan sikap keras kalian? Bagaimana kami dapat meyakinkan kalian bahwa kami percaya dengan kata-katamu dan menghendaki gencatan senjata, sementara tidak ada yang kalian inginkan kecuali berperang?” Abu “Ubaidah menjawab, 'Memang begitu, sebab hal itu lebih berharga bagi kami daripada hidup ini. Karena, inilah jalan dimana kami dapat memohon ampunan dari Tuhan kami.” Kemudian, Abu ' Ubaidah mmerintahkan pasukannya untuk menghendikan pertempuran melawan orang-orang Yerusalem dan membiarkan pendeta Sophronius pergi dari tempat itu. Surat Abu 'Ubaidah kepada Khalifah 'Umar bin Khaththab Abu 'Ubaidah bin Jarrah menulis surat kepada 'Umar , Amirul Mukminin sebagai berikut: “Bismillahirrahmanirrahim. Kepada hamba Allah, Amirul Mukminin, 'Umar bin Khaththab, dari panglima yang ditugaskan olehnya, Abu 'Ubaidah bin Jarrah. Assalamu”alaikum. Aku bersyukur kepada Allah -tiada tuhan selain Dia- dan shalawat untuk nabi-Nya, Muhammad saw. Perlu kami sampaikan kepada Amirul Mukminim, bahwa kami telah empat bulan bertempur melawan orang-orang Yerusalem. Setiap hari kami menyerang mereka; dan mereka pun menyerang kami. Sebelum aku menulis surat ini, pendeta mereka -yang sangat mereka hormati- telah datang menemui kami dan mengatakan bahwa dalam kitab mereka disebutkan bahwa tidak ada orang yang akan membebaskan kota mereka, kecuali sahabat nabi kita, yang bernama “Umar. Pendeta itu menambahkan bahwa ia mengenal sifat-sifat dan ciri-ciri orang tersebut, yang dinyatakan dalam kitab mereka. Pendeta itu meminta kami menghentikan pertumpahan darah. Maka, datanglah kepada kami dan selamatkan kami. Semoga Allah berkenan membebaskan kota ini melalui tanganmu.” Abu 'Ubaidah menandatangani surat tersebut dan menyegelnya, kemudian Maisarah bin Masruq al-Abbasi membawanya kepada Khalifah 'Umar bin Khaththab. Khalifah Bermusyawarah dengan Sahabat-sahabatnya Ketika Khalifah 'Umar ra menerima surat Abu 'Ubaidah bin Jarrah, beliau bermusyawarah dengan sahabat-sahabatnya. 'Utsman bin Affan ra berkata, “Amirul mukminin, janganlah engkau pergi ke Syam. Aku berpendapat sebaiknya kita meneruskan pertempuran.” 'Ali bin Abi Thalib ra mempunyai pandangan yang berbeda, “Wahai Amirul Mukminin, pergilah, dan semoga engkau dikaruniai kemuliaan dan berkah.” Khalifah 'Umar bin Khaththab ra menerima pendapat 'Ali, dan memetintahkan sebagian kaum Muslim untuk pergi bersamanya. Khalifah 'Umar pergi ke Masjid Nabawi dan melaksanakan shalat empat rakaat. Setelah itu, beliau pergi ke makam Rasulullah saw dan menyampaikan salam kepada beliau saw dan Abu Bakar ra. Selanjutnya, beliau mewakilkan kepemimpinan sementara Negara Khilafah kepada 'Ali bin Abi Thalib. Khalifah 'Umar meninggalkan Madinah diiringi oleh tatapan mata para penduduknya. Beliau mengendarai seekor unta merah yang juga membawa dua buah karung, satu berisi gandum dan yang satunya lagi berisi kurma. Di depan tempat duduk 'Umar terdapat sekantong air minum, sedangkan di belakang beliau terdapat sebuah kantong berisi roti. Khalifah 'Umar dan rombongannya bergerak menuju Yerusalem. Setiap kali beliau beristirahat di suatu tempat, beliau tidak meninggalkannya kecuali setelah menjalankan shalat Shubuh. Setelah selesai menunaikan shalat Shubuh, beliau memandangi kaum Muslim yang menyertai beliau, lalu berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menaikkan derajat kita semua dengan islam, yang memuliakan kami dengan keimanan, dan mengistimewakan kita dengan Rasul-Nya saw. Allah yang Maha Kuasa telah membimbing kita setelah kita melakukan kesalahan, menyatukan kita dengan kalimat takwa meski sebelumnya kita saling bermusuhan, menyingkirkan kebencian dari hati-hati kita, menganugerahkan kemenangan kepada kita atas musuh-musuhkita, mengkaruniakan kekuasaan di negeri-negeri kita, serta menjadikan kita saling bersaudara, saling mencintai, dan saling menjaga antar satu dengan yang lain. Maka, bersyukurlahkepada Allah, wahai hamba-hamba Allah, atas rahmat dan karunia yang tak terhitung banyaknya, karena Allah akan melipatgandakan pahala orang-orang yang berjuang di jalan-Nya, serta akan menyempurnakan rahmat-Nya atas orang-orang yang mau bersyukur kepada-Nya.” Khalifah 'Umar Tiba di Syam Ketika Abu 'Ubaidah mendapatkan informasi bahwa Khalifah 'Umar hampir sampai ke Syam, beliau pergi untuk menyambut kedatangannya bersama sejumlah prang Muhajirin dan Anshar. Ketika khalifah 'Umar dan rombongannya bertemu dengan rombongan Abu 'Ubaidah , beliau menatap Abu 'Ubaidah, yang pada saat itu mengenakan baju besi, dengan pakaian dari katun, dan sedang memegang busur panah di atas punggung untanya. Sesaat mereka saling berpandangan, lalu mereka menghentikan untanya, turun dari punggung unta, dan kemudian saling mendekat. Abu 'Ubaidah mengulurkan tangannya untuk menyalami 'Umar bin Khaththab; setelah itu, keduanya saling berpelukan. Pasukan Muslim yang menyertai Abu 'Ubaidah satu persatu memberikan salamnya kepada Khalifah 'Umar bin Khaththab. Kemudian mereka semua mengendarai unta dan kudanya masing-masing menuju perkemhan pasukan Muslim. Di sepanjang perjalanan, Khalifah 'Umar dan Abu 'Ubaidah saling bercakap-cakap hingga sampai Yerusalem. Setelah mereka tiba di sana, Khalifah 'Umar memimpin kaun Muslim melaksanakan shalat Shubuh. Kesederhanaan dan kecermatan Khalifah 'Umar bin Khaththab Khalifah 'Umar mengendarai untanya dengan mengenakan sehelai baju yang mempunyai empat belas tambalan; beberapa tambalan di antaranya terbuat dari kulit. Kaum Muslim berkata kepada beliau, “ Wahai Amirul Mukminin, bagaimana jika engkau mengendarai kuda sebagai ganti unta merah anda itu; demikian pula, bagaimana jika engkau mengenakan baju putih ini sebagai ganti baju yang penuh tambalan itu?” Khalifah 'Umar menerima saran tersebut dan berkenan memakai sehelai baju putih. Zubair bin Awwam meriwayatkan, “Aku mengira baju putih itu milik seseorang dari Mesir yang berharga lima belas dirham.” Khalifah 'Umar mengenakan sehelai selendang di atas pudaknya; selendang yang tidak lagi baru, tetapi juga belum terlalu tua. Seekor kuda berwarna abu-abu yang sebelumnya milik orang Romawi dibawa ke hadapan beliau. Ketika beliau menaikinya, kuda itu mulai menggoyangkan tubuhnya sementara Khalifah 'Umar berada di atas punggungnya. Secepat kilat Khalifah 'Umar melompat turun, lalu berkata, “Naikkan aku setelah kejatuhanku! Semoga Allah mengangkatmu dari kejatuhanmu di Hari Kebangkitan, karena pemimpin kalian akan dihancurkan oleh kesombongan dan keangkuhan yang menembus hatinya. Aku mendengar Rasulullah bersabda: Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya teerdapat kesombongan walau hanya seberat sebutir debu. (HR. Muslim dari Ibnu Mas'ud) Kemudian Khalifah 'Umar memukul kepala kuda itu sambil berkata, “Semoga orang yang mengajarkan kepadamu kesombongan seperti itu akan hancur.' Beliau berkata lagi, “Pakaian putihmu dan kuda yang bergoyang ini dapat menghancurkan aku.” Maka Khalifah 'Umar melepas baju putih itu dan mengenakan kembali pakaian beliau yang penuh tambalan dan compang-camping itu. Kemudian, beliau pergi menuju 'Aqaba dan dari sana beliau berangkat menuju Yerusalem. Dalam perjalananya, Amirul Mukminin, 'Umar al-Faruq bertemu dengan sekelompok Muslim mengenakan pakaian dari sutera. Beliau memerintahkan agar wajah mereka dilempari debu dab pakaian mereka di cabik-cabik. Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya hingga sampai di kota yerusalem. Beliau memandangi kota tersebut dan berkata, “Allahu Akbar! Ya Allah, bebaskanlah kota ini dengan mudah dan anugerahkan kepada kami kemenangan dan kekuasaan dari-Mu.' Kemudian beliau meneruskan perjalananya dan bertemu dengan para pemuka-pemuka kabilah serta pasukan Muslim lainnya. Beliau beristirahat di tempat Abu 'Ubaidah berkemah. Sebuah tenda dari kain wool didirikan untuk beliau, dimana beliau duduk di atas sehelai alas duduk yang berdebu. Kemudian beliau berdiri dan melaksanakan shalat empat rakaat. Khalifah 'Umar Menemui Pendeta Sophronius Ketika Amirul Mukminin tiba di Yerusalem, kaum muslim bversorak-sorai dan berteriak dengan suara keras, “La ilaha illa Allah!Allahu Akbar!” Sorak-sorai dan teriakan itu didengar oleh orang-orang Yerusalem. Pendeta bertanya, “Apa yang menyebabkan keributan itu?” Ada yang menjawab, “Umar, Amirul Mukminin telah tiba dari Madinah ke Yerusalem.” Pada hari berikutnya, Khalifah “Umar mengimami pasukan Muslim pada saat shalat Shubuh. Selesai menunaikan shalat Shubuh, Khalifah 'Umar berkata kepada Abu 'Ubaidah, “Pergilah menemui orang-orang Yerusalem, dan sampaikan kepada mereka perihal kedatanganku.” Abu 'Ubaidah maju ke depan dan berteriak, “Wahai penduduk Yerusalem! Pemimpin kami telah tiba. Apa yang akan kalian lakukan berkaitan dengan pengakuan kalian?.” Sang pendeta meninggalkan gerejanya diiringi banyak orang. Ia memanjat dinding benteng dan memandang ke arah Abu 'Ubaidah yang berkata, “Amirul Mukminin, yang tidak ada 'agi pemimpin di atasnya, telah tiba.” Pendeta Sophronius menyatakan keinginannya untuk bertemu dengannya. Khalifah 'Umar hendak menemui pendeta tersebut, akan tetapi beberapa orang sahabat menghentikan langkahny. Mereka berkata, “Wahai Amirul Mukminin, apakah engkau akan pergi sendirian tanpa senjata, kecuali dengan pakaian yang penuh tambalan ini? Kami merasa khawatir jikalau mereka mengkhianati atau menipumu. Khalifah 'Umar menjawab dengan menyitir ayat al-Qur'an: Katakanlah, 'Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah bagi kami. Dia-lah pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal.” (TQS. At-T aubah (9) : 51) Sahabat Muhammad bin 'Abdullah Unta milik Khalifah 'Umar dibawa kepada pemiliknya; lalu beliau pun menaikinya. Saat itu beliau masih mengenakan pakaian yang penuh tambalan itu. Ini semata-mata karena kesederhaan beliau radiyallahu'anhu; mengingat sebagaiseorang pemimpin Negara Khalifah beliau mampu mengenakan pakaian yang paling yang paling bagus dan paling mewah, mengendarai kuda yang paling baik, serta memakai perhiasan yang paling indah. Namun, beliau meninggalkan itu semua karena ingin mengikuti teladan yang deberikan Rasulullah saw. Kembali kami sampaikan di sini bahwa Khalifah 'Umar bin Khaththab ra saat itu hanya mengenakan sehelai pakaian yang penuh dengan tambalan dan mengikat kepalanya dengan sepotong kain. Tidak ada yang mengawal beliau, kecuali Abu 'Ubaidah yang berjalan bersama beliau hingga sampai di dekat dinding benteng dan berdiri di sana. Pendeta Sophronius memandangi Khalifah 'Umar bin Khaththab secara seksama; ternyata sang pendeta langsung mengenali beliau, dan kemudian berkata kepada penduduk Yerusalem, “Buatlah perjanjian dan kesepakatan dengannya, karena sesungguhnya dia adalah sahabat Muhammad bin 'Abdullah.” Maka dari itu, penduduk Yerusalem membuka pintu gerbang benteng dan segera menemui Khalifah 'Umar bin Khaththab untuk mengajak beliau membuat perjanjian damai. Mendapati kejadian ini, Khalifah 'Umar bin Khaththab menyampaikan pujian kepada Allah Swt, merendahkan diri di hadapan-Nya, serta membungkukkan badannya di atas punggung untanya. Kemudian beliau turun dari punggung untanya dan berkata kepada orang-orang Yerusalem, “Kembalilah ke kota kalian. Kalian akan mendapatkan perjanjian damai dan jaminan keamanan bila kalian menghendakinya serta bersedia membayar jizyah.” Penduduk Yerusalem kembali ke kotanya tanpa menutup pintu grbangnya. Khalifah 'Umar kembali kepada pasukannya dan menghabiskan malam di tengah-tengah mereka. Khalifah 'Umar bin Khaththab di Yerusalem Ketika memasuki kota Yerusalem, Khalifah 'Umar berkata, “Inilah aku, ya Allah, siap melaksanakan amanat-Mu!” dari 'Abbad bin 'Abdullah bin Zubair). Pada hari berikutnya, Khalifah 'Umar memasuki Yerusalem tanpa menimbulkan rasa takut di hati para penduduknya. Waktu itu hari Senin, dan beliau tetap berada di Iliya' pada saat ibadah Jum'at dilaksanakan. Pada hari Jum'at beliau menetapkan mihrab -yang menunjukkan arah kiblat- di bagian Timur, yang merupakan lokasi masjidnya; kemudian bersama-sama para sahabatnya, beliau menunaikan ibadah Jum'at. Pasukan Muslim tidak mengambil sedikit sedikit pun harta milik penduduk Yerusalem. Khalifah 'Umar berada di Yerusalem selama sepuluh hari. Beliau menetapkan perjanjian damai dengan penduduk Yerusalem, yang diakhiri dengan kalimat, “Saksi-saksi dalam perjanjian ini adalah Khalid bin Walid, 'Amr bin 'Ash, 'Abdurrahman bin 'Auf, dan Mu'awiyah bin Abu Sufyan. Perjanjian ini dinyatakan dan dilaksanakan pada tahun ke lima belas setelah Hijrah.” Kemudian, Khalifah 'Umar bertanya kepada Ka'ab al-Akbar, pemuka agama Yahudi, “Menurut kalian, dimana aku dapat melaksanakan shalat?” Ka'ab menjawab, “Kalau engkau mau mendengar pendapatku, shalatlah di belakang kubah batu; dengan demikian engkau akan menyaksikan seluruh Yerusalem di depan matamu.” Khalifah 'Umar berkata, “Kalau begitu engkau melampaui orang-orang Yahudi. Tidak . Aku akan shalat dimana Rasulullah saw menjalankan shalat.” Lalu beliau menuju mihrab dan menjalankan shalat. Setelah itu beliau membentangkan jubahnya dan memunguti sampah yang ada di tempat tersebut, dan orang-orang pun mengikuti apa yang beliau lakukan. (Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam kitab ad-Dhiya' al-Maqdisi, yang dipilih dari 'Ubaid bin Adam). Setelah itu, beliau kembali ke Madinah -kota Rasulullah saw- setelah membuat perjanjian damai dengan penduduk Yerusalem yang bersedia membayar jizyah . Beliau menempuh perjalanan bersama pasukan Muslim yang mengiringinya sampai Jabiyah, dimana beliau bermalam selama bebrapa waktu. Di tempat tersebut beliau membagi Syam menjadi dua wilayah. Abu 'Ubaidah bin Jarrah mendapatkan tugas untuk memimpin wilayah yang membentang dari Huran hingga ke Halab. Beliau juga memerintahkan Abu 'Ubaidah untuk bergerakmenuju Halab dan memerangi penduduknya hingga Allah Swt menganugerahkan kemenangan kepadanya. Sementara itu wilayah Palestina, Yerusalem, dan daerah pesisir ditempatkan di bawah kepemimpinan Yazid bin Abi Sufyan.

Sunday, January 8, 2012

Rejim AS Berusaha Melanggengkan Keberhasilan Tragedi Rajab

Rejim AS Berusaha Melanggengkan Keberhasilan Tragedi Rajab



Syabab.Com - Tanggal 28 Rajab 1342 H atau bertepatan dengan 3 Maret 1924 M, mengingatkan umat Islam tentang keberhasilan Rejim Inggris dan Rejim Perancis menghancurkan Daulah Khilafah. Mereka dari dulu tanpa jemu-jemu berusaha untuk menghancurkan institusi pemersatu kaum Muslim sedunia tersebut. Akhirnya dengan berbagai cara yang mereka tempuh telah berhasil melenyapkan Khilafah. Usaha mereka dimulai dengan perang kebudayaan ( ghazwuts tsaqafah ), diikuti dengan serangan missionaris ( ghazwut tabsyiriyyah ),


barulah diteruskan dengan perang yang sesungguhnya secara fisik melalui berbagai penjajahan di negeri-negeri Muslim. Dengan memperalat para misionaris Kristen, gerakan Zionis dan juga agen baru mereka yaitu Mustafa Kemal sang pengkhianat umat, maka Daulah Khilafah berhasil dihancurkan. Setelah Daulah Islam berhasil dihancurkan, mereka tidak berhenti sampai di sini, mereka malah terus berusaha untuk memasikan kelestarian keberhasilan mereka ini dengan berbagai program pembaratan (westernation). Hasilnya mereka berhasil memecah belah masyarakat Turki kepada 3 bagian, yaitu: 1 . Golongan tentara, yakni mereka yang menjaga keluhuran sistem sekular; 2 . Golongan para politisi, mayoritas mencintai Islam, tetapi terpaksa mengakui pandangan umum tentang sekularisme dan ditekan oleh tentara; 3 . Golongan rakyat, yang kebanyakan dari mereka sudah menyadari kemuliaan mereka hanya dapat dicapai dengan Islam bukannya dengan sekularisme.


Golongan ini sejak awal telah menyerahkan mandat mereka kepada para politisi partai yang cenderung kepada Islam. Namun demikian, peristiwa yang terjadi di Negara Sekular Turki tak dapat dipisahkan secara langsung dengan peranan negara Barat yang telah menghancurkan Khilafah terlebih dahulu. Selepas perang dunia kedua, rejim Amerika Serikat mendominasi dunia dan meninggalkan rejim Inggris Raya di tangga kedua super power dunia. Dari sini, tibalah giliran AS untuk mengambil alih tugas-tugas durjana membasmi kebangkitan Islam di Turki.


Berita berbahasa Turki menyebutkan tentang usaha rejim AS untuk menjatuhkan masyarakat Turki dari Islam dan menggantikannya dengan Kristen. Sebagaimana surat kabar berbahasa Turki, Jeims Glas, begitu juga Penasihat Diplomatik AS dalam sebuah ceramahanya di Yayasan Washington mengatakan, "hingga kini Pemerintah AS tidak melepaskan Turki secara sepenuhnya". Menurutnya walapun hasil dari poling yang dilakukan oleh Yayasan Piyo menyebutkan, bahwa masyarakat Turki memiliki pandangan negatif terhadap rejim AS, namun hal ini bukanlah bermakna pemerintah AS telah meninggalkan Turki. Memang beberapa waktu yang lalu Yayasan Piyo melakukan poling yang hasilnya mayoritas masyarakat Turki membenci Rejim AS dan Bush.


Namun ingatlah bahwa ada gerakan Islam yang sungguh-sungguh menyeru penyatuan kembali negeri-negeri kaum Muslim yang terpecah belah akibat kebijakan devide and rule oleh rejim penjajah dulu. Sekularisme pasti akan hancur serta Khilafah pasti berdiri pada suatu saat nanti, sebagaimana janji Allah dan Rasul- Nya. [f/myk/syabab.com] SABTU, 26 JULI 2008 07 :00


sumber : syabab.com

Wanita Pembunuh Abu Lahab

Wanita Pembunuh Abu Lahab


Siapa tidak kenal Abu Lahab? Namanya diabadikan Allah dalam Qur'an ketika ia bersama istrinya dijebloskan ke dalam api neraka. Akan tetapi, banyak diantara kita yang tidak mengetahui bagaimana matinya seorang musuh Allah bernama Abu Lahab ini. Seorang pembesar bangsa Quraisy yang juga salah seorang paman Nabi kita yang mulia Muhammad shallallahu alaihi wa sallam.

Ternyata yang menyebabkan matinya Abu Lahab adalah sebuah pukulan yang dilakukan oleh seorang shahabiyyah yang mulia. Beliau adalah Lubabah Al-Kubra yang dikenal dengan panggilan Ummu Fadl binti Al-Harits radhiyallahu anha. Wanita yang juga menjadi saudara kandung Sayyidah Maimunah binti Al-Harits radhiyallahu anha.

Ummu Fadl tercatat sebagai wanita kedua yang masuk Islam setelah Ummul Mu'minin Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu anha. Ummu Fadl juga adalah seorang istri dari sahabat yang mulia sekaligus paman dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yaitu Al-Abbas ibn Abdil Muththalib radhiyallahu anhu.

Rasulullah sendiri sering mengunjunginya dan beristirahat siang di rumahnya. Keluarga mulia ini juga termasuk salah satu tempat bersandar Rasulullah pada masa sulit. Lain halnya dengan Ummu Jamil. Meski kata jamil terlekat dinamanya, namun perangai dan tingkah lakunya jauh dari keindahan. Sebagai isteri Abu Lahab, Ummu Jamil adalah wanita yang terkenal aktif memusuhi dan memerangi Islam. Tak jarang diantara dua keluarga yang masih sangat dekat hubungannya itu menimbulkan percekcokan.

Ummu Fadl, bersama suami dan anak-anaknya pun kemudian sepakat untuk menyembunyikan keIslaman mereka karena khawatir dengan kejahatan kaumnya. Namun Allah berkehendak lain, Al-Abbas malah tertawan ditangan kaum muslimin saat Perang Badr.

Kondisi kaum muslimin yang belum mengetahui perihal keIslamannya sedikit banyak menyulitkan Rasulullah. Walhasil beliaupun menebus sang paman Al-Abbas seperti orang musyrik lainnya. Taktik ini dilakukan agar rahasia keIslaman Al Abbas tetap tidak terbongkar oleh orang-orang Quraisy.

Ummu Fadl pun melihat kemarahan orang-orang kafir termasuk iparnya, Abu Lahab. Kekalahan kaum kafir dalam Perang Badr sangat mengiris hati Abu Lahab. Ummu Fadl pun mewanti-wanti ke empat anaknya agar tidak menunjukkan raut wajah bahagia sehingga keIslaman mereka tetap tidak bocor ke telinga kaum Quraisy.

Namun sebuah kejadian betul-betul merubah segalanya. Hal ini bermula ketika Ummu Fadl beserta seorang budaknya bernama Abu Rafi` turut mendengarkan perbincangan di ujung rumahnya antara iparnya, Abu Lahab dan keponakannya Abu Sufyan Ibnul Harits.

Saat itu, Abu Sufyan menceritakan kepada Abu Lahab bagaimana kaumnya kalah melawan kaum muslimin. Abu Lahab pun hanya bisa marah-marah dan melontarkan sumbah serapah atas kenyataan itu. Sebaliknya, di ujung rumah, Ummu Fadl justru sangat bersuka cita atas apa yang didengarnya.

Abu Sufyan berkata, ”Demi Allah, walau demikian aku tidak akan menyalahkan mereka karena kami menghadapi manusia-manusia putih berkuda putih diantara langit dan bumi dan tidak ada yang mampu mengalahkan mereka.”

Tentu saja Ummu Fadl merasa bahagia mendengarnya, akan tetapi Abu Rafi` tidak lagi mampu menahan rasa bahagianya hingga kemudian ia berteriak, ”Demi Allah, itu adalah para Malaikat!!”

Mendengar teriakan itu, Abu Lahab bangkit. Dengan diliputi rasa marah, ia lantas menghampiri Abu Rafi' lalu memukulnya secara keras. Sontak saja melihat budaknya dipukul, Ummu Fadl menjadi lupa terhadap langkah untuk menyembunyikan keIslamannya. Wanita mulia ini kemudian mencabut sebuah tiang yang ada di rumahnya dan lewat jiwa pemberani langsung menghajar kepala Abu Lahab lalu berkata, ”Beraninya kamu memukul Abu Rafi`saat tidak ada majikannya”.

Apa yang terjadi? Kepala Abu Lahab bonyok bukan kepalang. Rambutnya dibanjiri kucuran darah dari pentungan yang dilayangkan Ummu Fadl. Abu lahab pun kemudian meninggalkan rumah saudaranya, Al-Abbas. Berselang tujuh malam, luka tersebut semakin parah dan bekas pukulan itu menembus sampai otak hingga menyebabkan pembusukan.

Orang-orang di sekitar pun mulai menjauhinya. Para warga mencium bau tidak sedap yang keluar dari luka Abu Lahab. Mereka juga khawatir luka Abu Lahab dapat menular menimpa mereka.

Abu Lahab pun akhirnya hidup sendiri. Ia mengerang pedih tanpa ada yang membantu. Istrinya, Ummu Jamil (hammalatul hathab) yang seharusnya berada di sampingnya, justru pergi bersama anak-anaknya menjauhi sang suami. Dan naas, tak lama kemudian Abu Lahab benar-benar tewas.

Selama tiga hari, jasad Abu Lahab dibiarkan tergeletak tanpa ada yang bersedia menguburkan. Para warga tidak berani mendekati jasadnya. Akhirnya karena bau busuk yang kian menjadi, maka digali juga sebuah lubang kubur bagi Abu Lahab. Bangkai Abu Lahab didorong-dorong dengan sebilah kayu sampai masuk lubang.

Tidak hanya itu, prosesi penguburan pun berlangsung secara mengenaskan. Dari jauh warga melempari kuburan Abu Lahab dengan batu hingga mereka yakin betul jasadnya telah tertutup rapat. Ya sebuah tragedi kematian yang lebih hina dari kematian seekor ayam sekalipun.

Itulah akhir hayat yang dialami oleh manusia yang sombong kepada Allah dan menolak risalah NabiNya shallaallahu alaihi wa sallam.

Wallahu a`lam


Oleh: Ustadz Ibnu Hasan Ath Thobari
www.eramuslim.com

Tolak Obama, Penguasa Penjajah yang Kafir Harbi!! JAKARTA

Tolak Obama, Penguasa Penjajah yang Kafir Harbi!! JAKARTA



(voa-islam.com) – Di hadapan sekitar 20.000 anggota Hizbut Tahrir Indonesia bersama umat Islam, Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Muhammad Rahmat Kurnia menyatakan keheranannya kepada umat Muslim yang mau menerima kedatangan Presiden Amerika Barack Obama, Ahad (13/11) siang di depan Kedutaan Besar Amerika, Jakarta. Rahmat pun memisalkan ada seorang perampok yang sudah membunuh tetangga sebelah dengan sebilah golok dan menggasak televisi dan laptop di rumah tersebut. “Sambil masih membawa golok yang berlumuran darah, dia datang ke rumah Anda, apakah akan Anda terima?” tanyanya. Serentak masa pun berkata, “Tidaaak!” “Layakkah perampok tadi dikatakan sebagai tamu?” tanya Rahmat.


“Tidaak!” jawab massa. Rahmat pun mengingatkan Obama lebih kejam dari perampok tadi. Karena Obama bukan saja telah membunuh tetapi membantai puluhan ribu kaum Muslim di Irak, Afghanistan, Pakistan dan lainnya. “Membunuhnya pun bukan hanya pakai golok tetapi hujan bom! Tapi mengapa kedatangannya masih saja diterima? Obama datang bukan hanya untuk mencuri televisi atau laptop tetapi menghisap emas, minyak, gas dan kekayaan alam kita, tetapi mengapa masih saja kedatangannya diterima?” tanyanya. Rahmat pun mempertanyakan solidaritas sesama kaum Muslim bagi orang-orang yang menyambut kedatangan kepala negara kapitalis imperialis itu.


“Kata Allah SWT kaum Muslim itu laksana satu tubuh, tetapi mengapa ketika kaum Muslim di Pakistan dibantai Obama, kaum Muslim di sini berharap Obama datang, berharap cipika dan cipiki dengannya?” ujarnya. ...Amerika itu muharriban fi’lan (negara yang secara defacto memerangi Islam), orangnya disebut kafir harbi ... “Kalau perampok saja sudah tidak boleh dikatakan sebagai tamu, tapi mengapa Obama dianggap tamu?” tanya Rahmat. Dalam pandangan Islam, negara penjajah semacam Amerika itu terkategori muharriban fi’lan ( negara yang secara defacto memerangi Islam) sedangkan orangnya disebut kafir harbi .


“Menurut Imam Syafi’i dalam Kitab Al Umm juz 4 shahifah 244 , wala yutraku ahlul harbi yadkhuluna biladal muslimina tujaran (orang kafir harbi tidak boleh masuk ke negeri-negeri berpenduduk Muslim dalam status baik dia sebagai pengusaha atau yang lainnya). Bagaimana dengan Obama yang berstatus sebagai kepala negara penjajah? Tentu lebih tidak boleh lagi!” pungkasnya. [taz/abu fadhilah]

sumber : voa-islam

Belajar pada Negara Norwegia (?) (dan Libya)

NB:

Seupama penguasa Norwegia mengaku muslim, namun ia anti syariat bahkan membunuhi aktivis Islam, maka fitnah Norwegia bagi Islam cukup berat.

Â

Seupama penguasa Norwegia mengaku muslim, kuat dugaan saya orang-orang akan mengatakan Norwegia adalah negeri Islam yang patut ditiru atau dicontoh.

Â

Jangan tertipu oleh dunia. Jangan termakan perangkap iblis. Apa artinya kemakmuran, kesuksesan, keberhasilan di dunia tetapi tanpa melaksanakan syariat Islam. Tanpa Ridho Allah Subhanahu Wa Ta’ala.. kemakmuran, kesuksesan, keberhasilan tadi sama sekali tidak ada artinya. Bahkan hanya menimbulkan fitnah. Itu negara itu, tanpa syariat Islam juga bisa makmur, bisa sejahtera kok.

Â

Belajar pada Negara Norwegia (?)Â Â Â Â Â Â

Ditulis Oleh M. Armiyadi Signori Â

Â

Baru-baru ini badan program pembangunan PBB (UNDP) menobatkan Norwegia sebagai negara terbaik di dunia, dengan tiga indikator penilaian, tingkat pendidikan, pendapatan per kapita dan kesehatan masyarakatnya. Pada rilis tersebut juga mencantumkan Indonesia pada urutan 124 dari 187 negara yang disurvei.

Â

Â

Bagi Norwegia sendiri ini tidaklah mengejutkan karena sebelumnya sudah sembilan kali berturut – turut ditasbihkan sebagai negara yang paling diinginkan sebagai tempat tinggal di dunia oleh lembaga yang sama. Berikut ini ada beberapa fakta menarik tentang kehidupan di Norwegia yang saya dapatkan selama menempuh pendidikan di negara ini.

Â

Bidang pendidikan, Norwegia menggratiskan seluruh biaya pendidikan pada semua jenjangnya, ini juga berlaku bagi warga negara asing yang bersekolah di sini. Misalnya, saya dan lima mahasiswa Aceh lainnya, bantuan beasiswa yang kami dapatkan dari pemerintah Norwegia, hanya kami pergunakan untuk biaya hidup.

Â

Untuk mahasiswa juga disediakan kredit pelajar, artinya selama mahasiwa menyelesaikan pendidikan, biaya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari seperti penginapan, makanan dan lainnya mereka dapatkan dari pinjaman bank dan akan mulai membayar cicilan ketika telah menyelesaikan pendidikan dan bekerja. Mahasiswa sama sekali tidak tergantung pada dana orang tua.

Â

Untuk pendapatan penduduknya, negara ini penganut ekonomi sosialis, dengan ciri khasnya adalah perbedaan pendapatan diantara semua profesi tidak terlalu jauh, profesor sampai petugas kebersihan bisa hidup layak dari gaji mereka, bila profesor menggunakan mobil ke kampus, maka begitu juga dengan petugas kebersihan. Ciri khas lainnya, pajak yang tinggi, sehingga yang terjadi adalah yang beperpendapat tinggi membantu yang lainnya.

Â

Bagaimana kalau kita sedang tidak memiliki pekerjaan atau karena alasan tertentu kita tidak mampu bekerja sebagaimana lazimnya?, tenang, pemerintah akan mensubsidi biaya hidup dan membantu mencari pekerjaan untuk kita.

Â

Bila anda penduduk Norwegia dan berumur 67 tahun, saatnya mengambil pensiun dan mempergunakan waktu untuk menikmati hidup, berliburanlah ke banyak negara. Pada usia tersebut semua orang akan mendapat gaji pensiun, terlepas apapun pekerjaan anda, pegawai negeri, pegawai swasta, pebisnis atau anda hanya petani, semua akan mendapat pensiun yang yang layak.

Â

Sebagai ilustrasi gaji, kawan saya, yang bekerja sebagai perawat di sebuah rumah sakit, mendapat bayaran 200 kroner (300 ratus ribu rupiah) per jam, kalau satu hari kerja delapan jam, maka pendapatannya 2,4 juta rupiah per hari. Jika bekerja pada hari libur atau hari-hari besar maka pendapatannya akan lebih dari itu.

Â

Untuk bidang kesehatan, Norwegia juga menggratiskan biaya perawatan kesehatan. Saya pernah dirawat enam hari di sebuah rumah sakit, saya bisa merasakan kualitas pelayanan rumah sakit mereka. Selain biaya rawat inap, obat-obatan, mereka juga menggratiskan ambulance. Untuk makanan, pasien bisa pergi sendiri ke dapur dan makan semau dan sepuasnya, kecuali pasien yang harus tetap diatas tempat tidur tentunya.

Â

Standar ruangan dan pelayanan sama untuk semua masyarakat termasuk raja dan keluarganya, ruangan di rumah sakit tidak menganal perbedaan kelas, tidak ada bangsal ataupun VIP, semua ruangan sama, tergantung kebutuhan pelayanan saja.

Â

Menjadi wanita hamil sangat terhormat di negara ini, selain menggratiskan semua biaya pemeriksaan kehamilan dan persalinan, pada saat melahirkan seorang ibu juga akan menerima bantuan dari pemerintah sebesar 35 ribu kroner (55 juta rupiah).

Â

http://citizennews.suaramerdeka.com/?option=com_content&task=view&id=1498

Â

3 Kelompok di Libya

Saat libya sedang mengalami transisi kritis ya , paling tidak ada 3 kelompok yang bertarung dengan kepentingan yang berbeda , pertama kelompok sekuler - liberal antara lain tokohnya Mahmoud jibril yang merupakan orang nomor dua NTC , di kenal dekat dengan Barat.

Â

Yang kedua adalah kelompok pragmatis , yakni kelompok yang awalnya loyal ke kaddafi tapi kemudian berbalik arah.

Â

Dan yang ketiga adalah kelompok islam dengan tokoh yang terkemuka adalah Abdul karim Belhaj. Dia merupakan komandan pasukan khusus revolusioner Libya yang di lapangan paling terdepan saat menghadapi pasukan loyal kaddafi . ABDUL KARIM BALHAJ di kenal sebelumnyq sebagai tanahanan politik yang pernah di siksa oleh CIA yang bekerjsama dengan kaddafi . Di belakang abdul karim balhaj adalah para mujahiddin yang banyak memiliki pengalaman tempur di afganistan , somalia dan beberapa kawasan lainya . Jadi masa depan libya tergantung dua hal ini . Apakah kelompok islam yang menguat ataukah kelompok sekuler , sementara rakyat Libya sendiri secara umum menginginkan penerapan syariah islam .

Â

Bagaimana dengan barat ?

Â

Ya , barat tentu saja mempunyai kepentingan karena bagaimanapun ada tiga kepentingan barat di timur tengah trmasuk libya, pertama kepentingan minyak , yang kedua kepentingan melindungi israel , barat kwatir persenjataan rezim qaddafi jatuh ke tangan mujahidin , ini bisa mengancam Israel , ketiga kepentingan untuk membendung kelompok kelompok yang menginginkan syariat islam . Ini juga arus yang kuat . Ini membuat Libya menjadi perhatian besar Barat. (ditambah Qadhafi ingin mencetak koin dinar emas bagi Uni Afrika sebagai pengganti Dolar dan Euro)

Â

Sejauh mana barat mengontrol perubahan Libya ?

Â

Barat berupaya menggunakan tokoh tokoh sekuler , seperti m abu jibril termasuk juga memanfaatkan pimpinan NTC sekarang abdul jalil . Dan tampaknya barat tidak secara komprontatif mengatakan akan menjadikan libya sebagai negara sekuler , tapi mereka akan menggunakan idiom idiom yang intinya sama , substansinya sekulerisme , seperti yang di katakan abdul jalil bahwa islam yang di terapkan di libya adalah islam yang moderat , sedangkan kita tahu pengertian moderat itu adalah islam yang terbuka , dengan barat bekerjasama , termasuk tidak menerapkan syariat islam secara menyeluruh artinya , model turki sekuler mungkin akan di implementasikan di libya itu cara barat mengontrol libya.

Â

Apa solusinya yang terbaik untuk libya ?

Â

Sekulerisme dan demokrasi tidak akan menyelesaikan persoalan timur tengah termasuk libya , sebab persoalan mendasar di timur tengah saat ini adalah keberadaan pemimpin pemimpin yang represif yang di dukung oleh negara negara kapitalis dengan kebijakan kapitalis . Karena itu solusinya apa yang bisa menyelesaikan persoalan libya tidak lain adalah syariat islam dan ini yang bisa menyatukan kabilah kabilah libya . Lalu syariat islam akan menghentikan kebijakan kapitalisme yang menjadi pangkal persoalan di timur tengah .

Â

Namun , libya tidak bisa berdiri sendiri karena untuk menghadapi barat di butuhkan persatuan umat islam yang lebih luas , dalam konteks ini timur tengah harus segera menegakan khilafah , khilafah akan mampu menghadapi intervensi asing di timur tengah . Untuk libya harus menegakan khilafah , kemudian menyatukan negeri negeri islam lainya di bawah naungan khilafah islamiyah .

Â

Wawancara dengan Farid wadjiji

ketua lajnah siyasiyah DPP HTI


NB:

Sekedar meluruskan saja, yang mengkafirkan Qadhafi itu bukan hanya satu orang atau satu kelompok saja.

Tema kali ini adalah Qadhafi menurut beberapa tokoh.

Saya menyatakan berlepas diri dari Qardhawi dengan Dien (Agama) Demokrasinya.
Qadhafi dikafirkan oleh banyak kelompok, ulama senior Ikhwanul Muslimin bahkan menghalalkan darahnya dan memerintahkan agar ia dibunuh. Qadhafi dianggap Fir'aun oleh Hizbut Tahrir. Difatwa kafir oleh Rabithah Alam Islam (Liga Muslim Sedunia), juga difatwa kafir oleh Dewan Masjid Internasional. Senada juga dari tokoh Mujahidin dari Afghanistan dll. Dan hal ini dimuat oleh media Islam sekelas : Eramuslim, voa-Islam, Arrahmah, koranmuslim dll. Saya kurang tahu apakah media massa lain seperti Kompas, Jawa Pos dll juga memuat yang mengkafirkan Qadhafi?


Celaka bagi Qadhafi, di mata mujahidin (pejuang Islam) dia adalah thaghut, Fir’aun, Musailamah, murtadin. Intinya dia tidak loyal kepada Rabb (penguasa) alam semesta. Di mata barat, Qadhafi tidak loyal kepada NWO jadi harus disingkirkan. Â

Â

Tugas kita adalah menimbang & melakukan segala sesuatu berdasar kitabullah & as-sunnah. Kemudian beramal sesuai kemampuan. Bagi mujahidin, kalau nanti NTC ternyata pro ke NWO (New World Order) atau NATO, maka jihad belum selesai. Kalau mereka menang, maka Islam-lah yg menang. Bila mereka harus mati, ini lebih baik daripada hidup di bawah kekuasaan sekuler kafir (boneka NWO). Plus ada kemungkinan masuk jannah yg lebih baik daripada dunia dan seisinya. Bisa bersenang-senang terus dan kekal di dalamnya

Pada dasarnya memang jenazah tetap harus diperlakukan dengan baik. Bukan dijadikan acara foto bersama jenazah. Ini memang keterlaluan. Manusia memang watak dan sifatnya berbeda-beda, pemahaman dien-nya juga tak sama. Banyak hal yang lebih penting untuk dikerjakan Libyan daripada sekedar berfoto ria dengan jenazah.




Fatwa Syaikh Qardhawi: Bunuh Muammar Gaddafi !

Tuesday, 22 February 2011. 08:00

Seorang ulama terkemuka asal Mesir telah menyerukan kepada tentara Libya yang bisa menembak Pemimpin Libya Muammar Gaddafi untuk tidak menahan senjata mereka demi membebaskan bangsa Libya dari penindasan.

Syaikh Yusuf al-Qardhawi, dipandang sebagai pemimpin spiritual kelompok oposisi Ikhwanul Muslimin Mesir, membuat seruan tersebut pada hari Senin kemarin (21/2) melalui sebuah fatwa menentang pemimpin Libya yang telah berkuasa selama lebih dari empat dekade tersebut.

“Barangsiapa di militer Libya mampu menembakkan peluru ke arah Gaddafi maka mereka harus melakukannya,” kata Qardhawi kepada saluran berita al-Jazeera yang berbasis di Qatar.

Libya saat ini telah disapu oleh aksi unjuk rasa pro-demokrasi yang terinspirasi oleh revolusi rakyat di Mesir dan Tunisia, yang berhasil menggulingkan presiden kedua negara tersebut.

“Membunuh Gaddafi akan menyingkirkan Libya dari dirinya,” kata Qardhawi. Ulama, yang juga mengepalai Persatuan Internasional untuk Cendekiawan Muslim, kembali ke Mesir setelah tiga dekade di pengasingan setelah revolusi rakyat Mesir.

Syaikh Qardhawi juga mengatakan agar tentara Libya untuk tidak mematuhi perintah menyerang rakyat mereka sendiri, dan mendesak duta besar Libya di seluruh dunia untuk memisahkan diri dari rezim Gaddafi.

Pemerintah Gaddafi telah mengerahkan jet tempur untuk menembaki para demonstran untuk mencegah apa yang tampaknya bakal menjadi sebuah revolusi dalam waktu dekat.

Pasukan yang setia kepada Gaddafi juga dikatakan telah menggunakan peluru tajam terhadap para demonstran di tengah laporan yang menunjukkan adanya tentara bayaran asing bersenjata di ibukota, Tripoli.

Para demonstran Libya, bagaimanapun, telah dilaporkan berhasil merebut beberapa kota.

Federasi Internasional untuk Hak Asasi Manusia mengatakan sebanyak 400 orang sejauh ini telah tewas selama aksi unjuk rasa.(fq/prtv)

http://koranmuslim.com/2011/fatwa-syaikh-qardhawi-bunuh-muammar-gaddafi/
Syaikh Qardhawi Serukan Erdogan Persenjatai Pemberontak Libya

Rabu, 06/04/2011 15:54 WIB | Arsip | Cetak

Presiden Persatuan Ulama Muslim Internasional, Syaikh Yusuf al-Qardhawi, meminta Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan untuk menunjukkan posisinya secara eksplisit terhadap apa yang terjadi di Libya, yang saat ini rakyatnya berjuang melawan Gaddafi.

Syaikh Qardhawi mengatakan dalam surat yang ditujukan kepada Erdogan bahwa ia ingin Perdana Menteri Turki tersebut mengadopsi posisi yang diadopsi oleh rakyat Libya dari semua kelas yang menentang Gaddafi, dan untuk segera mengakui Dewan Transisi Nasional Libya serta berkontribusi dalam memasok senjata bagi rakyat Libya dari semua senjata berat yang canggih untuk menjatuhkan Gaddafi.

Pimpinan Persatuan Ulama Muslim Internasional tersebut menyatakan hal itu dalam menanggapi permintaan para ulama Muslim dan para pengkhotbah, yang menyatakan mereka tidak memahami posisi Turki terhadap apa yang terjadi di Libya.

Syaikh Qardhawi menjelaskan bahwa para ulama Muslim dan kelompok-kelompok Islam telah berdiri kokoh dan secara terbuka mendukung perlawanan rakyat Libya, yang memberontak melawan rezim Gaddafi di seluruh negara.

Fakta yang ada menyatakan bahwa Gaddafi telah menumpahkan darah rakyatnya sendiri dan Qardhawi meminta Perdana Menteri Turki mengumumkan posisi yang jelas atas keberpihakannya kepada rakyat Libya.

Sebelumnya Erdogan menyatakan bahwa dirinya menolak ide untuk mempersenjatai para pemberontak Libya yang berjuang melawan pemerintahan rezim Kolonel Gaddafi dengan mengatakan bahwa "mempersenjatai para pemberontak hanya akan menciptakan situasi yang berbeda di Libya, dan Turki tidak akan melakukan hal tersebut."(fq/islamtoday)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/syaikh-qardhawi-serukan-erdogan-persenjatai-pemberontak-libya.htm
Fatwa Syeikh Qaradhawi: Bunuh Moammar Qaddafi!!

TRIPOLI (voa-slam.com): Presiden Persatuan ulama Muslim Dunia, Sheikh Dr Yusuf Al-Qardhawi mengeluarkan fatwa menghalalkan darah Kolonel Muammar Qaddafi, dan menyerukan kepada personil militer Libya tidak mematuhi perintahnya untuk menembak para demonstran.

Al-Qardhawi mengatakan dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera: "Saya di sini berfatwa, siapapun tentara Libya yang mampu menembakkan peluru kepada Qaddafi untuk membunuhnya dan orang-orang mengurangi kejahatannya".

Dr Yusuf Al-Qardhawi mengungkapkan kemarahannya atas apa yang terjadi di Libya, menilai Kolonel Muammar Qaddafi gila dan seseorang yang menggelikan.

Al-Qardhawi menegaskan bahwa tidak boleh mematuhi perintah penguasa yang bertentangan dengan Islam, dan bahwa apa yang Qaddafi perintahkan untuk membom kota-kota Libya dengan pesawat tempur adalah perang dan kerusakan di bumi dan pantas dihalalkan darahnya dan dibunuh.

Al-Qaradhawi menambahkan bahwa Qaddafi seperti para penguasa lainnya, tidak membaca sejarah, dan jika membacanya mereka tidak memahaminya, dan jika paham mereka tidak mengamalkannya.

....Saya di sini berfatwa, siapapun tentara Libya yang mampu menembakkan peluru kepada Qaddafi untuk membunuhnya....

Al-Qardhawi menyerukan kepada rakyat Libya untuk melanjutkan perlawanan dan perjuangan berapapun biayanya serta tidak peduli berapa banyak syuhada, menekankan bahwa balasan Allah sudah dekat, dan bahwa Allah membalas Qaddafi di dunia dan akhirat karena ketidakadilannya.

Al-Qardhawi menyeru rakyat Libya untuk tetap "teguh dan sabar dalam menghadapi ketidakadilan". Ia juga menyerukan agar negara-negara Arab memberikan dukungan kepada rakyat Libya dalam kesusahan mereka, sehingga Allah memahkotai upaya mereka dengan kesuksesan, dan juga menyerukan kepada pemuda Mesir dan Tunisia, untuk mendukung teman-teman mereka di Libya.

Al-Qardhawi mendesak pemuda Mesir, yang berniat untuk keluar pada hari Selasa dalam demonstrasi jutaan menentang pemerintah Al-Fariq Ahmad Shafik untuk mengubahnya menjadi sebuah demonstrasi memprotes apa yang terjadi terhadap rakyat Libya.

Dia juga mencela diamnya dunia terhadap apa yang terjadi di Libya, mengatakan: "telah terbunuh ratusan dalam beberapa jam dan dunia hanya diam, jika hal ini terjadi di Israel dan Eropa, pasti dunia akan berdiri dan tidak duduk". [ar/islammemo]

http://www.voa-islam.com/news/islamic-world/2011/02/22/13443/fatwa-syeikh-qaradhawi-bunuh-moammar-qaddafi/
Pelajaran Bagi Para Penguasa

Rabu, 26/10/2011 08:34 WIB | Arsip | Cetak

Gaddafi memberikan julukan dirinya dengan : "Raja di Raja". Berkuasa selama 42 tahun. Kekayaannya mencapai $ 160 miliar dollar. Anak-anaknya, dan keluarganya ikut berkuasa. Libya menjadi identik dengan Gaddafi, anaknya, dan keluarganya. Selama 42 tahun berkuasa, dan dengan minyak melimpah, tak dapat mengubah hidup rakyatnya. Tetap terbelakang.

"Raja di Raja", akhirnya, dikuburkan sebelum fajar, pukul 05.00 waktu Libya, di padang gurun, dan dirahasiakan. Penguburan jenazahnya dilakukan sesudah lima hari tewas ditembak.

Selama lima hari itu, jenazah Gaddafi itu dipertontokan kepada kalayak di sebuah supermarket, di Misrata. Jenazah Gaddafi dibaringkan begitu saja diatas matras di ruang pendingin, yang digunakan sebagai penyimpanan daging.

Selama lima hari itu jenazah Gaddafi menjadi tontotan rakyatnya. Begitulah nasib Gaddafi. Kematiannya menjadi semacam katarsis bagi rakyatnya di zaliminya selama berkuasa.Â

Akhir hidup "Raja di Raja" sangat tragis dan hina. Gaddafi ditangkap di gorong-gorong, digelandang, dipukuli, dijambak rambutnya, ditendang hingga terjatuh, kemudian ditembak.

Padahal, Gaddafi sudah menghiba kepada yang menangkapnya, memohon jangan diperlakukan dengan kasar, disakiti, dan diberikan hak hidup. Tetapi, mereka sudah tidak peduli lagi, dan ketika Gaddafi itu terjatuh, ditembak kepalanya.

Penguburan Gaddafi menjadi perdebatan dikalangan pejabat Dewan Transisi Nasional (NTC), di mana  Gaddafi itu dimakamkan? Sebagian menginginkan agar Gaddafi itu dimakamkan di pekuburan para agresor atau musuh rakyat Llibya, di dekat kota Misrata. Kuburan para agresor itu, adalah para loyalis Gaddafi yang tewas dalam pertempuran di Misrata. Tetapi, rakyat di Misrata menolak jenazah Gaddafi dikubur di Misrata.

Namun, sikap yang paling jelas, terkait dengan jenazah Gaddafi adalah Mufti Libya, Sheikh Shadiq al-Gariyani, bagaimana dalam memperlakukan jenazah Gaddafi. Sheikh Al-Gariyani, berfatwa melarang melakukan shalat jenazah atas jasad Gaddafi di masjid atau melakukan shalat ghaib atas jenazah mantan penguasa Libya itu di manapun di muka bumi ini. Itulah status Gaddafi.

Sheikh Abdullah Azzam menegaskan bahwa Gaddafi itu kafir, menjadi musuh umat Islam. Ketika berlangsung aksi-aksi protes, dan terus berjatuhan korban tewas, Sheikh Yusuf al-Qardawi, menfatwakan, agar siapa saja yang dekat dengan Gaddafi membunuhnya. Fatwa al-Qardawi itu disampaikan saat shalat Jum'at di Qatar.

Di dalam al-Qur'an, sangat tegas Allah Azza Wa Jalla menyampaikan larangan membunuh manusia, tanpa dasar yang haq. Lalu, berapa kaum Muslimin dibunuh oleh Gaddafi selama berkuasa 42 tahun?

Allah Azza Wa Jalla memberikan berbagai bentuk kenikmatan kepada manusia, salah satunya berupa kekuasaan, dan hendaknya kekuasaan itu digunakan dalam rangka taat dan tunduk kepada Allah Rabbul Alamin. Bukan menyombongkan diri. Kekuasaan yang dimilikinya hendaknya tetap dalam rangka bersyukur kepada Rabbul Alamin, bukan kemudian berbuat kufur dan durhaka atas nikmat-Nya.

Bahkan suatu ketika "Raja di Raja" Gaddafi menjadi imam shalat, Â usai membaca al-Fatihah, kemudian membaca surah al-Ikhlas. Gaddafi, tidak membaca, "kull" (katakanlah Muhamamd), tetapi dia langsung membaca: "Allahu ahad", sampai akhir ayat. Begitulah sikap Gaddafi.

Gambaran pandangannya dan sikapnya terhadap Islam, sudah sangat jelas, dan selama berkuasa 42 tahun, tidak mau menegakkan sistem Islam, dan berhukum dengan hukum Islam. Gaddafi menegakkan sistem "la diniyah" alias sekuler, semuanya tertera dengan sangat gamblang dalam "Buku Hijau" nya itu.

Mungkin nasib Gaddafi hanya bisa disamakan dengan mantan diktator Hongaria, Ceausescu, yang ketika berlangsung revolusi di Hongaria, di tangkap, kemudian ditembak bersama isterinya, sampai darah dari kepalanya muncrat. Dalam tayangan telivisi itu, bagaimana Ceasusescu, mengakhiri hidupnya dengan sangat tragis.

Semoga peristiwa yang jauh dari Indonesia, di dunia Arab dan Afrika Utara itu, bisa menjadi 'itibar (pelajaran) bagi para penguasa di manapaun, agar mereka tidak lupa, ketika berkuasa, dan menyakiti rakyat, serta meninggalkan rasa syukur.

Bahwa kekuasaan itu hakekatnya pemberian dari Allah Azza Wa Jalla, yang seharusnya dijalankan dengan penuh amanah, dan tidak semena-mena. Wallahu'alam.

http://www.eramuslim.com/editorial/pelajaran-bagi-para-penguasa.htm
Syaikh Qardhawi: Agresi Militer Asing ke Libya Bukan "Perang Salib"

Senin, 21/03/2011 08:58 WIB | Arsip | Cetak

Dr. Yusuf al-Qardhawi, Presiden persatuan ulama muslim Internasional, menyatakan bahwa operasi militer yang dilakukan oleh pasukan Barat melawan rezim Kolonel Muammar Gaddafi bukanlah "perang salib", seperti yang dituduhkan oleh Gaddafi Ahad kemarin (20/3), di mana ia menyebut bahwa serangan pasukan asing ke Libya sebagai agresi barbar tentara salib.

Syaikh Qardhawi mengatakan hal tersebut dalam sebuah wawancara dengan Al-Jazeera Minggu malam kemarin (20/3) dalam menanggapi pertanyaan tentang gambaran operasi militer melawan Gaddafi sebagai "perang salib terhadap Islam", Syaikh Qardhawi berkata: "Siapa pelindung Islam, di mana Islam itu?".

"Apakah Islam mengajarkan untuk membunuh orang yang tidak bersalah, ia (Gaddafi) mengancam bahwa akan membunuh penentangnya, Apakah ini yang dinamakan Islam dan di mana Islam itu, apakah ini bisa dikatakan sebagai masalah perang salib?" tanya Syaikh Qardhawi.

Syaikh Qardhawi menyatakan juga bahwa intervensi internasional mungkin dianggap perlu di Libya, karena tindakan brutal Gaddafi, namun dirinya dengan tegas menolak untuk alasan apapun bagi pasukan asing mendarat di Libya.(fq/imo)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/syaikh-qardhawi-agresi-militer-asing-ke-libya-bukan-perang-salib.htm


Allah Menghinakan Diktator Libya

بسم الله الرحمن الرحيم

فَأَذَاقَهُمُ اللَّهُ الْخِزْيَ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَلَعَذَابُ الْآخِرَةِ أَكْبَرُ ۚ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

Maka Allah merasakan kepada mereka kehinaan pada kehidupan dunia. dan Sesungguhnya azab pada hari akhirat lebih besar kalau mereka mengetahui. (QS az-Zumar [39]: 26)

Begitulah Allah telah menghinakan diktator Libia dan membunuhnya secara buruk. Hal itu setelah diktator itu membinasakan tumbuhan, hewan dan manusia selama empat puluh tahun. Diktator Libia itu dahulu memandang dirinya sendiri sebagai Fir’aun masa kini … Akhir dunianya adalah lorong gelap gulita atau pelarian diri yang hina. Dengan itu ia merasakan akibat buruk dari perbuatannya setelah ia meninggalkan istana dan harta timbunannya

كَمْ تَرَكُوا مِن جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ ﴿٢٥﴾ وَزُرُوعٍ وَمَقَامٍ كَرِيمٍ ﴿٢٦﴾ وَنَعْمَةٍ كَانُوا فِيهَا فَاكِهِينَ ﴿٢٧﴾ كَذَٰلِكَ ۖ وَأَوْرَثْنَاهَا قَوْمًا آخَرِينَ ﴿٢٨﴾ فَمَا بَكَتْ عَلَيْهِمُ السَّمَاءُ وَالْأَرْضُ وَمَا كَانُوا مُنظَرِينَ ﴿٢٩﴾

Alangkah banyaknya taman dan mata air yang mereka tinggalkan dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah dan kesenangan-kesenangan yang mereka menikmatinya, demikianlah. Dan Kami wariskan semua itu kepada kaum yang lain. Maka langit dan bumi tidak menangisi mereka dan merekapun tidak diberi tangguh. (QS ad-Dukhan [44]: 25-29)

Apakah para diktator yang tersisa akan mengambil pelajaran dari teman-teman mereka yang sudah binasa? Ataukah mereka itu memiliki hati tetapi tidak mereka gunakan untuk memahami, memiliki mata tetapi tidak mereka gunakan untuk melihat dan memiliki telinga tetapi tidak mereka gunakan untuk mendengar? Apakah diktator Syam dan temannya diktator Yaman akan mengambil pelajaran? Apakah mereka akan mengambil pelajaran dari orang-orang yang telah binasa lebih dahulu sebelum mereka padahal orang-orang itu lebih kuat dari mereka dan lebih banyak mengumpulkan harta? Ataukah mereka seperti hewan ternak bahkan lebih sesat lagi?!

Wahai warga di Libia, wahai kaum Muslim: sungguh para syuhada’ yang darah mereka telah ditumpahkan di penjara dan di bawah penyiksaan oleh diktator itu selama masa pemerintahannya, menyampaikan ucapan selamat… Sungguh para syuhada Hizbut Tahrir yang dibunuh oleh Qadzdzafi secara brutal dikarenakan mereka mengatakan kalimat haq di hadapan penguasa keji dan jahat, menyampaikan ucapan selamat …Sungguh seluruh syuhada’ kaum Muslim yang dibunuh oleh diktator itu di kerangkeng penjara-penjara dan di bawah penyiksaan, menyampaikan ucapan selamat … Sungguh para syuhada yang darah mereka ditumpahkan oleh diktator itu di medan perang dengan penuh dosa dan permusuhan, menyampaikan ucapan selamat … Sungguh warga kami di Libia dan kaum Muslim di belahan timur dan barat bumi ini menyampaikan ucapan selamat. Dan sungguh setiap orang yang melakukan revolusi menentang kezaliman para diktator di setiap tempat menyampaikan ucapan selamat …

Wahai warga di Libia, wahai Kaum Muslim: mahkotai terbunuhnya diktator itu dengan Anda jadikan perjanjian Anda yang baru adalah perjanjian yang benar dengan Allah dan rasul-Nya; Anda mensyukurinya kepada Allah SWT dengan menerapkan syariah-Nya dan memusnahkan musuh Allah hingga ke akar-akarnya sehingga kaum kafir imperialis tidak memiliki jalan untuk menguasai Anda … Dengan itu Anda menunaikan hak darah-darah suci yang tertumpah dan hak pengorbanan-pengorbanan yang dicurahkan. Jika Anda tidak melakukannya niscaya darah-darah Anda akan mengadukan Anda kepada Pencipta langit dan bumi dan Anda akan menjadi seperti seorang perempuan yang mengurai kembali benangnya setelah dipintal dengan kuat! Kami memperingatkan negeri para mujahid dan negeri para penghafal al-Quran, jangan sampai hal itu terjadi.

Wahai warga di Libia, wahai kaum Muslim: Hizbut Tahrir memberi nasihat kepada Anda. Bergabunglah ke pihak Allah dan rasul-Nya dan dirikan negara-Nya, negara al-Khilafah ar-Rasyidah, niscaya Anda mulia, bahagia dan meraih keberuntungan di dunia dan akhirat dan itu adalah kebruntungan yang agung… Jangan sampai Anda terpedaya oleh slogan-slogan kaum kafir imperialis dan slogan-slogan antek-antek mereka, untuk berhukum kepada manusia dan bukannya berhukum kepada Rabbnya manusia, yaitu melalui seruan demokrasi dan negara sipil sekuler, sehingga Anda akan termasuk orang-orang yang merugi… Jangan sampai Anda terpedaya oleh janji-janji mereka yang gemerlap berupa bantuan-bantuan yang menyembunyikan racun di balik salutan gula, lahirnya menampakkan kasih sayang padahal batinnya siksa. Anda tidak memerlukan bantuan-bantuan mereka. Negeri Anda adalah negeri yang kaya raya. Allah SWT telah menganugerahi negeri Anda dengan keberkahan bumi dari atas dan bawahnya. Maka jadilah Anda bersama Allah dan bertakwalah kepada-Nya niscaya Allah membukakan barakah dari langit dan bumi untuk Anda.

Hizbut Tahrir berasal dari Anda dan bersama Anda. Maka jadikan takbir kemenangan yang Anda teriakkan, dimana Allah telah membinasakan musuh Anda, jadikan itu takbir kemenangan di dunia di bawah panji al-Khilafah, panji lâ ilâha illâllâh Muhammadun rasûlullâh dan juga jadikan sebagai takbir keberuntungan di akhirat, dibawah naungan Allah SWT pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan Allah sehingga Allah memandang Anda dengan pandangan kemenangan dan kemuliaan

قَالَ عَسَىٰ رَبُّكُمْ أَن يُهْلِكَ عَدُوَّكُمْ وَيَسْتَخْلِفَكُمْ فِي الْأَرْضِ فَيَنظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ

Ia berkata: “Mudah-mudahan Allah membinasakan musuhmu dan menjadikan kamu khalifah di bumi(Nya). Maka Allah akan melihat bagaimana perbuatanmu (QS al-A’raf [7]: 129)

22 Dzulqa’dah 1432 H

20 Oktober 2011

Hizbut Tahrir

http://hizbut-tahrir.or.id/2011/10/21/allah-menghinakan-diktator-libya/


Mengungkap rahasia kelam sosok Qaddafi: Fir'aun, Toghut, dan Musailamah al-Kadzab dari Libya (5)

Muhib Al-Majdi

Rabu, 9 November 2011 18:54:43

(Arrahmah.com) – Taghut Qaddafi memiliki cara pandang yang sangat khas terhadap ajaran-ajaran Islam. Sebuah cara pandang yang merefleksikan cara pandang kaum Yahudi, Nasrani, musyrik, dan komunis. Ia meremehkan, melecehkan, dan mengolok-olok banyak ajaran Islam. Berikut ini pandangan Qaddafi terhadap sebagian ajaran Islam.

Shalat

Qaddafi mengatakan, “Saya lebih senang shalat sendirian daripada shalat berjamaah. Saya lebih senang shalat di tenda hitam saya agar tidak ada sesuatu pun yang mengganggu konsentrasi shalat saya.” (As-Sijil al-Qaumi, hlm. 11)

Dalam pidatonya di hadapan para peserta Konferensi Umum Bangsa di ibukota Tripoli tanggal 7 Oktober 1989, Qaddafi mengatakan, “Shalat, saya tidak mengerjakannya dengan suara keras seperti kalian. Karena dokter telah menasehatkan kepada saya untuk memberatkan leher saya lebih dari hal ini. Barangkali sebagian kalian melihat saya mengerjakan shalat Magrib dan Isya’ dengan suara pelan. Saya tidak bisa mengerjakannya setiap hari dengan suara keras, karena saya terlalu banyak berbicara dengan kalian.”

Shaum

Dalam pidato yang disampaikan pada tanggal 24 September 1979, Qaddafi mengatakan, “Berpuasa sehari-hari adalah sebuah kerugian…Hal itu adalah siksaan, tidak ada keraguan lagi akan hal itu. Siapa yang mengatakan puasa adalah istirahat? Kalau tidak, kebutuhan yang bis diterima? Puasa itu kebutuhan yang berat dan kebutuhan yang dibenci.”

Haji

Dalam khutbah Idul Adha 1400 H di kota Jadu, tanggal 19 Oktober 1980, Qaddafi mengatakan: “Haji tahun ini tinggal siulan dan tepuk tangan belaka seperti yang dilakukan pada zaman jahiliyah…Jadi apa makna haji tahun ini? Apa pula makna haji pada tahun-tahun mendatang apabila penjajahan Amerika terus berlangsung atas Baitullah? Adapun orang yang pura-pura tidak mengetahui realita ini dan pergi untuk melaksanakan ritual-ritual tradisional di seputar Ka’bah, di seputar Shafa dan Marwa, dan di atas bukit Arafah…sejatinya dalam kondisi ini ia hanya melaksanakan ibadah yang remeh yang tidak dikehendaki oleh Allah…Sekarang ratusan ribu umat Islam melaksanakan ritual haji di bawah raungan pesawat-pesawat Amerika, lalu mereka kembali ke tanah air dengan meyakini dosa-dosa mereka telah diampuni dan keinginan-keinginan telah dipenuhi. Sekali-kali dosa-dosa mereka tidak akan diampuni dan keinginan-keinginan mereka tidak akan dipenuhi, kecuali jika haji telah berubah menjadi peperangan, dan doa memohon ampunan telah berubah menjadi seruan untuk berjihad dan berperang.”

Memang benar, Amerika sejak waktu yang lama telah ‘menduduki’ Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya. Penguasa Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya pada hakekatnya hanyalah boneka Amerika dan Barat. Amerika memiliki lima pangkalan militer di Arab Saudi sejak perang Irak-Kuwait 1990. Pangkalan-pangkalan militer AS lainnya juga berdiri di negara-negara Arab yang lain. Dari pangkalan-pangkalan militer itulah pasukan salibis AS menginvasi Afghanistan pada tahun 2001 dan Irak pada tahun 2003.

Qaddafi hanya berkoar-koar belaka, sejak tahun 2000an ia sendiri mulai patuh kepada Amerika dan Barat. Tahun 1999, taghut Libya itu menyatakan bertanggung jawab atas tragedi peledakan pesawat Pan AM di Lockerbie yang terjadi pada bulan Desember 1988 . Ia menyerahkan dua terdakwa peledakan pesawat untuk diadili di Belanda dan bersedia membayar ganti rugi kepada keluarga korban senilai 2,7 miliar dollar AS pada tahun 2003. Atas langkah ini, Dewan Keamanan PBB mencabut sanksi terhadap Libya dan didukung AS. Pada bulan Desember 2003, dengan sukarela Qaddafi mengakui bahwa Libya mengembangkan senjata pemusnah massal dan segera memusnahkan semua program tersebut.

Qaddafi telah ‘jinak’ sehingga kebekuan hubungan Libya-Amerika pun mencair. Tripoli-Washington.Sejak kedua negara meningkatkan kontrak dan berusaha menyingkirkan hambatan hubungan diplomatik, perusahaan-perusahaan minyak masuk kembali ke Libya. Pada tanggal 15 Mei 2006 Amerika secara resmi mengumumkan pemulihkan kembali hubungan diplomatik Washington-Tripoli.

Adapun mujahidin di Arab Saudi telah melakukan tindakan nyata, gerakan jihad dari 1996 sampai saat ini. Mujahidin di Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya (media massa Barat menyebut mereka Jaringan Al-Qaeda Semenanjung Arab) telah berulang kali melakukan aksi jihad terhadap pangkalan-pangkalan militer Amerika. Di antaranya yang terbesar dalam bom syahid yang meluluh lantakkan pangkalan militer Amerika di Al-Khabar tahun 1996 dan Riyadh tahun 2003. Pemerintah boneka Arab Saudi telah memenjarakan puluhan ribu mujahid atau muslim yang dituduh terkait jaringan jihad. Ribuan mujahid lainnya masuk dalam daftar DPO, sementara jumlah syuhada’ telah mencapai ratusan. Kini jihad mereka mengerucut dengan pemusatan kekuatan mujahidin di Yaman Selatan.

Meski demikian, realita itu bukanlah alasan untuk melecehkan ibadah haji. Ibadah haji adalah syariat Allah yang harus dihormati dan dimuliakan. Melecehkan ibadah haji berarti telah melecehkan Allah Yang telah mensyariatkan haji; melecehkan nabi Ibrahim, Ismail, dan Muhammad SAW​ yang telah memberi contoh pelaksanaan haji; dan melecehkan salah satu ruku (tiang berdirinya) bangunan Islam.

Ka’bah

Dalam pidatonya pada acara pembukaan Konferensi Liga Arab di kota Benghazi tanggal 17 Februari 1990, Qaddafi mengatakan: “Ka’bah ini adalah berhala terakhir. Ia adalah berhala yang masih bertahan (disembah).”

Melempar Jumrah

Salah satu rangkain manasik haji yang dilakukan pada hari Idul Adha dan hari-hari tasyriq adalah melempar Jumrah. Bagaimana pandangan Qaddafi tentang ibadah yang satu ini? Dalam acara pembukaan Konferensi Kedua para pemimpin negara Organisasi Konferensi Islam Internasional di kota Benghazi tanggal 19 Maret 1990, Qaddafi mengatakan: “Kalian melempar jumrah? Mestinya kalian melempar zionis di Palestina. Setiap orang di antara kita membawa tujuh kerikil, pergi ke Palestina. Inilah jihad, inilah melempar jumrah…Apa manfaatnya kalian melempar tujuh kerikil ke arah sebuah monumen? Mestinya diganti (dengan melemparkan kerikil ke arah penjajah zionis, edt). Itulah haji yang sejati pada era sekarang ini.”

Benar, melemparkan batu atau menembakkan peluru dan roket ke arah penjajah Yahudi adalah jihad dan bernilai ibadah. Namun melempar jumrah adalah sebuah ibadah tersendiri, syariat telah memberikan aturan yang lengkap tentang pelaksanaannya. Qaddafi tidak bisa memberikan tafsiran yang lain, lalu mengalihkan kaum muslimin dari tata cara yang diatur oleh syariat Islam. Kecuali jika Qaddafi adalah Tuhan yang memiliki aturan tersendiri.

Isra’ dan Mi’raj

Sebagai orang yang mengaku nabi dan mendustakan semua hadits Rasulullah SAW, sudah tidak aneh lagi kalau Qaddafi tidak mengakui adanya peristiwa Mi’raj. Dan jika peristiwa Mi’raj sudah didustakan, sudah tidak aneh lagi jika sebenarnya Qaddafi adalah orang yang tidak mempercayai adanya kewajiban shalat wajib lima waktu. Shalat yang ia lakukan hanyalah kamuflase belaka untuk menyamarkan kekafirannya di hadapan umat Islam.

Dalam pidato peringatan Isra’ dan Mi’raj yang disiarkan oleh Radio Nasional Libya pada tanggal 24 Juni 1976, Qaddafi mengatakan: “Di dalam Al-Qur’an sama sekali tidak ditemukan sebuah keperluan yang disebut Mi’raj. Khususnya dalam permasalahan Isra’, tidak ada satu sumber pun yang dapat dipercaya tentang masalah Mi’raj…Jika Mi’raj memang benar-benar terjadi atau ada sesuatu yang disebut Mi’raj, tentulah Al-Qur’an telah menyebutkannya. Kisah khayalan yang selalu diulang-ulang oleh cerita para ulama fiqih ini, tiada satu pun sumber yang menguatkannya dalam persoalan yang khusus ini, yaitu Al-Qur’an. Apalagi masalah Buraq, seluruhnya adalah khurafat yang tidak ada realitanya. Oleh karena itu, bagian dongeng harus dihilangkan dari Isra’ dan Mi’raj.”

Peristiwa Isra’ secara tersurat disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Isra’ (17) ayat 1 dan peristiwa Mi’raj secara tersirat disebutkan dalam Al-Qur’an surat An-Najm (53) ayat 13-18. Hadits-hadits , yang mengisahkan Isra’-Mi’raj mencapai derajat mutawatir maknawi, sebagaimana dijelaskan oleh para ulama. Buraq adalah hewan tunggangan berwarna putih yang lebih kecil dari Baghl (peranakan kuda dan keledai) dan lebih besar dari keledai, sebagaimana diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim dari jalur Malik bin Sha’sha’ah RA. Pengingkaran Qaddafi terhadap Mi’raj Nabi SAW hanyalah mengulang lagu lama para orientalis Yahudi dan Nasrani yang menolak mu’jizat agung tersebut.

Hijab

Qaddafi dikenal dengan para pengawal pribadinya yang dipilihnya secara khusus dari kalangan gadis muda yang cantik. Seperti halnya kaum Yahudi, Nasrani, musyrik, komunis, dan sekuler; Qaddafi juga membudi dayakan ikhtilath (campur baur wanita dan laki-laki yang bukan mahram), tabarruj (wanita keluar rumah dengan pakaian dan perhiasan yang menampakkan aurat), dan pergaulan bebas. Para pengawalnya sendiri sudah sering melaporkan kasus-kasus pemerkosaan oleh Qaddafi dan anak-anak lakinya. Pihak oposisi Libya bahkan memiliki banyak bukti pesta seks dan pelacuran yang dikelola oleh putra Qaddafi.

Di sisi lain, Qaddafi sangat memusuhi kaum muslimah yang berpegang teguh dengan ajaran Al-Qur’an dan as-sunnah, memakai hijab dan menutup aurat dari aki-laki yang bukan muhrimnya. Dalam pidatonya di hadapan para anggota Parlemen Tunisia pada tanggal 8 Desember 1988, Qaddafi mengatakan: “Hawa pada asalnya sama sekali tidak berpakaian…kalian memahami lebih baik dari Tuhan kalian? Tuhan kita menciptakan kita begini sejak pertama kali. Inilah hal yang alami…Kalau tidak karena (godaan) setan, kita tidak akan membuat walau satu baju pun…Setan-lah yang telah membuat kita memakai pakaian-pakaian ini. Sebelum itu, keadaan kita alami begini. Hijab sendiri adalah perbuatan setan, karena hijab adalah kertas tisue, sementara kertas tisue adalah perbuatan setan. Bukannya meraih kebebasan dan maju ke depan…tidak…seorang wanita justru memakai hijab dan duduk di rumah…haram…Hijab itu ya hijab maknawi (spiritual).”

Menurut Qaddafi, mestinya kaum muslimah mencampakkan hijab, mengejar karir di luar rumah, dan menyambut emansipasi wanita ala Barat. Tidak boleh memakai hijab dan mengurus urusan rumah tangga semata, karena hal itu berarti kemunduran dan perbudakan. Tentu saja, karena Qaddafi adalah seorang penguasa sekuler yang tidak memahami dan melaksanakan perintah Allah SWT dalam surat An-Nur (24) ayat 31 dan Al-Ahzab (33) ayat 32-33 dan 59. Sangat sejalan dengan program musuh-musuh Islam: Jika ingin menghancurkan moral sebuah bangsa, seretlah kaum wanita ke dalam perangkap emansipasi dan pergaulan bebas.

Poligami

Kaum Yahudi, Nasrani, dan sekuler biasanya menolak mentah-mentah poligami. Namun mereka menerima dengan lapang dada perzinaan, perselingkuhan, homoseksual, lesbian, dan pergaulan bebas. Undang-undang mereka menjamin kebebasan berzina, selama suka sama suka. Bahkan mereka menjadikan kemungkaran tersebut beserta segenap sarana pendukungnya sebagai salah satu sumber pemasukan negara. Seringkali mereka menjajarkan gaya hidup permisif tersebut dengan slogan emansipasi wanita, persamaan gender, HAM, dan slogan-slogan semu lainnya.

Bagaimana pandangan Qaddafi tentang masalah poligami? Dalam dialog dengan para ulama dan santri penghafal Al-Qur’an pada tanggal 3 Juli 1978, Qaddafi mengatakan: “Menikah dengan dua orang wanita atau empat orang wanita itu tidak ada dalam Al-Qur’an…Dalam Al-Qur’an hanya ada satu ayat berkenaan dengan masalah ini…Jika kalian memperbolehkan menikahi beberapa wanita (poligami), maka pihak yang memperbolehkan (wanita) menikahi beberapa laki-laki (poliandri) akan mengatakan: ‘Mana dalil yang memperbolehkan seorang laki-laki menikahi beberapa wanita namun melarang seorang wanita menikahi beberapa laki-laki?’ Masyarakat tidak bisa menerima hal-hal ini yang dahulu kala pernah ada pada masyarakat-masyarakat tertentu, karena pada masa itu laki-laki boleh memiliki beberapa istri dan perempuan boleh memiliki beberapa suami. Namun hal ini seperti ini harus dicampakkan saat masyarakat telah maju, sehingga hanya ada satu istri dan satu suami.”

Ayat yang dimaksud Qaddafi jelas surat An-Nisa’ (4) ayat 3. Tapi mungkin Qaddafi luput membaca Al-Qur’an surat An-Nisa’ (4) ayat 128-129; surat Ath-Thalaq (65) ayat 1,2, dan 6; surat At-Tahrim (66) ayat 1-5; surat Al-Ahzab (33) ayat 28-34, 50-51, dan beberapa ayat lainnya. Qaddafi lupa bahwa perintah Allah kepada Rasul-Nya SAW juga berlaku bagi umat Islam selama tidak ada dalil shahih yang mengkhususkannya untuk Nabi SAW. Karena lupa, mungkin juga tidak tahu atau pura-pura tidak tahu… Qaddafi mengulang-ulang lagu lama para orientalis Barat.

Sahabat Rasulullah SAW

Ulama Islam sepakat menyatakan bahwa para sahabat Nabi SAW adalah generasi terbaik umat Islam sepanjang sejarah. Allah telah mencintai dan meridhai mereka, menerima amal mereka, mengampuni dosa mereka, dan memuji mereka. Sebagaimana Allah nyatakan dalam surat Al-Maidah (5) ayat 54, surat Al-Fath (48) ayat 1-29, surat Al-Hadid (57) ayat 7-10, surat Muhammad (47) ayat 2-3, surat Al-Hasyr (59) ayat 8-10, surat Al-Anfal (8) ayat 72-75, surat At-Taubah (9) ayat 88-89, 100, 108, 117-118 dan lain-lain.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim dari Imran bin Hushain, Ibnu Mas’ud, dan Abu Hurairah dijelaskan bahwa generasi sahabat adalah sebaik-baik umat Rasulullah SAW. Mencela dan melecehkan seorang sahabat Nabi SAW berarti mengingkari keseluruhan ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits shahih tersebut.

Dari Abu Sa’id al-Khudri RA bahwasanya terjadi percekcokan antara Abdurrahman bin Auf dan Khalid bin Walid, lalu Khalid mencela Abdurrahman. Maka Rasulullah SAW bersabda kepada Khalid, “Janganlah kalian mencela salah seorang sahabatku. Seandainya salah seorang di antara kalian menginfakkan emas sebesar gunung Uhud, niscaya tidak mampu menyamai nilai amal mereka walau infak mereka setengah genggam makanan saja.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Beliau SAW bersabda demikian keras kepada Khalid bin Walid, panglima besar Islam yang masuk Islam belakangan disbanding Abdurrahman bin Auf yang tergolong as-sabiqun al-awwalun. Lantas bagaimana jika yang mencela sahabat adalah orang zaman sekarang yang berlumuran dosa dan tidak memiliki andil apapun bagi perjuangan Islam?

Rasulullah SAW juga memerintahkan umatnya memegang teguh sunnah Khulafa’ Rasyidun. Dari Irbadh bin Sariyah bahwasanya Rasulullah SAW, “Sesungguhnya barangsiapa dikaruniai usia panjang di antara kalian akan melihat banyak perselisihan dan perbuatan yang diingkari. Maka pada saat itu ikutilah sunnahku dan sunnah para Khulafa’ Rasyidun yang mendapat petunjuk. Gigitlah (pegang teguhlah, edt) ia dengan gigi-gigi geraham kalian…” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah, Ahmad, dan lain-lain)

Bagaimana pandangan Qaddafi terhadap para sahabat Nabi SAW?

Dalam rapat kedua al-Lijan ats-Tsauriyah dengan wakil-wakil universitas di ibukota Tripoli pada tanggal 30 Maret 1991, Qaddafi mengatakan: “Rasulullah SAW berlepas diri dari para khalifah sepeninggalnya. Ketika Ali menjadi khalifah Rasulullah SAW, kenapa setengah kaum muslimin memeranginya dan memerangi anak-anaknya sepeninggalnya?…Utsman tidak layak memegang kekuasaan karena ia adalah seorangg aristocrat dan mengangkat para kerabatnya untuk menjadi pejabat atas kaum muslimin…ia menyebar luaskan perantara dan orang-orang yang diperhitungkan dalam negara Arab Islam pada waktu tersebut, maka mereka pun membunuhnya…”

Dalam peringatan hari ibu sedunia, Qaddafi menyatakan di kota Benghazi pada tanggal 10 Maret 1989: “Para khalifah Rasulullah SAW memperlakukan kaum wanita secara tidak manusiawi…kaum wanita tidak tertindas sebelum masa (pemerintahan) keagamaan. Para tokoh agama-lah yang telah menindas kaum wanita untuk mewujudkan ambisi-ambisi mereka dan memperbudak hamba Allah dengan mengatas namakan agama.”  Â

Masjid Rasulullah SAW

Dari Abu Said Al-Khudri bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Tidak dilakukan perjalanan jauh (ke tempat suci, edt) kecuali kepada tiga masjid; Masjidil Haram, masjidku ini, dan masjid Al-Aqsha.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam pertemuan sekretariat jendral Organisasi Konferensi Islam Sedunia tanggal 19 Desember 1989, Qaddafi mengatakan: “Tidak mungkin Rasul selamanya mengatakan dianjurkan bepergian ke masjidku (masjid nabawi, edt) ini, karena masjid Rasul pada waktu itu tidak memiliki kesucian… Kesucian macam apa pada bangunan yang dibangun oleh Rasul, seperti kesucian Vatikan…??? Atau kesucian kota Qum bagi saudara-saudara kita kaum Syiah, atau Karbala atau Nejef…??? (Masjid Rasul) sama sekali tidak memiliki kesucian…Tempat-tempat suci menurut Allah sudah terkenal…Baitul Atiq (masjidil Haram, edt), masjidil Aqsha, gunung Thursina, lembah Thuwa, Lepaskanlah kedua sandalmu karena engkau berada di lembah yang suci, Thuwa.”Â

Hukuman rajam

Dalam dialog dengan para ulama dan santri penghafal Al-Qur’an pada tanggal 3 Juli 1978, Qaddafi mengatakan: “Hukuman rajam itu tidak ada dalam Al-Qur’an, karena tidak hukuman dalam Al-Qur’an yang mengatakan: ‘Barangsiapa melakukukan perbuatan fulan, maka rajamlah ia!’ Selamanya tidak ada. Allah hanya berfirman ‘Barangsiapa mencuri, maka potonglah tangannya! Orang yang berzina, cambuklah ia seratus kali! Allah tidak menyebutkan hukuman yang lain…Namun Allah menyatakan, setiap perbuatan dan hukuman yang berat maka tetap berlaku di akhirat…Sebagian besar ayat Al-Qur’an tidak berlaku di dunia, bukan hukum positif, tidak berkaitan dengan problem-problem yang kita hadapi sehari-hari, namun berkaitan dengan hari kiamat, berkaitan dengan kehidupan setelah mati.”

Hukuman rajam disebutkan dalam hadits-hadits shahih. Dan Al-Qur’an memerintahkan kaum muslimin untuk menerima semua perintah Rasulullah SAW. Mengingkari hukum rajam yang disebutkan dalam hadits shahih, sama nilainya dengan mengingkari Al-Qur’an yang mewajibkan ketaatan kepada Rasulullah SAW.

Riba

Sistem ekonomi yang berlaku di dunia sejak puluhan tahun yang lalu adalah sistem ekonomi ribawi. Baik sistem ekonomi kapitalis Barat maupun sistem ekonomi sosialis Timur, keduanya menjalankan sistem perbankan ribawi. Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ ulama telah menegaskan keharaman riba dan interaksi dengan riba. Bagaimana pendapat Qaddafi tentang riba dan interaksi dengan riba?

Dalam sebuah jumpa pers internasional tanggal 13 Juli 1973, menjawab pertanyaan pimpinan kantor berita Reuters cabang Mesir, Qaddafi mengatakan: “Sistem perbankan adalah sistem internasional…seluruh dunia Islam berinteraksi dengannya…Mereka mencobanya dan kita bersama mereka…Siapa yang menyatakan haram? Apanya yang haram? Sistem perbankan tidak benar kalau dikatakan haram.”

Agama dan sekulerisme

Sewaktu mengadakan kunjungan kenegaraan ke Tunisia pada tanggal 24 Februari 1982, Qaddafi sempat melakukan dialog dengan para sastrawan Tunisia. Dalam kesempatan tersebut, Qaddafi mengatakan: “Agama dalam kehidupan sosial tidak mengatur politik. Agama hanyalah hubungan pribadi antara seorang individu dengan Tuhannya, akhlak dalam keluarga dan akhlak individu, dan pada ujungnya adalah keimanan ruhani. Seseorang tidak memiliki kaitan apapun dengan orang lain dalam hal keimanan dan ruhani, engkau mau beriman atau mau kafir, itu bukan urusanku. Tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab atas orang lain untuk membimbingnya ke surga atau neraka. Kecuali para nabi, dan era para nabi telah berakhir.”

Dalam Konferensi Bangsa Libya di ibukota Tripoli tanggal 7 Oktober 1989, Qaddafi mengatakan: “Kami tidak akan menngizinkan siapa pun untuk memerintah kita atas nama agama…Seseorang mengajarkan agama kepada kami, padahal nabi…kalau Muhammad diutus lagi atau Isa turun (dari langit, edt) lalu mengatakan ‘Aku ajarkan agama kepada kalian’, mungkin kami akan mendengar.”

Dalam dialog dengan para ulama dan santri penghafal Al-Qur’an pada tanggal 3 Juli 1978, Qaddafi mengatakan: “Sebagian besar ayat Al-Qur’an tidak berlaku di dunia, bukan hukum positif, tidak berkaitan dengan problem-problem yang kita hadapi sehari-hari, namun berkaitan dengan hari kiamat, berkaitan dengan kehidupan setelah mati.”

Al-Qur’an

Dalam khutbah Idul Adha 1400 H di kota Jadu, tanggal 19 Oktober 1980, Qaddafi mengatakan: “Dalam konferensi Islam yang agung ini, dari negeri Islam yang agung ini, negeri Amru bin Ash…kami tujukan seruan kepada segenap umat Islam di setiap tempat, mari kita lemparkan sekop, mari kita lemparkan tasbih, bahkan barangkali sampai kita lemparkan mushaf-mushaf, dalam keadaan yang genting ini…Sudah selayaknya kita memotong tasbih jika tasbih melalaikan kita dari memanggul senjata. Bahkan sudah selayaknya kita melemparkan mushaf-mushaf ke rak-rak buku jika mushaf-mushaf itu melalaikan kita dari menerapkan isinya.”

***

Inilah pelecehan dan olok-olokan Qaddafi terhadap sebagian ajaran Islam. Terdapat beberapa bukti pelecehan lainnya, namun sebagian contoh di atas kiranya sudah cukup mewakili. Bagaimana hokum Islam terhadap orang yang mengaku beragama Islam dan melakukan sebagian ajaran Islam, namun berani melecehkan dan mengolok-olok ajaran Islam yang lain.

Allah SWT berfirman,

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja.” Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir sesudah beriman. (QS. At-Taubah (9): 65-66)

Asbabun nuzul ayat di atas dijelaskan oleh hadits yang diriwayatkan oleh imam Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir ath-Thabari, Abu Syaikh al-Asbahani, dan Ibnu Marduwaih dari Ibnu Umar RA berkata: “Dalam perjalanan perang Tabuk, dalam suatu kesempatan duduk-duduk, seorang aki-laki berkata, “Kita tidak pernah melihat orang seperti para penghafal Al-Qur’an di antara kita (para sahabat Nabi SAW, edt). Mereka adalah orang yang paling banyak makan, paling suka berbohong, dan paling pengecut saat berhadapan dengan musuh.” Seorang sahabat menimpali ucapan tersebut dengan mengatakan, “Engkau bohong. Justru engkau adalah orang munafik. Aku akan melaporkan ucapanmu tadi kepada Rasulullah SAW.” Berita itu pun diterima Rasulullah SAW, maka Allah menurunkan ayat tersebut.

Ibnu Umar berkata, “Aku melihat laki-laki (yang mengucapkan ucapan ejekan pertama) itu memegangi tali kekang unta Rasulullah SAW sementara batu-batu kerikil menaruk telapak kakinya. Ia berkata, “Wahai Rasulullah,kami tadi hanya bersendau-gurau dan berolok-olok semata.” Maka Rasulullah SAW membacakan ayat tersebut: Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kalian berolok-olok? Tidak usah kalian minta maaf, karena kalian telah kafir sesudah beriman. (QS. At-Taubah (9): 65-66)

Imam Ibnu Hazm al-Andalusi menulis, “Maka benarlah berdasar penjelasan kami di atas, bahwa setiap orang yang mencela Allah SWT, atau mengolok-olok-Nya, atau mencela seorang malaikat atau mengolo-oloknya, atau mencela seorang nabi atau mengolok-oloknya, atau mencela sebuah ayat Allah SWT atau mengolok-oloknya, maka dengan tindakan tersebut ia telah menjadi orang kafir, murtad, atas dirinya berlaku hukum murtad.” (Al-Muhalla, 12/438)

Syaikh Hamd bin ‘Atiq berkata, “Ketahuilah bahwasanya seluruh ulama telah bersepakat bahwa setiap orang yang mengolok-olok Allah, atau rasul-Nya, atau kitab-Nya, atau agama-Nya, maka ia telah kafir. Demikian pula apabila ia mengucapkan sebuah ucapan atau melakukan suatu perbuatan yang terang-terangan mengolok-olok.” (Ad-Durar as-Sanniyah fi al-Ajwibah an-Najdiyah, 8/242)

Bersambung, insya Allah…

(muhib al-majdi/arrahmah.com)

http://arrahmah.com/read/2011/11/09/16269-mengungkap-rahasia-kelam-sosok-qaddafi-firaun-toghut-dan-musailamah-al-kadzab-dari-libya-5.html


Mengungkap rahasia kelam sosok Qaddafi: Firaun, Toghut, dan Musailamah al-Kadzab dari Libya (4)

Muhib Al-Majdi

Senin, 31 Oktober 2011 16:43:09

(Arrahmah.com) – Kegarangan Qaddafi terhadap para taghut negara-negara Arab yang pro salibis Barat sudah dikenal luas oleh masyarakat internasional lewat pidatonya yang meledak-ledak dalam beberapa kesempatan konferensi Liga Arab. Pekik seruannya untuk membela perjuangan bangsa muslim Palestina melawan penjajah zionis Yahudi sudah sering diliput oleh media massa internasional.

Qaddafi dikenal sangat vokal menyuarakan perlawanan terhadap imperialis zionis Yahudi dan salibis Barat. Ia dianggap sebagai icon anti imperialisme oleh banyak kalangan. Mereka menahbiskannya sebagai simbol perjuangan kemerdekaan dan solidaritas dunia Islam. Di luar itu semua, kaum muslimin di negara yang jauh dari Libya tidak banyak mengetahui bagaimana Qaddafi sejatinya bersekongkol dengan kaum kafir dalam memerangi Islam dan kaum muslimin.

8. Bahu-membahu dengan orang-orang kafir dalam memerangi Islam dan kaum muslimin

Libya selama 42 tahun masa kekuasaan Qaddafi menjadi sarang yang aman bagi banyak gerakan destruktif di muka bumi. Qaddafi telah memberikan berbagai bentuk bantuan dan dukungan bagi gerakan-gerakan tersebut.

Abdus Salam Jalud, salah seorang perwira yang bersama Qaddafi melakukan kudeta terhadap raja Idris, menyatakan bahwa setiap tahun republik Libya pada masa kekuasaan Qaddafi mengelontorkan 22 % pemasukan negara untuk mendukung gerakan-gerakan kemerdekaan dan perlawanan terhadap imperialism dan zionisme.

Mendukung gerakan kemerdekaan dan perlawanan terhadap imperialisme dan zionisme, bukankah itu hal yang bagus? Berbagai sumber menyebutkan bahwa Qaddafi memberikan dukungan pelatihan militer, persenjataan, dan pendanaan terhadap mujahidin Moro (MILF) dalam usahanya memerdekakan diri dari negara Katolik Filiphina. Gerakan Aceh Merdeka (GAM) diberitakan juga mendapat dukungan serupa dari Qaddafi.

Jika berita itu benar, bisa dipahami bahwa Qaddafi membantu perjuangan kelompok muslim (MILF mengangkat ideologi Islam, adapun GAM mengusung ideologi nasionalis, bukan Islam) yang tengah berjuang melawan penindasan. Namun apakah dukungan Qaddafi hanya tertuju kepada gerakan-gerakan pembebasan yang mayoritas pelakunya muslim, atau bahkan mengusung ideologi Islam (menegakkan syariat Islam di muka bumi)? Ataukah Qaddafi juga mendukung semua gerakan pembebasan, sekalipun gerakan Yahudi dan Nasrani melawan kaum muslimin? Inilah inti persoalannya, dan dalam hal ini penduduk Libya lebih memahami fakta yang sebenarnya dibanding selain mereka.

Syaikh Abdurrahman bin Hasan Al-Libi dalam bukunya, Qaddafi Musailamah al-‘Ashri, mengungkapkan fakta-fakta dalam masalah ini yang jarang diangkat oleh media massa yang dikuasai oleh kelompok zionis-salibis-paganis internasional. Di antara fakta yang beliau sebutkan adalah sebagai berikut:

1.

Qaddafi memberikan dukungan persenjataan, latihan militer, dan pendanaan terhadap gerakan Kristen Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan (SPLM) pimpinan John Garang, yang berjuang untuk memerdekakan Sudan Selatan dari Sudan. Dukungan Qaddafi membuat SPLM menjadi sebuah kekuatan yang mampu menggoyang negara Sudan. Sebagai sebuah gerakan Kristen, SPLM juga mendapat dukungan AS, zionis Israel, dan negara-negara salibis Barat.

Usaha gerakan Kristen SPLM (Sudan Selatan) untuk memisahkan diri dari Sudan (Sudan Utara) telah berlangsung selama lebih dari 50 tahun. Jutaan orang tewas akibat perang di Sudan dan wilayah itu porak-poranda. Mayoritas korban yang tewas di Sudan Utara adalah warga muslim, adapun mayoritas korban di Sudan Selatan adalah warga Kristen dan musyrik (penganut animisme). Konflik baru berakhir setelah penandatanganan Perjanjian Perdamaian Komprehensif (CPA) tahun 2005.Kedua pihak sepakat berdamai dengan tekanan dari negara asing, terutama Amerika Serikat, Inggris, dan Norwegia.

Referendum diselenggarakan pada Januari 2011, dan 99 persen warga Sudan Selatan memilih memisahkan diri, berujung pada proklamasi kemerdekaan Sudan Selatan pada hari Sabtu (9/7/2011). Negara Sudan Selatan dengan ibukotanya, Juba, merepresentasikan negara berpenduduk mayoritas Kristen dan animisme yang memisahkan diri dari negara Sudan (ibukotanya Khartoum) yang mayoritas penduduknya muslim. Tidak heran apabila penjajah zionis Israel menjalin hubungan politik, ekonomi, dan militer dengan negara Sudan Selatan. Dan ingat, ¾ cadangan minyak Sudan berada di wilayah Sudan Selatan.
2.

Qaddafi memberikan dukungan pendanaan, persenjataan, dan pelatihan militer kepada organisasi IRA (Irish Republican Army, Tentara Republik Irlandia). IRA adalah gerakan minoritas Katolik yang ingin memerdekakan diri dari Inggris yang mayoritas beragama Kristen Anglikan (Protestan). Periode 1969 hingga 1998 menjadi periode terror berdarah dan perang gerilya IRA melawan Inggris.
3.

Qaddafi memberikan dukungan pendanaan, persenjataan, dan pelatihan militer kepada Kelompok Baader-Meinhof (Faksi Pasukan Merah, dalam bahasa Jerman aslinya: Rote Armee Fraktion atau disingkat RAF), sebuah organisasi teroris sayap kiri Jerman Barat yang gencar melakukan teror di Jerman pada periode 1970an hingga 1998.
4.

Qaddafi memberikan dukungan pendanaan, persenjataan, dan pelatihan militer kepada Brigade Merah (Brigate Rosse dalam bahasa Italia, sering disingkat BR), sebuah organisasi teroris Italia beraliran Marxisme-Leninisme yang bertujuan mendirikan negara revolusioner melalui pertempuran dan memisahkan Italia dari NATO.
5.

Qaddafi memberikan dukungan kepada pemerintahan Kristen Ortodoks Serbia dalam melakukan pembantaian terhadap penduduk muslim Bosnia-Herzigovina, dengan jalan memasok seluruh kebutuhan minyak bumi Serbia. Minyak bumi Qaddafi itulah yang ‘menggerakkan’ mesin perang Kristen Serbia untuk menimpakan kebiadaban luar biasa terhadap kaum muslimin Bosnia pada periode konflik Balkan tahun 1992-1995.

Dukungan Qaddafi terhadap gerakan Kristen SPLM dan pemerintahan Kristen Ortodoks Serbia dalam memerangi kaum muslimin di Sudan dan Bosnia Herzigovina mementahkan pencitraan Qaddafi sebagai PAHLAWAN ISLAM, pembela kaum muslimin, anti imperialis Barat, dan gelar-gelar palsu lainnya. Dukungan Qaddafi terhadap Brigade Merah, Baader-Meinhof, dan IRA juga membuktikan Qaddafi bahu-membahu dengan orang-orang kafir (kelompok Katholik, Komunis, Marxis-Leninis) dalam melakukan kerusakan di muka bumi. Seorang muslim tidak akan memberikan loyalitas (kecintaan, pembelaan, dan dukungan) kepada orang-orang kafir.

Ketika pada tahun 1992 bangsa muslim Bosnia-Herzigovina memerdekakan dirinya dari federasi negara komunis Yugoslavia, mereka harus berhadapan dengan mesin perang negara bekas Yugoslavia lainnya; bangsa Kristen Ortodoks Serbia. Selama 28 bulan, 2/3 wilayah muslim Bosnia-Herzigovina jatuh ke tangan Kristen dan ratusan ribu kaum muslimin Bosnia dibantai oleh Serbia. Bagaimana sikap Qaddafi pada masa ‘muslim cleansing’ tersebut?

Qaddafi justru memberikan dukungannya kepada Kristen Serbia. Dalam pandangan Qaddafi, upaya bangsa muslim Bosnia-Herzigovina untuk memerdekaan diri dari penindasan rezim komunis Yugoslavia dan dominasi Kristen Ortodoks Serbia pada masa bersatunya Yugoslavia bukanlah jihad dan gerakan kemerdekaan. Menurut Qaddafi, justru Kristen Ortodoks Serbia dan Kroasia yang berada di pihak yang benar, sehingga Qaddafi memberikan dukungannya kepada mereka.

Koran Jamahiriyah, Libya, edisi 8 September 1992 M memuat pernyataan Qaddafi tentang perang Serbia-Bosnia tersebut: “Sesungguhnya mayoritas penduduk di Bosnia dan Herzigovina adalah orang-orang Serbia, Kroasia, Katholik, dan Ortodoks. Kaum muslimin hanya minoritas di Bosnia dan Herzigovina…Apa yang saat ini terjadi di Bosnia dan Herzigovina hanyalah kesia-siaan dan permainan. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan Islam…Tidak ada solusi untuk memecahkan problem ini. Tidak dari PBB, tidak dengan mengadakan konspirasi-konspirasi dan pembalasan terhadap Yugoslavia, tidak dengan bantuan-bantuan, tidak pula dengan menangisi korban di pihak kaum muslimin…Sesungguhnya solusi atas krisis di Bosnia, Herzigovina, Serbia, dan generasi hitam adalah dengan membentuk Yugoslavia baru.”

Qaddafi mendukung gerakan Kristen SPLM dan negara Kristen Ortodoks Serbia dalam aksi mereka memerangi kaum muslimin. Dukungan harta, senjata, pelatihan militer, dan politik terhadap orang-orang kafir dalam upaya mereka memerangi kaum muslimin merupakan sebuah sikap loyalitas kepada orang-orang kafir. Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ ulama telah menegaskan kafir murtadnya seorang ‘muslim’ yang memberikan loyalitas kepada orang-orang kafir atau bekerjasama dengan orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin.

Allah SWT berfirman (yang artinya),

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil sebagai teman kepercayaan orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imran (3): 118)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi wali-wali (pemimpin-pemimpin, kawan, orang kepercayaan) kalian; karena sebagian mereka adalah wali-wali bagi sebagian yang lain. Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Maidah (5): 51)

“Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). Sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan Allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. Sekiranya mereka beriman kepada Allah, kepada Nabi dan kepada wahyu yang diturunkan kepada Nabi, niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang kafir itu menjadi wali-wali (pemimpin-pemimpin, penolong-penolong, kawan-kawan). Namun kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Maidah (5): 80-81)

“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukkan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung.” (QS. Al-Mujadilah (58): 22)

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang. Padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Rabbmu. Jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad pada jalan-Ku dan mencari keridhaan-Ku (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS. Al-Mumtahanah (60): 1)

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kalian menjadikan sebagai kawan kalian orang-orang yang memerangi kalian karena agama dan mengusir kalian dari negeri kalian dan membantu (orang-orang kafir yang lain) untuk mengusir kalian. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah (60): 9)

Ijma’ atas kafir murtadnya seorang muslim yang bekerja sama dengan orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin telah ditegaskan oleh para ulama Islam sejak dahulu hingga sekarang. Imam Ibnu Hazm al-Andalusi (384-456 H) yang hidup di abad keempat-kelima hijriyah sampai para ulama kontemporer abad kelima belas hijriyah telah menyebutkan ijma’ tersebut dalam tulisan mereka.

Imam Ibnu Hazm al-Andalusi menulis, “Maka benar bahwa makna firman Allah ‘Barangsiapa di antara kalian mengambil mereka menjadi wali, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka’ (QS. Al-Maidah (5): 51) adalah sesuai zhahirnya, bahwa ia telah kafir dan termasuk dalam golongan orang kafir. Dalam hal ini tidak ada perselisihan pendapat lagi di antara kaum muslimin.” (Al-Muhalla, 12/33) Â

Syaikh Abdullah bin Humaid rahimahullah berkata, “Adapun at-tawalli (memberikan loyalitas) adalah memuliakan orang-orang kafir, memuji-muji mereka, memberikan pertolongan dan bantuan kepada mereka dalam melawan kaum muslimin, bergaul akrab dengan orang-orang kafir dan tidak berlepas diri secara lahir dari kekafiran mereka, maka hal ini merupakan perbuatan riddah (keluar dari Islam), pelakunya wajib disikapi dengan hukum-hukum syariat atas diri kaum yang murtad, sebagaimana telah ditunjukkan oleh Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ para ulama panutan.” (Ad-Durar as-Sanniyah fil Ajwibah an-Najdiyyah, 15/479)

Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Bazz rahimahullah berkata, “Para ulama Islam telah bersepakat bahwa barangsiapa bekerja sama dan membantu orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin, dengan bentuk bantuan apapun, niscaya ia telah kafir seperti halnya orang-orang kafir yang ia bantu tersebut. Sebagaimana dijelaskan oleh firman Allah QS. Al-Maidah (5): 51.” (Majmu’ Fatawa wa al-Maqalat al-Mutanawwi’ah, 1/274)

Qaddafi dalam banyak forum nasional, regional, dan internasional memang menyerukan dengan lantang untuk melawan penjajahan Barat, memerangi penjajah zionis Yahudi, dan menjatuhkan para penguasa Arab loyalis-Barat. Namun fakta membuktikan, perbuatan Qaddafi tidak serius dan sama sekali tidak selaras dengan khotbahnya yang meledak-ledak tersebut. Fakta membuktikan khotbah-khotbah dan slogan-slogan pembelaan terhadap Islam dan kaum muslimin tersebut hanyalah lipstik dan kamuflase belaka untuk menutup-nutupi kekafiran, kemurtadan, kezindikan, kebencian, dan peperangannya terhadap Islam dan kaum muslimin.

Bagaimana Qaddafi berteriak-teriak bak pahlawan Islam yang akan membebaskan Palestina dan mengusir penjajah zionis-salibis dari negeri-negeri kaum muslimin, sedangkan Qaddafi sendiri meniadakan ajaran jihad fi sabilillah melawan kaum zionis Yahudi dan salibis Nasrani? Menurut Qaddafi, kaum Yahudi dan kaum Nasrani adalah kaum beriman, bukan kaum kafir. Maka menurut Qaddafi tidak ada jihad kaum muslimin melawan kaum Yahudi dan kaum Nasrani! Â

Qaddafi mengatakan, “Sumber yang benar dalam ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Saya tegaskan bahwa hubungan kaum muslimin saat ini tidak selaras dengan Al-Qur’an. Ada banyak sekali kaum muslimin yang meyakini bahwa perang kaum muslimin melawan kaum Masehi (Nasrani, edt), atau perang kaum muslimin melawan kaum Yahudi adalah jihad yang suci. Keyakinan ini tidak benar, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an. Hal itu karena jihad adalah perang antara kaum beriman melawan kaum kafir. Adapun antara seorang mukmin dengan mukmin lainnya, maka sama sekali tidak ada yang namanya jihad…Selama sumber yang benar adalah Al-Qur’an, maka hakekat pertama yang bisa kami tegaskan di sini adalah kenyataan bahwa jihad melawan Ahlul Kitab adalah pemahaman yang salah.” (Khuthab wa Ahadits al-Qaid ad-Diniyyah, hlm. 100-101)

Allahu akbar…Allahu akbar…Allahu akbar…

Meskipun berjuta-juta kali Qaddafi berkhotbah dengan berapi-api mengajak kaum muslimin untuk mengusir penjajah zionis Yahudi dari Palestina, mengajak kaum muslimin untuk melawan AS dan Barat, bahkan mengajak kaum muslimin melengserkan para penguasa rezim Arab yang pro-Barat…semua kedoknya tetap terbongkar juga, dari ucapan dan perbuatan Qaddafi sendiri. Khotbah Qaddafi ini telah membongkar dua bentuk kekafiran Qaddafi yang lain, yaitu:

Pertama, Qaddafi mendustakan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi SAW yang menegaskan bahwa kaum Yahudi dan kaum Nasrani yang tidak masuk Islam, tidak mengimani Rasulullah SAW dan tidak mengimani Al-Quran adalah kaum kafir dan musyrik yang kekal di neraka. (Lihat misalnya QS. Ali Imran (3): 19 dan 85, Al-Maidah (5): 17, 72 dan 73, At-Taubah (9): 29-31 dan Al-Bayyinah (98): 1 dan 6). Menganggap kaum Yahudi dan Nasrani adalah kaum mukmin merupakan ajaran pluralisme, theosofi, dan Freemasonry anak kandung zionisme Yahudi. Semua paham ini merupakan ajaran kekafiran menurut kesepakatan ulama Islam. Dari sini latar belakang ke-Yahudi-an Qaddafi tidak bisa ditutup-tutupi lagi. Â

Kedua, Qaddafi mendustakan ayat Al-Qur’an yang memerintahkan jihad melawan kaum Yahudi dan Nasrani. Qaddafi menyatakan jihad melawan kaum Yahudi dan Nasrani adalah pemahaman yang salah, karena menurutnya jihad hanyalah melawan orang-orang kafir, sementara menurutnya kaum Yahudi dan Nasrani adalah kaum mukmin. Qaddafi menegaskan Al-Qur’an tidak mensyariatkan jihad melawan kaum Yahudi dan Nasrani, namun klaim Qaddafi ini didustakan oleh Al-Qur’an sendiri. Allah SWT berfirman,

“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) pada hari kemudian dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah Dan Rasul-Nya dan tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (yaitu orang-orang) yang diberikan Al-Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh sedang mereka dalam keadaan tunduk.” (QS. At-Taubah (9): 29)

Al-Qur’an mengisahkan jihad Rasulullah SAW dan generasi sahabat melawan Yahudi Bani Nadhir (lihat QS. Al-Hasyr (59): 2-7), Yahudi Bani Quraizhah (lihat QS. Al-Ahzab (33): 26-27), dan Nasrani Romawi Timur dalam perang Tabuk (lihat QS. At-Taubah (9): 42-49, 81-99, dan 117-121). Selama sepuluh tahun masa kehidupannya di Madinah, Rasulullah SAW dan generasi sahabat berjihad melawan empat kelompok kaum Yahudi; Bani Qainuqa’, Bani Nadhir, Bani Quraizhah, dan Yahudi Khaibar.

Rasulullah SAW pernah sekali mengirim pasukan jihad melawan kaum Nasrani Romawi Timur (perang Mu’tah) dan pernah sekali memimpin langsung pasukan Islam melawan mereka (perang Tabuk). Di akhir hayatnya, beliau mempersiapkan sebuah pasukan di bawah pimpinan Usamah bin Zaid bin Haritsah untuk memerangi kaum Nasrani Romawi Timur. Jelaslah, Al-Qur’an dan as-sunnah menegaskan kebohongan klaim dan kamuflase Qaddafi. Mungkinkah anak Yahudi yang diasuh oleh tuan guru Yahudi dan Nasrani akan memerangi penjajah Yahudi dan Nasrani???

Qaddafi juga mengatakan, “Mustahil terjadi perang suci antara kaum muslimin dengan kaum Masehi (Nasrani, edt) atau antara kaum muslimin dengan kaum Yahudi, karena kita semua menginduk kepada keturunan Ibrahim, bapak kita yang pertama. Adapun dalam menghadapi semua problematika dengan kaum paganis, maka kita bersatu.” (As-Sijil al-Qaumi, 9/751)

Klaim Qaddafi ini terlalu nampak kepalsuannya bagi setiap muslim, Yahudi, dan Nasrani yang memiliki akal sehat dan sedikit pengetahuan sejarah. Perang Salib selama dua abad (1095-1291 M) merupakan perang suci kaum muslimin melawan kaum Nasrani Eropa dalam memperebutkan masjidil Aqsha, kota suci Al-Quds, dan negeri-negeri Islam di Syam. Jihad kaum muslimin Palestina selama seratusan tahun ini (1914-2011 M), bukankah melawan penjajah zionis Yahudi yang dibackingi kekuatan salibis-paganis-komunis internasional? Â Jihad kaum muslimin di Afghan, Irak, Bosnia, Mindanao, dan bahkan Ambon, bukankah perlawanan terhadap kaum (penjajah) Nasrani AS, NATO, Serbia, Filiphina, dan RMS?

Adapun terhadap sebagian umat Islam yang masih meyakini Qaddafi adalah pahlawan Islam yang berjuang demi membebaskan Palestina dari penjajahan zionis Israel, cukuplah bagi mereka menyimak pernyataan Qaddafi pada khotbahnya pada tanggal 1 April 1978, “Peperangan melawan Israel tidaklah kita anggap sebagai perang agama antara kaum Yahudi melawan kaum muslimin. Ia adalah perang antara suatu kaum yang melakukan pelanggaran terhadap sebuah kaum yang lain, tanpa memandang agama mereka.”Bagaimanapun seorang anak Yahudi yang mendapat pendidikan kaum Yahudi dan Nasrani tidak akan melawan guru asuhnya sendiri.

Â

Sikap Qaddafi terhadap para ulama, aktivis Islam, dan gerakan Islam

Qaddafi menjalin hubungan mesra dan memberikan dukungan penuh kepada kelompok-kelompok komunis-Marxis-Leninis, Kristen Ortodoks, dan Katholik. Bagaimana hubungan dan sikap Qaddafi terhadap para ulama, aktivis Islam, dan gerakan Islam di Libya sendiri?

Qaddafi mengerahkan konsentrasi dan usaha yang penuh untuk memberangus gerakan Islam yang menuntut penegakan syariat Islam di bumi Libya. Periode 1980an sampai 2011 merupakan masa puncak kemarahan, kebencian, dan kekejaman Qaddafi terhadap ulama, aktivis Islam, dan gerakan Islam di Libya. Pada periode tersebut, jutaan kaum muslimin Libya semakin memahami kekafiran dan kemurtadan Qaddafi. Para pemuda, pelajar, dan mahasiswa dengan berani dan terang-terangan mengkafirkan Qaddafi. Para ulama dan gerakan Islam menuntut penegakan syariat Islam di Libya. Maka kemarahan dan kegilaan Qaddafi memuncak. Ia mempertontonkan kemarahan dan kegilaannya di stasiun TV, radio, dan Koran Libya.

Qaddafi mengklaim dirinya sebagai imam-nya seluruh imam. Ia tidak terima dikafirkan oleh rakyat muslim Libya. Saat menyampaikan pidato yang disiarkan secara langsung oleh stasiun TV Libya dalam Konferensi Umum Rakyat di ibukota Tripoli tanggal 7 Oktober 1979, dengan badan bergetar karena kemarahan dan kegilaan, Qaddafi berteriak-teriak: “Lalu mereka mengkafirkan saya. Mereka mengatakan ‘Demi Allah, Moammar Qaddafi orang kafir’. Saya, wahai saudaraku, mengimami shalat para imam masjid. Kami (mengimami) shalat jutaan orang di Afrika. Kami (mengimami) shalat ribuan orang di Libya. Orang-orang yang shalat di belakangku adalah para kepala Negara…Saya tidak rela ada seorang pun yang mengkafirkan saya, karena saya adalah imam manusia. Saya telah menjadi imam bagi para imam yang mengimami para imam. Dan saya memimpin mereka shalat!!!”

Kemarahan dan kegilaan Qaddafi terhadap jutaan kaum muslimin Libya yang mengkafirkannya dilampiaskannya dengan program kerja terstruktur, yaitu memberangus gerakan Islam. Untuk itu, Qaddafi membuat undang-undang Az-Zandaqah, semacam undang-undang subversive atau undang-undang teroris  di negara-negara lainnya. Undang-undang Az-Zandaqah menjadi senjata legal rezim taghut Qaddafi untuk menangkap, menginterogasi, memenjarakan, menyiksa, menggantung, dan mengeksekusi secara sadis para ulama, aktivis Islam, dan gerakan Islam yang menuntut penegakan syariat Islam di bumi Libya.

Undang-undang Az-Zandaqah menjadi senjata rezim Qaddafi untuk menghalalkan nyawa, harta, dan kehormatan kaum muslimin Libya, hanya karena mereka mengkafirkan Qaddafi dan menuntut penegakan syariat Islam. Padahal Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ ulama telah menegaskan nyawa, harta, dan kehormatan seorang muslim terlindungi dan haram diganggu bila tidak melanggar ketentuan syariat (berzina setelah menikah, membunuh, dan murtad). Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ juga telah menegaskan kafir murtadnya seorang muslim yang menghalalkan hal yang telah diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya, atau mengharamkan hal yang telah dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya.

Qaddafi menerjang semua ketentuan Al-Qur’an, as-Sunnah, dan ijma’ tersebut. Dengan bangga, Qaddafi menggantung mati para ulama dan aktivis Islam di siang hari bulan Ramadhan, bahkan pada waktu berbuka puasa! Dengan congkak, ia mengklaim hukuman mati tersebut sebagai ibadah. Ia tidak peduli dengan kemuliaan bulan suci Ramadhan. Ia tidak peduli dengan keharaman nyawa, harta, dan kehormatan kaum muslimin.

Dalam acara peringatan revolusi Libya pada tanggal 1 September 1984, Qaddafi menyampaikan pidatonya, “Kalian telah melihat pelaksanaan hukuman gantung seperti As-salamu ‘alaikum pada bulan Ramadhan. Aku tidak peduli dengan Ramadhan. Tidak ada yang haram. Tidak masalah. Tidak ada yang haram dalam bulan Ramadhan… Pelaksanaan hukuman mati ini adalah ibadah. Demi Allah Yang Maha Agung, persoalan dengan orang-orang in tidak bisa diselesaikan kecuali dengan menghukum mati mereka…Maka mereka (tentara rezim Qaddafi, edt) menggantung mereka (ulama dan aktivis Islam, edt) dalam konferensi-konferensi tanpa proses pengadilan. Kamu adalah anjing sesat…Taruhlah orang ini di tiang gantungan!”

Dalam pidato umum yang disampaikan di kota Benghazi pada tanggal 8 Maret 1979, Qaddafi memprovokasi tentara dan pengikut loyalisnya yang bernaung di bawah Al-Lijan ats-Tsauriyah (Barisan Pengawal Revolusi) untuk memburu, membantai, dan menyerang tempat  orang-orang (ulama, aktivis, dan gerakan Islam, edt) yang menentang pemerintahannya, sekalipun mereka berlindung di dalam masjid! Provokasi Qaddafi tersebut menjadi awal dari undang-undang ‘penghilangan nyawa di dalam negeri dan luar negeri’ yang dilegalkan oleh Konferensi Ketiga Al-Lijan ats-Tsauriyah pada bulan Februari 1980.

Dalam pidato umum di Benghazi pada tanggal 8 Maret 1979 tersebut, Qaddafi mengatakan, “Siapa pun yang menentang revolusi ini, maka persoalannya telah jelas. Kami akan menyerbu dan menghancurkannya di tempat kediamannya, sekalipun hal itu adalah masjid! Besok akan berlanjut di luar negeri, kami akan beralih kepadanya dan menyerangnya di luar negeri. Jika kalian telah memvonis seseorang dengan hukuman mati, maka vonis itu berlaku di tempat manapun di dunia ini karena ia berhak untuk dihukum mati… karena ia melawan revolusi ini. Kalian harus bekerja untuk melaksanakan vonis ini di tempat manapun di dunia ini!”

Dengan dasar provokasi Qaddafi yang kemudian dilegalkan lewat Undang-undang nasional inilah, tentara dan pengikut loyalis Qaddafi di bawah naungan Al-Lijan ats-Tsauriyah menyerbu masjid-masjid, madrasah-madrasah, dan pondok pesantren. Mereka memburu, menangkap, menyiksa, memenjarakan, dan menggantung para ulama, santri, dan aktivis Islam Libya di dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan selanjutnya perburuan dan pembunuhan terhadap para oposan Qaddafi juga menargetkan orang-orang Libya berpaham sekuler, di dalam negeri maupun luar negeri. Semua oposan Libya, muslim maupun sekuler, disikat habis oleh Qaddafi.

Salah satu contoh paling terkenal atas hal ini adalah penyerbuan Al-Lijan ats-Tsauriyah terhadap masjid Al-Qashr pada hari Jum’at sore, 21 November 1980. Mereka merusak masjid, menginjak-injak kehormatannya dengan sepatu najis, menangkap khatib masjid syaikh Muhammad al-Busyti rahimahullah dan para santrinya.

Dalam usahanya mewajibkan Al-Kitab al-Akhdhar sebagai pedoman hidup rakyat Libya, Qaddafi menerbitkan koran mingguan az-Zahf al-Akhdhar. Dalam koran az-Zahf al-Akhdhar edisi 28 April 1981, Qaddafi menurunkan sebuah artikel berjudul ‘Hendaknya kuburan dibongkar sebagai hukuman bagi setiap orang yang congkak’. Artikel ini menabuh genderang dimulainya program ‘pembersihan oposisi di luar negeri’ dan ancaman untuk anggota keluarganya di dalam negeri.

Dalam artikel tersebut, Qaddafi menulis, “Sesungguhnya pembersihan fisik atas diri musuh-musuh revolusi di luar negeri telah dimulai. Ia tidak akan berhenti sampai dihancurkan seluruh tempat dan lobang persembunyian yang dipergunakan untuk menyerang penduduk Libya dan mengancam kebebebasan mereka…Kematian akan memburu setiap musuh revolusi di manapun mereka berada,dalam setiap waktu…Sesungguhnya kerabat, keluarga, dan anak-anak para musuh revolusi tidak akan mengecap belas kasihan dan kasih sayang yang dahulu mereka rasakan. Mereka akan mendapatkan balasan yang keras, dan musuh-musuh revolusi yang melarikan diri (ke luar negeri) adalah pihak yang bertanggung jawab atas hal itu.”

Sungguh ajaib…bangsa yang mana dan kebebasan seperti apa yang digembar-gemborkan oleh taghut tak berperi kemanusiaan ini??? Inilah wajah sesungguhnya revolusi sekuleris-sosialis Qaddafi yang memerangi syariat Islam dan membantai kaum muslimin, tanpa menyisakan sedikit pun belas kasihan kepada anak-anak, kaum wanita, dan orang-orang jompo kaum muslimin! Revolusi sekuleris-sosialis yang seratus persen merealisasikan tujuan zionis, salibis, paganis, dan komunis internasional. Revolusi sekuleris-sosialis yang menargetkan penghancuran Islam dan pembantaian kaum muslimin.

Tak diragukan lagi, mayoritas oposisi Qaddafi adalah ulama, santri, aktivis Islam, dan jutaan penduduk muslim Libya yang menginginka hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan as-sunnah. Tak diragukan lagi, merekalah batu sandungan terbesar taghut Qaddafi dalam menanamkan kekafiran dan kemurtadannya di bumi Libya. Tidak mengherankan jika Qaddafi mengerahkan seluruh potensinya untuk memerangi ulama, sntri, aktivis Islam, dan gerakan kebangkitan Islam di Libya. Qaddafi menjuluki mereka adalah kaum ZINDIQ, dan untuk memerangi mereka diperlulan penetapan undang-undang anti zindiq!

Dalam Konferensi Umum Bangsa di ibukota Tripoli tanggal 7 Oktober 1989, Qaddafi menyampaikan pidatonya di hadapan tentara dan pengikut loyalisnya yang bernaung di bawah al-Lijan ats-Tsauriyah, “Saya katakan kepada kalian, permasalahan ini harus diajukan kepada Konferensi Bangsa dan ditetapkan undang-undang anti kaum zindiq. Undang-undang inilah yang akan menganggap gerakan-gerakan (Islam yang menuntut penegakan syariat Islam, edt) ini sebagai gerakan zindiq, gerakan yang menghancurkan Islam, gerakan yang memusuhi bangsa Arab, gerakan yang sangat berbahaya bagi masyarakat Arab, masyarakat Islam, dan agama Islam. Siapa yang memeluk (mengikuti, edt) gerakan ini wajib ditumpahkan darahnya (dibunuh, edt).

Setiap keluarga di Libya harus memahami hal ini, jika mereka (pasukan al-Lijan ats-Tsauriyah, edt) mengatakan kepadamu bahwa anakmu ikut gerakan zindiq ini dan ia telah dihukum karenanya. Allah-lah Sang Pemenang. Itu seperti halnya jika mereka berkata kepadamu; “Anakmu menderita sakit kanker stadium tiga atau empat.” Mereka berkata kepadamu; “Kami mendapati salah seorang anggota keluargamu mengikuti gerakan ini.” Saya kira mereka akan mengatakan kepadamu, “Ia menderita AIDS.”… Sudah, selesai perkara. Tidak ada seorang perantara pun yang bisa memberinya pertolongan. Orang zindiq harus dibasmi…Mulai sekarang dan seterusnya, undang-undang telah ditetapkan oleh Konferensi Bangsa bahwa orang zindiq harus langsung dihukum mati.”

Agar semua rencana jahatnya berjalan mulus dan para ulama serta tokoh Islam internasional bisa dikelabui, pada tanggal 19 Juli 1990 Qaddafi mengadakan acara dialog dengan para ulama, tokoh, dan tamu undangan yang diberi nama ‘Srigala, singa, dan tangan kanan Sang Penakluk’. Dalam kesempatan tersebut, Qaddafi mengatakan, “Oleh karena itu, siapa pun yang kalian temukan mengatakan dakwah, atau jihad, atau takfir, atau Ikhwan, maka kalian harus memenggal lehernya dan melemparkannya ke jalanan. Seakan-akan kalian menangkap srigala atau kalajengking. Karena orang ini adalah racun, ia adalah setan, ia adalah zindiq, ia memerangi Islam!”

Qaddafi dengan lantang memerintahkan kepada tentara dan pengikut loyalisnya untuk membantai para ulama dan aktivis Islam yang dituduhnya ‘zindiq’ tersebut di manapun mereka berada, tak peduli di tanah suci haram pada bulan haram sekalipun!

Saat menyampaikan khutbah Idul Fithri 1395 H, Qaddafi berpidato: “Namun anak kecil yang sendirian dan sehat harus tetap dibunuh…diculik…musuh-musuh harus ‘dibersihkan’…Jika engkau menemukan seorang dari anjing-anjing yang tersesat itu, maka engkau harus ‘membersihkannya’ walaupun dalam Ka’bah…walaupun di jabal Arafah…walaupun di antara Shafa dan Marwa. Karena darah (nyawa) orang yang membangkang, yang memerangi kalian, memerangi republic yang telah mewujudkan Islam…darah mereka harus ditumpahkan karena mereka adalah antek-antek Amerika dan wajib dibunuh di manapun mereka berada.”

Jadi masih tepatkah taghut yang tiran dan membantai ribuan ulama, santri, dan aktivis Islam di Libya ini dikagumi sebagai pahlawan Islam? Anti zionis-Yahudi dan imperialis salibis Barat?

Bersambung, insya Allah….

(muhib al-majdi/arrahmah.com)

http://arrahmah.com/read/2011/10/31/16113-mengungkap-rahasia-kelam-sosok-qaddafi-firaun-toghut-dan-musailamah-al-kadzab-dari-libya-4.html
Mengungkap rahasia kelam sosok Qaddafi: Fir'aun, Toghut, dan Musailamah al-Kadzab dari Libya (3)

Muhib Al-Majdi

Kamis, 27 Oktober 2011 10:51:01

Hits: 2831

(Arrahmah.com)- Dalam dua artikel sebelumnya (bagian 1, bagian 2), kita telah menguraikan alasan yang melatar belakangi berbagai lembaga Islam internasional dan ulama Islam dari berbagai negara menjatuhkan vonis kafir murtad terhadap taghut Libia, Moammar Qaddafi. Sampai akhir hayatnya, Qaddafi tidak pernah menarik kembali berbagai ucapan, perbuatan, dan kebijakan kufurnya. Seruan, ajakan, dialog, dan utusan para ulama Islam yang mengajaknya bertaubat tak pernah ia gubris. Dalam artikel ketiga ini, kita akan mengangkat ‘kegilaan-kegilaan’ Qaddafi yang lain, semoga menjadi renungan dan pelajaran bagi setiap muslim.

6. Qaddafi mengaku dirinya adalah seorang nabi

Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ ulama menegaskan bahwa nabi Muhammad SAW adalah penutup seluruh nabi dan rasul. Sepeninggal beliau, tidak ada lagi seorang nabi atau rasul yang diutus ke muka bumi. Barangsiapa mengklaim dirinya sebagai nabi sepeninggal beliau atau membenarkan orang yang mengklaim dirinya sebagai nabi, maka orang tersebut telah kafir murtad menurut ijma’ ulama karena mendustakan Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ ulama di atas.

Allah SWT berfirman,

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Ahzab (33): 40)

Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah SAW bersabda,

“Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal, maka ia digantikan oleh nabi lainnya. Sesungguhnya tiada seorang nabi pun sepeninggalku, namun yang ada adalah para khaifah dan jumlah mereka banyak.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Sa’ad bin Abi Waqash bahwasanya Rasulullah SAW berangkat ke medan perang Tabuk dan mengangkat Ali sebagai penggantinya (untuk sementara waktu mengurus kota Madinah), Maka Ali berkata, “Apakah Anda akan meninggalkan aku bersama anak-anak dan kaum wanita?” Maka Nabi SAW bersabda, “Apakah engkau tidak rela jika kedudukanmu dariku seperti kedudukan nabi Harun dari nabi Musa (saat nabi Musa menerima wahyu di bukit Thursina, nabi Harun menggantikan posisinya memimpin Bani Israel, pent)? Hanyasaja tiada seorang nabi pun sepeninggalku.”(HR. Bukhari dan Muslim)

Dari Tsauban RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda,

“Sesungguhnya di tengah umatku akan muncul tiga puluh orang Kadzab (pembohong besar), masing-masing di antara mereka mengklaim dirinya adalah nabi. Padahal aku adalah penuup seluruh nabi, tiada seorang nabi pun sepeninggalku.” (HR. Muslim, Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, al-Baihaqi, dan al-Baghawi)

Imam Ibnu Katsir berkata, “Allah Tabaraka wa Ta’ala telah memberitahukan dalam kitab-Nya dan Rasul-Nya SAW telah memberitahukan dalam sunnah mutawatir bahwasanya tiada seorang nabi pun sepeninggal beliau. Hal itu agar mereka mengetahui bahwa setiap orang yang mengklaim kedudukan kenabian sepeninggal beliau adalah seorang pembohong besar, pendusta, orang yang sesat lagi menyesatkan.” (Tafsir Ibnu Katsir, 3/502)

Qaddafi mengklaim dirinya adalah seorang Nabi. Hal itu diungkapkannya dalam wawancara dengan wartawati Italia yang menulis biografinya, Mirella Bianco. Wartawati itu bertanya kepadanya, “Wahai utusan Allah (Rasulullah), apakah Anda dahulu seorang penggembala kambing?” Qaddafi menjawab, “Ya, tiada seorang nabi pun yang tidak melakukan hal itu.” (Qaddafi Rasul ash-Shahra’, hlm. 241, karya Mirella Bianco)

Berkaitan dengan kelancangan Qaddafi mengklaim dirinya adalah nabi ini, beberapa lembaga Islam internasional telah mengadakan pertemuan khusus untuk membahasnya di kantor pusat Rabithah Alam Islami di Jedah, pada hari Selasa-Kamis tanggal 11-14 Dzulhijah 1400 H (20-23 Oktober 1980 M). Rabithah Alam Islami, Dewan Masjid Interasional, dan 39 ulama Islam dari berbagai negara yang  ikut serta dalam pertemuan tersebut mengeluarkan pernyataan sikap bersama.

Di antara isinya adalah vonis kafir-murtad untuk Qaddafi, dan ajakan kepadanya untuk bertaubat, mencabut seluruh kekafirannya, dan kembali masuk Islam. Rabithah Alam Islami mendokumentasikan hasil pertemuan berbagai lembaga Islam Internasional dan para ulama Islam dari berbagai negara tersebut dalam sebuah buku yang diterbitkan tahun 1406 H, berjudul Ar-Raddu asy-Syaafi ‘ala Muftarayat Qaddafi (Bantahan tuntas atas kebohongan-kebohongan Qaddafi).

Qaddafi bahkan mengklaim dirinya tidak bisa dimintai pertanggung jawaban oleh siapa pun atas apapun yang ia kerjakan, sebagaimana Allah SWT tidak dimintai pertanggung jawaban atas apa pun yang Dia kehendaki dan Dia lakukan. Qaddafi membandingkan dirinya dengan Allah SWT, seakan-akan Qaddafi-lah pencipta bumi Libya dan seluruh penduduknya. Dalam pidato pembukaan Konferensi Kebangsaan di ibukota Tripoli pada tanggal 27 Januari 1990 M, Qaddafi mengatakan:

“Saya tidak dimintai pertanggung jawaban di hadapan siapa pun. Orang yang melakukan revolusi (maksudnya adalah Qaddafi sendiri, edt) bukanlah orang yang ditunjuk. Engkau tidak memberinya tugas untuk melakukan revolusi. Dia sendiri yang melakukan revolusi, berkorban sendiri, mengemban tanggung jawabnya sendiri. Dia hanya bertanggung jawab kepada hati nuraninya sendiri. Ia tidak dimintai pertanggung jawaban di hadapan satu orang lain pun.

Allah adalah Sang pencipta, pencipta langit dan bumi. Siapa yang akan melakukan hisab (perhitungan amal dan pengadilan atas semua perbuatan, edt) terhadap-Nya? Dia mendatangkan kepada kita angin ribut, badai topan, dan cuaca. Dia mendatangkan hari kiamat. Dia menghancurkan seluruh dunia. Siapa yang akan menanyai-Nya (meminta pertanggung jawaban-Nya, edt)? Sekarang, tidak ada. Tidak ada seorang pun yang menunjuk-Nya dengan mengatakan, “Engkau menjadi tuhan, lalu apa yang akan Kau lakukan?” Ini tidak benar karena Dia SWT adalah Sang Pencipta Yang mengadakan (langit dan bumi, edt). Dia mengatakan kepada segala sesuatu ‘Jadilah!, niscaya ia akan terwujud. Dia melakukan apa pun yang Dia kehendaki. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Pencipta langit dan bumi. Oleh karena itu, kami yang melaksanakan revolusi hanya bertanggung jawab di hadapan hati nurani kami.”

Sungguh benar pernyataan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah al-Harrani, “Tiada seorang pun yang mengklaim dirinya adalah nabi, melainkan pada dirinya akan nampak jelas kebodohan, kedustaan, kebejatan, dan penguasaan (tipuan) setan atas dirinya, yang akan diketahui dengan jelas oleh siapa pun yang memiliki akal.” (Nawaqidhul Iman al-Qauliyah wal ‘Amaliyah, hlm. 185, karya Dr. Abdul Aziz bin Muhammad al-Abdul Lathif)    Â

Â

7. Qaddafi menerapkan hukum positif (hukum jahiliyah) dan tidak menerapkan hukum Allah

Qaddafi menegakkan pemerintahannya di atas dasar sekulerisme, yaitu demokrasi ala Qaddafi dan sosialisme. Qaddafi mencampakkan hukum Allah dari kehidupan ekonomi, politik, sosial, budaya, dan militer Libya. Ia melakukan tahrif atas Al-Qur’an, mengingkari As-sunnah, dan menyingkirkan syariat Allah dari kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai gantinya ia menerapkan sistem jahiliyah modern, yaitu al-kitab al-akhdar. Itulah kitab suci Qaddafi yang diwahyukan kepadanya oleh setan jin dan setan (tuan zionis, salibis, sosialis-komunis, dan paganis internasional). Qaddafi memerangi semua muslim, organisasi Islam, dan gerakan Islam di Libya yang menuntut —apalagi memperjuangkan dengan jihad fi sabilillah — penegakan syariat Allah di bumi Libya.

Seperti para taghut dan gembong kekafiran lainnya di negeri-negeri kaum muslimin, Qaddafi juga melakukan kamuflase untuk menutup-nutupi kekafiran dan semua usahanya dalam memerangi syariat Islam. Di antaranya, Qaddafi mengangkat semboyan ‘Al-Qur’an adalah syariat (undang-undang) masyarakat’. Qaddafi juga membuat beberapa yayasan Islam dan organisasi Islam. Seperti Jam’iyah ad-Da’wah al-Islamiyah al-‘Alamiyah (Organisasi Dakwah Islam Internasional) yang bekerja keras untuk menampilkan sosok Qaddafi sebagai satu-satunya pemimpin sejati kaum muslimin sedunia. Organisasi ini menjadi kepanjangan tangan Qaddafi dalam memuluskan tujuan-tujuannya di dalam negeri maupun luar negeri.

Meski banyak kamuflase ‘keagamaan’ telah ditempuh oleh Qaddafi, jutaan kaum muslimin di Libya dan lebih dari satu miliar kaum muslimin di luar Libya telah menjadi saksi hidup bahwa seama 42 tahun pemerintahannya, syariat Islam tidak diterapkan oleh Qaddafi di Libya. Bukan syariat Allah yang berdaulat di Libya, bukan pula undang-undang sekuler era monarchi Libya, melainkan syariat (baca: undang-undang dan pedoman hidup) Qaddafi.

Undang-undang positif (undang-undang jahiliyah hasil ketetapan manusia yang tidak berdasar syariat Allah, bahkan menyelisihi syariat Allah, edt) yang berlaku pada masa monarchi Libya telah dinyatakan tidak berlaku oleh Qaddafi pada tahun 1973 M. Sejak saat itu, semua perundang-undangan, hukum, dan peraturan dalam semua aspek kehidupan berbangsa dan bernegara di Libya adalah hasil ketetapan dan keinginan (baca: hawa nafsu) Qaddafi belaka. Dialah diktator yang memiliki kedaulatan mutlak untuk menentukan semua hukum dan peraturan.

Qaddafi menjalankan semua keinginan dan kediktatorannya tersebut dengan program nasional yang dinamakan ‘Asy-Syar’iyah ats-Tsauriyah’ (Kedaulatan Revolusi). Bila kita bandingkan program Qaddafi tersebut dengan keadaan di negeri ini, kurang lebih seperti penerapan Asas Tunggal Pancasila dengan penataran nasional P-4 dan GBHN-nya pada masa orde baru.

Asy-Syar’iyah ats-Tsauriyah mulai diluncurkan para bulan Maret 1990 M, dibidani oleh sebuah lembaga Negara yang dibentuk dan diarahkan oleh Qaddafi, bernama Mu’tamar Asy-Sya’b Al-‘Am (Konferensi Umum Bangsa). Dalam butir-butir Asy-Syar’iyah ats-Tsauriyah ditegaskan antara lain:

* Semua arahan pemimpin revolusi, kolonel Moammar Qaddafi, wajib dilaksanakan.
* Asy-Syar’iyah ats-Tsauriyah secara otomatis memiliki kekuatan hukum berdasar Undang-undang Revolusi, sehingga tidak menerima amandemen dan pembatalan.

Dalam pidato pembukaan Konferensi Umum Bangsa di ibukota Tripoli tanggal 27 Januari 1990 tersebut, Qaddafi mengatakan di depan seluruh peserta konferensi:

“Saya tidak memerlukan penyerahan kekuasaan dari kalian, karena aku sendiri telah memiliki seluruh bentuk kekuasaan berdasar Kedaulatan Revolusi yang saya rebut dengan kekuatan dari tangan para gubernur, mentri, dan raja pada masa yang telah lewat. Kami-lah yang kini menduduki kursi-kursi mereka, sehingga kami pula yang berhak menetapkan seluruh keputusan. Sejak saat itu, kekuasaan telah beralih ke tangan para pelaku revolusi. Kini saya berada dalam posisi yang telah saya raih dengan kekuatan. Tiada seorang pun yang dapat merebutnya dari saya, kecuali dengan kekuatan. Saya memerintah berdasar Kedaulatan Revolusi, maka saya tidak bertanggung jawab kepada pihak (lembaga Negara, edt) manapun. Karena tidak ada satu pihak pun yang menyerahkan kekuasaan kepada saya, maka tidak ada satu pihak pun yang bisa memerika (meminta pertanggung jawaban pemerintahan, edt) saya. Saya memiliki Kedaulatan Revolusi, Kedaulatan Revolusi tidak bertanggung jawab kepada siapa pun, kecuali di hadapan hati nuraninya sendiri.”

Jika seorang Qaddafi lancang menyejajarkan dirinya dengan Allah SWT, berani melakukan tahrif terhadap Al-Qur’an, berani melecehkan Rasul-Nya SAW dan mengingkari sunahnya…anda bisa membayangkan hati nurani sesuci apakah yang dimiliki oleh seorang Qaddafi??? Tentu saja hati nurani yang telah mati. Minimal hati nurani yang telah sakit parah, oleh penyakit kekufuran, kezindikan, kesombongan, dan kebencian terhadap Islam.

Qaddafi telah memerangi setiap orang yang menuntut penerapan syariat Islam di bumi Libya. Qaddafi membantai dan memenjarakan banyak ulama, santri, aktivis Islam, dan pemuda Islam yang menginginkan hidup berbangsa dan bernegara di bawah naungan Al-Qur’an dan As-sunnah. Qaddafi memberangus semua muslim dan organisasi Islam di Libya yang mengajaknya untuk mengakui ‘kedaulatan dan hak menetapkan undang-undang sepenuhnya milik Allah SWT, bukan milik Qaddafi atau manusia, siapa pun dirinya’. Â

Qaddafi memaksa para wanita muslimah untuk mengikuti akademi militer sehingga  kehormatan mereka dinodai, kecantikan dan aurat mereka dipamerkan di hadapan kaum pria, ikhtilat (campur-baur wanita dan laki-laki yang bukan mahram) menjadi budaya, dan perbuatan keji menyebar luas di kalangan rakyat dan pejabat.

Qaddafi merampas harta kekayaan rakyat muslim Libya secara zalim, atas nama ‘aparat Revolusi menggerebek tempat-tempat produksi’. Qaddafi memberi kekuasaan penuh kepada para gelandangan, pengangguran, dan buruh untuk menguasai rumah-rumah warga muslim Libya, atas nama ‘rumah untuk penghuninya’. Bukankah ini adalah penerapan ajaran komunisme-sosialisme di Libya, seperti halnya PKI di zaman orde lama yang menggerakkan BTI dan SOBSI untuk merampas lahan pertanian dan perkebunan miliki perusahaan dan warga muslim non-PKI?

Menghalalkan dan mengharamkan adalah hak mutlak Allah SWT. Rasulullah SAW ‘hanya’ menghalalkan dan mengharamkan sesuatu berdasar wahyu Allah SWT kepadanya. Siapa pun yang ‘menyaingi’ Allah dalam hak menghalalkan dan mengharamkan ini, dengan menghalalkan hal yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya atau mengharamkan hal yang telah dihalalkan oleh Allah dan Rasul-Nya, niscaya ia telah kafir murtad berdasar nash Al-Qur’an, as-sunnah, dan ijma’ ulama.

Allah SWT berfirman (yang artinya):

“Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta ini halal dan ini haram, untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” (QS. An-Nahl (16): 116)

Allah SWT menerangkan bahwa para pemimpin agama Yahudi dan Nasrani yang mengharamkan hal yang dihalalkan Allah, dan menghalalkan hal yang telah diharamkan Allah adalah ‘tuhan-tuhan tandingan’ dan kaum musyrik. Allah berfirman (yang artinya):

“Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai rabb-rabb selain Allah, dan (juga mereka menjadikan Rabb) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At-Taubah (9): 31)

Makna ayat ini dijelaskan dalam hadits Adi bin Hatim RA, seorang kepala suku Thai penganut agama Kristen. Ia datang kepada Rasulullah SAW untuk masuk Islam. Ia menemui Rasulullah SAW di Madinah dengan mengenakan kalung berbandulkan salib. Maka Rasulullah SAW membacakan ayat tersebut. Adi bin Hatim menjawab, “Wahai Rasulullah, kami (pemeluk Kristen) tidak menyembah para pendeta kami.”

Rasulullah SAW bertanya, “Bukankah ketika para pendeta kalian menghalalkan hal yang diharamkan Allah, maka kalian mengikuti ajaran mereka? Begitu pula ketika para pendeta kalian mengharamkan hal yang dihalalkan Allah, maka kalian mengikuti ajaran mereka?’

Adi bin Hatim menjawab, “Memang begitulah keadaannya.”

Rasulullah SAW bersabda, “Itulah yang dimaksud dari menjadikan para pendeta sebagai tuhan selain Allah.” (HR. adalah  HR. Ibnu Sa’ad, Abd bin Humaid, at-Tirmidzi, Ibnu Mundzir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Jarir ath-Thabari, Abu Syaikh al-Asbahani, Ibnu Marduwaih, dan al-Baihaqi)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah al-Harrani menulis, “Manusia, kapan saja ia menghalalkan hal yang telah disepakati keharamannya, atau mengharamkan hal yang telah disepakati kehalalannya, atau mengganti syariat (hukum Islam) yang telah disepakati, maka ia telah kafir murtad menurut kesepakatan ulama.” (Majmu’ Fatawa, 3/267)

Qaddafi mewajibkan pengajaran, pemahaman, dan penerapan al-Kitab al-Akhdhar di Libya. Ia adalah sebuah buku karangan Qaddafi yang dijadikan pedoman dan undang-undang dalam kehidupan berbangsa dan bernegara Libya. Qaddafi mensifati buku karyanya tersebut sebagai ‘Injil Abad Modern” yang memiliki kedudukan seperti kabar gembira nabi Isa dan lembaran-lembaran wahyu nabi Musa ‘alaihimas salam.

Tentang proses penulisan, urgensi, kedudukan, manfaat, dan ‘mu’jizat’ al-Kitab al-Akhdhar, Qaddafi mengatakan, “Saya persembahkan kepada kalian, padahal saya adalah manusia Badui yang sederhana. Dahulu saya menunggang keledai, menggembala kambing, berjalan tanpa alas kaki, dan saya menjalani usiaku di antara orang-orang yang sderhana. Saya persembahkan kepada kalian karyaku, al-Kitab al-Akhdar dengan ketiga pasal (bagian pembahasan, edt)nya, yang menyerupai kabar gembira nabi Isa dan lembaran-lembaran wahyu nabi Musa, atau khutbah seorang penunggang unta yang pendek, yang saya tulis dari dalam kemah saya yang telah diketahui oleh dunia, setelah diserang dan dibombardir oleh 170 pesawat pembom dengan tujuan membakar al-Kitab al-Akhdhar karya saya, yang saya tulis dengan tangan saya sendiri. Saya telah mengumpulkan peribahasa-peribahasa, kata-kata mutiara, berbagai fenomena, dan membaca sejarah. Maka saya mendapati umat manusia telah mengarang al-Kitab al-Akhdhar, yang merupakan bukti final kemerdekaan dari kekerasan dan penindasan, menyampaikan kepada kebebasan dan merealisasikan kebahagiaan. Saya mendapati tujuan final manusia adalah kebahagiaan, dan sesungguhnya surga yang dijanjikan atau surga yang hilang adalah kebahagiaan.” (As-Sijil a-Qaumi, hlm. 21)

Al-Kitab al-Akhdhar dengan ketiga pasalnya (politik, ekonomi, dan sosial) dikarang oleh Qaddafi mengikuti trend para taghut dunia yang saat itu menulis pedoman hidup berbangsa dan bernegara. Al-Kitab al-Akhdhar karya Qaddafi mengikuti jejak penulisan Buku Merah karya Mao Zedong (Mao Tse-tung), pendiri Partai Komunis Cina dan kepala negara pertama Republik Rakyat Cina.

((( Seperti ditulis dalam artikel ‘Little Red Book’ oleh saudara Haris Priyatna dan dimuat di kolom Selisik, Republika, 1 Oktober 2006, pada bulan April 1964, Partai Komunis Cina menerbitkan buku Mao Zhuxi Yulu atau Quotations of Chairman Mao (Kumpulan Kutipan Ketua Mao). Karena ukurannya yang kecil dan sampulnya yang berwarna merah, buku ini lebih dikenal dengan nama The Little Red Book—Buku Merah Kecil. Semua orang Cina pada masa Revolusi Kebudayaan diwajibkan memiliki dan membaca buku ini.

Seperti yang tersirat dari judulnya, buku ini berisi kumpulan kutipan yang diambil dari pidato-pidato dan tulisan-tulisan Mao sepanjang 1927-1964. Dicetak dalam ukuran saku agar mudah dibawa ke mana-mana. Memang, buku ini menjadi fenomenal karena setiap warganegara Cina wajib memiliki, membaca, dan membawanya setiap saat selama pemerintahan Mao Tse-tung. Apabila pada saat razia seseorang didapati tidak membawa buku ini, ia bisa dipukuli di tempat oleh Pengawal Merah atau dihukum penjara kerja paksa selama bertahun-tahun.

Selama Revolusi Kebudayaan, mengkaji buku ini tidak hanya diwajibkan di sekolah-sekolah, tetapi juga menjadi praktik standar di tempat kerja. Semua sektor, baik industri, perdagangan, pertanian, pelayanan sipil, maupun militer membentuk kelompok-kelompok untuk mempelajari buku ini pada jam kerja. Kutipan-kutipan tertentu dari Mao Tse-tung dicetak tebal atau di-highlight merah, dan hampir semua tulisan, termasuk esai ilmiah, harus mengutip kata-kata Ketua Mao)))

Dalam al-Kitab al-Akhdhar, Qaddafi mengungkapkan sejumlah ‘fakta ilmiah’ yang baru pertama kali ditemukan oleh Qaddafi! Dalam pasal ketiga, di bawah judul ‘perempuan’, Qaddafi menulis: “Perempuan dan laki-laki adalah manusia…Perempuan itu makan dan minum sebagaimana laki-laki makan dan minum…Perempuan itu senang dan benci sebagaimana laki-laki senang dan benci…Perempuan itu wanita dan laki-laki itu pria…Perempuan berdasar hal, dokter penyakit-penyakit perempuan mengatakan perempuan itu mengalami haidh dan sakit setiap bulan. Adapun laki-laki tidak mengalami haidh karena ia adalah pria.”

Dalam acara pembukaan Konferensi Internasional Gerakan Politik untuk para pemuda Eropa dan Arab, tanggal 14 Juni 1973 M, Qaddafi menjelaskan tentang ‘teori internasional ketiga’nya dengan mengatakan kepada para peserta, “Teori ini akan membuat agama untuk kita, akan membuat akhlak untuk kita, dan akan membuat hubungan-hubungan baru sebagai panduan dalam menjalin hubungan.”

Di lain waktu, Qaddafi mengungkapkan bahwa al-Kitab al-akhdar bukan buku agama atau buku akhlak. Sebagai seorang sekuleris-sosialis, tentu saja agama versi Qaddafi adalah sebatas ritual ibadah yang mengatur hubungan vertical antara Allah dan makhluk. Adapun hubungan horisontal antara sesama makhluk seperti urusan ekonomi, politik, social, budaya, militer, dan lainnya menurut anggapan Qaddafi bukanlah bagian dari agama, dan agama tidak memiliki aturan pada bidang-bidang tersebut. Qaddafi sendiri mengakui, al-Kitab al-Akhdhar sama sekali tidak berlandaskan kepada Al-Qur’an!

Dalam dialog dengan para ulama dan santri penghafal Al-Qur’an di ibukota Tripoli, Qaddafi mengatakan, “Ketika engkau mengatakan buku ini adalah buku agama, maka dalam kondisi ini engkau berhak berhenti dan membandingkan antara al-Kitab al-Akhdhar dengan agama, sehingga engkau bisa mengatakan buku ini tidak sah menjadi buku agama, karena isinya menyelisihi Al-Qur’an. Namun ketika saya datang dan saya mengatakan kepadamu; ‘Buku ini bukanlah buku agama, melainkan buku ekonomi”, maka saya memiliki buku ‘pendapat-pendapat baru tentang pasar, mobilisasi, prinsip-prinsip perang”. Buku ini tidak mungkin dibandingkan dengan Al-Qur’an, karena sama sekali tidak ada keterkaitan antara buku ini dengan Al-Qur’an. Saya sudah mengatakan bahwa al-Kitab al-Akhdhar menyelesaikan problematika politik dan problematika ekonomi. Namun saya tidak mengatakan ia adalah buku agama, sehingga kita membandingkan antara ia dengan Al-Qur’an, karena jika kita menyelesaikan perbandingan tersebut niscaya kita akan membahayakan Al-Qur’an.”    Â

Anda tentu sudah mampu memahami, kapan Qaddafi membahayakan Al-Qur’an? Qaddafi menyatakan buku karyanya mampu memberikan solusi tuntas atas problem ekonomi dan politik. Sementara ia meyakini Al-Qur’an tidak memberikan pedoman hidup di bidang ekonomi dan politik. Jadi, secara tidak langsung Qaddafi mengakui buku karyanya tersebut lebih tinggi, lebih mulia, lebih bermanfaat, dan lebih sempurna dari Al-Qur’an. Itulah sebabnya Qaddafi menerapkan al-Kitab al-Akhdar buah karya tangannya sendiri sebagai pedoman berbangsa dan bernegara Libya, sementara pada saat yang sama ia mencampakkan Al-Qur’an wahyu Allah SWT dari kehidupan public berbangsa dan bernegara Libya. Aduhai, lancang betul si ‘tuhan sosialis’ dan ‘Musailamah al-Kadzab’ Libya ini.

Allah SWT berfirman (yang artinya),

“Apakah hukum jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”(QS. Al-Maidah (5): 50)

Dalam dialog dengan para ulama dan santri penghafal Al-Qur’an di masjid Maulaya Muhammad, ibukota Tripoli tanggal 3 Juli 1987 tersebut, Qaddafi mengancam orang-orang yang mengatakan al-Kitab al-Akhdar bertentangan dengan ajaran Islam. Kepada mereka, Qaddafi akan melakukan kekejaman seperti tangan besi Kamal Ataturk terhadap ulama dan umat Islam Turki yang menolak sekulerisme. Qaddafi juga berjanji akan menerapkan Marxisme-komunisme.

Dalam kesempatan tersebut, Qaddafi mengatakan: “Sekarang, seseorang datang kepada saya dan mengatakan: ‘Al-Kitab al-Akhdhar bertentangan dengan agama (Islam). Saya akan bertindak sebagaimana (Kamal, edt) Ataturk bertindak, saya marah, dan saya katakan kepadamu: ‘Ambil, robek-robek, dan bakarlah al-Kitab al-Akhdhar dalam api! Saya akan datangkan Kitab Merah sehingga saya terapkan seluruh ajaran Marxisme dalam buku itu.”

Untuk menjalankan seluruh kebijakan sekulerisme-sosialisme di Libya dan membungkam semua ulama dan aktivis Islam yang menentangnya, Qaddafi membentuk Harakah al-Lijan ats-Tsauriyah (Gerakan Pengawal Revolusi). Harakah al-Lijan ats-Tsauriyah dengan kekuatan senjata menindas umat Islam Libya yang menginginkan hidup di bawah naungan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Begitu vitalnya peran Harakah al-Lijan ats-Tsauriyah dalam menjalankan, mengontrol, dan mengawal sistem hidup jahiliyah taghut Libya ini, sehingga Qaddafi sendiri mengakuinya sebagai NABI ABAD MODERN, era pemerintahan rakyat pasca era monarchi.

Dalam pidatonya di auditorium al-Umm kota Benghazi pada tanggal 7 Juni 1990, Qaddafi mengatakan: “Harakah al-Lijan ats-Tsauriyah adalah nabi masa kini, masa republik. Ia benar-benar adalah nabi. Nabi masa republik adalah Harakah al-Lijan ats-Tsauriyah, namun mereka sulit membenarkannya.”

Maha Benar Allah Yang telah berfirman,

وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّنِ افْتَرَى عَلَى اللَّهِ كَذِبًا أَوْ قَالَ أُوحِيَ إِلَيَّ وَلَمْ يُوحَ إِلَيْهِ شَيْءٌ وَمَنْ قَالَ سَأُنْزِلُ مِثْلَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ فِي غَمَرَاتِ الْمَوْتِ وَالْمَلَائِكَةُ بَاسِطُو أَيْدِيهِمْ أَخْرِجُوا أَنْفُسَكُمُ الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ عَذَابَ الْهُونِ بِمَا كُنْتُمْ تَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ غَيْرَ الْحَقِّ وَكُنْتُمْ عَنْ آيَاتِهِ تَسْتَكْبِرُونَ

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengadakan kedustaan terhadap Allah atau orang yang berkata: “Telah diwahyukan kepada saya”, padahal tidak ada diwahyukan sesuatu pun kepadanya, dan orang yang berkata: “Saya akan menurunkan seperti apa yang diturunkan Allah.” (QS. Al-An’am (6): 93)

Â

Bersambung, insya Allah…

(muhib al-majdi/arrahmah.com)

http://arrahmah.com/read/2011/10/27/16025-mengungkap-rahasia-kelam-sosok-qaddafi-firaun-toghut-dan-musailamah-al-kadzab-dari-libya-3.html

Mengungkap rahasia kelam sosok Qaddafi : Fir'aun, Toghut, dan Musailamah al-Kadzab dari Libya (2)

Muhib Al-Majdi

Selasa, 25 Oktober 2011 11:36:28

Arrahmah.com – Dalam artikel sebelumnya telah dijelaskan dua alasan para ulama dan berbagai lembaga Islam internasional memvonis Qaddafi sebagai seorang taghut yang kafir murtad. Dalam artikel kali ini, kita akan mengangkat beberapa alasan syar’i lainnya yang melandasi vonis tersebut. Selamat menikmati!

3. Melakukan tahrif (pengubahan dan penyelewengan) terhadap Al-Qur’an

Qaddafi adalah taghut pertama di muka bumi yang secara lancang berani ‘mengubah’ Al-Qur’an dengan membuang lafal {قُلْ} (artinya: katakanlah) dari dalam Al-Qur’an, dengan dalih ayat Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW. Perintah ‘katakanlah’ dalam ayat-ayat Al-Qur’an ditujukan kepada Nabi SAW, karenanya Qaddafi menyatakan tidak ada gunanya lagi membaca lafal tersebut setelah Rasulullah SAW meninggal. Jika seseorang membaca surat Al-Ikhlas, Al-Falaq, atau An-Nas misalnya, maka menurut Qaddafi seharusnya ia membaca sebagai berikut:

{هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} , {أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ}، {أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ}

Para ulama Islam telah sepakat (ijma’) bahwa siapa pun yang mengubah-ubah sebuah ayat Al-Qur’an, atau mendustakan sesuatu ayat dari Al-Qur’an, atau mengingkari suatu ayat dari Al-Qur’an, niscaya ia telah kafir murtad dan keluar dari agama Islam.

Sahabat Abdullah bin Mas’ud RA berkata, “Barangsiapa mengkufuri (mengingkari) satu huruf dalam Al-Qur’an maka berarti ia telah mengkufuri keseluruhan isi Al-Qur’an.” (Syarh Ushul I’tiqad Ahlis Sunnah wal Jama’ah, 2/232 karya imam Al-Lalikai)

Imam Abdullah bin Mubarak berkata, “Barangsiapa mengkufuri


(Message over 64k, truncated.)